MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 48
(Tien Kumalasari)
Sang ibu hampir berteriak memanggil, ketika langkah Indri tiba-tiba juga berhenti. Ia ingat kata-kata simbah.
Jangan pergi tanpa membawa ampunan dari kedua orang tua kamu.
Lalu Indri melangkah kearah sebuah pohon mangga, yang dulu ketika masih remaja dia suka memanjatnya sendiri untuk memetik buahnya. Tapi kali itu Indri tidak memanjat. Ia duduk bersandar pada pohon mangga itu sambil menyelonjorkan kakinya. Air mata masih mengalir dari ke dua matanya. Berkali diusapnya dengan ujung lengan bajunya, tapi kemudian mengalir lagi dengan derasnya. Simbah benar, dia tak akan pergi sebelum bapak dan ibunya mengatakan ‘aku maafkan kamu’.
Itu akan memberatkan kakinya dalam melangkah, karena kata simbah suatu langkah apapun tanpa restu dari orang tua tak akan membuat hidupnya bahagia.
Indri masih mengusap air matanya, ketika sebuah uluran tangan tiba-tiba tampak didepan wajahnya. Ia kembali mengusap air mata yang membuat pandangannya kabur. Lalu ia mendongakkan kepalanya, dan melihat ibunya berdiri dihadapannya dengan tangan masih tergantung didepan wajahnya. Indri meraih tangan itu dengan perasaan was-was, jangan-jangan akan ditepiskannya dalam keinginannya mengusirnya dari situ. Tapi tangan itu menggenggam tangannya erat, dan menariknya agar berdiri.
“Ibu ?” bisik Indri lirih.
Sang ibu mengelus tangan Indri yang terlihat ada banyak parut-parut disana, lalu merengkuhnya dalam pelukan yang hangat. Keduanya tenggelam dalam tangis yang memilukan.
“Mengapa kamu duduk disini ?” tanya sang ibu.
“Indri tak akan pergi sampai bapak dan ibu memaafkan Indri,” bisik Indri terisak.
“Anakku, kamu sangat menderita?”
“Indri menderita karena terbuang dari bapak dan ibu.”
“Ayo masuk kerumah, bapak menunggu kamu.”
“Apakah ibu memaafkan Indri?”
Sang ibu mengangguk sambil merangkul Indri diajaknya masuk kerumah.
Bergertar hati Indri ketika melihat bapaknya berdiri, lalu merangkulnya erat. Terdengar suara seraknya yang memilukan.
“Tahukah kamu, bahwa kami sebenarnya sangat merindukan kamu?”
Indri terguguk didada ayahnya.
“Sekarang jangan pergi lagi. Kamu punya suami?” tanya sang bapak ketika tangis mereka mereda. Indri menggeleng pelan.
Tiba-tiba sebuah sepeda motor memasuki halaman. Indri terkejut. Yang datang adalah Anto dan Anis, bersama kedua anaknya, yang salah satunya adalah Nugi. Bagaimana mereka bisa sampai disini ?
“Selamat siang bapak, ibu, kata Anto sambil mencium tangan kedua orang tua Indri, diikuti Anis. Mia yang sudah agak besar ikut mencium tangan mereka.
“Kamu.. bukankah kamu…”
“Ya bapak, saya Anto, yang dulu pernah menikahi Indri.”
“Mau apa lagi kamu kemari, dan siapa mereka?”
“Ini isteri saya, dan ini anak-anak saya. Tapi yang kecil ini, namanya Anugerah, dia anaknya Indri dan saya.”
“Anak ini ?” teriak ibu Indri.
“Iya bu, ini anak Indri, yang Indri berikan kepada mas Anto dan isterinya, karena Indri tidak mampu merawatnya.” sambung Indri.
Lalu perlahan Indri menceritakan semua perjalanan hidupnya, membuat tangis sang ibu meledak kembali.
“Ibu tak menyangka, begitu besar penderitaan kamu. Bolehkah ibu menggendong Nugi?”
Anis menyerahkan Nugi kepada ibunya Indri, yang menciuminya dengan gemas.
“Cucuku sangat ganteng, lihat pak..”
“Kami akan sering membawa Nugi kemari, agar dia tahu bahwa disini ada kakek dan neneknya,” kata Anis.
“Nak Anto, isterimu baik sekali.”
“Indri senang karena Nugi berada ditangan seorang ibu yang baik.”
“Iya benar nduk.”
“Tapi mengapa kalian datang kemari? Darimana tahu aku ada disini? Hanya kebetulan saja, atau karena apa?”
“Kami tadi main kerumah simbah, agar Nugi senang bertemu ibunya kembali, tapi sampai disana simbah sakit.”
“Simbah sakit?”
“Tidak mau dibawa kerumah sakit, hanya memanggil-manggil nama kamu,” kata Anto.
“Ya ampun, kalau begitu aku mau kesana sekarang. Bapak, ibu, Indri pergi dulu,” kata Indri sambil berdiri.”
“Kamu naik taksi saja, aku mau mengantarkan anak-anak dan ibunya pulang terlebih dulu.”
Bapak dan ibunya Indri hanya saling pandang. Ia mendengar nama simbah ketika sekilas Indri menceritakan perjalanan hidupnya, seorang pemulung yang mengajarkannya tentang kehidupan dan kebaikan, tapi apa yang terjadi sekarang mereka tak sempat bertanya karena semuanya tampak tergesa-gesa.
***
Ketika sampai di warung, simbah hanya ditunggui Thole dan bapaknya, yang kebingungan karena simbah tak mau dibawa ke rumah sakit.
“Simbah.. mbah… simbah sakit?”
“Kamu Indri?”
“Iya mbah, saya Indri. Ayo kerumah sakit. Thole, tolong ambilkan ponsel aku didalam tas.”
“Apa yang akan kamu lakukan?”
“Saya akan menelpon pak Gunawan. Kemarin sudah berpesan bahwa….”
“Tidak, aku ini mau bertanya sama kamu. Kamu sudah ketemu kedua orang tua kamu?”
“Sudah mbah..”
“Mereka mau memaafkan kamu?”
“Iya mbah, syukurlah akhirnya bapak sama ibu memaafkan Indri.”
“Allah hu Akbar. Ini adalah keinginanku yang terakhir.”
“Apa maksud simbah ?”
“Aku ingin menjadikan kamu seorang wanita yang baik, yang bisa menjalani hidup kamu dengan tanpa beban, dan karenanya hidup kamu akan menjadi tenang dan nyaman.”
“mBah..”
“Teruslah menjadi wanita baik, semoga suatu hari nanti bisa mendapatkan suami yang bisa membahagiakanmu.”
“Tidak mbah, Indri tidak ingin lagi punya suami. Hidup Indri sudah nyaman bersama simbah. Biarpun bapak dan ibu sudah memaafkan Indri, tapi Indri akan tetap disini menemani simbah.”
“Baiklah, itu hidup kamu, jalanilah yang terbaik untuk hidup kamu.”
“Sekarang biarkan saya menelpon pak Gunawan. Simbah panas sekali, dan ini sejak kemarin, simbah harus dibawa kerumah sakit.”
Thole menyerahkan ponsel Indri.
“Jangan, apa yang akan kamu lakukan? Dengar tidak ada dokter yang bisa menghentikan kematian seseorang.”
“Simbah jangan berkata begitu,” Indri mulai menangis, demikian juga Thole.
“Thole, kamu tetap disini, menemani bu Indri, warung ini amanah dari seorang dermawan, harus dijaga dan jangan membuat dia kecewa.”
“Simbah tidak akan meninggal kan ?”
“Thole, simbah sudah berhasil membuat kamu bisa menelan matahari, kamu harus membuat hidup kamu lebih baik, dan jadilah orang yang baik. Kalian berdua, jangan membuat simbah kecewa. Ya,” kata simbah sambil tersenyum, dan senyum itu masih tetap tersungging dibibirnya yang keriput, ketika raga tua itu tinggallah raga. Ketika roh baik pergi meninggalkannya, dan menyisakan isak dan duka lara.
***
Indri dan Thole masih bersimpuh didekat gundukan tanah penuh bunga itu ketika Suni mengajaknya pulang.
Pak Murti dengan diantarkan Gunawan menunggui sampai pemakaman selesai, barulah mereka pulang.
“Indri, kamu harus tetap menjaga warung simbah ya,” pesan pak Murti sebelum pergi.
Indri hanya mengangguk, tak kuasa menjawab apapun karena kesedihannya.
“mBak Indri, simbah sudah tenang, jangan sampai tangis mbak Indri membuat perjalanannya menjadi tersendat. Kita doakan saja, agar simbah diwafatkan dalam husnul khotimah.”
“Aamiin..”
“Simbah itu sangat berarti untuk saya. Tanpa simbah entah bagaimana ujud hidup saya.”
“Iya, saya tahu. mBak Indri bisa berterimakasih atas semua kebaikan itu dengan terus mendoakan simbah, ya kan? Aku juga sedih, simbah belum sempat menggendong cucunya yang masih ada dalam kandungan saya ini.”
Indri tersenyum tipis sambil mengelus perut Suni yang kelihatan sudah membuncit.
“Ayo kita pulang, hari sudah sore. Thole, ayo, ajak bu Indri pulang.”
“Setiap saat saya akan kemari, bilang pada simbah dan bercerita tentang keberhasilan saya.”
“Iya Thole, simbah pernah bercerita bahwa kamu adalah Hanoman yang sakti..” kata Suni sambil menggandeng Indri dan Thole melangkah pergi.
“Iya.. saya ingin menangis kalau teringat dongengan simbah.”
“Simbah akan bangga kalau kamu jadi anak pintar, Thole.”
“Benarkah?”
“Tentu saja benar, karena yang sangat ingin kamu agar bisa meneruskan sekolah itu adalah simbah.”
Memasuki rumah yang terasa lengang, kembali sedu sedan menyesak didada Indri. Suni yang belum ingin pulang masih menemani.
“Apakah mbak Indri akan pulang ke rumah bapak dan ibu mbak Indri?”
“Tidak, sesekali saja saya pulang, karena simbah menitiipkan warung ini agar saya menjaganya.”
“Baguslah, kalau mbak Indri ingin pulang, ada Thole yang bisa ikut menjaga warung bukan?”
Thole hanya mengangguk, kemudian dia membantu bapaknya membersihkan bekas tempat duduk para pelayat, dan merapikannya.
***
“Aku tuh tadi seperti melihat Indri..” kata Sony kepada isterinya.
“Benarkah ? Mengapa mas tidak memanggilnya lalu mengajaknya pulang? Sudah setahun lebih kita mencarinya bukan ?”
“Aku ragu, apa itu benar atau salah, soalnya aku melihat dia sedang membawa keranjang di kiri kanan tangannya, seperti orang yang tidak cacat. Bukankah tangan Indri cacat?”
“Iya sih. Tapi siapa tahu dia sudah berobat dan sudah kembali sempurna.”
“Tadi aku ragu-ragu sih, waktu itu sedang ada orang meninggal, jadi dia diantara para pelayat, begitu.”
“Bukan orang tuanya dia yang meninggal kan?”
“Sepertinya bukan, rumahnya bukan disitu. Itu dipinggir jalan besar. Kalau tidak salah disitu ada warung sembako, tidak besar sih, kan aku tiap ke kantor lewat jalan itu.”
“Berarti yang meninggal pemilik warung itu.”
“Entahlah, mungkin pemilik warung itu, mungkin tetangganya, entahlah, yang aku heran seperti ada Indri diantara mereka.”
“Bagaimana kalau besok-besok atau kapan kita lewat jalan itu dan siapa tahu melihat mbak Indri ada diantara rumah-rumah yang ada disana.”
“Setiap hari aku lewat, tak pernah melihat Indri.”
“Mungkin mas tidak memperhatikan.”
“Iya sih, nggak tahu kenapa, aku ingin mencarinya lagi.”
“Mas masih mencintainya?”
“Bukan masalah cinta, tapi dia kan masih isteri aku.”
“Tapi mas, seandainya dia mau kembali, aku tidak keberatan kok. Aku mau berbagi dengan mbak Indri. Rasanya kasihan melihat nasibnya waktu itu.”
“Entahlah, bagaimana nanti. Yang penting kita bisa bertemu dulu sama dia.”
“Iya mas. Besok kita libur, boleh dong jalan-jalan ke daerah itu, siapa tahu bisa menemukan sesuatu.”
“Baiklah, aku setuju.”
***
“Bu Indri, warungnya dibuka ya?”
“Aku masih sedih Thole..”
“Kalau kita hanya bengong saja, kita terus-terusan teringat simbah, tapi kalau kita sambil bekerja, pasti kesedihan kita agak berkurang.”
“Baiklah, kamu pintar Le, buka saja warungnya, sudah seminggu tutup, kasihan kalau ada orang membutuhkan apa-apa.”
Lalu Thole membuka warung simbah, dan Indri mulai menata dagangannya yang semula dipindah-pindahkan tempatnya karena ada banyak tamu.”
“Simbah senang ya, warungnya sudah saya buka kembali,” bisik Indri dengan mata berkaca-kaca.
“Bu Indri jangan menangis terus, simbah akan sedih.”
Indri mengusap air matanya.
“Bu Indri, saya akan menimbangi gula dibelakang ya, yang di etalase tinggal dua bungkus.”
“Oh iya le, bungkus per setengah kiloan saja ya.”
Indri sedang melayani pembeli ketika dilihatnya dua orang menunggu diatas sepeda motor. Tak jelas siapa karena keduanya memakai helm.
Tapi ketika keduanya turun dan melepas helm nya, Indri sangat terkejut. Mereka Sony dan isteri barunya.
“Jadi benar kamu Indri?”
“Ya..Son.”
“Bolehkah kami masuk ?” kata Sony.
“Silahkan.”
Lalu mereka duduk di kursi bambu dibelakang etalase warung.
“Sudah lebih dari setahun aku mencari kamu. Ternyata kamu disini ?”
“Ya, setelah melalui perjalanan panjang.”
“Tangan kamu sudah sembuh..”
“Ya, seseorang membantu membuat tanganku sembuh kembali.
“Aku melihat kamu ketika ada yang meninggal disekitar sini.”
“Ya, pemilik warung ini.”
“Oh, pantesan. Itu kerabat kamu?”
“Lebih dari itu, ceritanya panjang.”
“mBak Indri, singkat kata, kedatangan kami kemari adalah untuk menjemput mbak Indri,” kata isteri Sony yang tak sabar ingin segera mengutarakan maksudnya.
Indri menatap wanita cantik yang telah menjadi isteri Sony, dan sesungguhnya dia senang, tampaknya wanita itu baik.
“Itu benar mbak, seperti dulu saya pernah mengatakan, marilah pulang dan biarkan saya menemani mbak Indri. Kita akan menjadi keluarga yang rukun dan bahagia.”
Indri tersenyum. Kembali, lalu hidup bersama madu? Tidak, Indri sudah berjanji tak akan menjadi isteri siapapun. Hidupnya sudah nyaman, dan pelajaran dari hari-hari yang dilaluinya cukup membuatnya bisa memilih yang terbaik untuk hidupnya.
“Bagaimana Indri?”
Indri menatap Sony dan isterinya berganti-ganti.
Lalu dia tersenyum .
Tidak Sony, ceraikan saja aku.”
“Indri..!!”
“Aku sudah menemukan hidup aku, dan aku melihat kalian berbahagia. Cukuplah semua itu.”
“mBak Indri serius?”
“Sangat serius. Semoga kalian bahagia, aku ingin cerai.”
***
T A M A T
Kapan lagi ya..
ROTI CINTA
“Ya ampuun… ini punya siapa? Ini bukan milikku. Celaka, mengapa isinya pakaian pria? Aduh, pasti tertukar dengan laki-laki genit yang tadi duduk disebelahku.”
Teriak Dina ketika sudah sampai di kamar hotel dimana dia menginap.
Tungguiiiiin…
Aduhai
ReplyDeleteJuara 1 lagi Jeng Trinil
DeleteAlhamdulillah MCYT 48 sudah tayang,Mtnuwun mbak....
Salam sehat dan ADUHAI mbak Tien
Selamat hatrick buat jeng Triniel dua kali berturut-turut berhasil menjadi pemenangnya.
DeleteAlhamdulillah MCYT_48, sdh hadir ditengah-tengah para penggemar yang sdh sejak sore tadi _"intap-intip"_
Terimakasihku bu Tien...salam ADUHAI, dari "mas kakek" mBandung.........
T a m a t...
DeleteWuihh.... lanjut roti cinta....
Rotiiii.... !!! πππ
Alhamdulillah MCYT48 tayang matur suwun Bu Tien ..Kita tunggu saja cerbung baru Roti Cinta...πππΌπΊ
DeleteSelesai sudah Cinta Yang Terserak ... mengakhiri tahun 1442 H.
DeleteSelamat Tahun Baru 1443 H.
Salam ADUHAAAII.
Hadiiiiir, terima kasih Bunda, semoga Bunda sehat selalu, Aamiin
DeleteKami menunggu π₯― ROTI CINTA π₯―
πππ
Alhamdulillah MCYT sdh hadir dg ending yg indah dan bermakna,memang mbak Tien piawai dalam mengolah kata dan rasa, Salam hangat dari Jkt
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAlhamdulillah MCYT~48 sudah hadir merupakan episode terakhir, maturnuwun Bu Tien..π
DeleteApa ROTI CINTA nya Baskoro yang di Cerbung sebelumnya .. Kita tunggu saja dan salam Sehat dan ADUHAI utk Bu Tien semoga tetap sehat dan terus berkarya..Aamiin YRA
DeleteHahaa.. ADUHAI pak Indrianto
DeleteHallo juara..
DeleteADUHAI jeng Nani, mas Kakek
DeleteMatur nuwun sangΓͺt
ReplyDeleteSudah selesai dan punya jawaban, pencarian Soni berakhir.
DeleteKemandirian Indri teruji sampai tholΓ© dewasa mandiri,
Jangan jangan si tholΓ© yang ketukΓͺr tas sama Dina
Aduhai..
Nggaklah itu Nugi..
Hahaaa... Nanang..
DeleteRintoooooo...
DeleteTerima kasih bunda
ReplyDeleteSelamat malam
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT48 sudah tayang..sehat selalu mb Tien ...salam aduhai
ReplyDeleteSelamat malam jeng Tien ,,sehat ,,kuat ,,semangat,,tetap berkarya.menghiburnkita semua,,,
ReplyDeleteAlhamdulillah terima kasih bunda, semoga selalu sehat.
ReplyDeleteSalam aduhai bunda
Sembah nuwun Bu Tien, Sehat sll Bun - salam Aduhai dr Klipang ....π€π
ReplyDeleteAlhamdulillah.. tammat ya bund.. smg bunda Tien sehat sll dan ditunggu cerbung berikutnya.. salam sehat penuh Aduhaaaai ❤️πππ€
ReplyDeleteSugeng dalu derek.....
ReplyDeleteAlhamdulillah... selalu sehat nggih Mbak Tien .
ReplyDeleteJazaakillah khoiron katsiiron.
Terima kasih Bu Tien. Salam aduhai selalu ππ
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien.
ReplyDeleteSemoga sehat selalu
Terims kasih bu Tien
ReplyDeleteMCYT 48 sdh tayang.
Semoga bu Tien dianugerahi rahmat kesehatan yg prima hingga terus dapat berkarya.
Berkah Dalem.
Alhamdulillah yg ditunggu " udah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bu tien π salam sehat penuh semangat πππ
Alhamdulillah terima kasih bunda, semoga selalu sehat.
ReplyDeleteSalam aduhai bunda dari Pasuruan
ADUHAI ibu Mundjiati
DeleteROTI CINTA ... lanjutan JANGAN BAWA CINTAKU ya .. *kepo.com*
ReplyDeleteTambah Penasaran
Hehee... jangan2..
DeleteMatur nuwun mbak Tienku, mcyt pamungkas telah tayang.
ReplyDeleteNo comment aja ...menunggu roti cinta yang pasti aduhai.
Salam sehat dan salam Aduhai.
Alhamdulillah semua bahagia.....
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien. Semoga sehat selalu .... Aamiin π€²
Ditunggu tayangan *ROTI CINTANYA*
ReplyDeleteWow..mantab Bunda cantik apa roti cinta itu milik Dina dan Dian ya ..salamsehat selalu π
ReplyDeleteTungguin... siapa nih
DeleteWah sudah tamat.... Dan semuanya bahagia... Roti Cinta... Kayak nya lebih Aduhai.....
ReplyDeleteADUHAI Ibu Swissti
DeleteAlhamdulillah. Semoga Bu Tien sehat wal afiat selalu.
ReplyDeleteAamiin pak Sujoko
DeleteAlhmdulillh.... MCYT Usau dg Happy Ending.... trmkasih Bu Tien.... MCYT Luarrrr biasaaaa.... sehat² mbu tien... mdh²n bisa ktemu lgi dg Indri dan Nugi....he....
ReplyDeleteTerimakasih pak Zimi
DeleteTamat sudah , maturnuwun mb Tien .
ReplyDeleteAsyik segera cerbung baru lagi .
Salam sehat nan aduhai mbak Tien .
Yuli Semarang
ADUHAI jeng Yuli
DeleteMaturnuwun bu Tien.. barakallah
ReplyDeleteAamiin.
DeleteADUHAI ibu Nien
wah tamat...kok kehilangan rasanha
ReplyDeleteTidak jeng Yuyun. Nggak hilang kok
DeleteWaduh wis tamat.
ReplyDeleteYa kita tunggu ROTI CINTA.
Salam sehat dsn ADUHAI...
Uwis jeng.. Indri kesel
DeleteAduhai.. udah tamat....
ReplyDeleteDitunggu "roti cintanya " ibu ..ππ
Salam sehat,semangat, selalu bahagia❤️❤️❤️
Yuuk tungguin, ibu Wening. Kayak nama keponakanku nih.
DeleteAkirnya tamat juga MCYT,tks mbak Tien yg sudah menamatkan cerbung ini jg dng sabar kami semua menunggu cerbung baru ROTI CINTA. Salam Aduhai dari Tegal.
ReplyDeleteADUHAI dari Solo jeng Neni
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Aamiin wo
DeleteMatur nuwun mbak Tienku, mcyt pamungkas telah tayang.
ReplyDeleteMenunggu roti cinta yang pasti aduhai.
Semoga mb Tien sehat selalu, salam sehat dan salam ADUHAI.
Aduhai sekali kisahnya
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, MCYT benar2 sangat menghibur kami para pembaca setia Mbak Tien. Ditunggu episode selanjutnya. Semoga Mbak Tien selalu dianugerahi dengan kesehatan dan kebahagiaan. Amin.
ReplyDeleteAamiin
DeleteADUHAI jeng Ira
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien....
ReplyDeleteSemoga sehat dan bahagia selalu....
Sehat dan ADUHAI ibu Prim. Eh ibu atau bapak ya
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteBisa dipanggil Om Bu Tien...π
DeleteKarena cucunya baru 2...ππ
Sambil nunggu rotinya mateng ach.
Mbak Tieeen...
ReplyDeleteMakasiiih banyaak telah menamatkan mcyt ke 48 dgn apik...semua bahagia dan tenang..
Menunggu ROTI CINTA...
Salam sehat dan aduhaiii...ππ₯°⚘π
Baru masuk oven ya jeng Maria
DeleteAlhamdulillah.. The end..
ReplyDeleteTrimksh bu tien.. Semoga sllu sehat
Matur nuwun Ibu Tien...happy ending, cerita yΓ ng berpetuah...
ReplyDeleteMygi tansah sehat
Sehat dan ADUHAI ibu Moendjiati
DeleteAlhamdulillah MCYT 48 sdh hadir dan happy ending...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Kami menunggu cerbung baru ROTI CINTA nya Bu...
Salam ADUHAI dari Bekasi
ADUHAI jeng Ting
DeleteMatursuwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 Bunda
DeleteTerima kasih Mbak Tien MCYT 48 sdh tayang ... Semoga sehat dan bahagia selalu ... Salam Aduhai
ReplyDeleteADUHAI Enny
DeleteTerima kasih mbak Tien, akhirnya cerbung nya happy ending. Termasuk saya juga happy, tdk ada poligami.
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak Tien, sekian lama sdh menghibur.
Salam sejahtera utk mbak Tien dan keluarga.
Haha.. syukurlah anti poligami. ADUHAI PAK Andrew
DeleteAlhamdulillah tamat achirnya..
ReplyDeleteTrm ksh bu Tien. Ditunggu ceritanyas
Tamat sarat dg petuah... Hidup yg penuh dg liku sedih bahagia penuh perjuangan dan akhir pencapaian yg diinginkan ... Bahagia tdk hrs bersatu... Trmksh mb Tien tahun baru disambut dg serial baru...smp bsk ditunggu crt barunya.. slm seroja sll buat mb Tien dan pctkπ€
ReplyDeleteDitunggu cerita lainnya. Salam Sehat bu Tien..
ReplyDeleteSalam sehat ibu Handayaningsih
DeleteMakasih mba Tien. Salam hangat dan aduhai
ReplyDeleteADUHAI jeng Sul
DeleteTamat. Makasih Bu Tien π
ReplyDeleteSami2 ibu Hestri
DeleteAduhai alangkah bahagianya hatiku MCYT berakhir indah...π
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien..kami setia menunggu cerita selanjutnya.
Tetap sehat njih bun...dan tambah ADUHAI.
ADUHAI indahnya Padmasari
DeleteTerimakasih banyak mbak Tien, MCYT sangat menghibur
ReplyDeleteSalam sehat dan aduhaiiii
Sehat dan ADUHAI Alfes
DeleteAkhirnya selesai sudah perjumpaan kota dengan SUNNY dan INDRI.
ReplyDeleteMakasih Bunda untuk MCYT yg sangat luar biasa.
Sukses selalu dan met istirahat ya Bunda, sampai ketemu dg cerita yang lain .
Sehat dan tetap semangat
Sehat dan ADUHAI mas Bambang
DeleteMCYT 48 hadir ..alhamdulillah br buka tengah malam ..pas lg lapar❤❤π€£π€²jaga kesehatan ..u bu Tien sehat selalu Aamiin ,kayaknya mau tamat nih
ReplyDeleteLhah.. salah baca 'kali jeng Yanti
DeleteYeee,tau2 dah kelar,sukses Bu Tienπππ di tunggu lagi cerita selanjutnya suwunπ
ReplyDeleteYeee.. iya pak Ari
DeleteTerima kasih Bu Tien,selalu menunggu cerita selanjutnya,salam sehat dari Kediri.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteSehat dan ADUHAI ibu Rini
DeleteSlmt pgii mbak Tien.. Alhamdullilah mcyt sdh tamat dgn penuh kebahagian endingnya.. Twrimakasih mbak.. Episode selanjutnya Roti Cinta psti bikin penasaran jg.. Semogamba Tien sehat terus dan bisa tetap menghibur penggemarbya... Salamseroja dan Aduhai dri sukabumiππππ
ReplyDeleteADUHAI Faroda
DeleteMaturnuwun ibu Tien kutunggu Roti Cinta nya,sehat selalu dan aduhai
ReplyDeleteTungguin, ibu Idayati
DeleteALhamdulillah MCYT happy ending. Matur nuwun Bu Tien atas ceritanya yang penuh dengan nasihat kehidupan. Semoga Ibu semakin sehat, aamiin...
ReplyDeleteAamiin
DeleteADUHAI IBU Reni
Terimakasih mba Tien, cerita yg sangat bagus, kami tunggu cerita berikutnya ....ππ
ReplyDeleteBaiklah ibu Nunuk
DeleteTerima kasih bu tien, alhamdulilah happy ending .... smg bu tien selalu sehat...ditunggu ksrya selanjutnya
ReplyDeleteADUHAI ibu Sri
DeleteWah..... Bakal ada roti cinta lagi, nih mbak...jadi teringat sama Baskoro...
ReplyDeleteJangan2 rotinya Baskoro...
DeleteADUHAI Bunda
Jadi cinta yang terserak itu adalah cinta Indri.
ReplyDeleteADUHAI KP Lover
ReplyDeleteAssalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah,, terima kasih bu Tien MCYT 48 menutup cerita,,semua senang termasuk sy bisa membaca cerbungnya
Sy akan menunggu *ROTI CINTA* bu Tien,yg pasti lebih gurih n mantab ππππ€
Salam sehat wal'afiat n ADUHAAII
ADUHAI MBH PUT
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August.
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Assalamualaikum wr wb. Alhamdulillah MCYT, begitu indah endingnya, apik di tata dlm cerita tentang perjalanan hidup setiap orang yg berbeda-beda. Filosofinya memotivasi kita untuk menjadi hamba Allah Swt yg selalu dekat dengan-NYA, terhindar dari penyakit hati sprt iri hati, dengki, zalim dan sifat jelek lainnya. Jadilah orang yg suka menolong, mudah memberikan maaf, beramal sholeh dan perbuatan lain yg terpuji. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai rahmat taufiq hidayah, sehat wal afiat, semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Ditunggu di cerita berikutnya... ROTI CINTA..Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAamiin ya Rabb.
DeleteTerimakasih pak Mashudi
Terima kasih Buk Tien,
ReplyDeleteCerbungnya selalu suatu drama kehidupan, penuh liku- liku kehidupan, kita yg membaca larut didalamnya, suatu karya yg indah...ππππ
Terimakasih pak Rusman
DeleteSungguh Aduhai...ππ
ReplyDeleteJangan jangan ROTI CINTA berkaitan dengan JANGAN BAWA CINTAKU. Pasti seru.
ReplyDeleteJangan2 ADUHAI
DeleteAlkhamdulillah happy ending..bu mksh ceritanya semoga ibu tien selalu diberi kesehatan oleh Alloh SWT.salam ADUHAI...Amiin
ReplyDeleteAlhamdulillah happy ending......terima kasih bu atas hiburannya, semoga ibu selalu sehat.....salam dr Yogya
ReplyDeleteADUHAI.dari Solo
DeleteTerima kasih bu Tien akhirnya Indri mendapat maaf kedua orang tuanya. Simbah meninggal dengan tenang karena sudah berhasil membuat Indri jadi orang baik, Thole bisa bersekolah dan juara. Alhamdulillah happy end..aduhai deh pokoknya
ReplyDeleteADUHAI ibu Noor
ReplyDeletetksh utk MCYT nya Bu Tien, semoga ROTI CINTA segera hadir - salam Sehat nan Aduhai dr Klipang ...ππ
ReplyDeleteSalam ADUHAU PAK wiyoto
DeleteUdah tamat MCYT...
ReplyDeleteAlhamdulillah Indri sdh kembali ke jln yg benar.
Semua sdh bahagia.
Untuk roti cinta kayaknya lanjutan "jangan bawa cintaku" nggih bunda....
Pasti seru nih...
Moga bunda sehat sll dan menghasilkan karya" indah yg bisa dinikmati para penggemarnya.
Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro
InshaaAllah keng Wiwik
DeleteADUHAI
Alhamdulillah sdh tsyang dan tamat ,cerita yg menggugah kesadaran seorang indriππ,ditunggu roti cinta nya , maturnuwun bu tien semoga sehat selalu,salam sehat dan salam aduhai
ReplyDeleteAamiin Yangtie
DeleteAlhamdulillah, tamat. Terima kasih ya bu Tien
ReplyDeleteSama2 ibu Dewi
DeleteTeriima kas8h bu tien cerbungnya walau masih dalam pemulihan tetap berkarya untuk kami penggenar cerbung bu tien. Salam sehat dan jaga kesehatan
ReplyDeleteTerima kasih bu Tin. Salam aduhai.
ReplyDeleteIngin kisah Baskoro, Ika, Dian, Dina..dan siapa tu ayahya Dian berlanjut..
Tungguin yaa
ReplyDeleteTerimakasih mas Anton
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien ..Akhirnya jungkir balik kehidupan Indri berakhir,lbh mengesankan dan tertambat di hati. Roti Cinta ttg jungkir balik hdp Baskoro dan Ika kah?
ReplyDeleteRoti Cinta lanjutan Ika Baskoro yaa...uh seru..
ReplyDeleteYg jadi tokoh cerita.Dina, Dian...yg sdh beranjak.dewasa...
Kami tunggu dg setia
Mbak Tien sayang....
Roti cinta kita tunggu Dian n Dina jua ika n Baskoro yaaa yaa kangen dgn tokoh2 ini hahhaha Bismillah bu Tien Sehat selalu
ReplyDeleteSelamat malam sahabat2 WAG PCTK, saya beritahukan bahwa malam ini lapak *Cerbung Utama* kosong. Bu Tien lagi siap-2 akan menghadirkan cerbung baru dengan judul "ROTI CINTA"
ReplyDeleteBerhubung kosong sebagai koordinator cerbung utama maka akan saya tayangkan cerbung pengganti 15 Episode TAMAT, dengan judul *MENCINTAI APA ADANYA*
ππΌ ππΌππΌ
*πMENCINTAI APA ADANYAπ*
*Oleh Asmy*
Part_01
*****
“Ayah, kenapa kau tak bilang kalo calon suamiku berkebutuhan khusus?
Ayah membohongiku,”
ucap Mesya ketika kami sedang makan malam dan dia baru tiba entah darimana.
Ibu yang sedang mempersiapkan makanan ikut terkejut mendengarnya.
Maaf.... hanya mereka yang sdh bergabung di WAG PCTK yang bisa menikmati "MENCINTAI APA ADANYA"
Jika disini harus seijin yang berwenang.....
Begicuuuu kan bu Tien....???
Waduh .... Maaf bu Tien....ada yang terbawa disini sak uplik......,,
DeleteTerima kasih Bu Tien sudah tamat...lanjut cerbung baru.... penasaran
ReplyDeleteNgintip Roti Cinta sudah mateng belum ya? Ternyata masih dlm oven ya mbak Tien?
ReplyDeleteSalam Aduhai sambil nunggu Roti Cinta yg pastinya aduhaiii...
Iya sama-sama menunggu,,baru tercium wangi menteganya,,hampir matangπ€
Delete*ROTI CINTA* itu dulu milik Baskoro yang dititipkan pada Ika.
ReplyDeleteSelamat tahun baru 1-Muharam-1443 H.
kepada semuanya, Insyaa Allah kita menasuki masa *New Normal* yang lebih baik.
Alhamdulillah sudah tamat MCYT menunggu Roti cinta .. sehat selalu ya Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, menanti roti cinta ….. buTien
ReplyDeletedengan ending cerita MCYT yang bagus
salam aduhaii…. Bu Tien menyenangkan hati pembaca dan puas π
Terima kasih Bu Tien, setiap cerbungnya Bu Tien, akhirnya pasti bisa melegakan pembaca.Happy ending. Ditunggu rotinya Bu, salam aduhai ππ½π❤️
ReplyDeleteSalam sehat mbak tien
ReplyDeleteSemoga malam ini Roti Cinta mulai tanyang Selalu Rindu karya² mbak tien
Puji Tuhan, lega hati ini krn MCYT tuntas dgn semua orang didlmnya menjadi orang baik, saling peduli, rukun, guyub, tentram damai dsb serasa aura surgawi..
ReplyDeleteROTI HIDUP penggantinya, sy yakin tetap bikin penasaran, banyak liku2 kehidupan yg akhirnya happy ending...
Matur nuwun ibu Tien. Salam ADUHAI
Sorry : ROTI CINTA... bukan ROTI HIDUP
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, diakhir cerita ada segenggam bawang , sehingga mata ini meneteskan air mata. Semoga ROTI CINTA ini lanjutannya MCYT.
ReplyDeleteSemangat Mbak Tien ,πͺπͺππ