ROTI CINTA 34
(Tien Kumalasari)
Sumiati undur kebelakang tapi tangannya masih menggapai-gapai ke arah Rustanto.
“Ada apa kamu ini ? Malam-malam datang kemari sambil menangis?”
“Mas, maafkan aku mas, tolong terima aku kembali,” katanya diantara isak.
“Apa maksudmu kembali?”
“Aku tertipu mas, aku ternyata dijadikan isteri ketiga, anaknya sudah empat mas, aku nggak mau sama dia.”
“Itu urusan kamu, diantara kita sudah tidak ada apa-apa lagi,” kata Rustanto dingin.
“Mas, tadinya aku tidak tahu, dia bekerja di luar kota, ketika kembali dia meminang aku, aku kira dia masih bujangan mas.”
“Iya, lalu mau kamu apa datang kemari malam-malam begini?”
“Aku menunggu kamu sejak sore mas, aku harus ketemu kamu untuk meminta maaf. Maafkan aku ya mas.”
“Iya, aku sudah memaafkan kamu. Sudah semestinya orang memilih yang terbaik untuk hidupnya. Jangan pikirkan, lupakan semuanya.”
“Jadi mas Rustanto masih mau menerima aku kembali kan?”
“Tidak, maaf Sumi, kita sudah putus sejak kamu menelpon aku siang tadi. Beberapa jam yang lalu. Beberapa jam lalu, kamu ingat ?”
“Tapi mas, setelah itu dia bilang sama aku, bahwa aku akan menjadi isteri ketiga, dibuatkan rumah baru dan kehidupan layak. Tidak mas, aku tidak mau.. “
“Ya sudah kalau tidak mau, itu bukan urusan aku kan ?”
“Tidak mas, jangan begitu, katanya kamu mau memaafkan aku.”
“Aku maafkan kamu, tapi bukan berarti kita akan kembali.”
“Mas Rus, mengapa kamu sekejam ini ?”
“Kejam ? Aku kejam? Bukankah kamu sendiri yang memutuskan hubungan? Satu kata putus, ya sudah, kita putus.”
“Mas Rustanto…” Sumiati mendadak terus duduk ditanah sambil menangis menggerung-gerung.
“Kamu ini kenapa? Lihat, kamu bisa menjadi tontonan.”
“Aku tidak mau kamu tinggalkan mas.. aku ingin kembali sama kamu, aku menyesal telah memutuskan kamu. Aku salah telah menerima lamarannya.”
“Aku tidak bisa Sumi, aku sudah tahu siapa kamu. Kamu butuh aku ketika tak ada yang peduli sama kamu, lalu aku kamu tinggalkan ketika seorang yang lebih kaya menarik hati kamu. Dan ketika kamu kecewa, kamu ingin kembali sama aku? Tidak Sumi, lupakan aku. Sekarang pulanglah sebelum menjadi tontonan.”
“Aku tidak mau pulang, kamu harus mengantarkan aku, dan kembali sama aku.”
“Memangnya siapa kamu ini? Mengapa memaksa aku? Kita bukan apa-apa lagi.”
Dina yang sejak tadi belum pergi dan mendengar percakapan Rustanto dan Sumi, merasa kesal dan muak atas sikap Sumi. Rustanto dianggap laki-laki yang bisa dicampakkan kemudian dipungut kembali? Ini tidak benar. Wanita itu harus menyadari kesalahannya.
Tiba-tiba Dina ingin membantu Rustanto agar bisa lepas dari Sumi. Ia turun dari mobil dan mendekati Rustanto.
“Mas, inikah yang mas ceritakan tadi? Tampaknya perempuan ini tak tahu malu ya mas,” kata Dina enteng.
“Eeh, siapa kamu? Mengapa ikut campur urusan kami? Aku sedang minta maaf sama kekasih aku.”
“Oh, kamu belum tahu siapa aku ya? Aku ini calon isterinya mas Rustanto.”
Sumi menghentikan tangisnya. Ia berdiri dan membelalakkan matanya. Ditatapnya wanita cantik yang ada didepannya.
“Apa katamu ?”
“Aku ini calon isterinya mas Rustanto, jadi kamu pulanglah dan jangan mengharapkannya lagi.”
“Kamu bohong kan ?”
“Bohong? Mas Rustanto, katakan kepada perempuan ini bahwa aku tidak bohong.”
Rustanto berdiri mematung. Sangat tidak disangkanya bahwa Dina kemudian mengaku menjadi calon isterinya. Gemetar kakinya saat berdiri, dan kelu mulutnya tanpa bisa mengucapkan apa-apa. Tapi apa yang dikatakan Dina memang benar adanya. Sumi sungguh tidak tahu malu, mencampakkan dirinya kemudian mau dipungutnya lagi? Rustanto juga tidak akan mau. Tapi mengakui Dina menjadi calon isteri? Aduhai.
“Mas, kenapa diam ? Jangan malu mengakui dong mas.”
“Ya, benar,” hanya itu yang diucapkan Rustanto, dan membuat mata Sumi semakin terbelalak.
“Aku tidak percaya, tadi siang dia masih bilang kalau mau menemui aku.”
“Dasar bodoh, dia menemui kamu hanya untuk bilang bahwa dia mau menikah sama aku, ya kan mas?” Dina semakin nekat.
“Pulanglah Sumi, tak ada lagi yang bisa kamu harapkan.”
“Tapi kan ini sudah malam, bagaimana aku bisa pulang sendiri ?”
“Kamu datang sendiri kemari, menunggu sampai malam, apa yang terpikir oleh kamu ketika hari sudah malam lalu kamu tak bisa pulang sendiri?” kata Rustanto.
“Aku mau menginap di tempat kamu.”
“Apa ? Mana mungkin, aku hanya menyewa sebuah kamar, lalu kamu mau menginap ditempatku? Kita bukan apa-apa, sanak bukan, saudara bukan, mana pantas tidur bareng sekamar? Pulanglah, entah bagaimana cara kamu. Maafkan aku.”
“Mas, kalau begitu tolong antarkan aku,” rengek Sumi pada akhirnya.
“Begini saja mas, aku kasihan pada wanita ini, ayo kita antarkan bersama dengan mobilku itu.”
“Tt..tapi..”
“Dari pada mas mengantarkannya, nanti kalau diperkosa oleh dia bagaimana?” kata Dina seenaknya, dan membuat Rustanto menahan senyumnya.
“Ya sudah, ayo .. kami akan mengantarkan kamu sekarang.”
Mau tak mau Sumiati menurut. Dalam hati dia heran, bagaimana Rustanto bisa mendapatkan calon isteri yang begini cantik, dan tampaknya bukan orang sembarangan. Dia diam seribu basa dalam perjalanan pulang, bahkan tanpa mengucap sepatah katapun ketika sudah sampai dirumahnya. Ia turun dan langsung berlari masuk kedalam.
***
“Mas Rustanto, kenapa diam?”
“Saya sangat terkejut ketika mbak Dina mengucapkan kata-kata itu.”
“Kata-kata yang mana sih mas?”
“Bahwa mbak Dina adalah calon isteri saya.”
Dina tertawa keras dan lama, membuat Rustanto sangat sungkan.
“Kalau saya tidak melakukannya, dia akan terus merengek sampai mas Rustanto menuruti kemauannya. Ya kan?”
“Maaf saya jadi merepotkan.”
“Tidak, mengapa minta maaf? Dan sekarang jangan lagi memanggil saya mbak, soalnya mas Rustanto setahun lebih tua dari saya.”
“Lalu saya harus memanggil apa?”
“Dina, begitu saja kan lebih enak.”
“Wah..”
“Kok wah. Kenyataannya memang begitu kan ?”
“Ya, baiklah, akan saya coba.”
“Ya sudah, jangan lupa besok siang saya akan membawa pemborongnya ke tempat mas jualan. Kita omong-omong lagi tentang renovasi itu sampai detail, sehingga hasilnya tidak akan mengecewakan.”
“Baiklah mbak..”
“Dina..”
“Baiklah, Di..na..”
“Begitu lebih nyaman, supaya tak ada jarak diantara kita. Kita rekanan, bukan anak buah dan majikan.”
Diam-diam Rustanto kagum pada Dina. Ia tak membedakan status diantara dia dan dirinya, dia sangat bersahabat, dan peduli atas apa yang menimpanya. Memang benar, kalau tak ada Dina, barangkali Sumi akan merengek sampai pagi.
Ketika dia memasuki kamar kostnya setelah Dina mengantarkannya, masih terbayang olehnya kedatangan Sumi yang benar-benar tak tahu malu. Baru tadi siang memutuskan hubungan karena dilamar anak pak lurah, sorenya ingin balikan karena laki-laki itu ternyata bukan bujangan. Entah bagaimana akhirnya Sumi mengetahuinya, kenyataannya semula Sumi sudah menerima lamarannya. Benar kata Dina bahwa Sumi tak tahu malu. Dan dengan sikap Sumi itu Rustanto tahu bahwa Sumi bukan wanita yang baik dan setia. Beruntung kemudian hubungan itu putus. Ada sesal, tapi tak perlu ditangisi. Ia justru bersyukur bisa terlepas dari Sumi.
Malam itu Rustanto tidur, dan bermimpi benar-benar menjadi suami Dina, lalu menampar pipinya sendiri ketika bangun dan menyadari betapa dia suka akan mimpi itu.
“Siapa aku ini? Tak mungkin meraih bintang dilangit tinggi,” gumamnya sambil meraih handuknya dan bersiap untuk mandi.
***
“Dita, kenapa kamu nggak cerita soal ban mobil Bian yang dikempesin orang?” tegur Dina malam itu kepada adiknya.
“Cuma soal itu, kan akhirnya sudah teratasi.”
“Aku tahu kamu tak suka bergunjing, tapi tentang Bian yang hampir berantem dengan Ferry, kamu juga tak mau menceritakannya bukan?”
“Apa?” tanya Dita terkejut. Ia sama sekali tak tahu bahwa Ferry berantem dengan Abian.”
“Berantem kan? Diluar gedung pada acara reuni itu?”
“Tidak, aku tidak mengerti. mBak tahu dari mana?”
“Dari Ferry.. dia sangat menyesal telah jahat pada Bian, sementara Bian bersikap sangat baik, bahkan telah menyelamatkan nyawanya.”
“Ya Tuhan, sungguh aku tidak tahu soal berantem itu. Mas Bian juga tidak bilang apa-apa.”
“Bian juga tidak bilang?”
“Tidak, itu sebabnya aku tidak mengerti. Mungkin mas Bian tahu bahwa aku tidak suka dia marah-marah, apalagi sampai berantem. mBak Dina bezoek Ferry ?”
“Iya, sama Rustanto tadi.”
“Jadi waktu reunian itu ada Ferry juga disana? Kok aku nggak tahu ya.”
“Dia membantu mas Rustanto, menghias-hias gerobak baksonya, menata ini dan itu. Tapi kemudian Bian datang. Nggak tahu deh, tentang kartu mahasiswa atau apa, tadi Ferry ceritanya agak terputus-putus, tampaknya kepalanya pusing.”
“Rupanya ketika aku masuk kedalam ke bagian konsumsi, mas Bian menemui Ferry. Tapi ketika aku keluar, Ferry sudah nggak ada. Nah ketika sudah keluar dari gedung itulah kami melihat Ferry kecelakaan.”
“Dan Bian tidak mengatakan apa-apa tentang kejadian sebelumnya?”
Dita menggelengkan kepalanya.
Coba besok kamu tanya dia.
Tapi Dita tidak menunggu esok harinya. Malam itu juga dia menelpon Bian?
“Dita ? Aduh, kirain kamu sudah bermimpi ketemu aku, kok masih sempat menelpon?”
“Belum tidur mas, aku mau tanya, ternyata sebelum Ferry kecelakaan itu mas berantem dulu sama dia?”
“Apa? Kata siapa?”
“mBak Dina. Dia dari Ferry.”
“Oh, ya ampun, itu bukan berantem, aku akan mengembalikan kartu mahasiswa milik dia, tapi dia seperti kurang suka saat mengetahui bahwa aku tahu siapa pelaku penggembosan ban itu.”
“Lalu.. berantem kan?”
“Nggak lah, jangan khawatir, laki-laki berdebat tentang kebenaran, ya biasalah, akhirnya juga aku berikan kartu itu, tapi tampaknya dia masih marah. Tapi ketika dia tahu bahwa akulah yang mengantarnya ke rumah sakit dan membayar semua biayanya, dia menangis penuh penyesalan. Semua sudah berlalu, jadi jangan pikirkan lagi. Okey ?”
“Tapi mengapa mas tidak cerita bahwa berantem dengan Ferry? Aku bingung ketika mbak Dina bertanya.”
“Nggak usah dipermasalahkan, kan kami sudah baikan..”
“Jelek ih, sampai segitunya nggak mau ngomong sama Dita.”
“Ya karena aku merasa nggak penting saja diomongin, nanti kamu marah sama aku kalau aku cerita.”
“Iya lah aku marah.”
“Tapi aku takut kalau kamu marah,” kata Bian menirukan kata-kata Dita sendiri ketika ketakutan melihat dirinya marah.
“Ah, itu niruin aku..”
“Biarin, memang iya aku takut. Ya sudah, nggak usah dipermasalahkan. Lebih baik kamu tidur dan jangan lupa mimpikan aku ya.”
Dita tersenyum, bagaimana dia bisa marah kepada laki-laki sebaik Abian?
***
“Bagaimana Din? Beres urusannya?” tanya Leo sebelum berangkat ke kantor.
“Beres pak, nanti kami akan bicara lebih detail dengan pemborongnya, besok baru akan mulai dikerjakan.”
“Syukurlah.”
“Tapi pak..”
“Kok ada ‘tapi’ nya?”
“Bapak kan sudah janji mau ngebantu? Uang Dina sudah Dina pergunakan untuk uang muka dan kontrak kios itu selama dua tahun.”
“Oh, gitu ya, kasihan anak bapak kehabisan uang. Jadi masih kurang berapa lagi?”
“Banyak ternyata, nanti aku tuliskan secara rinci, dan setelah jadi Dina juga butuh untuk belanja barang-barang yang mau dijual.”
“Kok banyak ya kurangnya?” goda Leo.
“Iih, bapak tuh.. kan bapak sendiri yang bilang kalau sudah nyediain uang untuk modal.”
“Iya.. iya.. bapak ingat. Ya sudah bapak mau ke kantor dulu, sore nanti ketika bapak pulang harus sudah ada catatannya ya. Ini kan bisnis, jadi apa yang sudah kamu keluarkan harus tercatat, sehingga nanti kalau sudah berjalan akan mudah bagi kamu untuk menghitung untung ruginya.”
“Iya bapak,Dina tahu.”
***
“Kamu jadi, mau buat warung bakso itu? Ini tempatnya? Gila, ini besar Din,” pekik Eny ketika Dina mengajaknya melihat lokasi bakal tempat usahanya.
“Ya nggak besar-besar amat sih En, ini cuma tiga kios dijadikan satu. Yang penting masih dekat dengan lokasi mas Rustanto jualan, sehingga dia tidak kehilangan pelanggannya.”
“O, sambil menjaring pelanggan Rustanto yang lama ?”
“Iya, sayang kan kalau sudah jadi langganan.”
“Tapi kalau nanti warungmu kamu buat terlalu lux, orang justru takut lho mau makan disini, soalnya karena warungnya bagus, dikiranya harganya mahal.”
“Enggaklah, nanti akan kami buat sedemikian rupa sehingga mereka tidak khawatir kalau harganya mahal. Kami sudah memikirkannya kok.”
“Iya sih, Rustanto kan ahli ekonomi.”
“Doakan saja kami berhasil ya En.”
“Iya lah, aku doakan. Sekarang aku mau kembali ke kantor dulu ya, aku ini kan buruh, sedangkan kamu pengusaha.”
“Buruh elite ya nggak apa-apa En, kamu bisa menjalani, sedangkan aku tidak.”
“Terpaksa, tahu. Oh ya, titip salam untuk Rustanto ya.”
“Iya, nanti aku sampaikan, tapi ngomong-ngomong jangan-jangan kamu naksir En, kok tumben titip salam segala.”
“Iya sih, eh jangan bilang-bilang ya, emang dari dulu sebenarnya aku naksir.”
“Serius ?”
Eny tak menjawab. Ia langsung kabur dan memasuki mobilnya setelah melambaikan tangannya sambil tertawa lebar.
Dina tertegun, kok agak nggak enak ya ngedengarnya.
***
Besok lagi ya
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeletePak Samiadi lama nggak komen ?
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDelete💖💕💗💟
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien.. sdh tayang rocin 34 nya..Tetap Aduhaaaai❤️
ReplyDeleteTetap ADUHAI ibu Lily
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah sampai di alamat.
ReplyDeleteAlhamdulillah... trmkasih...
ReplyDeleteAlhamdulillah , makasih bu Tien Rocin hangat sdh hadir. slm Sehat tetap semangat
ReplyDeleteAlhamdulillah... akhirnya penantian terpenuhi.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Sami2 mas Ngatno
DeleteAlhamdulillah, trmkah mb Tien
ReplyDeleteSalam sehat ADUHAI SELALU
Sehat dan ADUHAI Yangtie
DeleteTerima kasih Bu Tien....salam sehat selalu
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Ika
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
*LEMBAR KOREKSI:*
Delete1. Sumiati undur kebelakang tapi tangannya masih menggapai-gapai ke _arah Rustano._
# Sumiati undur kebelakang tapi tangannya masih menggapai-gapai ke *_arah Rustanto._* #
2. “Aku tertipu mas, aku ternyata dijadikan _isteri ketika,_ anaknya sudah empat mas, aku nggak mau sama dia.”“Aku tertipu mas, aku ternyata dijadikan *_isteri ketiga,_* anaknya sudah empat mas, aku nggak mau sama dia.” #
3. Ketika dia memasuki kamar kostnya setelah Dina _mengantarkanya,_...
# Ketika dia memasuki kamar kostnya setelah Dina *_mengantarkannya,..._* #
4. “Belum tidur mas, aku mau tanya, ternyata sebelum Ferry _kecelakaann_ itu mas berantem dulu sama dia?”
# “Belum tidur mas, aku mau tanya, ternyata sebelum Ferry *_kecelakaan_* itu, mas berantem dulu sama dia?” #
5. ...Yang penting masih dekat dengan lokasi _mas Rustano_ jualan,...
# ...Yang penting masih dekat dengan lokasi *$mas Rustanto_* jualan,...#
Eny tak menjawab. Ia langsung kabur dan memasuki mobilnya setelah melambaikan tangannya sambil tertawa lebar.
Dina tertegun, kok agak nggak enak ya ngedengarnya.
Waduh.........
Cinta segitiga, dong?
Tau nggak ya.....Rustanto, jika ENNY adik kelasnya juga ngecengi dia???
#Eny adik kelasnya.....
DeleteAlhamdulillah.. Santap malam Rotcint 34 sdh tayang..
ReplyDeleteTks bu tien, sehat selalu..
Hey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua pembaca mengenalmu.... Dengan cara : Itu tuh tulisan UNKNOWN yang warna kuning di ketuk ,,, lalu ketuk EDIT PROFIL di sudut kanan atas, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, jangan foto mantan atau tetangga hi hi hi.. lalu ketuk SIMPAN... Mudahkan,,, di coba yaaa nanti kalau sukses aku kasih hadiah,,,
DeleteOkeyy Guys,, salam ADUHAI 💗💗💗
Sami2 unknown
DeleteSelamat bu Tingting Bekasi....akhirnya berhasil juga jadi juara 1.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien walau capek sepulang dari Sragen, tetap jaga komitment menulis dan mrnulis demi kepuasan penggemar cerbungnya.
Memang bu Tien ADUHAI sekali
Suwun Bunda Tien Rocin nya
ReplyDeleteSehat sll Bunda
Bobo disik yo mbah Wi?
DeleteKok telat komennya?
Makasih Bunda untuk ROTI Cintanya.Sukses selalu
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat Bunda
Sami2 mas Bambang, salam sehat dan ADUHAI
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta Episode 34 sudah tayang, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari. Semoga mBak Tien sekeluarga tetap sehat, bahagia sejahtera, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
ReplyDeleteSalam hangat dari Tangerang.
Aamiin
DeleteSalam ADUHAI mas Dudut
Waduh ada saingan ternyata Eny juga naksir Rustanto dari dulu..Wah gimana jadinya ini kita tunggu saja kelanjutannya ya Bu Tien..Salam sehat selalu utk semua pembaca ROCIN yg aduhai.
ReplyDeleteWah..wah makin ambyarrrr kalau terjadi cinta di segitiga Bermuda antara Eny Dina dan Rustanto...Kita tunggu saja kelanjutannya dari Bu Tien...Semoga bisa win win solution..
DeleteADUHAI pak Rustanto
DeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir..... Gasik
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun RoCin nya Mbak Tien
Sami2 ibu Susi
DeleteTerimakasih bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah Roti Cinta~34 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..semoga tetap sehat.. Aamiin..🙏
ReplyDeleteHidup itu sudah ada takdirnya, apapun harus dijalani. Terima kasih rocinnya Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien Semoga sehat walafiat
Besok malam minggu kita rame2 bisa makan bakso di warungnya Dina...
ReplyDeletesuwun mba Tien...
Semoga mba Tien dan keluarga besar selalu sehat dan bahagia...Aamiin
Alhamdulillah.
ReplyDeleteBisa buat sangu malem Jumat-an.
Matur nuwun Bu Tien.
Salam hormat dari Jember.
Dan akhirnya datang juga ...
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien.. lgs copas ..
Mbak Ting.... 👍
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏
ReplyDeleteSalam sehat dan tetep ADUHAI...
Alhamdulilah Rocin sudah hadir. Matur nuwun Bunda Tien. Sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien....
ReplyDeleteSalam sehat selalu...🙏🙏
Alhamdulillah RC.34 telah tayang, terima kasih bu Tien, salam sehat dan bahagia selalu.
ReplyDeleteUR. T411653L
Alhamdulilah, terima kasih bu tien... tayangan rc 34 sdh tayang semoga bu tien selalu sehat, salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien..sehat sehat selalu
ReplyDeleteSelamat malam Kejora...
ReplyDeleteTerimakasih Ibu Tien...
A d u h a i...... 💖
Aljamdulillah....srhat selalu mb Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah rocin 34 SDH tayang ,matur suwun Bu Tien .semoga sehat selalu,aamiin
DeleteSudah tayang awal nih sehingga bisa tidur nyenyak. Untung Dina membantu Rustanto dengan pura pura jadi calonnya wah nekat juga Dina karena ternyata ada rasa juga diantara keduanya.. ehm.. berkat buTien yang mau nyomblangi. Semoga usaha Dina sukses aamiin. Cerita berpindah nih dari Dian ke Dina..bisa bisa mantu bareng
ReplyDeleteAlhamdulillah Rocin 34 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu
Salam ADUHAI dari Bekasi
Ass wr wb.. Slmtmlm mbak Tien.. sumi2 harga dirimu rendah banget sdh mutusin.. Eee mau balik lgi.. Mungkinkan kerja sm Dina dan mas rustanto membuat kios bakso.. Nantinya nyrempet kehati mrk berdua.. Kitatgu aja kisah berikutnya.. Pstiisang sutradara yg sll buat penasaran penggemarnya.. Salamseroja dan tetap aduhai mbak Tien sayang dri skbmi.. 😘😘😍😍🥰🥰
ReplyDeleteMaturnuwun Bunda
ReplyDeleteSalam sehat
Alhamdulillah Rocin dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda sekeluarga selalu sehat walafiat aamiin
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Alhamdulilah smg sll sehat dan terima kasih atas suguhan rc dari bu tien.... salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAduhai senangnya Ristanto bakal di gandrungi 2cewe.
ReplyDeleteSalam aduhai mbak Tien.
Wouw trnyata ada pesaing cinta Dina
ReplyDeleteSip nasib baru menyatakan cintanya ada aj halangan di dpn mata
Bgmn dgn Eni trnyata juga cinta terpendam
Hadeeh penisirin bingitz nih bunda
Kita tunggu bsk deh
Yg pntg bunda ttp sehat doaku dari Jogja
ADUHAI
Matur nuwun bu Tien, mugi tansah sehat.
ReplyDeleteCerita tukang bakso makin aduhai...
Salam sehat
Nasib Dina... ada saingan lagi, sekarang dengan teman.
ReplyDeleteYang lain ok yaaa... tinggal menunggu undangan dari Dian-Witri, Dita masih berapa tahun lulus?
Salam sehat penuh semangat dan selalu ADUHAI ya mbak Tien Kumalasari.
Matur nuwun Mbak Tien, Rocin 34 nya masih anget. Rasanya penasaran pengin tanduk lagi. Maksudnya kelanjutannya... hehehe....
ReplyDeleteSemoga Mbak Tien selalu sehat. Salam Aduhai selalu.
Makasih mba Tien.
ReplyDeletePunya saingan lagi Dina. Salam hangat dan sehat selalu mba
Trimakasih mbak Tien RC34nyaa..
ReplyDeleteMakin seruu..
Duuuh...Eni lg pake kirim2 salam segala buat Rustanto..Dina jd mikiir..udh menyelamatkan dr Sumi..eeeh..malah dititipin salam dr Eni yg naksir sejak lama..ya bengonglaah..😵😵
Kelanjutannya...besok lagii..
Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏😘⚘
Lho koq jadi Eni naksir sama Rustanto, gimana dg Dina ? Makasih Bu Tien , Roti Cinta sedang di nikmati, salam aduhai dr Pasuruan
ReplyDeleteSemoga usaha Dina - Rustanto lancar dan juga semoga keduanya berjodoh, yg satu malu2 tapi Dina yg proaktip... Jadilah.
ReplyDeleteMonggo dilanjut aja penasaran. Matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI.
Tyt Eny naksir Rustato? Akankah Dina patah hati lg? Hanya mb Tien yg tahu jln crtnya. Slm seroja utk mb Tien dan para pctk dimanapun berada. Slm
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun Bunda Tien ROCIN nipun
ReplyDeleteSugeng ndalu, sugeng istirahat,
Bibar tindak Sragen sayah.
Salam ADUHAI.
Aduhai ibu Tien...😊🌈
ReplyDeleteSelalu dinanti Roti Cintanya...❤️
Salam sehat selalu...💪
Berkah Dalem Gusti 🙏😇
Alhamdulillah... Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin
DeleteNuwun ibu Hestri
Alhamdulillah.. RC34 sdh tersaji, mksh banyak b Tien, ternyata Dina punya saingan,semoga tidak rebutan... Salam hangat, sehat selalu b Tien, tak lupa salam Aduhai...
ReplyDeleteKereeen, Bunda Ting juara,, mantuuul 👍👍👍👍👍
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteSami2 ibu Handayaningsih
DeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien.
Rocinnya makin asyik di mikmati ....
Salam adihai dan semoga bu Tien sehat selalu....
Aamiin 🤲
Asyik dan ADUHAI ibu Sudarwati
DeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien..salam sehat selalu,Aamiin.
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Rini
DeleteAlhamdulillaah..... Roti Cinta sudah hadir, makin seru...
ReplyDeleteTrima kasih ibu Tien, Semoga ibu Tien dan keluarga Sehat Selalu,
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam SePeDa (Sehat Penuh Waspada).....
ADUHAI...
Aamiin
DeleteSepeda an yuk , ibu Nur
Monggo....
DeleteWaoow ADUHAI buingiits .. makasih Mbak tien cantiq, salam sehat sejahtera ..
ReplyDeleteSemoga tukang bakso nya tidak hanya join usaha... Tapi juga ke mahligai
ReplyDeleteSiap pak Bambang Pamulardi
DeleteADUHAI
ADUHAI Pak Pri
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Apakah Dina ada rasa sedikit cemburu, ketika mendapat amanah dari Eni untuk sampaikan salam kpd Rustanto...Saya tunggu saja bagaimana Bu Tien mengukir cerita selanjutnya. Kiranya semakin seru dan membuat penasaran. Maturnuwun Bu Tien, semoga sehat dan semangat selalu. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam seroja dan aduhai dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam wr wb
DeleteSemakin ADUHAIL pak Mashudi
Waduh Dina mematahkan harapan Sumi, Dina juga nggak mau kehilangan harapan, sebuah usaha perdana yang dicita citakan agar terwujud bagaimanapun caranya menyelamatkan langkah, masih ada ganjalan justru dari Eny temannya walau pernyataan sambil lalu, jayus.. biarkan dulu nanti tentu ada jalan, Dina sebenarnya mampu; hanya merasa punya kakak saja yang kadang ingin segera mengadu bila ada masalah, apapun yang terjadi fokuskan perhatian dari rencana usahamu Dina, yang yakin akan berjalan, selesaikan secara bijak, sebuah usaha tentu masalah keuntungan bersama siapa tahu kebersamanmu jadi bersama-sama mengarungi kehidupan ini..
ReplyDeleteADUHAI..
Terimakasih Bu Tien; roti cinta yang ke tiga puluh empat sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera, bahagia bersama keluarga tercinta.
ADUHAI, NANANG
DeleteAamiin wo
ReplyDeleteAlhamdulillah ROCIN 34 buat sarapan😍, maturnuwun Bu Tien salam sehat semangat dan ADUHAI,wah...ini bakso cinta bakal seru dina tertegun dg ucapan Eny .. ADUHAI... Bu Tien....
ReplyDeleteSeru dan ADUHAI Yangti
DeleteSumi... Sumi baru aja mutusin kok dah minta balik lagi.
ReplyDeleteBsk kalau dpt orang kaya lagi Rustanto kau putusin lagi....
Salut ama Rustanto...
Yg gak mau balik lagi dg Sumi
Seiring waktu berjalan moga nanti bisa jadian sama Dina
Karena witing tresno jalaran soko kulino
Aduhai....
Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro.
ADUHAI jeng Wiwik
DeleteSelamat, juara
ReplyDeleteNungguin Rocin ahh …..
ReplyDeleteSabar mbah.....
DeleteWah longok2 Rocin 35 blm nongol nih,apa jumat hr ini libur lagi spt jumat kemarin ada zoom?
ReplyDelete