BUKAN MILIKKU
13
(Tien Kumalasari)
Pak Kartomo tertegun, seorang wanita cantik berdiri
dengan angkuh di samping Sapto. Ada rasa kesal karena dia tak segera di
persilakan masuk.
“Nak, bolehkah saya menemui Retno?”
“Mau apa, sampeyan menemui Retno?” tanya Kori.
“Maaf, siapa wanita yang sangat cantik ini, nak Sapto?”
“O, belum tahu siapa aku ya Pak? Aku ini isterinya mas
Sapto ini,” katanya sambil merangkul pinggang Sapto.
Pak Kartomo terkejut. Ia belum pernah mendengar kalau
Sapto sudah beristeri. Tapi
kenapa wanita cantik itu mengatakan kalau dia isterinya? Ia terus menatap
Sapto, memohon kepastian.
“Mengapa menatap suamiku seperti itu? Tidak percaya
kalau aku isterinya? Aku Kori, isteri mas Sapto ini,” katanya lagi sambil
merangkul lebih erat.
“Tunggu sebentar, saya panggilkan Retno,” kata Sapto
sambil beranjak ke belakang, tanpa mempersilakan pak Kartomo duduk.
Pak Kartomo kesal, ia kemudian duduk di kursi teras
sambil terus bertanya-tanya dalam hati.
Tiba-tiba ia mendengar suara wanita yang mengaku
bernama Kori.
“Tuh, dicari ayah kamu, mau minta uang barangkali,”
katanya.
Kemudian Retno keluar. Ia masih kesal pada ayahnya.
“Ada apa Bapak kemari?” tanya Retno yang kemudian
duduk di depannya.
“Retno, benarkah wanita cantik tadi isteri nak Sapto?”
“Iya. Bapak baru tahu?”
“Pak Sis tidak pernah mengatakan itu.”
“Iya, haruskah mengatakan lebih dulu agar Bapak
menolak keinginannya? Dia punya uang dan Bapak menyukainya,” kata Retno kesal.
“Apakah kamu bahagia?”
“Menurut Bapak, apakah aku harus bahagia?”
“Tapi semua kebutuhan kamu terpenuhi, bukan?”
Retno menghela napas kesal.
“Ada apa Bapak datang kemari?”
“Ini, sebenarnya Bapak memang butuh uang.”
“Apa?”
“Kamar tidur Bapak kan dulu tidak sempat diperbaiki,
sekarang ini bocor, harus ditambal di sana-sini.”
“Jadi ….”
“Jadi maksud Bapak, Bapak mau minta uang untuk
memperbaikinya.”
“Retno tidak punya uang.”
“Apa suami kamu tidak memberi kamu uang?”
Saat itulah bu Siswanto keluar. Ia mendengar
percakapan yang terakhir, tentang kamar bocor yang harus diperbaiki.
“Ada apa Mo?” tanya bu Sis, tanpa duduk.
“Eh, Bu Sis. Maaf saya mengganggu.”
“Kamu mau minta uang kepada anak kamu?”
“Mm_maksud saya … kalau ….”
“Berapa kamu butuh uangnya Mo?”
“Tidak Bu, tidak usah. Biar Bapak mencari sendiri
uangnya, saya kira … saya kira Bapak bisa kok,” kata Retno yang merasa sangat
malu, karena dia tahu bahwa bu Sis pasti mendengar pembicaraan ayahnya tadi.
“Biar saja,” kata Bu Sis sambil beranjak ke dalam.
Retno kesal sekali. Walau sudah tahu kalau Sapto
ternyata sudah punya isteri sebelumnya, tak ada sesal yang tampak pada
wajahnya, dan menganggap semua itu adalah hal yang biasa.
“Bapak membuat saya malu,” ucap Retno yang kemudian
masuk kedalam.
Pak Kartomo diam saja. Ia hanya menatap anaknya yang
beranjak masuk.
“Tampaknya Retno baik-baik saja, walaupun ternyata menjadi
isteri muda. Ya sudah tak apa-apa, yang penting kan hidup berkecukupan,”
gumamnya pelan.
“Mo, ini uangnya, barangkali cukup,” kata bu Sis
tiba-tiba, sambil mengulurkan sejumlah uang.
“Oh, iya Bu, terima kasih banyak. Maaf saya terpaksa
datang kemari, karena ….”
“Ya sudah, tidak apa-apa.”
“Sekarang saya permisi Bu.”
Bu Sis hanya mengangguk. Baginya uang bukan masalah,
tapi ia kurang suka akan sikap pak Kartomo yang kelihatan sekali memanfaatkan
anaknya demi uang.
Ia masuk kedalam begitu pak Kartomo turun dari teras.
Di ruang tengah, dilihatnya Kori dan Sapto sedang
duduk.
“Benar kan Bu, ayahnya Retno minta uang?” kata Kori
dengan senyuman mengejek.
“Sapto, kamu nanti menginap di sini kan?” kata bu Sis mengacuhkan
pertanyaan Kori.
“Ya, tapi saya antar dulu Kori pulang.”
“Tidak, Kori juga akan ikut menginap disini,” kata
Kori.
“Kori, suami kamu harus ketemu Retno. Dia juga
isterinya. Bukankah kalian besok tetap akan pulang ke Jakarta?”
“Tapi saya ingin bersama mas Sapto.”
“Kamu pulang saja, atau kita tak jadi kembali ke
Jakarta besok,” ancam Sapto yang membuat Kori terdiam.
***
Ketika Sapto dan isterinya pergi, Retno keluar menemui
bu Siswanto. Sangat tidak enak rasanya melihat ayahnya datang dan meminta uang.
“Bu, maafkan ayah saya.”
“Tidak apa-apa, dia ayah kamu.”
“Tapi dia membuat saya sangat malu. Tak seharusnya
bapak mengatakan itu.”
“Jangan dipikirkan. Biarlah kali ini Ibu memberinya.
Semoga dia tidak melakukannya lagi.”
Retno menundukkan kepalanya.
“Mengapa kamu memikirkannya? Orang tua meminta uang
kepada anaknya itu kan hal yang wajar. Barangkali dia memang benar-benar
membutuhkannya. Kamarnya bocor, dan itu harus diperbaiki bukan? Barangkali uang
yang diberikan mertua kamu sudah habis.”
Retno semakin menundukkan kepalanya. Ibu mertuanya mengingatkannya
secara tidak langsung, bahwa keluarganya sudah memberikan uang kepada ayahnya
ketika dia menikah.
“Tapi mungkin juga sudah habis, kan ketika kamu
menikah juga membutuhkan beaya?”
“Saya mohon, lain kali Ibu jangan lagi memberikannya.”
“Kita lihat dulu apa keperluannya.”
“Maaf ya Bu.”
“Apa ayah kamu tadi bertanya tentang Kori? Bukankah
Kori keluar bersama Sapto ketika ayah kamu datang?”
“Ya. Bertanya.”
“Ayah kamu tidak merasa kesal karena hal itu. Dia juga
tidak menanyakannya sama Ibu.”
Retno terdiam. Ayahnya mungkin tak peduli. Tapi kalau
sampai ibunya mendengar, pasti dia amat sedih. Retno berharap ayahnya tak akan
mengatakan perihal Kori kepada ibunya.
***
Kori duduk di sofa dengan wajah gelap bagai tertutup
mendung. Sapto mendekatinya, lalu duduk di sampingnya.
“Apa Mas akan berangkat sekarang?”.
“Bagaimana menurutmu?”
“Kelihatannya Mas senang sekali ya,”
katanya sambil menjauhi Sapto.
“Kori, kamu kan tahu alasan Bapak
menikahkan aku sama Retno.”
“Iya, aku tahu.”
“Bukankah nanti saat Retno melahirkan
maka bayi itu akan menjadi milik kamu sebagai pengobat rasa kecewa kamu
setelah kamu dinyatakan tak bisa hamil lagi?”
“Tapi kamu kan tahu, sangat sakit
membayangkan kamu mendekati apalagi mencumbui perempuan kampungan itu.”
“Kamu harus melupakannya, dan jangan
membayangkannya.”
“Bagaimana mungkin aku tidak membayangkannya?
Aku sendirian di rumah dan kamu sedang bersama dia.”
“Cari kesibukan, nonton film, atau
apa.”
“Entahlah, pokoknya jangan pergi dulu
sekarang.”
“Kori, ingat tentang bayi itu. Kamu
tahu aku tidak menyukainya. Aku hanya akan membuatnya hamil, dan selesai.”
“Hentikan, jangan bicara masalah itu
lagi.”
“Baiklah, aku berangkat sekarang ya.”
“Tunggu sampai aku tertidur, baru
kamu boleh pergi.”
“Kori, kamu biasa tidur lewat tengah
malam. Ini masih sore.”
“Kalau begitu carikan obat tidur.”
“Apa? Kamu jangan bercanda. Tidak
mudah membeli obat tidur, dan itu tidak boleh kamu lakukan, nanti kamu bisa
kecanduan. Jadi terbiasa, tanpa obat tidur kamu tidak akan bisa tidur.”
Dan setelah dengan susah payah Sapto
membujuknya, barulah Kori mau ditinggalkannya.
***
Bu Kartomo heran melihat suaminya
datang sambil tersenyum-senyum, dan membawa banyak makanan.
“Bapak dari mana? Membeli makanan
sebanyak ini untuk apa? Aku kan sudah memasak untuk makan siang tadi, juga
untuk malam nanti,” tegur bu Kartomo.
“Sekali-sekali boleh kan, makan malam
dengan lauk yang dibeli dari luar?”
“Memangnya apa istimewanya makanan
dari luar? Belum tentu seenak makanan rumahan.”
“Kamu kan tidak pernah memasak
makanan ini. Ini udang goreng mentega, ini ada rawon iga, ini ayam bakar.”
“Ini kan makanan mahal. Darimana
Bapak mendapatkan uang? Kalaupun punya, ini namanya pemborosan.”
“Mengapa aku selalu tidak pernah
benar? Kita itu sudah punya anak yang kaya. Apa salah kalau aku punya uang
banyak?”
Bu Kartomo tertegun.
“Jadi Bapak meminta uang kepada
Retno?”
“Itu lho Bu, kamar kita kan bocor,
dan harus diperbaiki.”
“Lalu Bapak meminta uang ke sana?
Aduh Pak, kok nggak malu sih Bapak. Itu bocor hanya karena gentingnya pecah.
Aku sudah minta tolong Narno untuk membetulkannya, dan dia sudah sanggup. Besok
akan di kerjakan. Ada tiga genting yang pecah. Hanya itu.”
“Kamu itu sekarang sering marah-marah.
Tidak punya uang marah, punya uang ya marah. Kalau memang hanya untuk beli
genting tiga biji, ya sudah tidak apa-apa. Salahnya aku diberi uang banyak, kan
aku hanya bilang bahwa kamar kita bocor.”
“Mengapa juga Bapak cerita kalau
kamar kita bocor? Memang intinya kan Bapak mau minta uang, ya kan? Hih, malu
aku Pak.”
Bu Kartomo ngeloyor pergi tanpa
membuka bungkusan makanan yang dibawa suaminya. Ia menata meja makan dan lauk
yang dimasaknya sendiri.
Tapi tanpa mempedulikan kemarahan
isterinya, pak Kartomo membuka sendiri bungkusan itu, dan meletakkannya di meja
makan.
“Benar, kamu tidak doyan semua ini?”
“Nggak, sayang masakan aku kalau
harus makan makanan yang Bapak beli,” sungut isterinya.
Pak Kartomo melahap makanannya, dan
tak ingin mengatakan tentang Sapto yang ternyata sudah punya istri sebelum
menikahi anaknya. Ia tak ingin sang isteri lebih mengomelinya lagi.
***
Bu Siswanto merasa lega melihat Sapto
benar-benat datang malam itu. Mereka makan malam berempat, dan membuat Retno
tak sepatah katapun membuka suara. Hatinya diliputi kecemasan, melihat Sapto
datang tanpa isterinya.
“Bud, setelah makan aku ingin bicara,”
kata Sapto kepada adiknya.
Budiono mengangguk. Entah mengapa, ada
perasaan tak enak melihat Sapto datang.
“Aneh aku ini, bukankah dia juga
butuh isterinya?” pikir Budiono sambil berusaha mengibaskan bayangan tak enak
ketika Sapto sedang bersama isterinya.
***
Budiono mendekati Sapto di ruang
tengah, sebelum dia tidur.
“Ada apa Mas?”
“Besok aku akan kembali ke Jakarta.”
“Ya, ibu sudah mengatakannya.”
“Aku titipkan Retno sama kamu, tapi
bukan berarti kamu bisa terlalu dekat sama dia.”
“Apa maksud Mas?”
“Aku kurang suka melihat kedekatan
kalian.”
Budiono menatap kakaknya lekat-lekat.
Ia heran karena rupanya Sapto juga peduli pada isteri mudanya.
“Maksud Mas apa? Aku hanya ingin
membuat Mbak Retno senang, dan mengajaknya jalan-jalan. Dia kelihatan amat
tertekan.”
“Tapi kamu harus ingat bahwa dia
kakak ipar kamu.”
“Oh, aku tahu Mas, dia bukan milikku.
Aku hanya akan menjaganya.”
“Terima kasih.”
“Kok mas kelihatan cemburu sih?
Bukankah Mas tidak peduli?”
“Entahlah, aku juga bingung pada
perasaanku sendiri.”
“Mas juga cinta sama dia?”
“Entahlah.”
Dan jawaban itu membuat Budiono yakin
bahwa kakaknya juga menyukai Retno, tapi dia takut pada isteri tuanya.
Budiono menghela napas.
“Hanya itu yang ingin Mas katakan?”
“Ya, sekarang tidurlah, sudah malam.”
Budiono mengangguk, lalu beranjak ke
kamarnya.
***
Setelah makan malam itu, Retno
berkutat di dapur, membantu yu Asih membersihkan meja makan, dan juga mencuci
piring-piring kotor.
“Bu Retno, sudahlah, nanti Yu Asih
kerjakan sendiri saja.
“Tidak apa-apa Yu, biar aku terbiasa
melakukannya.”
“Bu Retno kan harus bersama Pak
Sapto. Pasti dia sudah menunggu.
Retno gemetar mendengar penuturan Yu
Asih. Justru itu yang di takutkannya.
“Nanti Ibu marah kalau Bu Retno ikut
mengerjakan semua ini.”
“Biar yu, aku takut,” kata-kata itu
meluncur begitu saja. Yu Asih menghentikan kegiatannya memanasi sayur.
“Takut apa? Bu Kori tidak ada, apa
yang Bu Retno takutkan?” tanya Yu Asih yang mengira Retno takut sama madunya.
“Bukan itu.”
“Kalau yang namanya Bu Kori itu
memang galaknya bukan alang kepalang Bu. Dia tidak pernah lama berada di rumah
ini. Kalau lama, Yu Asih bisa kurus mendadak. Habis sedikit-sedikit marah.
Masakan Yu Asih juga tidak pernah tidak dicela. Yang ke asinan lah, yang
kemanisan lah.”
“Iya Yu.”
“Ya sudah, pak Sapto pasti sudah menunggu.”
“Aku takut,” itu lagi kata yang
terlontar, tanpa sengaja.
“Lho, kok masih takut. Kan Yu Asih
bilang bahwa bu Kori tidak ada. Tadi Pak Sapto datang sendiri kan? Waktu makan
juga Bu Retno kan tahu bahwa bu Kori tidak ada?”
“Bukan itu.”
“Jadi siapa yang Bu Retno takutkan?
Masa takut sama pak Sapto.”
Retno terus melanjutkan pekerjaannya
membantu Yu Asih. Kali ini ia mencuci setumpuk piring-piring kotor dan semua perlengkapan
makan.
“Bu Retno, aduuuh, nanti kalau Ibu
marah bagaimana. Sudah, tinggalkan saja, biar Yu Asih yang melanjutkan.
“Yu, tolong biarkan Retno
menyelesaikannya,” pinta Retno yang membuat Yu Asih heran.
Tapi kemudian Yu Asih membiarkannya,
setelah menangkap kata-kata ‘takut’ yang terlontar dari mulut Retno.
“O, iya. Barangkali karena masih
pengantin baru, jadi takut menghadapi suaminya. Seperti aku dulu, sepekan
lamanya baru mau didekati suami,” batin Yu Asih sambil tersenyum-senyum.
Retno beranjak dari dapur setelah di
dapur benar-benar tak ada lagi pekerjaan yang harus dikerjakannya. Dengan debar
yang tidak menentu, akhirnya dia melangkah ke arah kamar. Dia senang karena tak
melihat Sapto di ruang tengah, dimana tadi dia berbincang dengan adiknya. Retno
bermaksud segera tidur, dan berharap Sapto tak akan mengganggunya.
Ia juga berharap agar Kori segera
menyusulnya.
Perlahan ia membuka kamarnya, tapi
betapa terkejutnya ketika melihat Sapto sudah berbaring di ranjang.
***
Besok lagi ya.
Hayoo, kejarlah daku.
ReplyDeleteKau, kan kutangkap.
Selamat datang BM13 semoga kedatanganmu, menghibur hati para penggemarmu yang penasaran ......
Terima kasih bu Tien semoga bu sehat lahir batin, tetap semangat dan berkarya..... Tetap ADUHAI......
Alhamdulillah, BM 13 sdh hadir mengantarkan tidurku 😍
DeleteSelamat kakek, juara 1 lagi
Waaah....Kakek jaga gawang ki mesti
DeleteJuaranya banyak 21.31, al:
Delete1. Kakek Habi
2.Wiwik Nur Jainah
3. Tingting Hartinah
4. Wiwik Suharti
5. Nani Nur'Aini
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien BM 13 sudah tayang. Semoga Mbak Tien selalu sehat. Salam Aduhai selalu.
DeleteMaturnuwun mbk Tien
ReplyDeleteAlhandulillah...disik dewe
ReplyDeleteMakasih Bunda untuk BM nya
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat
Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun mbak Tien Kumalasari cerbung Bukan Milikku Eps 13 sudah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat selalu...
Alhamdulillah yang di tunggu hadir , terimakasih Bu Tien BM 13 nya
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSelamat malam bunda Tien
Sehat walafiat selalu ya 🙏🙏🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Alhamdulilah ketemu lagi, moga selalu sehat dan tetap semangat,Bunda , salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeletematurnuwun
semoga selalu sehat
Alhamdulillah, mbak Tien semoga sehat selalu Aamiin YRA..
ReplyDeleteTerimakasih Ibu Nanung
DeleteAamiin..
Alhamdulilah....asyik BM 13 dah hadir
ReplyDeleteAlhamdulillah BM~13 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteSami2 Pak Djodhi
DeleteAlhamdulillah, terimajasih bunda Tien BM nya sudah tayang
ReplyDeleteSalam sehat dan aduhai dari Purworejo
Alhamdulillah sudsh tayang.... maturnuwun bu Tien. Salam sehat dan salam Aduhai. Sugeng dalu
DeleteBM,dateng awal... Rasanya cepet banget selesainya...
ReplyDeleteMaturnuwun mb Tien
Salam manis nan aduhai
Yuli Semarang
Sami2 Ibu Yuli
DeleteADUHAI
Alhamdulillah BM 13 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulilah bm sdh hadir menghibu kita... akankah sapto berhsl memberikan mlm terindsh utk retno? smgsj retno merasa nyaman dan ikhlas menerima perjodohan ini krn rupanya sdh ads benih2 suka dihati sapto. trmksh utk mbak Tien... smg selalu seroja selalu dan tetap aduhai merangkai kata🤗🙏
ReplyDeleteAduhai sudah berdebar2 Retno masuk kamar eh besok lagi.....
ReplyDeleteBikin penasaran nih mbak Tien.
Tks mbak Tien salam aduhai dari Tegal.
Alhamdulillah BM 13 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Salam sehat dan ADUHAI
𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...
ReplyDeleteMatur nuwun untuk BM 13 nya, bu Tien. Salam ADUHAI
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien,makin asyik ceritanya.
ReplyDeleteSalam sehat dan aduhai selalu....
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga BM 13 yg di tunggu2 hadir tetap bikin penasaran untuk lanjutnya.
ReplyDeleteSemoga semua baik adanya. Semoga Sapto ketiduran sampai pagi.
Monggo ibu, dilanjut aja. Matur nuwun Berkah Dalem.
Sami2 Ibu Yustinhar
DeleteADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDeleteHoreee
Horeee Ibu Yulie
DeleteTrimakasih bu Tien..BM13nya..
ReplyDeleteSalam sehat selalu dan aduhaii...🙏💟🌷
Sami2 Ibu Maria
DeleteADUHAI
Alhmdllh.... kren... mksh....
ReplyDeleteSami2 Pak Zimi
DeleteOra sumbut karo olehe ngenteni......
ReplyDeletemacane methentheng harap-2 cemas. . . . .
Rasanya koq mok sakdulit.......merga mung 2 koreksiku.
Matur nuwun bu Tien.... tambah penasaran, sdh bacanya tegang apa yang terjadi setelah korah-2 piring dan perlengkapan makan lainnya. lha koq . . . . . . . . . *_Besok lagi ya_* . . . . . . pembaca kecewa. . . . . . . lho koq wis cuthel.... Matur nuwun sugeng dalu sugeng aso salira
Pagi Mas Kakek
DeleteOalah... Kartomo itu gimana, anak mestinya diberi uang, tidak malah dimintai. Dasar mata ijo.
ReplyDeleteGimana Retno, apa tidak ingin ada pengalaman, kalau tahu rasanya jadi ketagihan loh..😀😀🥰
Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang ADUHAI.
Salam ADUHAI pak Latief
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSuwun Bu Tien...
Salam sehat selalu....🙏🙏
Sami2 Pak Prim
DeleteSalam sehat selalu
Terimakasih bu Tien,,, makin penasaran deh dgn lanjutannya
ReplyDeleteSehat, sehat yah bu Tien
Salam dari Bandung
Sami2 Ibu Nuraida
DeleteSalam sehat
Aamiin
Matur suwun bu Tien....aduhai...salam sehat dari Yk
ReplyDeleteSami2 Ibu Alian
DeleteSalam sehat ADUHAI..
Alhamdulillah sdh baca BM13 , matursuwun bu Tien, semoga sehat selalu, Aamiin
ReplyDeleteSami2 Ibu Umi
DeleteAamiin
Aduh pak pak malu2 in Retno minta uang ..mulai ATM jalan...walah malunya apa lg tdk syok klu Sapto dah beristri ..kasian Retno ..apa dan gimana nasib Retno
ReplyDeleteADUHAI Ibuu Yanti
DeleteKasihan nasibnya Retno.....
ReplyDeleteAyu2 kok nasibpe elek... Trims Bu Tien udah bikin greget
Sami2 Ibu Suparmia
ReplyDeleteADUHAI
Sami2 Ibu Sul
ReplyDeleteIkut deg²an.. aduhaiiii
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Sapto yg merasa kaya harta, bisa berbuat sekehendak hatinya. Tugasnya hanya membuat Retno hamil, tanpa perlu ada perasaan kemanusiaan lainnya. Tugasnya menuruti kemauan bpk dan ibunya yg segera ingin menimang cucu. Tapi mengapa hrs Retno yg menjadi korban... Kasihan Retno, krn Kartomo malah menjual anaknya, hanya karena uang dan uang.. Kasihan kamu Mo, kok mau diperbudak uang.... Maturnuwun Bu Tien, ditunggu lanjutannya yg semakin membuat penasaran. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk BMnya 🤗💖
RETNO bukan milikku kt Budi,, Aduhaaii bener
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
🤗💞🌿🌼🌿
Slmt soree bunda Tien.. Terimaksih BM 13 nya.. Slmsht sll dri sukabumi🙏🥰
ReplyDeleteAlhamdulilah walau terlambat mengikuti kisah Retno namun selalu bisa membacanya.
ReplyDeleteMatur nuwun M Tien semoga sehat selalu dan lancar serta barokah semuanya.
Bu tien..pisahkan sj retno sm sapto. Moga" sapto memberikan retno pd budiono. Mngkn hidup retno bs bahagia.
ReplyDeleteHatiku merass pilu.ketika Sapto mengatakan bayi yg dilahirkan Retno akan menjadi milik Kori sedih ketika seorang wanita mengandung dan melahirkan tetapi tidak bisa memiliki buah hatinya.Sangat kejam .
ReplyDelete