Friday, February 18, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 43

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  43

(Tien Kumalasari)

 

Nina menatap Siska tak percaya. Kata-kata itu berisi sebuah ancaman, yang dia percaya bahwa Siska pasti akan membuktikannya. Buah manis yang dicecapnya ternyata mengandung ulat yang sangat berbisa, dan racun yang mematikan. Aduhai.

“Itu benar, aku tak mau rugi. Dan ini hanyalah peringatan, agar nanti, kalau sudah merasa kaya, jangan sampai kemudian anak-anak kalian akan begitu gampang berlenggang pergi dari aku,” kata Siska tandas.

“Jadi selamanya mereka harus terikat sama kamu?”

“Mereka belajar dari aku, bagaimana mereka bisa meninggalkan aku begitu saja? Aku kesini hanya akan mengatakan itu. Aku tunggu kedatangan Endah dan akan aku katakan apa yang harus dilakukannya, apabila dia benar-benar akan meninggalkan aku,” kata Siska sambil berdiri, kemudian beranjak pergi.

Tak sepatah katapun Nina menjawab ucapan Siska. Ia sedang mengecap rasa pahit yang benar-benar pahit, diantara manisnya buah yang dikunyahnya.

Nina melangkah keluar, dan duduk di teras sendirian. Dihalaman ia melihat tanaman yang kering kerontang karena musim panas yang menggigit. Tak banyak pekerjaan yang dia lakukan, tapi ia tak sempat menyiram tanaman-tanaman hias yang dulu selalu dirawatnya agar Haryo betah tinggal di rumah itu. Tampak daun-daun yang tersisa menunduk layu, menunggu saat gugur ketanah bersama ranting-ranting kering lainnya. Tapi Nina tak peduli. Persetan dengan tanaman-tanaman itu, yang dia sukai hanyalah belanja dan bersenang-senang. Ia lupa bahwa dia telah menikmati darah dan dosa anak-anaknya, yang dijerumuskannya agar nikmat yang didapatnya bisa terus menjadikannya hidup bergelimang uang.

Tiba-tiba ponsel Nina berdering. Nama bu Singgih tertera di layar ponselnya.

“Aduh, apa sudah harus membayar?” keluh Nina yang kemudian mengangkat ponselnya.

“Hallo bu.”

“Saya bicara dengan bu Haryo?”

“Ya, bagaimana Bu?”

“Saya hanya ingin mengingatkan, bahwa bulan depan masa kontrak rumah ini sudah habis.”

“Oh, bulan depan ya? Saya lupa dan belum membaca lagi surat kontrak itu.”

“Iya Bu, memang sudah habis. Tapi saya tidak ingin mengontrakkan lagi rumah ini Bu.”

“Kenapa tidak Bu? Saya malah bermaksud membeli rumah ini.”

“Benarkah? Saya memang ingin menjual rumah ini. Kalau berminat, saya ingin Ibu dan pak Haryo datang ke rumah untuk membicarakannya.”

“Baiklah, nanti saya bilang sama anak-anak. Ibu tenang saja.”

“Kapan Ibu akan ke rumah? Soalnya sudah ada orang lain yang berminat juga atas rumah ini.”

“Secepatnya saya akan datang.”

“Baik Bu, saya tunggu ya.”

Nina meletakkan ponselnya. Ia merasa bahwa anaknya akan bisa membayar rumah ini. Bukankah Endah akan menjadi isteri orang kaya? Endah harus bisa minta kepada suaminya itu, agar mau membeli rumah yang ditempatinya.

Tak sabar menunggu, Nina menelpon Endah. Tapi telponnya tidak aktif. Dengan kesal dia menulis pesan singkat ke Endah, agar segera pulang walau hanya sebentar. Masalah rumah ini sangat mendesak, karena ada orang lain yang berminat. Jadi ia harus cepat.

***

Hari itu Danarto menelpon Desy, saat Desy makan siang di kantin.

“Hallo Mas, aku lagi makan nih.”

“Makan dimana ?”

“Di kantin. Mas sudah membaca pesanku?”

“Sudah, maaf aku baru bisa menelpon.”

“Aku tahu, Mas pasti sibuk.”

“Jadi Bapak sudah pulang?”

“Sudah, baru kemarin. Tapi pulangnya kemana, aku tidak tahu. Bapak pulang sendiri, entah dijemput siapa, ketika aku belum datang ke rumah sakit.”

“Rupanya Bapak benar-benar ingin menyendiri.”

“Aku sedih karenanya Mas, padahal Ibu sudah bilang mau menerimanya seandainya Bapak mau pulang ke rumah.”

“Iya, aku ikut prihatin. Nanti aku akan coba menghubungi Bapak. Tapi masalah pembayaran di rumah sakit itu, bukan aku lhoh. Aku hanya minta potongan harga untuk Bapak, dan dokter Winoto juga membebaskan pembayaran atasnya.”

“Oh, iya Mas, aku harus berterima kasih untuk itu. Tapi siapa ya yang melunasi pembayarannya? Bapak menulis surat sama aku untuk menanyakannya, katanya dia akan menggantinya.”

“Menulis surat? Bukan menelpon atau menulis pesan saja?”

“Ya, menulis surat. Rupanya Bapak tak ingin aku mengetahui nomor kontaknya yang baru. Dan menyuruh aku menulisnya di WA tentang nominal uang yang akan dibayarnya. Padahal nomor itu sudah tidak aktif. Jadi ketika aku menulis pesan untuk Bapak, tetap saja tidak tersampaikan. Aku jadi bingung sendiri.”

“Benarkah? Berarti aku juga tidak akan bisa menghubungi dong kalau nomornya ganti.”

“Aku sama sekali tidak bisa menghubunginya.”

“Mengapa ya, Bapak bersikeras ingin menjauhi keluarganya?”

“Mungkin rasa bersalah sama Ibu itu penyebabnya. Tapi aku berharap pada suatu hari nanti hati Bapak akan terbuka, dan kami akan kembali bersama-sama. Padahal aku sangat khawatir Mas, Bapak kan harus memakai kursi roda, sedangkan mata sebelah kiri tidak bisa melihat jelas, aku tak bisa membayangkan bagaimana Bapak menjalani hari-harinya.”

“Aku bisa mengerti bagaimana perasaan kamu Des, tapi saat ini yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa agar terbuka hati Bapak, sambil mencari jalan bagaimana bisa menemukan dimana Bapak tinggal.”

“Aku berharap satu hal, orang yang pulang bersama Bapak itu siapa ya? Kata perawat Bapak dijemput oleh seorang laki-laki.”

“Bisakah kamu mengira-ira siapa dia? Barangkali kunci untuk bertemu Bapak adalah laki-laki itu. Teman dosen barangkali?”

“Ah ya, aku tidak berpikir kesana, soalnya mengingat bahwa Bapak sudah tidak lagi mengajar. Tapi besok aku akan mencoba ke sana.”

“Aku hanya ikut berdoa Des, maaf sekali belum bisa membantu.”

“Tidak apa-apa Mas, selesaikan tugasmu dan pulanglah setelah berhasil. Aku juga akan selalu berdoa untuk kamu.”

“Malam nanti pandanglah bulan di langit, aku akan memandangi bulan yang sama, kamu masih ingat pesan itu kan?”

“Ah ….”

***

Hari terus berjalan, dan Desy tak berhasil menemukan siapa yang telah menjemput ayahnya. Di kampus, tempat ayahnya dulu mengajar sama sekali tak ada yang tahu dimana Haryo berada. Desy pulang dengan rasa kecewa dan sedikit malu. Malu, karena dengan pencarian itu, semua teman-teman ayahnya jadi tahu bahwa terjadi sesuatu atas keluarganya. Tapi apa boleh buat, Desy pasrah saja. Yang dilakukannya adalah dalam usahanya menemukan sang ayah yang raib entah kemana.

***

Hari itu Endah benar-benar pulang ke rumah. Ia tidak terkejut mendengar penuturan ibunya tentang kedatangan Siska yang menuntut ganti rugi kalau sampai dia dinikahi oleh seseorang.

“Siska itu memang keterlaluan. Kita sudah masuk ke dalam perangkapnya,” keluh Nina.

“Ibu tidak usah khawatir. Pak Reza, calon suami aku, sudah menemui tante Siska dan membayar berapapun yang dia minta. Semuanya sudah selesai.”

“Oh, benarkah? Ibu lega sekarang. Siapa sebenarnya Reza itu? Apakah dia masih muda? Ganteng dan pastinya kaya kan?”

“Dia tidak lagi muda, tapi kaya raya. Dia seorang pengusaha yang sukses, dan dia lumayan ganteng kok.”

“Syukurlah, Ibu senang mendengarnya, tanpa Siska kamu bisa meraih kehidupan yang menyenangkan.”

“Iya Bu, dia amat mencintai saya dan tak ingin melepaskan saya.”

“Ibu bangga padamu Ndah, kamu bisa menarik hati seorang kaya. Tapi begini Ndah, beberapa hari yang lalu, pemilik rumah ini menelpon, katanya bulan depan masa kontrak rumah ini sudah habis. Tapi dia tak ingin kita mengontraknya lagi karena ingin menjual saja rumah ini.”

“Ya biar saja bu, dia menjualnya.”

“Maksud Ibu begini lho, kamu bilanglah kepada calon suami kamu itu. Minta agar dia membayar rumah ini, agar bisa sepenuhnya menjadi milik kita. Dan kita harus cepat, karena katanya ada orang lain yang juga menginginkan rumah ini.”

“Tidak usah Bu, biar saja dia menjual rumah ini kepada orang lain. Pak Reza sudah menjanjikan rumah untuk Endah. Endah sudah melihat rumah itu. Bagus sekali Bu, jauh lebih mewah dari rumah ini.”

“Benarkah?” Nina bersorak penuh kegembiraan mendengar penuturan anaknya.

“Iya Bu, kita tidak usah khawatir tentang rumah. Bulan depan kita bisa pindah kesana.”

“Ya ampun Ndah, tidak mengira kamu bisa menyenangkan Ibumu seperti ini. Terima kasih ya Ndah,” Nina memeluk anaknya dan menciumi sepuasnya.

***

Hari terus berjalan, sebulan, dua bulan tiga bulan sudah berlalu. Nina sudah meninggalkan rumah lamanya, berpindah ke rumah baru yang ditempati bersama Endah, yang hanya kadang-kadang ‘suami’ nya pulang, atau mengajaknya bepergian untuk beberapa hari. Hidup Nina benar-benar bergelimang harta. Hari-harinya dihabiskan untuk belanja dan berfoya-foya.

“Kamu tidak usah iri kepada kakakmu, kamu bisa mendapatkan lebih kalau selalu bersama tante,” kata Siska yang selalu menghibur Ana yang tampak kecewa karena tidak lagi bersama kakaknya.

“Tapi sebenarnya Ana sudah lelah tante,” keluhnya pada suatu hari.

“Ana, lihat, berapa tabungan kamu. Sudah cukupkah untuk membeli sesuatu yang membuatmu senang? Mobil misalnya, sudah bisakah kamu membelinya? Jangan berhenti sebelum kamu bisa mencapai apa yang kamu inginkan,” Siska selalu memberinya semangat.

Ana juga dikenalkan dengan wanita-wanita lain yang bekerja bersama Siska, tapi ditempatkan di rumah yang lain. Ana baru tahu, Siska memiliki banyak perempuan yang ‘diperdagangkan’. Hanya dia dan Endah yang boleh tinggal dirumahnya, karena ibunya adalah sahabat Siska. Itu yang dikatakan Siska. Dan Ana memang agak terhibur bertemu dengan perempuan-perempuan lain yang ‘senasib’ tapi yang menyenangi pekerjaannya karena uang.

***

Tapi sesungguhnya Ana sudah jenuh dengan pekerjaan itu. Dirumah Endah, ia mengatakan perasaanya kepada Ibunya. Namun apa kata Nina? Ia justru memarahi Ana ketika ia mengutarakan ingin berhenti.

“Apa kamu sudah kaya? Mengapa ingin berhenti? Berhentilah kalau kamu sudah bisa seperti kakakmu. Lihat, rumah yang begini mewah, perabotan yang luar biasa, dan uang yang tak pernah putus diberikan oleh suaminya. Apa kamu tak menginginkannya? Kumpulkan uang sebanyak-banyaknya, atau cari suami yang kaya raya, barulah kamu boleh berhenti,” katanya tanpa belas.

Ana mengeluh sedih, tapi Endah menghiburnya.

“Bersabarlah An, lama-lama kamu akan bisa menjerat salah seorang pria kaya. Jerat dia dengan pelayanan yang baik dan menyenangkan.” Endah mengajari adiknya.

***

Hari itu seperti biasa Sarman datang ke rumah Haryo untuk membantu seperlunya. Rasa iba membuatnya tak pernah merasa letih, walau seharian bekerja di kampus, lalu sorenya pergi ke rumah Haryo. Ia membersihkan rumah dan membelanjakan semua keperluan Haryo.

“Man, sebenarnya aku sungkan, kamu sering kemari dan itu membuat kamu repot bukan?”

“Tidak Pak, saya senang melakukannya. Kan tidak setiap hari?”

“Terima kasih banyak ya Man, aku jadi merasa tidak sendirian. Tapi kamu tidak pernah mengatakan kepada siapapun tentang keberadaanku kan Man?”

“Tidak pak. Dulu itu pernah, ada yang mencari Bapak. Sudah agak lama, kira-kira beberapa hari setelah Bapak pulang dari rumah sakit, maaf saya lupa cerita kepada Bapak.”

“Siapa Man?”

“Sepertinya puteri Bapak. Saya hanya mendengar dari orang kantor saja, dan untunglah tidak bertanya kepada saya.”

“Syukurlah. Bukankah orang kantor juga tidak ada yang tahu?”

“Tidak Pak.”

“Terima kasih ya Man.”

“Sebenarnya saya tidak mengerti, mengapa Bapak melakukan semua ini.”

“Nanti pada suatu hari kamu akan mengerti.”

Selalu itulah yang dikatakan Haryo, tapi dia tak pernah mengatakan apapun kecuali hanya menjawab bahwa dia ingin menenangkan diri tanpa diganggu siapapun.

“Man, bisakah kamu membantu menjualkan mobilku itu?”

“Dijual Pak?”

“Iya. Untuk apa aku punya mobil, sementara aku tak bisa mengendarainya?”

“Bapak kan bisa berlatih. Sekarangpun Bapak sudah bisa berjalan dengan tongkat, siapa tahu nanti Bapak akan bisa menyetir mobil sendiri?”

“Tidak Man, aku tidak butuh mobil itu. Kalau aku ingin pergi, aku bisa memanggil taksi, atau kalau dekat aku bisa berjalan sendiri biarpun memakai tongkat.”

“Mau dijual berapa Pak?”

“Terserah laku berapa, setiap mobil kan ada pasarannya. Pokoknya terjual. Tolong ya Man?”

“Baiklah Pak, akan saya usahakan.”

“Terima kasih karena selalu menemani aku Man.”

“Jangan dipikirkan Pak, saya senang melakukannya. Bapak saya anggap seperti orang tua saya sendiri.”

“Sekali lagi terima kasih, Man.”

***

Sore hari itu hari sangat cerah. Udara yang panas menjadi sejuk oleh semilir angin sore yang menyegarkan.

Endah dan Ibunya serta Ana yang kebetulan sedang liburan, duduk di taman depan rumah Endah yang menawan. Diantara bunga-bunga cantik yang tersebar di sekeliling kolam ikan, dimana ikan-ikan cantik berenang ke sana kemari dengan lincahnya.

“Mengapa di rumah saja? Bagaimana kalau kita berjalan-jalan? Bukankah ada mobil Ndah?”

“Boleh Bu, hari ini Pak Reza tidak pulang, jadi kita bebas pergi kemana saja. Mumpung Ana juga sedang liburan,” kata Endah.

“Asyiik, kita jalan-jalan,” seru Ana gembira.

Tapi begitu mereka beranjak dari taman di tepian kolam itu, ia melihat sebuah mobil berhenti.

“Pak Reza kah? Kok nggak masuk?” gumam Endah.

Seorang wanita cantik berpakaian glamour turun, diikuti oleh tiga orang laki-laki berpakaian serba hitam. Celana hitam, baju dan jacket juga berwarna hitam. Wanita itu melangkah ke halaman, dengan langkah anggun, bak seorang peragawati gemulai berjalan diatas cat walk. Wanita itu tidak muda lagi, tapi cara dia berdandan dan berpakaian, menampakkan wajah jauh lebih muda dari umurnya.

Nina dan kedua anaknya berdiri menunggu, siapakah gerangan tamu yang tampak gemerlap itu.

“Kamu siapa?” tiba-tiba wanita cantik itu menuding ke arah Nina dengan pandangan merendahkan.

“Saya ibunya pemilik rumah ini,” jawab Nina dengan tenangnya.

Tiba-tiba wanita cantik itu tertawa.

“Kamu? Siapa pemilik rumah ini?”

“Ini rumah anak saya ini,” kata Nina sambil menunjuk ke arah Endah.”

Wajah wanita itu mendadak gelap. Ia melangkah maju mendekati Endah, kemudian menampar wajahnya dengan keras.

Plaaakkk !!

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

85 comments:

  1. Replies
    1. Selamat mbk Wiwik juara 1

      Mtnuwun mbak Tien sdh tayang MKJnya

      Delete
    2. Alhamdulillah, sing juara mestine mbak Nani yooo...manusang bu Tien, salam sehat tetap cemungud

      Delete
    3. Selamat mba Wiwik juara 1 terus.. trimakasih bunda Tien.. salam seroja dan tetap Aduhaaaai ❤️😘🙏

      Delete
    4. Aku gak ikutan ya jeng Wiwik...
      Matur nuwun, bu Tien.
      MKJ_43 sdh ditayang gasik sebelum jam 20.00
      Salam ADUHAI dari mBandung...

      Delete
    5. mau ikutan ...gak pernah menang....hehehe...salam aduhai

      Delete
  2. Alhamdulillah sudah tayang
    Makasih bu Tien, salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah tayang gasik, matur nuwun bunda Tien.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, matur nueun bunda Tien, semoga bunda selalu dalam keadaan sehat dan selalu menghasilkan karya yg bermutu. Aamiin

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah MKJ~43 hadir gasik.. maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nina, Endah dan Ana, terima saja dgn iklas hal2 yg tidak mengenakkanmu ditekan tante Siska,jadi budak nafsu, dicaci maki ditempeleng bini orang dsb mungkin itu jalanmu untuk alih profesi yg lebih luhur dan manusiawi dari pada hanya menjadi budak pemuas nafsu.

      Delete
  6. Wuaduh Endah ditampar?..sakit dong.
    Bu Tien mstur nuwun, gasik

    ReplyDelete
  7. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir gasik
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap..

    ReplyDelete
  8. Terimakasih bunda Tien..
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  9. Terima kasih MKJ 43 sudah tayang salam aduhai

    ReplyDelete
  10. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo,

    ReplyDelete
  11. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun, bu Tien🙏❤
      Sehat senantiasa dan selalu aduhaii💗💗

      Delete
  12. Alhamdulillah
    Maturnuwun bunda Tien
    Salam Sehat dan Aduhai

    ReplyDelete
  13. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  14. 𝐏𝐥𝐚𝐚𝐤𝐤𝐤𝐤..𝐀𝐦𝐛𝐲𝐚𝐫𝐫 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐧𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐥𝐚𝐤𝐤𝐤.
    𝐋𝐮𝐦𝐚𝐲𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐧𝐚𝐬 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐢. 𝐒𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐧𝐢 𝐧𝐠𝐞𝐩𝐥𝐚𝐤𝐤 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐚𝐩𝐚 𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐭𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡..???.

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚..🙏🙏👍👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam sehat bahagia dan ADUHAI pak Indriyanto
      Ambyaaarr..

      Delete
  15. Aduh bu Tien koq episode ini diakhiri dengan tampatan ke Endah.. Jangan jangan itu isyti pak Reza ya.. Wah bisa bisa Nina dan anak anaknya dilempar ke jalanan. Nah rasasin deh Nina, buah dari perbuatan yang kurang baik hasilnya yang tidak baik. Kembali ke Haryo yang masih gengsi untuk kembali ke Tindy..sepertinya dia menyendiri dambil introspeksi diri, tidak ada kata terlambat untuk bertobat. semoga di akhir nanti Haryo bahaguia bersama Tindy dan anak anaknya. Salam sehat selalu, tolong bantu Danasrto mengorek alamat rumah Haryo ya bu...

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillashh dah tayang lebih cepat
    Mudah”an ketahuan yg sebrnarnya mungkin wanita itu istri sah
    Nina, endah, kabur luu gak punya rumah lagi

    ReplyDelete
  17. Absen hadir hehehe.Maturnuwun Mbak tetap Semangat & sehat.

    ReplyDelete
  18. Nah lu Endah,dikemplang emgnya enak?wkwk,sgg ndalu mb Tien K,br asik&tegang je,kok bsk lg,yach....

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat... Semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah MKJ dah tayang ...
    Matur nuwun Mbak Tien , semoga selalu sehat nggih ... Aamiin ☺💪🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah MKJ 43 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  22. Terima kasih MKJ 43 wah cerita bertambah seru terima kasih bu Tin sugeng dalu.

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah MKJ 43 sudah tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat aamiin
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  24. Waduh,istri Rezakah itu?
    Lha dptnya gampang hilangnya ya gampang.
    Sugeng dalu mb Tien. Cerita makin ok.
    Salam sehat nan aduhai mb Tien.
    Yuli Suryo
    Semarang

    ReplyDelete
  25. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah berkunjung.
    Endah mungkin akan segera diusir dari rumah itu ya...kacian deh Lo... Tapi tabungannya pasti sudah banyak, beli rumah sendiri dong.
    Ah... pak Haryo kok menyendiri, baikan sama ibu lebih baik. Ingat anakmu perempuan yang sangat perlu ada sosok seorang ayah.
    Salam sehat Ah untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI...Ah..Ah..

    ReplyDelete
  26. Selamat malam bunda Tien.. Alhamdullilah MKJ sdh hadir..salam sehat selalu dri sukabumi.. 🙏🙏🥰🥰

    ReplyDelete
  27. Peraang segeta mulai .. mksih nbak tien

    ReplyDelete
  28. Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu....

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk MKJnya, Makin seru nih,,bgm nasib Endah ,,, Aduhaaii

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    🙏🤗💖

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya. Salam sehat sejahtera selalu

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien.
    Smg sehat dan bahagia

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah.. Terima kasih Ibu Tien.. Semoga sehat dan semangat terus untuk menyapa kami. Ah *ADUHAI*.. #MBU Nina Karawang Jabar#

    ReplyDelete
    Replies
    1. trim ksh Bu Tien MKJ tambah seru, moga2 pak Harto pulang ke rumah Bu tindy

      Delete
  33. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin aduhai Bu. Salam sehat untuk semuanya...

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah MKJ43 sdh tayang.
    terima kasih mbak Tien🥰.
    semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin

    ReplyDelete
  35. Masalah... Masalah... Masalah...
    Selalu muncul tanpa diduga...
    Kebahagiaan semu muncul tanpa disadari bagi para pemburu nafsu...

    Seandainya bisa hidup dalam iman, rasa syukurlah yg muncul, walau hidup dalam kesulitan akan dijalani dgn cara2 baik.

    Pak Haryo mulai intropeksi dan bertobat
    Semoga dengan peristiwa2 kurang baik yg diderita Nina, Endah maupun Ana mendorong ganti profesi yg baik dan hidup tenang walau ekonomi hanya sekedar cukup.

    Monggo ibu Tien, dilanjut aja penasaran banget. Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  36. Maturnuwun mbak Tien..MKJ43nya..

    Waduuh...Endah ditampar..kemudian diusir dr rmh itu..jdnya dijalanan deh..buah yg dipetik..
    Nina teganyaa sm anak sendiri..

    Naah Danar udh ngaku ga bayar biaya RS..hny minta keringanan n honor dokter prodeo..
    Jadii...Tindy yg membayar yaaa..duuuh..bener hatinya mulia..semoga Haryo makin sadar dgn kesendiriannya..sehingga mau kembali ke keluarganya..

    Lanjuut besok lagii..

    Salam.sehat dan aduhaiii bangeet mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  37. Waduuhh...bakalan seru kelanjutannya

    Salam sehat mbak Tien🥰

    ReplyDelete
  38. Sudah akan menuai hasilnya..
    Baru tamparan awal😊😊😊

    ReplyDelete
  39. 𝑺𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈?
    𝑰𝒔𝒕𝒓𝒊 𝒑𝒂𝒌 𝑹𝒆𝒛𝒂 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒘𝒂 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒑𝒂𝒌 𝑹𝒆𝒛𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑬𝒏𝒅𝒂𝒉?

    ReplyDelete
  40. Alhamdulilah, terima kasih bu tien mkj dah tayang tambah seru ..siapa menabur dia akan menuai ...pak haryo sdh menuai ... dan sekatang nina dan anak2nya juga alan menuai hadil etbuayannya ....salam aduhai dari pondok gefe

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat dan bahagia selalu,
    Aamiin.

    ReplyDelete
  42. Trims Bu Tien....udah hadir trims Bu Tien udah menghibur

    ReplyDelete
  43. Assalamualaikum wr wb. Memang enak jadi wanita simpanan..lama lama ketahuan juga. Rupanya istri sah atau simpanan Reza juga, datang melabrak Endah dan keluarganya. Suami selingkuh itu dosanya sendiri, krn telah menghianati janji suci di depan penghulu dan disaksikan sanak keluarganya dan Allah Swt. Haryo yg sekarang hidup merana, boleh jadi itu karena berhianat kpd keluarganya.
    Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin menarik saja dan semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam wr wb.
      Aamiin Ya Rabb
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  44. Alhamdulillah..pokok nya seru smoga ini pelakor yg mau enak ..eee anak2nya hrs menjual diri..ñih ada nyata pasti ...kasian ya..sadar pak Haryo butuh keluarga..istrimu juga anak2 mu sabar ..balik gih mau menua sendiri ya ..laki2 sok kepedean udah pensiun ya ahkirnya akan nyari keluarga utuh ..ooo laki2 yaa pasti ada perempuan ngini juga ..hahahah ..makasih bu Tien

    ReplyDelete
  45. Matur nuwun Ibu Tien,
    Yang menanam mulai panen....
    Haryo...menyendiri...mudah2an penjualan mobil menguak keberadaanya..
    Yang bayar ..bisa ibu Tindy ..via mas Danarto yg gampang cari informasi berapa tagihan..
    Bu Tien ditunggu episide2 penuh oesan moral

    Mugi Ibu tansah sehat
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  46. Ya yg bayar rumah sakit kemingkingan lelaki kaya raya½ tua yg mkn bersama Anna waktu terjadi penganiyaan.Karena Ana mengatakan itu ayah tirinya.

    ReplyDelete
  47. Wah bu Tien terbawa AH nya Desy.. ya to AH...semoga Danarto menemukan alamat Haryo AH

    ReplyDelete
  48. Apa mgkn wanita cantik saingannya Siska ya. Krn pelanggannya diambil Endah? Atau istri Reza.
    Maturnuwun mb Tien.
    Yuli Semaranh

    ReplyDelete
  49. Wis kesel ach ndak nongol² hihihi sampun ngantuk, pdhl pinisirin, mbakyuku iki pancen jago ubek² atinya sing moco salam kangen dan aduhaai lanjuuut n wassalam dari Tanggamus

    ReplyDelete
  50. Malam ini libur ya cerbungnya mbak Tien?
    Sedang penasaran nih,Nina ,Endah dan Ana bakalan di usir dari rumah mewah dan rumah kontrakan nya jg.Bgm nasib mereka?

    ReplyDelete
  51. Hanya mbak Tien yang bisa membujuk Haryo, anak2nya pun gak bisa, saya yakin mbak Tien bisa mbujuk Haryo, tolong dibujuk mbak Tien, *aduhai* kasian juga "ah" Haryo.salam sehat selalu,

    ReplyDelete