KEMBANG CANTIKKU 27
(Tien Kumalasari)
Hartati mengerutkan keningnya.
"Pacar kamu?"
"Iya Bu, dia mengira yang sakit itu Heru. Ayo kita keluar, itu bapak dan ibu aku," katanya sambil menarik Qila dari dalam ruangan.
"Iiih, kenceng sekali tanganmu mencengkeram lenganku, sakit, tahu!" keluh Qila yang ditarik begitu saja oleh Heru, kemudian setelah sampai di luar Heru menghempaskan lengan Qila begitu saja.
"Auuuww. Ternyata kamu kuat sekali," katanya sambil mengelus lengannya, tapi matanya terus menatap Heru takjub. Heran juga ya, diperlakukan kasar begitu, Qila masih bisa menatap Heru dengan pandangan menggoda.
Heru melangkah ke arah depan rumah sakit, tapi ketika ia menoleh, Qila tak mengikutinya. Heru dengan kesal kembali mendekat dan menarik lengannya lagi. Qila tertawa penuh kemenangan, memang dia ingin ditarik-tarik sih. Sakit sedikit nggak apa-apa lah, orang kan melihatnya seperti sepasang kekasih yang sedang marahan.
"Heru, mau kamu bawa kemana aku? Kemanapun aku nurut kok, kan aku ini pacar kamu.
"Pergilah, dan jangan mengganggu keluargaku lagi," sentak Heru ketika sudah sampai di luar.
"Aku harus pergi ke mana?"
"Terserah kamu mau pergi kemana, pokoknya jangan di sini."
"Nggak mau, aku nggak mau pergi."
"Apa maksudmu? Aku mengatakan itu tadi karena aku menjaga perasaan ibuku. Kamu telah mengganggu ketenangan rumah tangga orang tuaku, hentikanlah sekarang."
"Mana bisa Heru? Aku sama mas Purnomo itu saling menyukai, saling membutuhkan, saling merindukan _"
"Hentikan!"
"Aku akan berhenti dari ayah kamu, tapi jadilah kekasihku. Bukankah kamu belum punya istri? Jadi aku tak harus berhati-hati setiap kali ingin menelpon atau mendekati kamu," katanya tanpa merasa berdosa.
"Perempuan macam apa kamu ini?"
"Perempuan cantik yang mempesona."
"Pergilah!"
"Nggak mau."
"Apa maksudmu?" kemarahan Heru memuncak.
"Aku hanya mau pergi kalau kamu mau mengantarkan aku."
"Apa kamu sudah gila?"
"Aku tergila-gila sama kamu," jawabnya santai.
Heru kehabisan akal. Ia merasa benar-benar sedang menghadapi perempuan gila. Kalau dia tidak menurutinya, maka dia juga tak akan pergi, dan disitu sedang ada ibunya. Heru sangat menjaga perasaan ibunya. Heru menghentakkan napas kasar, kemudian menarik lagi Qila ke arah parkiran. Tiba-tiba seseorang menyapanya.
"Bu Qila?"
Heru dan Qila berhenti melangkah.
"Pak Nano?" rupanya Heru pun mengenalnya, karena Nano pernah mengantarkan Wisnu ke kantor Purnomo.
"Nano? Kamu di sini? Apa Wahyudi dirawat di rumah sakit ini?"
Nano masih waras. Perempuan dihadapannya adalah pembuat onar yang menyebabkan Wahyudi luka parah karena salah sangka dari suami Qila. Ia tak ingin Qila tahu bahwa Wahyudi dirawat di rumah sakit itu.
"Tidak, dia sudah pulang."
"Oh, sudah sembuh? Sampaikan ya, suatu hari aku ingin ketemu," kata Qila enteng.
"Pak Heru kenal sama bu Qila? Dia kan istri pak Wisnu, majikan saya," kata Nano.
"Oh, begitu rupanya. Lain kali saya akan bicara sama pak Nano, saya sedang ada perlu," kata Heru yang kemudian menarik lagi Qila untuk pergi.
"Mana mobil kamu?"
"Tuh, di depan."
Heru akhirnya mengantarkan Qila ke rumah baru bapaknya. Hanya itu yang bisa dilakukannya, selanjutnya dia belum memikirkannya lagi. Tapi yang jelas dia ingin mengenyahkan perempuan murahan itu dari kehidupan ayahnya.
***
Sementara itu Hartati masih heran dengan kedatangan
perempuan cantik yang diakui Heru sebagai pacarnya.
“Sejak kapan Heru punya pacar?” tanyanya sambil
mengerutkan keningnya.
Purnomo tak menjawab. Ia baru merasa tenang dari rasa
terkejutnya, ketika Qila tiba-tiba datang. Dia bersyukur karena Heru siam-diam
menyelamatkannya dari amarah sang istri yang tentu saja tidak pernah menduga
tentang perselingkuhannya.
“Selera Heru buruk sekali. Aku tidak suka perempuan
itu,” kesalnya.
“Mengapa?”
“Perempuan itu, lihat saja penampilannya. Sangat tidak
sopan, memasuki ruangan begitu saja, dan
… aduh, aku juga tidak suka cara dia berpakaian. Apa sih, paha
dipamerkan, dada dipamerkan, lalu apa lagi. Aku heran Heru menyukai perempuan
semacam itu. Belum lagi matanya. Itu mata yang menurutku sangat liar seperti
kucing mencari mangsa,” omel Hartati tak henti-henti.
“Ibu terlalu banyak yang dipikirkan, biarkan saja …”
“Apa maksud Bapak? Aku ini ibunya. Heru itu anakku.
Aku ingin kalaupun dia sudah punya pilihan, tapi ya pilihan yang bagus lah,
yang cantiknya itu cantik benar-benar cantik, gitu lhoh. Cantik wajahnya,
cantik hatinya. Aku melihat banyak teman-teman Heru yang cantik dan
penampilannya juga baik, santun. Aduuuh, mengapa Heru tidak memilih saja salah
satu diantara mereka? Apa perempuan yang tadi itu juga teman kuliahnya? Rasanya
aku belum pernah melihatnya,” masih nyerocos Hartati mengomal.
“Kemana mereka? Semoga Heru segera kembali. Aku ingin
segera bilang bahwa wanita itu bukan pasangan yang tepat untuknya. Ia harus
segera memutuskan hubungan mereka.”
Purnomo memejamkan matanya. Yang dipikirkannya adalah
apakah Heru benar-benar tertarik sama Qila, lalu apa yang dilakukannya sekarang
ini bersama Qila, mengapa lama sekali, bagaimana kalau Heru suka sama dia.
Aduuh, rupanya Purnomo benar-benar tak ingin kehilangan Qila. Betapapun
penilaian Hartati atas Qila yang dianggapnya bukan wanita baik, tapi Purnomo
sudah terlanjur suka, atau bahkan cinta, atau lebih dari itu malah, ia ingin
menikahinya. Aduhai.
“Mas, apa Mas merasa pusing?”
“Ya, sangat pusing, apalagi mendengar omelan kamu
tentang gadis itu,” kata Purnomo terus terang.
“Aku hanya kesal pada pilihan Heru. Aku tidak ingin
Heru salah dalam memilih kekasih.”
Purnomo menghela napas.
“Mas, apa aku nanti harus menemani Mas di sini?”
“Tidak, jangan. Aku tidak apa-apa. Kamu pulang saja.
Dengan kejadian meninggalnya ibu, pasti di rumah masih banyak tamu. Aku
menyesal tidak bisa mendampingimu. Jadi biarkan saja aku sendirian disini. Aku
tidak merasakan sakit yang sangat sakit, aku ingin segera pulang.”
“Tapi apa Mas akan sendiri saja di sini?”
“Tidak apa-apa, paling-paling nanti Heru akan menemani
aku.”
“Baiklah kalau begitu, aku bisa pulang sekarang, atau
menunggu Heru kembali?”
“Pulang sekarang juga tidak apa-apa. Lebih baik segera
pulang, lagipula kamu pasti capek kan?”
“Aku akan pulang, kalau ada apa-apa Mas harus segera
menghubungi aku ya.”
Purnomo hanya mengangguk. Hatinya sedang gelisah,
memikirkan apa yang dilakukan Qila dan Heru.
***
Nano masih berdiri di lobi, menatap kepergian Heru dan
Qila yang tampak aneh. Ia melihat Heru dengan wajah keruh, sementara Qila
tersenyum-senyum aneh.
“Ada apa dengan mereka?”
“Nano, ngapain kamu?”
Nano terkejut ketika melihat Wisnu tiba-tiba sudah ada
didekatnya.
“Eh, pak Wisnu, kaget saya.”
“Kok bisa kaget, kamu lagi mikirin apa, berdiri disini
sambil memandang ke arah jalan?”
“Pak Wisnu ketemu bu Qila tidak?”
“Kamu melihatnya? Aku baru mau cerita, tadi seperti
melihat mobilku di perempatan sana. Seperti nggak percaya, apa benar itu mobil
aku, apakah Qila yang membawanya? Jadi dia dari rumah sakit ini?”
“Iya, bersama mas Heru, anaknya pak Purnomo.”
“Dia tadi bersama Heru?”
“Iya, tapi mas Heru seperti nggak suka, begitu. Ada
apa ya … saya heran.”
“Aku belum cerita sama kamu ya. Ketika aku menjemput
Mila di kotel, aku melihat pak Purnomo ada di dalam kamar Qila.”
“Benarkah? Apa yang terjadi?”
“Kamu pakai nanya juga. Kalau seorang laki-laki yang
bukan apa-apanya, berada di kamar seorang wanita, pastilah karena ada hubungan
khusus.”
“Bu Qila? Dengan pak Purnomo?”
Wisnu mengangguk.
“Aku baru menyadari bahwa Qila seperti itu. Itu pula
sebabnya maka aku ingin menceraikannya.”
“Saya ikut prihatin Pak.”
“Tidak apa-apa. Tapi kenapa ya mereka ada di sini?”
“Saya juga tidak tahu Pak.”
“Oh ya, bagaimana kabarnya Wahyudi?”
“Sudah lebih baik Pak, tadi saya sudah berusaha mencari
keterangan tentang Qila kecil atau orang tuanya, yang kemungkinan pernah
memeriksakan kesehatan di rumah sakit ini. Karena sudah dua kali mereka ada di
sini. Yang pertama, Wahyudi yang melihatnya, lalu saya sendiri. Lalu saya
mencoba mencari keterangan di loket pendaftaran, tentang kemungkinan salah satu
diantara mereka yang memeriksakan kesehatannya. Dari situ kan kita bisa melihat
alamat mereka. Soalnya Wahyudi hanya ingat nama dan orangnya, tapi belum
mengingat rumah mereka dimana, lalu hubungannya dengan dirinya itu apa.”
“Belum dapat ya keterangannya?”
“Kalau pasien bernama Qila, tidak ditemukan. Kalau
yang namanya Retno, banyak. Naa, yang dimaksud Wahyudi Retno yang mana? Dia
juga lupa nama lengkapnya.”
“Susah juga ya?”
“Pak Wisnu?” sebuah panggilan mengejutkan Wisnu.
Ketika menoleh, ternyata Hartati, istri Purnomo datang mendekat.
“Bu Hartati?”
“Iya Pak, siapa yang sakit?”
“Teman, eh, pegawainya ayah saya. Ibu lagi ngapain?
Siapa yang sakit?”
“Kamu belum mendengar ya? Mas Purnomo kecelakaan.”
“Kecelakaan?”
“Tadi pagi. Pak Wisnu juga belum mendengar ya, kalau
ibu saya meninggal?” kata Hartati sedih.
“Innalillahi. Kapan Bu?”
Lalu Hartati menceritakan perihal ibunya yang sakit,
kemudian meninggal. Purnomo yang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit
kemudian menemui kecelakaan.
“Pak Purnomo dirawat di sini?”
“Iya, tapi lukanya tidak begitu parah sih, katanya dia
tidak merasa apa-apa, kecuali luka-luka ringan, hanya saja besok mau diperiksa
secara keseluruhan, kalau memang tidak apa-apa ya bisa segera pulang.”
“Ya ampun Bu, saya mohon maaf baru mendengar. Saya dan
keluarga ikut bela sungkawa atas wafatnya ibu ya.”
“Terima kasih Pak Wisnu, ini saya mau pulang dulu,
karena di rumah masih banyak tamu.”
“Baiklah Bu, hati-hati di jalan. Kok sendirian sih Bu,
Heru mana?”
“Heru tuh tadi lagi nganterin pacarnya. Ya sudah,
biarin saja. Yuk, Pak Wisnu, saya harus buru-buru,” kata Hartati sambil berlalu.
Wisnu dan Nano tertegun. Kata Hartati bahwa Heru
sedang mengantarkan pacarnya sangat membuat mereka heran.
“Sebenarnya Qila pacaran dengan ayahnya atau anaknya
sih?” gumam Wisnu sambil berjalan diiringi Nano, ke arah kamar Wahyudi.
“Lha itu juga membuat saya bingung Pak.”
***
Wahyudi tampak kecewa ketika Nano tidak mendapatkan
keterangan mengenai Qila ataupun Retno. Tapi dia memaklumi, karena banyak orang
dengan nama Retno. Ia berharap akan mendapatkan ingatan lebih banyak tentang
masa lalunya.
“Kamu tidak usah sedih begitu Yudi, perlahan-lahan pasti kamu akan bisa mengingatnya,” kata Wisnu ketika melihat Wahyudi tampak muram mendengar penjelasan Nano.
“Semoga kamu segera bisa mengingatnya Yud. Yang sakit
bukan Qila. Tidak ada nama Qila di poli anak. Kalau sedikit saja kamu mengingat
nama Retno secara lengkap, atau alamatnya, barangkali kita bisa menguak tentang
dia, alamatnya, dan dari sana kamu pasti akan bisa mengingat lebih banyak.”
“Retno siapa saja yang ada No?”
“Banyak. Retno Wijayani, Retno Arumsari, Retno … aduh
banyak sekali.”
“Sabar ya Yud?”
“Pak Wisnu, saya ingin pulang saja, maksud saya …
keluar dari rumah sakit ini,” kata Wahyudi setelahnya.
“Tidak Yudi, kamu hanya boleh pulang kalau sudah
benar-benar pulih. Luka bekas operasi juga tidak bisa dibuat main-main.
“Saya merasa tidak enak, pak Wisnu sudah mengeluarkan
banyak biaya untuk saya.”
“Wahyudi, ijinkan aku berbuat sesuatu untuk kamu.
Dosaku sangat besar sama kamu, dan itu tak termaafkan.”
“Mengapa Bapak berkata begitu. Semua hanyalah salah
paham. Saya sudah melupakannya.”
“Baiklah, tapi sebaiknya kamu melupakan semuanya. Aku
berharap, dengan perawatan karena luka kamu ini, juga akan membawamu pada
kesembuhan secara keseluruhan bagi kamu. Terutama tentang ingatanmu. Aku akan
bersyukur kalau kamu bisa kembali mengingat siapa dirimu.”
Air mata Wahyudi berlinang. Dengan sebelah tangan dia
mengusapnya.
***
Ketika Heru menghentikan mobil Qila dihalaman rumah
baru ayahnya, sebuah mobil yang lain berhenti di belakangnya. Qila menoleh
kebelakang dengan heran.
“Siapa itu?”
“Mobil aku. Sekarang turunlah.”
“Siapa yang membawa mobil itu?”
“Sopir kantor, aku suruh dia mengikuti kita, supaya
aku bisa pulang bersama dia, tidak lagi naik mobil ini,” kata Heru sambil turun
dari mobil.
Qila mengikutinya turun, lalu menoleh ke arah belakang,
ada orang membawa mobil itu yang katanya sopir kantor. Qila terus masuk sambil
menggandeng tangan Heru, tapi kemudian ditepiskannya.
“Aku mau pulang. Dan sebaiknya segera kamu kemasi
barang-barang kamu, sebelum ayahku mengusir kamu.”
“Apa maksudmu? Ayah kamu tergila-gila sama aku, tak
mungkin dia akan mengusir aku. Tapi baiklah, sebenarnya aku tidak khawatir
seandainya ayah kamu membuang aku. Kan ada kamu sebagai gantinya,” kata Qila
enteng.
Heru membalikkan badannya, bermaksud pergi, tapi Qila
merangkul perutnya.
“Apa-apaan ini? Lepaskaaann!!” kata Heru sambil mengibaskan
kedua tangan Qila.
“Jangan pergi dulu, ayo masuklah sebentar saja.”
“Tidak. Ayahku sedang sakit, aku harus segera pergi.”
“Kalau begitu aku akan ikut kamu lagi.”
“Kamu ini gila atau apa?”
“Kalau kamu tidak mau ikut masuk barang sebentar, aku
akan mengikuti kamu.”
Heru menggaruk kepalanya. Tapi dia membalikkan
tubuhnya, menuju rumah, hanya saja dia tidak mau masuk ke dalam kamar. Dia duduk di
sofa, dengan wajah kesal. Qila ikut duduk di depannya, sambil menyilangkan
kakinya. Heru memalingkan mukanya. Pemandangan yang tidak pantas dan mengotori
perasaannya, membuatnya harus menata debar jantungnya.
Tiba-tiba Heru menemukan akal, bagaimana caranya
membuat ayahnya meninggalkan perempuan tak tahu malu yang duduk menantang di
depannya.
***
Besok lagi ya.
Yesss,..
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien Kumalasari yang baik, KaCe eps 27 sampun dipun tayangaken......
Sugeng dalu, salam SEROJA.....
Terbukti juara 1 tenan Kakek
DeleteHello kakek juara 1
DeleteKan udah ku blg bsk gantian kakek
Horéé....
Yes... Matur nuwun Mbak Tien sayang
DeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien....🙏🙏
alhamdulillah
ReplyDeleteMana jeng Iin, jeng Wiwik, heng Iyeng?
ReplyDeleteKok blm klihatan?¿
Ktnya suruh ngalah dulu lah kok msh di cari
DeleteWkwkwk...
Alhamdulilah , salam sehat selalu Bunda
ReplyDeleteSelamat ya kung Joko juara 1 terusss
ReplyDeleteBsk stop ya....
Nggaklah yao dua episode terakhir (25 & 26) kan jeng Iin Maimun..... Aku mung nyelani, ben ora 3 kali berturut-turut. Sesuk monggo yen arep balapan, aku tak keplok wae memberikan support...hehehehe
DeleteAlhamdulilah ,Wahyudi hadir matur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteHatur nuhun
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu
Mugi mugi tansah sehat
Terima kasih bunda Tien, salam sehat dan nahagia selalu. Qila perempuan ngeyel😀😂
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Kembang Cantikku sudah tayang.
ReplyDeleteRuwetttt ruwet...Qila makin menggila. Apa ya akal Heru untuk dapat melepaskan diri dari si gila lelaki itu..
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah KC 27 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Alhamdulilah...
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien..
Semoga sehat selalu..
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
ReplyDeleteHadeeh bikin penisirin bingitz seh
Qila perempuan gak tau malu murahan bngt seh
Tks, sehat selalu bund...
ReplyDeleteAlhamdulillah terima kasih mbak Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien ... 🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 27 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU~27 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteTrims Bu Tien KC udah tayang
ReplyDeleteGemes si Qila gitu ya perempuan murahan tak tau malu
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien
ReplyDeleteHeru jatuh ke pelukan Qila, kemudian Heru menceritakan pada ayahnya sehingga ayahnya benci pada Qila?
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Marno belum berhasil menemukan alamat Retno, paling tidak seperti saran Bu Kartiko sudah dilakukan.
ReplyDeleteWisnu dan Marno bingung ya; sama Heru apa sama Purnomo.
ADUHAI
Tahu Purnomo ada di rumkit yang sama dari Hartati.
Paling Heru ngajak pergi makan Qila alasannya, dan pada Purnomo membuat issue Qila punya pil Wahyudi, lihat cara memandang ringan dan penuh harap akan mendatangi Wahyudi.
Duh membebani Wahyudi lagi, mobil Qila suruh bawa sopirnya ke rumkit, kasihkan kunci ke Marno, biar Qila nggak bisa pergi kemana-mana, jangan bilang dijemput Wisnu Ru, kelihatan bohongnya.
Heru tinggal sama mBok dhé apa mBok lik, kok anteng Ru; lihat pemandangan kiwir-kiwir.
Moga usahamu menjauhkan Qila dan Purnomo berhasil Ru
Terimakasih Bu Tien,
Kembang cantikku yang ke dua puluh tujuh sudah tayang,
sehat-sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Hatur nuhun bunda Tien KC 27 nya..makin seru makin penasaran...slmt mlm dan slm sehat sll..met rehat🌹🥰🙏
ReplyDeleteJangan sampai Heru terjebak. Kasihan...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat selalu. Aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteHahaha Heru nutupi kesalahan dr Purnomo
ReplyDelete