ROTI CINTA 11
(Tien Kumalasari)
“Dian..” teriak Baskoro sambil mendekat.
“Bapak tidak merasakan sakitnya ketika itu. Mengangkat dan menurunkan sayuran, menyusuri jalanan, demi rupiah yang dipergunakan untuk membesarkan aku, menyekolahkan aku. Bapak tidak pernah tahu betapa setiap hari aku selalu menyembunyikan tangisku, demi ibu, dan memperlihatkan sorak gembira dihadapan ibu, seakan-akan aku bahagia. Tapi sesungguhnya aku menangis bapak.. bertahun-tahun aku menangis yang aku sembunyikan.”
“Sayang, maafkan om Leo. Om Leo sudah berusaha mencari kalian saat itu.”
“Dia bukan laki-laki !”
“Dian, om Leo sudah minta maaf ketika itu. Dan ibu juga memaafkan. Tolong mengerti ya nak.” Baskoro terus menerus berusaha menenangkan Dian. Tapi Dian bergeming. Kemudian dia memegangi kepalanya karena merasa sakit.”
“Dian, sakit ya?” tanya Yanti khawatir.
“Tolong pergilah, aku mau sendiri..”
Mereka semua sangat sedih, terlebih Leo, yang tak menyangka bahwa Dian ternyata kemudian membencinya setelah tahu apa yang terjadi.
Ia duduk di sofa, diam terpekur, menatap lantai yang dingin, seperti hatinya yang tiba-tiba menciut dan membuatnya menggigil.
Dulu ketika masih kanak-kanak, ketika dia mengatakan bahwa akan mengangkatnya anak, Dian begitu bahagia. Dia merasa mendapatkan sosok seorang ayah yang mencintainya. Mengajaknya jalan-jalan, membelikan mainan, makan bersama-sama Rina dan Dina, Dian begitu tampak bahagia. Tapi sekarang, setelah mengetahui semuanya, Dian berubah membencinya.
“Ya Tuhan..” keluh Leo pelan.
Baskoro yang merasa kasihan mendekati Leo dan duduk disampingnya, sambil menepuk-nepuk bahunya.
“Leo, itu ungkapan rasa terkejutnya ketika mengetahui semuanya. Dia merasa kamu telah menyakiti ibunya, dan kebenciannya baru bisa dia tumpahkan sekarang. Kamu harus sabar, itu hanya sementara. Tunggulah sampai dia tenang kembali.”
“Aku memang bersalah.”
“Siapa didunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan ?”
“Tapi ini sungguh berat membebani perasaan aku. Aku kira aku akan bahagia bisa menemukan Dian yang sudah mengetahui bahwa akulah yang mengukir jiwa raganya, walau di malam yang aku menyebutnya jahanam ketika itu. Ternyata setelah tahu, Dian malah membenci aku.”
“Kamu harus percaya, bahwa suatu hari nanti dia akan sadar, dan bisa menerima semuanya.”
“Yanti dan Rina masih berdiri disamping Dian. Tapi Dian memejamkan mata, tak sedikitpun memandang mereka.”
“Masih pusing nak?” tanya Yanti.
Dian menggeleng.
Ketika itu Baskoro menemui dokter, dan dokter mengatakan bahwa Dian mengalami gegar otak ringan.
“Mengapa sejak awal tidak diperiksa ya.”
“Kenapa dia?” tanya Leo setelah Baskoro kembali duduk disampingnya.
“Gegar otak ringan, ia harus dirawat selama beberapa hari.”
Leo menghela napas. Keprihatinan atas kesehatan Dian masih menggayutinya. Harusnya dia bisa menemaninya saat sakit, tapi Dian justru menolaknya.
Dina yang mengetahui kebencian Dian, juga sangat prihatin. Ia mendekati Dian, memegang tangannya lembut.
“Mas Dian, tolong jangan membenci ayah kita. Kita menjadi saudara karena dia.” Kata Dina sambil memegang erat tangan Dian.
Dian membuka matanya, melihat mata cantik yang menatapnya sendu, luluhlah hatinya. Gadis yang sangat dicintainya seperti cinta seorang pria kepada gadis pujaannya, sekarang dicintainya sebagai saudara.
“Mas Dian, Allah juga bersedia memaafkan umatnya yang bertobat, mengapa mas Dian tidak?” lanjut Dina.
“Bukankah belum lama mas bilang bahwa mas mencintai aku? Bapak Leo yang membuat kita menjadi saudara dan saling mencintai. Aku mohon, maafkanlah dia ya.” Dina terus meremas tangan kakaknya dengan air mata mengambang di pelupuknya. Dian tak tahan melihatnya. Mata sendu itu seperti meremas-remas hatinya. Memang benar, dia menyayangi Dina, walau rasa sayang itu kemudian berubah.
“Biarkan aku menenangkan hatiku dulu.”
“Baiklah. Aku percaya mas Dian akan bisa menerima semuanya.”
***
“Apa sebaiknya aku langsung pulang saja?” kata Leo.
“Tidak Leo, kamu belum kerumahku, jangan terlalu dipikirkan perkataan Dian, dia masih merasa bertemu dengan orang yang pernah menyakiti ibunya. Dia merasa sakit, mengingat penderitaan ibunya di masa lalu. Tapi Dian itu anak baik yang memiliki kasih sayang, dia akan luluh dan pasti akan bisa menerima kamu,” kata Baskoro.
“Iya om, saya juga masih ingin mengajak mbak Dina dan mbak Dita nanti, “ kata Arini.
Leo menghela napas panjang. Sakit hatinya mendapat penolakan dari darah dagingnya, tapi itu bukan kesalahan Dian. Leo mencoba mengerti mengapa Dian bersikap seperti itu.
“Baiklah, tapi besok kita pulang ya,” kata Leo masih dengan wajah sendu.
***
Malam itu mereka menginap dirumah Baskoro. Dengan ramah Yanti melayani tamu-tamunya. Sementara Arini mengajak Dina dan Dita jalan-jalan.
Setelah makan malam, Baskoro pamit untuk menemani Dian di rumah sakit.
“Kamu sendirian ya Bas, maaf, kalau aku ikut, takutnya Dian masih kesal, lalu aku diusirnya lagi.”
“Ya Leo, kamu istirahat saja disini. Rina sama Yanti kan juga masih ingin ngobrol, kalau kamu sungkan ya istirahat saja di kamar.”
“Iya, aku mau istirahat saja, untuk menenangkan pikiran.”
“Baiklah, semoga Dian segera bisa mengendapkan perasaannya juga."
Ketika Baskoro berangkat ke rumah sakit, Leo juga segera masuk kekamar yang dipersiapkan untuk mereka. Yanti masih berbincang dengan Rina diruang tengah.
“Maafkan Dian ya bu Rina, saya tidak mengira akan begitu sikapnya ketika malihat Leo. Padahal saya sudah memberi petuah bermacam-macam.”
“Aku bisa mengerti mbak Yanti, mengapa Dian bersikap seperti itu.. Dia merasa sakit hati, mengingat penderitaan ibunya di masa lalu.”
“Padahal dulu begitu dekat..”
“Benar, setiap kami mengajaknya jalan, dia senang sekali, dia merasa menemukan bapaknya kembali, tanpa tahu bahwa memang Leo lah bapaknya.”
“Kami tidak mengatakannya sejak awal , karena mereka masih anak-anak, dan nyatanya semuanya hampir terlambat.” kata Yanti lagi.
“Benar mbak Yanti, hampir terlambat, dan malah kejadiannya menjadi seperti ini. Sayang sekali.”
“Semoga Dian segera bisa menerima mas Leo, saya merasa kasihan melihat mas Leo, dia tampak terpukul, padahal keberangkatannya kemari karena dia juga sudah kangen sama Dian.” lanjut Rina.
“Bersabarlah bu Rina, semua akan baik-baik saja. Dian itu penurut, tak akan berbuat sekehendak hatinya sendiri. Nanti mas Baskoro pasti akan berbicara lagi sama Dian. Siapa tahu ketika nanti bu Rina mau pulang, hati Dian sudah luluh.”
***
Arini mengajak Dina dan Dita jalan-jalan, lalu makan malam di sebuah restoran, dan akhirnya Arini mengajak kembali ke rumah sakit.
“Kita lihat mas Dian lagi ya? Masih marah nggak ya dia,” kata Arini.
“Baiklah, kita kesana lagi, siapa tahu setelah melihat kita lalu hatinya yang keras bisa luluh,” kata Dina.
“Kita ajak aja bercanda, pasti dia senang, nah kalau senang, marahnya hilang deh,” sambung Dita.
“Itu kan kamu, kalau lagi ngambeg dibercandain lalu hilang ngambegnya.”
“Mereka kan saudara, pasti sama dong,” jawab Arin.
***
Saat itu Dian sedang sendirian, karena Baskoro belum sampai disana.
Masih terbayang olehnya, saat kecil Leo bilang bahwa Dian dijadikan anaknya, bersaudara dengan Dina. Waktu itu Dian senang bukan alang kepalang. Kasih sayang Leo membuat dia merasa seperti benar-benar menemukan seorang bapak, padahal sekarang ternyata memang dialah ayahnya. Dian merasa hidupnya seperti sebuah permainan.
“Mas Dian.. sendirian ?”
Dian terkejut, Witri sudah ada disampingnya.
“Witri? Kamu ada disini ?”
“Mas Dian nggak tahu, yang melihat mas Dian ada di UGD tadi itu saya.”
“Ngapain kamu? Sakit?”
“Ibu saya yang sakit, sekarang sedang dirawat disini juga. Saya mau keluar lalu ingat mas Dian juga sakit, saya cari ternyata benar ada disini.”
“Iya, saya mengalami gegar otak ringan.”
“Oh, waktu berantem malam-malam itu ya? Saya merasa bersalah mas. Maaf ya.”
“Mengapa kamu harus minta maaf. Sudah sepantasnya saya membela seorang wanita yang teraniaya.”
“Iya mas, terimakasih banyak ya mas, kalau nggak ada mas Dian, entah bagaimana hidup saya.”
“Lupakan saja. Bagaimana dengan ibu kamu? Sakit apa?”
“Ibu terkena tifus, bapak yang membawa kemari, itu sebabnya bapak kemudian bisa ketemu mas Dian.”
“Oh.. begitu. Bagaimana sekarang keadaannya?”
“Masih kadang-kadang panas, belum stabil. Mungkin besok saya juga belum bisa masuk kerja.”
“Nggak apa-apa dong Wit, pasti bapak sama ibu juga bisa memaklumi keadaan kamu. Masa ibu kamu dibiarkan sendirian?”
“Kalau keadaannya sudah stabil saya mau masuk kerja.”
“Kalau sudah benar-benar baik, nggak apa-apa.”
“Lhoh, ada Witri disini ?” teriak Arin yang datang bersama Dina dan Dita.
“Iya mbak, saya sedang nungguin ibu, saya dengar mas Dian dirawat, saya mencarinya. Ini semua kan karena saya.”
“Tidak Witri, yang namanya musibah tidak ada yang bisa menghindarinya. Bagaimana ibu kamu? Sudah lebih baik?”
“Lebih baik, tapi panasnya kadang masih naik turun. Ya sudah, saya permisi dulu. Kelamaan saya meninggalkan ibu saya.”
“Baiklah Witri, besok aku akan membezoek ibu kamu,” kata Arin.
“mBak Dina, masih lama disini nya?” sapa Witri kepada Dina.
“Besok kami sudah pulang Witri, ini Dita, adik aku.”
Dita tersenyum dan menyalami Witri untuk saling berkenalan, kemudian Witri meninggalkan ruangan itu.
“Kalian, gadis-gadis cantik.. mengapa malam-malam keluyuran sampai kemari?” tanya Dian.
“Tadi kami jalan-jalan, terus udah mau pulang, tapi mampir dulu kesini,” kata Arin.
“Mas Dian masih ngambeg nggak ?” tanya Dina.
“Siapa yang ngambeg ?”
Diam-diam Arin mencubit lengan Dina pelan, agar Dina tak meneruskan pertanyaannya, karena dilihatnya Dian tak suka dibilang ngambeg.
“Mas Dian bukan ngambeg, sedih ditinggal pergi adik-adiknya. Ya kan?” kata Arin
“Oh iya mas, besok kami mau pulang.”
“Besok ? Kenapa pulang secepat ini ?”
“Bapak sakit. Daripada merepotkan.”
“Sakit? Sakit apa?”
“Nggak tahu, dari tadi bilang kepalanya pusing, jadi lebih baik kami pulang.”
“Lho… ini malah sudah pada kumpul disini, seneng dong Dian.”
“Kami kira mas Dian sendirian, ternyata sudah ditemani seorang gadis cantik,” kata Dina.
“Gadis cantik?” tanya Baskoro heran.
“Itu, Sawitri…”
“O, iya.. ibunya kan juga dirawat disini. Syukurlah tadi menemani Dian, soalnya om Baskoro tadi harus menemani ayah dan ibu kamu makan. Syukurlah kalian juga datang kemari.”
“Ya sudah, kami pulang ya pak.”
“Sudah pada makan tadi?”
“Sudah om..” kata Dina dan Dita bersamaan.
“Baiklah, sekarang kalian pulang, ini sudah malam dan istirahat.”
“Mas Dian, kami pamit ya, besok mau balik ke Solo,” kata Dina dan Dita kompak.
Dian hanya mengangguk, tampaknya keberatan, tapi tak diutarakannya. Dian masih terpaku pada kata-kata Dina bahwa ayahnya sakit. Hanya pusing, tapi sekecil apapun sakitnya orang tua, tetap membuat hati Dian terganggu. Ada sesal karena telah mengasarinya, ada rindu yang ditepiskannya karena kemarahan yang tak bisa ditahannya. Benar, sesungguhnya dia sangat merindukan ayah kandungnya, tapi selalu tak berani bertanya kepada ibunya, karena dulu waktu Dian masih kecil dan menanyakannya, ia melihat ibunya sedih dan hampir menangis. Sejak saat itu Dian tak pernah menanyakannya. Tapi setelah bertemu, mengapa hatinya menjadi gundah tak menentu?
“Dian, sudah malam, tidurlah. Bapak akan menjagamu disini.”
Dian hampir menanyakan tentang Leo yang katanya sakit, tapi diurungkannya, apalagi Baskoro kemudian menuju ke tempat tidur yang disediakan untuk penunggu, dan berbaring disana.
“Bapak pasti sangat letih,” gumam Dian lirih.
***
“mBak Dina, mengapa tadi kamu bilang bahwa bapak sakit?” tanya Dita dalam perjalanan pulang.
“Bapak kan bilang kepalanya pusing sejak pulang dari rumah sakit tadi. Biarin saja, aku ingin tahu, kalau mendengar bapaknya sakit apakah ia masih akan marah seperti tadi,” kata Dina.
“Iya juga sih, menurutmu mas Dian akan tersentuh?” kata Dita.
“Entahlah..”
“Semoga saja tersentuh. Aku juga sedih mas Dian bersikap kasar begitu sama om Leo.”
***
Baskoro sudah ada dirumah, karena ia harus mengantarkan sendiri tamu-tamunya ke bandara.
Baskoro melihat Leo tampak tak bersemangat, iba melihatnya seperti itu.
“Leo, kamu harus sabar.”
“Iya, aku tahu.”
“Masih pusing?”
“Sudah agak berkurang, Ika sudah memberi aku obat dari semalam.”
“Syukurlah, sebenarnya aku ingin mengajak kalian ke rumah sakit dulu, tapi keburu nggak ya,” kata Baskoro.
“Nggak usah lah Bas, nanti nggak keburu, belum kalau jalanan macet.” kata Leo.
“Iya om, semalam kan kami sudah pamitan..”
“Ya sudah, aku saja yang pamitan..” kata Rina.
“Biar aku yang menelpon duluan,” kata Baskoro yang khawatir Dian tak mau menerimanya.”
“Hallo, bapak.”
“Tadi dokternya sudah visite?”
“Baru saja bapak.”
“Bagaimana kata dokternya?”
“Katanya saya boleh pulang besok, kalau sehari ini tidak mengeluh pusing, tapi dirumah juga masih harus berbaring, belum boleh bangun.”
“Syukurlah Dian. Ini, bapak mau mengantar om Leo dan keluarganya ke bandara.”
“Sekarang ?”
“Ya, sekarang, kan kemarin sudah bilang.”
“Hallo Dian,” itu suara bu Rina menyambung telponnya Baskoro.
“Bu Rina?”
“Iya, aku pamit ya nak, segera sembuh, dan jangan sakit-sakit lagi.”
“Iya bu Rina. Selamat jalan. Mana bapak..?”
“Hallo, ada apa Dian, bu Rina sudah pamitan.., kamu sudah ucapkan selamat jalan?”
“Maksud Dian, bapak Leo..”
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah Roti Cinta 11 sdh tayang.
ReplyDeleteTrimakasih bunda Tien
Aduhai.
Selamat buat jeng Wiwik Jonegoro... is number one.....
DeleteAlhamdulillah ROCIN_11 sudah tayang, terimakasih bu Tien, semoga bu Tien selalu sehat dan.. sehat selalu....... Salam ADUHAI dari Bandung.
DeleteMatur nuwun Mbak Tien.. Rocin 11 sudah hadir. Salam sehat Aduhai selalu
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta~11 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien..🙏
DeleteMbak Irawati, saking semangate nganti ndobel....
DeleteSemangat 45 ya jeng Ira
DeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteSalam Seroja aduhai
Alhamdulilah makasih bunda
ReplyDeleteSami2 jeng Sis.
DeleteAlhamdulillah ROTI CINTA dah tayang gasik alamat bisa tidur dengan tenang
ReplyDeleteMalam Bunda sehat selalu
Siang mas Bambang
DeleteAlhamdulillah Rocin 11 sdh hadir, manusang mbak Tien, Salam Sehat Tetap Semangat. Merdeka
ReplyDeleteADUHAI pak Djoni
DeleteAlhamdulillah sudah tayang, penasaran banget nie...
ReplyDeleteAku juga penasaran tuh ibu Wahyu
DeletePuji Tuhan sudah hadir RC 11 sehat terus ya jeng Tien salam ADUHAI
ReplyDeleteHo oh mbak, dongakke ya
DeleteAlhamdulilah sudah tayang...matur nuwun sanget
ReplyDeleteMugi Ibu tansah sehat...
Salam aduhai...makin seru...
Salam ADUHAI, IBU Moedjiati
DeleteAlhamdulillah roti cinta ku dah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda tien
Semoga sehat walafiat
Salam sehat penuh semangat 🙏🙏🙏
Alhamdulillah..RC 11 anget2 ..monggo
ReplyDeleteSalam ADUHAI bu Tien
Salam ADUHAI ibu Nien
DeleteDongeng pengantar tidur, Trimakasih Ibu Tien, semoga semakin A D U H A I ....
ReplyDeleteDongeng kancil bukan jeng Niel
DeleteDongeng kancil, untuk cucu 😊
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni
Alhamdulillah ....
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir gasik
Matur nuwun bu Ten..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Alhamdulillah... Namaku masih tercantum.
DeleteTerima kasih b Tien...🙏
Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Masih dong biar ADUHAI
DeleteSelamat malam Bu Tien. Terima kasih utk RoCin 11-nya. Salam sehat dan bahagia selalu 😊🙏
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI ibu Yacinta
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan.
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
sehat2 bude njih....
DeleteSalam aduhai mbk Tien, alhamdulillah gerbongnya semakin panjang ya, semakin banyak penyuka cerhung2nya mbk Tien, smg sllu sehat dan brkarya....
DeleteAlhamdulillah ibu Wiwikwisnu
DeleteAamiin doanya
Alhamdulillah... Roti cinta udah ada. Dinikmati sebelum tidur.
ReplyDeleteMakasih mbak Tien. Selamat beristirahat. Sehat selalu nggih
Aamiin ibu Mahmudah
DeleteTerima kasih bunda tien ... alhamdulilah rc 11 nya sdh tayang lebih awal... semiga bu tien sll sehat wal afiat .... salam.aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteDian anak baik...lasti segera luluh...sikap yg kemarin wajar krn shock saja .. Lama2 pasti sadar posisi pak Leo...
ReplyDeleteTrm kasih bu Tien sdh menyuduhkan cerita yg aduhai buat kami semua
Salam.sehat dan aduhai
Salam sehat dan ADUHAI ibu Winarni
Delete𝕄𝕒𝕥𝕦𝕣 𝕤𝕦𝕨𝕦𝕟 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟 𝕤𝕖𝕞𝕠𝕘𝕒 𝕚𝕓𝕦 𝕤𝕖𝕝𝕒𝕝𝕦 𝕕𝕒𝕝𝕒𝕞 𝕜𝕖𝕒𝕕𝕒𝕒𝕟 𝕤𝕖𝕙𝕒𝕥 𝕕𝕒𝕟 𝕓𝕒𝕙𝕒𝕘𝕚𝕒 𝕓𝕖𝕣𝕤𝕒𝕞𝕒 𝕜𝕖𝕝𝕦𝕒𝕣𝕘𝕒..𝔸𝕒𝕞𝕚𝕚𝕟 𝕐𝔸.
ReplyDeleteℝ𝕦𝕡𝕒𝕟𝕪𝕒 𝔻𝕚𝕒𝕟 𝕥𝕒𝕙𝕦 𝕕𝕚𝕣𝕚 𝕛𝕦𝕘𝕒 𝕤𝕖𝕓𝕒𝕘𝕒𝕚 𝕒𝕟𝕒𝕜 𝕙𝕒𝕣𝕦𝕤 𝕙𝕠𝕣𝕞𝕒𝕥 𝕡𝕒𝕕𝕒 𝕠𝕣𝕒𝕟𝕘 𝕥𝕦𝕒...𝕥𝕒𝕡𝕚 𝕕𝕚𝕡𝕦𝕥𝕦𝕤 𝕞𝕖𝕟𝕦𝕟𝕘𝕘𝕦 𝕓𝕖𝕤𝕦𝕜 𝕝𝕒𝕘𝕚 𝕞𝕖𝕞𝕒𝕟𝕘 𝕓𝕚𝕜𝕚𝕟 𝕤𝕖𝕞𝕒𝕜𝕚𝕟 𝔸𝔻𝕌ℍ𝔸𝕀 𝕀ℕ𝕀 ℂ𝔼ℝ𝕀𝕋𝔸ℕ𝕐𝔸..
DeleteADUHAI PAK indriyanto
Deletesedih aku mocone hiks...hiks...hiks....
ReplyDeleteCup..cupp.. jangan nangis lagi ya Petir. ADUHAI dong
DeleteAlhamdulillah Roti masih anget...kugigit dikit2 dan kukunyah pelan2 kunikmati sensasinya...sungguh harum dan segar...
ReplyDeletetrima kasih mba Tien...salam sehat dan bahagia selalu
Indah sekali komen nya Papa.
DeleteADUHAI deh
Terimakasih mbak Tien...
ReplyDeleteAsyiiikkkk Dian sdh baikan...dan kyakx dah mau menerima bapak Leo..senangnya..
Sehat2 selalu ya mba Tien...
Salam aduhai
ADUHAI ibu Alfes
DeleteTerimakasih bunda Tien ,RoCin 11 ,sudah tayang ,membacanya sampai meneteskan air mata haru ,semoga Dian hatinya luluh dan mau memaafkan bapaknya ,Leo ,kita tunggu kelanjutannya besok ,salam sayang dari Jakarta
ReplyDeleteSalam sayang dan ADUHAI ibu Werdi
DeleteAlhamdulillah ROCIN_11 sudah tayang, terimakasih bu Tien, semoga bu Tien selalu sehat dan.. sehat selalu....... Salam ADUHAI dari Pasuruan
ReplyDeleteAamiin dan ADUHAI ibu Mundjiati
DeleteAlhamdulillah... RC11 sudah tersaji,ceritanya semakin aduhai,terima kasih banyak mbak Tien, salam sehat selalu.
ReplyDeleteSalam sehat ibu Komariyah
DeleteAlhamdulillah. Roti Cinta 11 sudah tayang
ReplyDeletesukses selalu mb Tien...salam aduhai
Sukses yang ADUHAI jeng Atiek
DeleteAlhamdulilah dian sdh tersentuh hatinya dg pak leo, smg segera luluh dan tidak marah lagi ... diringgu besok ya bunda tien lanjutannya
ReplyDeleteOke ibu Sri
DeleteMatur nuwun ibu....
ReplyDeleteSemoga sehat selalu
Aamiin Butut
DeleteTrmksh mb Tien RC 11 sdh tayang
ReplyDeleteSalam aduhai mb Tien smg sehat sll.
Sehat dan ADUHAI Yangtie
DeleteSenengnya kalau semua keluarga berkumpul lagi, terima kasih bu Tien, semoga sehat selalu bu. Ceritanya selalu ku tunggu. 🙏
ReplyDeleteBaiklah ibu Sri
DeleteAlhamdulillah.. Matur nuwun Ibu Tien untuk Roti Cinta 11 sudah tayang.
ReplyDeleteSehat selalu Ibu.. Salam sayang & utk Ibu Tien beserta keluarga tercinta
ADUHAI, Namanya lucu Ciciyo.
DeleteHem..Bunda cantik .bisa aja bikin sedih..senang berbaur menjadi indah..makasih Bunda cantik.. salam sehat selalu ya Amin YRA 🙏
ReplyDeleteADUHAI, besok kalau ketemu saya beneran harus bilang cantik juga ya.
DeleteYang lebih cantik kalau mau sebutkan nama
Pasti Bunda cantik..aku Winardiyanto Bunda cantik penggemarmu dari jogja
DeleteMatur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah diantar ke alamat.
ReplyDeleteYang saya harapkan, Witri sering" saja menemani Dian. Biar tidak kesepian maksudnya.
Terus Dina pdkt dg cowok ganteng, Dita biar sekolah dulu sampai lulus.
Salam sehat untuk mbak Tien, selalu ADUHAI.
Salam ADUHAI pak Latief
DeleteAlhamdulillah maturnuwun mbak Tien, tayang gasik. Mengumpulkan keluarga Leo dan Ika.
ReplyDeleteAduhai..... Salam sehat semuanya..
ADUHAI Mbahe
DeleteAlhamduilah Rori Cinta 11 jadi sangu tidur. Terima kasih bu Tien, cerita sudah mengalir , Dian mulai memanggil Leo Bapak Leo betapa adem hati Leo tentunya pusingnya langsung sembuh. Alhamdulillah semua senang meski cinta Dian akhirnya menjadi cinta kepada adik sendiri. Sepertinya nanti hati Dian akan tertaut ke Sawitri. ehm ..bener nggakya bu Tien
ReplyDeleteBener nggak ya.. ibu Noor
DeleteAlhamdulillah roti cinta epißode 11 sudah tayang maturnuwun mbak tien salam sehat selalu dari jember
ReplyDeleteSalam ADUHAI Mbak Yun
DeleteAlhamdulillah Rocint 11 sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda senantiasa sehat aamiin
Salam sehat dan aduhai bunda Tien
ADUHAI ibu Salamah
DeleteAlhamdulillah,matur nuwun Bu Tien..Mugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin ibu Rini
DeleteADUHAI
Terima kasih.... seht sllu mbu tien bersana keluarga....
ReplyDeleteAamiin, pak Zimi
DeletePuji syukur kpd Allah, ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg Rocin 11 hadir bagi kami penggandrungnya.
ReplyDeleteSuasana sdh mulai membaik, Dian sdh ada tanda2 menerima Leo.
Monggo dilanjut aja ceritanya kami sabar menunggu. Matur nuwun, Berkah Dalem. Salam ADUHAI.
Salsm ADUHAI ibu Yustinhar
DeleteSalam sehat bu Tien, terima kasih roti cinta sudah berlanjut semoga semakin seru ceritanya….
ReplyDeleteDitunggu selalu kelanjutannya ….aduhaii …
ADUHAI NW KG
DeleteAduuh .
Singkatan apa ya ibu?
Amin, dian pelan2 bisa menerima kenyataan, terima kasih bu tien
ReplyDeleteSalam ADUHAI mas Anton
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien .... tayangan rocin lancar jaya
Semoga bu tien sehat2 selalu n senantiasa dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra
Salam aduhaiii
Aamiin YRA PAk Arif
DeleteSemakin seruu. Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan selalu aduhai
Selalu ADUHAI jeng Sul
DeleteMakasiihmbak Tien RC11nya...
ReplyDeleteWadoooh...bapak Leo?...dah luluh nih...syukurlaah...ada rasa rindu jg tuh Fian sm bapak Leo..
Semoga semua jadi baik..berkat tulisan mbak Tien yg apik..👍👍👍
Salam sehat mbak Tien dan aduhaii selalu..🙏🥰⚘
ADUHAI selalu, ibu Maria
DeleteBagaimanapun bayangan itu selalu ada apalagi dikasih terang, tinggal dikasih terang nya sebelum perjalanan atau setelahnya terlewati, nah jadi bayangan yang terbentuk membesar; la iya ya.. bagian bagian jadi membesar kenangan manis, kenangan kecut, kenangan² yang 'paling' keluar duluan; he èh.. itulah jadi nggak berimbang saling berebut keluar...
ReplyDeleteTerkejut..?!
Ikutan bikin kejutan.. siapa; Dina yang juga nyentil; sang babé pulang dari rumah sakit pusing, 'daripada disini merepotkan pulang saja'
ADUHAI...
Yang mau ngapelin bingung....
Rumah kosong nggak ada orang...
setelah denger Dian kabur...
Ya besok lagi aja...
Terimakasih Bu Tien roti cinta yang ke sebelas sudah tayang,
Semakin sehat dan sehat selalu, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.
ADUHAI Nanang. Mbuh karepmu 😀😀
DeleteAlhamdulillah RC 11 sudah hadir...semoha Dian mau ngerti dan semua beres ..Marah dgn Leo ho ho ho yaa maklum lah ... sehat selalu u bu Tien dan Salam Aduhai...🧚♂️🧚♂️💐💐🤲
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Yanti
DeleteSlmt pgii mbak Tien.. Sehat y.. Makinseru dan penasaran aja rocinnya.. SmgDian anak soleh bs sadar dan mau menerima ayahnya leo.. Smgsemuanya jdi anak2 yg soleh soleha dan keluarga yg bahagia.. Lanjuutmbak Tien.. Salamseroja dan aduhaai dri skbmi🥰🥰🥰
ReplyDeleteSeroja dan ADUHAI ibu Farida
DeleteSemoga menjadi awal yg baik.
ReplyDeleteDian menanyakan mana bapak....
Dan yg dimaksud adalah bapak Leo....
Aduhai...
Tetapi Leo dan keluarga sdh terlanjur pamitan dg membawa hati yg sedih tentunya. Akankah Leo akan balik kembali ke rmh sakit menemui Dian krn saking gembiranya
Ataukah lanjut pulang
Yuk kita tunggu episode selanjutnya.
Trimakasih bunda Tien untuk Roti Cintanya..
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Jeng Wiwik memang ADUHAI
DeleteMaturnuwun mbak Tien Rocin nya .....ADUHAI so sweet...maksud Dian, bapak Leo...salam sehat dr Situbomdo
ReplyDeleteSalam ADUHAI buat jeng In
DeleteMatur nuwun Bu Tien, salam sehat dari Yk Bu....
ReplyDeleteSalam ADUHAI buat ibu Reni
DeleteAssalamualaikum wr wb. Dian anak yg berakhlak baik, shg mudah sekali memaafkan seseorang yang dianggap sudah menyakiti hatinya. Semoga segera terwujud kebahagiaan antara Dian dan Leo, ayah kandungnya. Maturnuwun Bu Tien, sdh memberikan hiburan kpd para pembaca setia, semoga menjadi amal ibadah Bu Tien dan keluarga yg diterima Allah Swt. Dan Bu Tien tambah sehat. Aamiin....Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin
DeleteADUHAI pak Mashudi
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.. ..
Alhamdulillah.... Ceritanya semakin seru, semoga Dian mau memaafkan bapaknya.
DeleteSemoga
DeleteADUHAI IBU Yati
Aamiin wo
DeleteJaga iman. Jaga imun.
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
ReplyDeleteApa sih KP
ADUHAI jeng In Maimun
ReplyDeleteAlhamdulillah ROCIN 11 , maturnuwun bu Tien 🙏,salam sehat semangat .. ADUHAI....
ReplyDeleteADUHAI Yangti
DeleteAlhamdulillah Roti Cintaku sdh menemani pagiku. Suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dan semangat selalu...dan selalu aduhai
Selalu ADUHAI ibu UMI
ReplyDelete