MEMANG KEMBANG JALANAN
43
(Tien Kumalasari)
Nina menatap Siska tak percaya. Kata-kata itu berisi
sebuah ancaman, yang dia percaya bahwa Siska pasti akan membuktikannya. Buah
manis yang dicecapnya ternyata mengandung ulat yang sangat berbisa, dan racun
yang mematikan. Aduhai.
“Itu benar, aku tak mau rugi. Dan ini hanyalah
peringatan, agar nanti, kalau sudah merasa kaya, jangan sampai kemudian anak-anak kalian akan
begitu gampang berlenggang pergi dari aku,” kata Siska tandas.
“Jadi selamanya mereka harus terikat sama kamu?”
“Mereka belajar dari aku, bagaimana mereka bisa
meninggalkan aku begitu saja? Aku kesini hanya akan mengatakan itu. Aku tunggu
kedatangan Endah dan akan aku katakan apa yang harus dilakukannya, apabila dia
benar-benar akan meninggalkan aku,” kata Siska sambil berdiri, kemudian
beranjak pergi.
Tak sepatah katapun Nina menjawab ucapan Siska. Ia
sedang mengecap rasa pahit yang benar-benar pahit, diantara manisnya buah yang
dikunyahnya.
Nina melangkah keluar, dan duduk di teras sendirian.
Dihalaman ia melihat tanaman yang kering kerontang karena musim panas yang menggigit.
Tak banyak pekerjaan yang dia lakukan, tapi ia tak sempat menyiram
tanaman-tanaman hias yang dulu selalu dirawatnya agar Haryo betah tinggal di
rumah itu. Tampak daun-daun yang tersisa menunduk layu, menunggu saat gugur
ketanah bersama ranting-ranting kering lainnya. Tapi Nina tak peduli. Persetan
dengan tanaman-tanaman itu, yang dia sukai hanyalah belanja dan
bersenang-senang. Ia lupa bahwa dia telah menikmati darah dan dosa
anak-anaknya, yang dijerumuskannya agar nikmat yang didapatnya bisa terus
menjadikannya hidup bergelimang uang.
Tiba-tiba ponsel Nina berdering. Nama bu Singgih
tertera di layar ponselnya.
“Aduh, apa sudah harus membayar?” keluh Nina yang
kemudian mengangkat ponselnya.
“Hallo bu.”
“Saya bicara dengan bu Haryo?”
“Ya, bagaimana Bu?”
“Saya hanya ingin mengingatkan, bahwa bulan depan masa
kontrak rumah ini sudah habis.”
“Oh, bulan depan ya? Saya lupa dan belum membaca lagi
surat kontrak itu.”
“Iya Bu, memang sudah habis. Tapi saya tidak ingin
mengontrakkan lagi rumah ini Bu.”
“Kenapa tidak Bu? Saya malah bermaksud membeli rumah
ini.”
“Benarkah? Saya memang ingin menjual rumah ini. Kalau
berminat, saya ingin Ibu dan pak Haryo datang ke rumah untuk membicarakannya.”
“Baiklah, nanti saya bilang sama anak-anak. Ibu tenang
saja.”
“Kapan Ibu akan ke rumah? Soalnya sudah ada orang lain
yang berminat juga atas rumah ini.”
“Secepatnya saya akan datang.”
“Baik Bu, saya tunggu ya.”
Nina meletakkan ponselnya. Ia merasa bahwa anaknya
akan bisa membayar rumah ini. Bukankah Endah akan menjadi isteri orang kaya?
Endah harus bisa minta kepada suaminya itu, agar mau membeli rumah yang
ditempatinya.
Tak sabar menunggu, Nina menelpon Endah. Tapi
telponnya tidak aktif. Dengan kesal dia menulis pesan singkat ke Endah, agar
segera pulang walau hanya sebentar. Masalah rumah ini sangat mendesak, karena
ada orang lain yang berminat. Jadi ia harus cepat.
***
Hari itu Danarto menelpon Desy, saat Desy makan siang
di kantin.
“Hallo Mas, aku lagi makan nih.”
“Makan dimana ?”
“Di kantin. Mas sudah membaca pesanku?”
“Sudah, maaf aku baru bisa menelpon.”
“Aku tahu, Mas pasti sibuk.”
“Jadi Bapak sudah pulang?”
“Sudah, baru kemarin. Tapi pulangnya kemana, aku tidak
tahu. Bapak pulang sendiri, entah dijemput siapa, ketika aku belum datang ke
rumah sakit.”
“Rupanya Bapak benar-benar ingin menyendiri.”
“Aku sedih karenanya Mas, padahal Ibu sudah bilang mau
menerimanya seandainya Bapak mau pulang ke rumah.”
“Iya, aku ikut prihatin. Nanti aku akan coba
menghubungi Bapak. Tapi masalah pembayaran di rumah sakit itu, bukan aku lhoh.
Aku hanya minta potongan harga untuk Bapak, dan dokter Winoto juga membebaskan
pembayaran atasnya.”
“Oh, iya Mas, aku harus berterima kasih untuk itu.
Tapi siapa ya yang melunasi pembayarannya? Bapak menulis surat sama aku untuk
menanyakannya, katanya dia akan menggantinya.”
“Menulis surat? Bukan menelpon atau menulis pesan
saja?”
“Ya, menulis surat. Rupanya Bapak tak ingin aku
mengetahui nomor kontaknya yang baru. Dan menyuruh aku menulisnya di WA tentang
nominal uang yang akan dibayarnya. Padahal nomor itu sudah tidak aktif. Jadi
ketika aku menulis pesan untuk Bapak, tetap saja tidak tersampaikan. Aku jadi
bingung sendiri.”
“Benarkah? Berarti aku juga tidak akan bisa
menghubungi dong kalau nomornya ganti.”
“Aku sama sekali tidak bisa menghubunginya.”
“Mengapa ya, Bapak bersikeras ingin menjauhi
keluarganya?”
“Mungkin rasa bersalah sama Ibu itu penyebabnya. Tapi
aku berharap pada suatu hari nanti hati Bapak akan terbuka, dan kami akan
kembali bersama-sama. Padahal aku sangat khawatir Mas, Bapak kan harus memakai
kursi roda, sedangkan mata sebelah kiri tidak bisa melihat jelas, aku tak bisa
membayangkan bagaimana Bapak menjalani hari-harinya.”
“Aku bisa mengerti bagaimana perasaan kamu Des, tapi
saat ini yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa agar terbuka hati Bapak, sambil
mencari jalan bagaimana bisa menemukan dimana Bapak tinggal.”
“Aku berharap satu hal, orang yang pulang bersama
Bapak itu siapa ya? Kata perawat Bapak dijemput oleh seorang laki-laki.”
“Bisakah kamu mengira-ira siapa dia? Barangkali kunci untuk bertemu Bapak adalah laki-laki itu. Teman dosen barangkali?”
“Ah ya, aku tidak berpikir kesana, soalnya mengingat
bahwa Bapak sudah tidak lagi mengajar. Tapi besok aku akan mencoba ke sana.”
“Aku hanya ikut berdoa Des, maaf sekali belum bisa
membantu.”
“Tidak apa-apa Mas, selesaikan tugasmu dan pulanglah setelah
berhasil. Aku juga akan selalu berdoa untuk kamu.”
“Malam nanti pandanglah bulan di langit, aku akan
memandangi bulan yang sama, kamu masih ingat pesan itu kan?”
“Ah ….”
***
Hari terus berjalan, dan Desy tak berhasil menemukan
siapa yang telah menjemput ayahnya. Di kampus, tempat ayahnya dulu mengajar
sama sekali tak ada yang tahu dimana Haryo berada. Desy pulang dengan rasa kecewa dan
sedikit malu. Malu, karena dengan pencarian itu, semua teman-teman ayahnya jadi tahu bahwa terjadi sesuatu atas keluarganya. Tapi apa boleh buat, Desy pasrah
saja. Yang dilakukannya adalah dalam usahanya menemukan sang ayah yang raib
entah kemana.
***
Hari itu Endah benar-benar pulang ke rumah. Ia tidak
terkejut mendengar penuturan ibunya tentang kedatangan Siska yang menuntut
ganti rugi kalau sampai dia dinikahi oleh seseorang.
“Siska itu memang keterlaluan. Kita sudah masuk ke
dalam perangkapnya,” keluh Nina.
“Ibu tidak usah khawatir. Pak Reza, calon suami aku,
sudah menemui tante Siska dan membayar berapapun yang dia minta. Semuanya sudah
selesai.”
“Oh, benarkah? Ibu lega sekarang. Siapa sebenarnya
Reza itu? Apakah dia masih muda? Ganteng dan pastinya kaya kan?”
“Dia tidak lagi muda, tapi kaya raya. Dia seorang
pengusaha yang sukses, dan dia lumayan ganteng kok.”
“Syukurlah, Ibu senang mendengarnya, tanpa Siska kamu
bisa meraih kehidupan yang menyenangkan.”
“Iya Bu, dia amat mencintai saya dan tak ingin
melepaskan saya.”
“Ibu bangga padamu Ndah, kamu bisa menarik hati
seorang kaya. Tapi begini Ndah, beberapa hari yang lalu, pemilik rumah ini
menelpon, katanya bulan depan masa kontrak rumah ini sudah habis. Tapi dia tak
ingin kita mengontraknya lagi karena ingin menjual saja rumah ini.”
“Ya biar saja bu, dia menjualnya.”
“Maksud Ibu begini lho, kamu bilanglah kepada calon
suami kamu itu. Minta agar dia membayar rumah ini, agar bisa sepenuhnya menjadi
milik kita. Dan kita harus cepat, karena katanya ada orang lain yang juga
menginginkan rumah ini.”
“Tidak usah Bu, biar saja dia menjual rumah ini kepada
orang lain. Pak Reza sudah menjanjikan rumah untuk Endah. Endah sudah melihat
rumah itu. Bagus sekali Bu, jauh lebih mewah dari rumah ini.”
“Benarkah?” Nina bersorak penuh kegembiraan mendengar
penuturan anaknya.
“Iya Bu, kita tidak usah khawatir tentang rumah. Bulan
depan kita bisa pindah kesana.”
“Ya ampun Ndah, tidak mengira kamu bisa menyenangkan
Ibumu seperti ini. Terima kasih ya Ndah,” Nina memeluk anaknya dan menciumi
sepuasnya.
***
Hari terus berjalan, sebulan, dua bulan tiga bulan
sudah berlalu. Nina sudah meninggalkan rumah lamanya, berpindah ke rumah baru
yang ditempati bersama Endah, yang hanya kadang-kadang ‘suami’ nya pulang, atau
mengajaknya bepergian untuk beberapa hari. Hidup Nina benar-benar bergelimang
harta. Hari-harinya dihabiskan untuk belanja dan berfoya-foya.
“Kamu tidak usah iri kepada kakakmu, kamu bisa
mendapatkan lebih kalau selalu bersama tante,” kata Siska yang selalu menghibur
Ana yang tampak kecewa karena tidak lagi bersama kakaknya.
“Tapi sebenarnya Ana sudah lelah tante,” keluhnya pada
suatu hari.
“Ana, lihat, berapa tabungan kamu. Sudah cukupkah
untuk membeli sesuatu yang membuatmu senang? Mobil misalnya, sudah bisakah kamu
membelinya? Jangan berhenti sebelum kamu bisa mencapai apa yang kamu inginkan,”
Siska selalu memberinya semangat.
Ana juga dikenalkan dengan wanita-wanita lain yang
bekerja bersama Siska, tapi ditempatkan di rumah yang lain. Ana baru tahu,
Siska memiliki banyak perempuan yang ‘diperdagangkan’. Hanya dia dan Endah yang
boleh tinggal dirumahnya, karena ibunya adalah sahabat Siska. Itu yang
dikatakan Siska. Dan Ana memang agak terhibur bertemu dengan perempuan-perempuan
lain yang ‘senasib’ tapi yang menyenangi pekerjaannya karena uang.
***
Tapi sesungguhnya Ana sudah jenuh dengan pekerjaan
itu. Dirumah Endah, ia mengatakan perasaanya kepada Ibunya. Namun apa kata
Nina? Ia justru memarahi Ana ketika ia mengutarakan ingin berhenti.
“Apa kamu sudah kaya? Mengapa ingin berhenti?
Berhentilah kalau kamu sudah bisa seperti kakakmu. Lihat, rumah yang begini
mewah, perabotan yang luar biasa, dan uang yang tak pernah putus diberikan oleh
suaminya. Apa kamu tak menginginkannya? Kumpulkan uang sebanyak-banyaknya, atau
cari suami yang kaya raya, barulah kamu boleh berhenti,” katanya tanpa belas.
Ana mengeluh sedih, tapi Endah menghiburnya.
“Bersabarlah An, lama-lama kamu akan bisa menjerat
salah seorang pria kaya. Jerat dia dengan pelayanan yang baik dan menyenangkan.”
Endah mengajari adiknya.
***
Hari itu seperti biasa Sarman datang ke rumah Haryo
untuk membantu seperlunya. Rasa iba membuatnya tak pernah merasa letih, walau
seharian bekerja di kampus, lalu sorenya pergi ke rumah Haryo. Ia membersihkan
rumah dan membelanjakan semua keperluan Haryo.
“Man, sebenarnya aku sungkan, kamu sering kemari dan
itu membuat kamu repot bukan?”
“Tidak Pak, saya senang melakukannya. Kan tidak setiap
hari?”
“Terima kasih banyak ya Man, aku jadi merasa tidak
sendirian. Tapi kamu tidak pernah mengatakan kepada siapapun tentang
keberadaanku kan Man?”
“Tidak pak. Dulu itu pernah, ada yang mencari Bapak. Sudah
agak lama, kira-kira beberapa hari setelah Bapak pulang dari rumah sakit, maaf
saya lupa cerita kepada Bapak.”
“Siapa Man?”
“Sepertinya puteri Bapak. Saya hanya mendengar dari
orang kantor saja, dan untunglah tidak bertanya kepada saya.”
“Syukurlah. Bukankah orang kantor juga tidak ada yang
tahu?”
“Tidak Pak.”
“Terima kasih ya Man.”
“Sebenarnya saya tidak mengerti, mengapa Bapak
melakukan semua ini.”
“Nanti pada suatu hari kamu akan mengerti.”
Selalu itulah yang dikatakan Haryo, tapi dia tak pernah
mengatakan apapun kecuali hanya menjawab bahwa dia ingin menenangkan diri tanpa
diganggu siapapun.
“Man, bisakah kamu membantu menjualkan mobilku itu?”
“Dijual Pak?”
“Iya. Untuk apa aku punya mobil, sementara aku tak
bisa mengendarainya?”
“Bapak kan bisa berlatih. Sekarangpun Bapak sudah bisa
berjalan dengan tongkat, siapa tahu nanti Bapak akan bisa menyetir mobil
sendiri?”
“Tidak Man, aku tidak butuh mobil itu. Kalau aku ingin
pergi, aku bisa memanggil taksi, atau kalau dekat aku bisa berjalan sendiri
biarpun memakai tongkat.”
“Mau dijual berapa Pak?”
“Terserah laku berapa, setiap mobil kan ada
pasarannya. Pokoknya terjual. Tolong ya Man?”
“Baiklah Pak, akan saya usahakan.”
“Terima kasih karena selalu menemani aku Man.”
“Jangan dipikirkan Pak, saya senang melakukannya.
Bapak saya anggap seperti orang tua saya sendiri.”
“Sekali lagi terima kasih, Man.”
***
Sore hari itu hari sangat cerah. Udara yang panas
menjadi sejuk oleh semilir angin sore yang menyegarkan.
Endah dan Ibunya serta Ana yang kebetulan sedang
liburan, duduk di taman depan rumah Endah yang menawan. Diantara bunga-bunga
cantik yang tersebar di sekeliling kolam ikan, dimana ikan-ikan cantik berenang
ke sana kemari dengan lincahnya.
“Mengapa di rumah saja? Bagaimana kalau kita
berjalan-jalan? Bukankah ada mobil Ndah?”
“Boleh Bu, hari ini Pak Reza tidak pulang, jadi kita
bebas pergi kemana saja. Mumpung Ana juga sedang liburan,” kata Endah.
“Asyiik, kita jalan-jalan,” seru Ana gembira.
Tapi begitu mereka beranjak dari taman di tepian kolam
itu, ia melihat sebuah mobil berhenti.
“Pak Reza kah? Kok nggak masuk?” gumam Endah.
Seorang wanita cantik berpakaian glamour turun,
diikuti oleh tiga orang laki-laki berpakaian serba hitam. Celana hitam, baju
dan jacket juga berwarna hitam. Wanita itu melangkah ke halaman, dengan langkah
anggun, bak seorang peragawati gemulai berjalan diatas cat walk. Wanita itu
tidak muda lagi, tapi cara dia berdandan dan berpakaian, menampakkan wajah jauh
lebih muda dari umurnya.
Nina dan kedua anaknya berdiri menunggu, siapakah
gerangan tamu yang tampak gemerlap itu.
“Kamu siapa?” tiba-tiba wanita cantik itu menuding ke
arah Nina dengan pandangan merendahkan.
“Saya ibunya pemilik rumah ini,” jawab Nina dengan
tenangnya.
Tiba-tiba wanita cantik itu tertawa.
“Kamu? Siapa pemilik rumah ini?”
“Ini rumah anak saya ini,” kata Nina sambil menunjuk
ke arah Endah.”
Wajah wanita itu mendadak gelap. Ia melangkah maju
mendekati Endah, kemudian menampar wajahnya dengan keras.
Plaaakkk !!
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteSelamat mbk Wiwik juara 1
DeleteMtnuwun mbak Tien sdh tayang MKJnya
Sami2 jeng Nani
DeleteADUHAI AH
Alhamdulillah, sing juara mestine mbak Nani yooo...manusang bu Tien, salam sehat tetap cemungud
DeleteJuara lg mba Wiwik 👍😁
DeleteSelamat mba Wiwik juara 1 terus.. trimakasih bunda Tien.. salam seroja dan tetap Aduhaaaai ❤️😘🙏
DeleteKereeen mbak Wiwik👍😀
DeleteAku gak ikutan ya jeng Wiwik...
DeleteMatur nuwun, bu Tien.
MKJ_43 sdh ditayang gasik sebelum jam 20.00
Salam ADUHAI dari mBandung...
mau ikutan ...gak pernah menang....hehehe...salam aduhai
DeleteAlhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteMakasih bu Tien, salam sehat selalu.
Sami2 Ibu Sri
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah tayang gasik, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSami2 Ibu Isti
DeleteAlhamdulillah, matur nueun bunda Tien, semoga bunda selalu dalam keadaan sehat dan selalu menghasilkan karya yg bermutu. Aamiin
ReplyDeleteSami2 Ibu Wiwik
DeleteAamiin
DeleteAlhamdulillah MKJ~43 hadir gasik.. maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteSami2 Pak Djodhi
DeleteNina, Endah dan Ana, terima saja dgn iklas hal2 yg tidak mengenakkanmu ditekan tante Siska,jadi budak nafsu, dicaci maki ditempeleng bini orang dsb mungkin itu jalanmu untuk alih profesi yg lebih luhur dan manusiawi dari pada hanya menjadi budak pemuas nafsu.
DeleteWuaduh Endah ditampar?..sakit dong.
ReplyDeleteBu Tien mstur nuwun, gasik
Sami2 Ibu Umi
DeleteAlamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir gasik
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Sami2 pak Wedeye
DeleteAamiin
ADUHAI AH
Terimakasih bunda Tien..
ReplyDeleteSalam aduhai
Sami2 Ibu Hermina
DeleteADUHAI AH
nangis gak ya Endah ...kena gampar.....
DeleteTerima kasih MKJ 43 sudah tayang salam aduhai
ReplyDeleteSami2 Ibu Atiek
DeleteADUHAI AH
Trmksh bu tien..
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik,
Matur nuwun, bu Tien🙏❤
DeleteSehat senantiasa dan selalu aduhaii💗💗
Alhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun bunda Tien
Salam Sehat dan Aduhai
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
𝐏𝐥𝐚𝐚𝐤𝐤𝐤𝐤..𝐀𝐦𝐛𝐲𝐚𝐫𝐫 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐧𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐥𝐚𝐤𝐤𝐤.
ReplyDelete𝐋𝐮𝐦𝐚𝐲𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐧𝐚𝐬 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐢. 𝐒𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐧𝐢 𝐧𝐠𝐞𝐩𝐥𝐚𝐤𝐤 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐚𝐩𝐚 𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐭𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡..???.
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚..🙏🙏👍👍
Salam sehat bahagia dan ADUHAI pak Indriyanto
DeleteAmbyaaarr..
Aduh bu Tien koq episode ini diakhiri dengan tampatan ke Endah.. Jangan jangan itu isyti pak Reza ya.. Wah bisa bisa Nina dan anak anaknya dilempar ke jalanan. Nah rasasin deh Nina, buah dari perbuatan yang kurang baik hasilnya yang tidak baik. Kembali ke Haryo yang masih gengsi untuk kembali ke Tindy..sepertinya dia menyendiri dambil introspeksi diri, tidak ada kata terlambat untuk bertobat. semoga di akhir nanti Haryo bahaguia bersama Tindy dan anak anaknya. Salam sehat selalu, tolong bantu Danasrto mengorek alamat rumah Haryo ya bu...
ReplyDeleteADUHAI AH Ibu Noor
DeleteBaiklah..
Alhamdulillashh dah tayang lebih cepat
ReplyDeleteMudah”an ketahuan yg sebrnarnya mungkin wanita itu istri sah
Nina, endah, kabur luu gak punya rumah lagi
Mudah2an ADUHAI ibu Engkas
DeleteAbsen hadir hehehe.Maturnuwun Mbak tetap Semangat & sehat.
ReplyDeleteNah lu Endah,dikemplang emgnya enak?wkwk,sgg ndalu mb Tien K,br asik&tegang je,kok bsk lg,yach....
ReplyDeleteHehee..
DeleteEmang enaak ?
ADUHAI AH
Sami2 Pak Herry
ReplyDeleteAamiin
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat... Semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ dah tayang ...
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien , semoga selalu sehat nggih ... Aamiin ☺💪🌷🌷🌷🌷🌷
Alhamdulillah MKJ 43 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Terima kasih MKJ 43 wah cerita bertambah seru terima kasih bu Tin sugeng dalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 43 sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda selalu sehat aamiin
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Waduh,istri Rezakah itu?
ReplyDeleteLha dptnya gampang hilangnya ya gampang.
Sugeng dalu mb Tien. Cerita makin ok.
Salam sehat nan aduhai mb Tien.
Yuli Suryo
Semarang
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah berkunjung.
ReplyDeleteEndah mungkin akan segera diusir dari rumah itu ya...kacian deh Lo... Tapi tabungannya pasti sudah banyak, beli rumah sendiri dong.
Ah... pak Haryo kok menyendiri, baikan sama ibu lebih baik. Ingat anakmu perempuan yang sangat perlu ada sosok seorang ayah.
Salam sehat Ah untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI...Ah..Ah..
Selamat malam bunda Tien.. Alhamdullilah MKJ sdh hadir..salam sehat selalu dri sukabumi.. 🙏🙏🥰🥰
ReplyDeletePeraang segeta mulai .. mksih nbak tien
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu....
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk MKJnya, Makin seru nih,,bgm nasib Endah ,,, Aduhaaii
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
🙏🤗💖
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya. Salam sehat sejahtera selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSmg sehat dan bahagia
Alhamdulillah.. Terima kasih Ibu Tien.. Semoga sehat dan semangat terus untuk menyapa kami. Ah *ADUHAI*.. #MBU Nina Karawang Jabar#
ReplyDeleteSamo2 Ibu Nina
DeleteADUHAI AH..
trim ksh Bu Tien MKJ tambah seru, moga2 pak Harto pulang ke rumah Bu tindy
DeleteMaturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin aduhai Bu. Salam sehat untuk semuanya...
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ43 sdh tayang.
ReplyDeleteterima kasih mbak Tien🥰.
semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin
Masalah... Masalah... Masalah...
ReplyDeleteSelalu muncul tanpa diduga...
Kebahagiaan semu muncul tanpa disadari bagi para pemburu nafsu...
Seandainya bisa hidup dalam iman, rasa syukurlah yg muncul, walau hidup dalam kesulitan akan dijalani dgn cara2 baik.
Pak Haryo mulai intropeksi dan bertobat
Semoga dengan peristiwa2 kurang baik yg diderita Nina, Endah maupun Ana mendorong ganti profesi yg baik dan hidup tenang walau ekonomi hanya sekedar cukup.
Monggo ibu Tien, dilanjut aja penasaran banget. Matur nuwun Berkah Dalem.
Maturnuwun mbak Tien..MKJ43nya..
ReplyDeleteWaduuh...Endah ditampar..kemudian diusir dr rmh itu..jdnya dijalanan deh..buah yg dipetik..
Nina teganyaa sm anak sendiri..
Naah Danar udh ngaku ga bayar biaya RS..hny minta keringanan n honor dokter prodeo..
Jadii...Tindy yg membayar yaaa..duuuh..bener hatinya mulia..semoga Haryo makin sadar dgn kesendiriannya..sehingga mau kembali ke keluarganya..
Lanjuut besok lagii..
Salam.sehat dan aduhaiii bangeet mbak Tien..🙏💟🌹
Waduuhh...bakalan seru kelanjutannya
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien🥰
aduhai ah...
ReplyDeletematurnuwun
Sudah akan menuai hasilnya..
ReplyDeleteBaru tamparan awal😊😊😊
𝑺𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈?
ReplyDelete𝑰𝒔𝒕𝒓𝒊 𝒑𝒂𝒌 𝑹𝒆𝒛𝒂 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒘𝒂 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒑𝒂𝒌 𝑹𝒆𝒛𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑬𝒏𝒅𝒂𝒉?
Alhamdulilah, terima kasih bu tien mkj dah tayang tambah seru ..siapa menabur dia akan menuai ...pak haryo sdh menuai ... dan sekatang nina dan anak2nya juga alan menuai hadil etbuayannya ....salam aduhai dari pondok gefe
ReplyDeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
ReplyDeleteSenantiasa sehat dan bahagia selalu,
Aamiin.
Trims Bu Tien....udah hadir trims Bu Tien udah menghibur
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Memang enak jadi wanita simpanan..lama lama ketahuan juga. Rupanya istri sah atau simpanan Reza juga, datang melabrak Endah dan keluarganya. Suami selingkuh itu dosanya sendiri, krn telah menghianati janji suci di depan penghulu dan disaksikan sanak keluarganya dan Allah Swt. Haryo yg sekarang hidup merana, boleh jadi itu karena berhianat kpd keluarganya.
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin menarik saja dan semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
Wa'alaikum salam wr wb.
DeleteAamiin Ya Rabb
Matur nuwun pak Mashudi
Alhamdulillah..pokok nya seru smoga ini pelakor yg mau enak ..eee anak2nya hrs menjual diri..ñih ada nyata pasti ...kasian ya..sadar pak Haryo butuh keluarga..istrimu juga anak2 mu sabar ..balik gih mau menua sendiri ya ..laki2 sok kepedean udah pensiun ya ahkirnya akan nyari keluarga utuh ..ooo laki2 yaa pasti ada perempuan ngini juga ..hahahah ..makasih bu Tien
ReplyDeleteSami2 Ibu Yanti
DeleteADUHAI AH
Matur nuwun Ibu Tien,
ReplyDeleteYang menanam mulai panen....
Haryo...menyendiri...mudah2an penjualan mobil menguak keberadaanya..
Yang bayar ..bisa ibu Tindy ..via mas Danarto yg gampang cari informasi berapa tagihan..
Bu Tien ditunggu episide2 penuh oesan moral
Mugi Ibu tansah sehat
Salam aduhai
Sami2 Ibu Moedjiati
DeleteAamiin
ADUHAI AH
Ya yg bayar rumah sakit kemingkingan lelaki kaya raya½ tua yg mkn bersama Anna waktu terjadi penganiyaan.Karena Ana mengatakan itu ayah tirinya.
ReplyDeleteLanjud
ReplyDeleteWah bu Tien terbawa AH nya Desy.. ya to AH...semoga Danarto menemukan alamat Haryo AH
ReplyDeleteApa mgkn wanita cantik saingannya Siska ya. Krn pelanggannya diambil Endah? Atau istri Reza.
ReplyDeleteMaturnuwun mb Tien.
Yuli Semaranh
Wis kesel ach ndak nongol² hihihi sampun ngantuk, pdhl pinisirin, mbakyuku iki pancen jago ubek² atinya sing moco salam kangen dan aduhaai lanjuuut n wassalam dari Tanggamus
ReplyDeleteMalam ini libur ya cerbungnya mbak Tien?
ReplyDeleteSedang penasaran nih,Nina ,Endah dan Ana bakalan di usir dari rumah mewah dan rumah kontrakan nya jg.Bgm nasib mereka?
Hanya mbak Tien yang bisa membujuk Haryo, anak2nya pun gak bisa, saya yakin mbak Tien bisa mbujuk Haryo, tolong dibujuk mbak Tien, *aduhai* kasian juga "ah" Haryo.salam sehat selalu,
ReplyDelete