MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 47
(Tien Kumalasari)
Tiba-tiba Simbah jatuh terduduk.
“mBah, simbah tidak apa-apa kan? “ tanya Yessyta.
“Tidak, tidak.. aku hanya ingin berbaring saja.”
“Jadi dia tidak pulang kemari?” tanya Anis dengan cemas.
“Tidak, mungkin belum sampai, entahlah,” kata Yessy.
“Sudah lamakah dia membawanya?”
“Tadi dia datang, saya sedang memasak, tapi sambil sebentar-sebentar menengok Mia dan Nugi yang sedang bermain di teras. Lalu Indri datang, saya menerimanya dengan sangat baik. Lalu dia bermain dengan anak-anak, dan saya melanjutkan memasak dengan tenang, karena anak-anak sudah ada temannya.
Agak lama, kira-kira setengah jam, dan saya selesai memasak, saya keluar sambil membawakan minuman untuk Indri, tapi saya lihat Mia bermain sendiri. Saya terkejut, dan bertanya kemana Nugi dan ibu Indri?
“Adik dibawa ibu Indri,” kata Mia.
“Dibawa bagaimana ? Kemana?”
“Pergi, sambil berlari-larian sama Nugi, lalu keluar.”
Anis berlari kejalan, tapi bayangan Indri tak tampak. Lalu dia menelpon Anto, agar segera pulang.
“Saya berpikir, kalau Indri bicara baik-baik dan ingin membawa Nugi, pasti saya berikan kok, kan Nugi itu anaknya. Tapi mengapa begitu cara dia membawa Nugi,” kata Anis dengan berlinangan air mata.
Simbah diam, berbaring dan memejamkan mata. Dia memang selalu tak pernah ikut bicara setiap ada permasalahan.
“Aku mengira Indri sudah benar-benar menjadi baik,” gumam Yessy.
“Lalu bagaimana ini? Kemana kami harus mencarinya?” kata Anis panik.
“Begini saja bu Anis, bu Anis sama pak Anto mencoba mencarinya dulu, saya akan mengantarkan isteri saya dan anak saya pulang. Setelah itu saya akan membantu mencari, kalau perlu kita akan melaporkannya pada polisi,” kata Gunawan.
Anis dan Anto segera berlalu, tak jadi berpamitan sama simbah, karena simbah tidur sambil memiringkan tubuhnya kearah tembok, sehingga tidak menatap mereka sedikitpun.
Tapi Yessy nekat mendekati simbah untuk berpamit.
“mBah, simbah jangan khawatir, barangkali Indri hanya mengajak jalan-jalan anaknya.”
Tapi simbah hanya mengangguk.
Gunawan meminta agar Yessyta membiarkannya dan mengajaknya segera pergi dengan isyarat.
“Tampaknya simbah amat terpukul,” kata Yessy dalam perjalanan pulang,
“Mungkin kecewa, karena dia merasa sudah mendidik Indri dengan baik, tapi ternyata dia masih melakukan perbuatan tercela.”
“Kasihan simbah.”
“Semoga Indri tidak melakukan hal-hal buruk.”
“Kalau tidak mengapa dia pergi dengan membawa anaknya?”
“Entahlah, kita kan juga belum tahu yang sebenarnya. Tapi kamu tidak usah bilang sama bapak tentang masalah ini lho, nanti bapak lebih heboh lagi.”
“Iya, aku tahu.”
***
Ketika Thole pulang, dilihatnya simbah tertidur, sementara diluar ada dua pembeli menunggu.
“Maaf bu, ibu mau beli apa?” tanya Thole tanpa membangunkan simbah karena tidurnya tampak nyenyak.
“Cuma mau beli beras tiga kilo Le.”
“Oh, baiklah bu, sama apa lagi?”
“Cuma itu dulu, oh ya, kecap botol kecil ada ya?”
“Ada bu, ini?”
“Ya, sudah, itu saja.”
Lalu Thole melayani pembeli satunya, yang hanya membeli sabun. Thole mendekati simbah, masih lelap tak bergerak. Thole merasa sayang untuk membangunkan. Lalu dia kebelakang untuk mencuci kaki tangan dan ganti baju.
Ketika kembali, simbah sudah berganti posisi tidur. Telentang, tapi matanya masih tertutup.
“Bu Indri belum pulang mbah?”
Simbah membuka matanya.
“Jangan sebut nama dia lagi.”
“Lho, memangnya kenapa mbah ?”
“Karena dia, simbah gagal jadi manusia baik.”
“Simbah, mengapa bicara begitu?”
“Ya sudahlah, simbah nggak suka banyak bicara.”
“mBah, tadi ada yang beli beras, sama kecap, sama sabun. Uangnya sudah Thole masukkan kedalam laci.”
“Ya.. nggak apa-apa..”
“Apa simbah sakit?”
“Sangat sakit.”
“Yang mana yang sakit? Saya panggil bu Siti biar ngerokin ya mbah.”
“Tidak.. tidak. Ya sudah.. kamu belajar, sana. Oh ya, bapakmu bagaimana?”
“Bapak sudah sembuh, besok sudah mau narik becak lagi.”
“Oh, syukurlah.”
“Simbah Thole pijitin saja ya.”
“Kamu kan capek.”
“Tidak mbah, ngapain capek.”
Simbah seperti akan mengatakan sesuatu pada Thole, tapi diurungkannya. Ia diam saja ketika Thole memijitnya sampai dia kembali tertidur.
***
Anis menangis sepanjang jalan. Mereka mengitari setiap jalan yang kira-kira dilalui oleh Indri, memasuki lorong-lorong dan bahkan tempat bermain. Untunglah Mia sudah dititipkan ke tetangga, sehingga mereka tidak tergesa-gesa pulang.
Tapi tak urung Anis bilang ingin pulang sebentar untuk melihat Mia, karena tadi dia belum sempat memberi makan Mia.
“Pulang sebentar mas, tadi Mia belum makan.
Namun ketika sampai dirumah, dilihatnya Indri tertidur di kursi dengan Nugi yang juga terlelap di pangkuannya.
“Nugi !!” teriak Anis.
Indri terbangun, dan Nugi yang terkejut juga merengek pelan.
”Ssst.. st.. diam nak..” kata Indri, yang agak tersentak ketika tiba-tiba Anis mengambil Nugi dari pangkuannya dengan kasar.
“Aduh, maaf, aku ketiduran, habisnya Nugi juga mengantuk,” kata Indri tanpa merasa bersalah.
“Apa maksudmu Indri? Kamu ajak kemana Nugi sehingga kami pontang panting mencarinya kemana-mana?” tegur Anto dengan wajah keruh.
“Maaf, tadi aku mengikuti Nugi berlarian, sampai keluar, lalu aku melihat ada taman bermain disana, aku ajak dia kesana.”
“Mengapa tidak bilang kalau kamu mengajaknya pergi?”
“Aku pergi hanya sebentar, setengah jam kira-kira, tapi ketika kembali, rumah terkunci. Jadi aku bermain lagi disini sampai Nugi tertidur.”
“Ya Tuhan, “ kata Anis sambil mengusap air matanya.
“Mas, tolong jemput Mia, tadi dia belum makan,” kata Anis kepada suaminya.
Anto segera keluar, lalu Anis duduk didepan Indri sambil memangku Nugi yang masih tertidur.
“mBak Indri tahu tidak, saya sama mas Anto mencari Nugi kemana-mana.”
“Maaf bu Anis, saya tidak bermaksud membuat bingung, saya pikir hanya bermain disitu saja dan segera kembali.”
“Tapi begitu saya keluar dan melihat Nugi tidak ada, saya bingung setengah mati. Saya panggil pulang mas Anto, lalu mencari kemana-mana.”
“Pasti bu Anis berpikir bahwa saya menculik Nugi?”
“Maaf, itu benar.”
Wajak Indri menjadi muram.
“Saya sangat menyesal, dan berjanji tak akan mengulanginya.”
“Begini mbak Indri, kalau suatu waktu mbak Indri ingin mengajak Nugi jalan-jalan, saya akan mengijinkannya dengan sepenuh hati, karena saya tahu bahwa dia adalah darah daging mbak Indri.”
“Benarkah?”
“Saya berjanji, dan itu boleh mbak Indri buktikan. Saya bingung karena sejak bayi Nugi sudah ada dalam asuhan saya, dan sudah seperti anak kandung saya.”
“Iya saya tahu. Terimakasih banyak karena mencintai Nugi seperti anak kandung sendiri. Sayalah seorang ibu yang tidak berguna, seperti membuang anak sendiri.”
Tiba2 setelah bercakap-cakap itu luluhlah kemarahan Anis, apalagi setelah tahu bahwa Indri tidak bermaksud jahat.
“Tidak, saat itu kan tangan mbak Indri sedang… eh.. tunggu.. tangan mbak Indri sudah sembuh? Saya kurang memperhatikan, mbak Indri bisa menggendong Nugi dengan baik.”
“bapaknya mbak Yessyta menyembuhkan tangan saya, mereka orang-orang mulia padahal dulu saya pernah menyakitinya.”
“Ya sudahlah, ini semua adalah perjalanan hidup, mbak Indri bisa melaluinya dengan sangat baik< kita harus bersyukur bukan?”
“Itu benar. Sekarang saya mohon diri. Sudah lama saya meninggalkan simbah.”
“Tadi kami juga mencari mbak Indri ke warungnya simbah.”
“Ya ampun, pasti simbah mengira saya melakukan kejahatan. Baiklah, saya permisi,” kata Indri yang kemudian berdiri, mencium pipi Nugi dan berlalu.
***
Indri sedang menunggu angkot yang akan kembawanya ke warung simbah ketika tiba-tiba sebuah mobil berhenti disampingnya.
“Indri?”
Rupanya Gunawan yang memang ikutan mencari Indri, lalu menemukannya ketika dia sedang ada dipinggir jalan.
“Pak Gunawan?”
Gunawan turun, wajahnya terlihat marah.
“Mana Nugi? Kamu sembunyikan dimana dia?”
“Nugi? Mengapa bapak marah?
“Tentu saja aku marah, hampir saja aku melaporkan kamu ke polisi karena penculikan. Biarpun itu anak kandung kamu sendiri.”
Indri menghela nafas panjang. Rasa sedih meremas-remas dadanya. Rupanya dia masih dianggap orang yang bisa melakukan kejahatan.
“Jawab Indri, mana Nugi?”
“Nugi ada dirumah orang tuanya,” jawab Indri sambil melangkah pergi.
“Rumah orang tua yang mana? Kamu anggap bahwa kamu orang tuanya bukan?”
“Dirumah bapaknya dan ibu tirinya.”
“Jangan bohong,” kata Gunawan sambil mencengkeram lengan Indri.
“Kalau tidak percaya nih, telpon mas Anto, nomornya ada disitu, dan lepaskan saya karena saya menghawatirkan simbah.”
Gunawan menerima ponsel Indri dan mencari nama Anto, sementara Indri segera naik ke atas angkot yang kebetulan lewat.
***
Thole berlari pulang ketika badan simbah terasa panas. Tapi bapaknya Thole yang sedianya mau menarik becak besok paginya, siang itu sudah berangkat karena ada tetangga meminta tolong. Thole bingung, ia kembali ke warung. Sambil sesekali membantu menjual dagangan simbah, sebentar-sebentar ia memegang badan simbah. Ia bingung, bagaimana cara membawa simbah ke rumah sakit.
“mBah, simbah ke rumah sakit ya?”
“Apa? Tidak.. tidak..” kata simbah lemah.
“Tapi badan simbah panas.”
“Buatkan aku wedang jahe..”
Thole bergegas kebelakang. Sudah ada jahe instan yang sering simbah buat saat sedang masuk angin.
Tiba-tiba Indri datang, melihat simbah tidur, Indri mendekat, ia terejut ketika memegang tubuh simbah.
“Simbah sakit?”
“Siapa kamu?”
“mBah, saya Indri, sudah minum obat?”
“Tidak, aku tidak suka minum obat. Pergilah.”
“Simbah bagaimana, mengapa menyuruh Indri pergi?”
“Aku tidak pernah mengenal kamu, aku menyesal telah gagal melakukan kebaikan. Pergilah.
Tiba-tiba Indri menangis sambil merangkul simbah.
“Apa simbah mengira saya menculik Nugi? Tidak mbah, saya hanya bermain-main dengan Nugi ditaman dekat rumah, tapi orang tuanya bingung, mengira saya menculiknya.”
Simbah membuka matanya.
“Aku ingin percaya.”
“Simbah harus percaya. Nugi sudah bersama ayahnya dan ibu tirinya, tadi saya menunggunya dirumah ketika mereka pergi mencari-cari Nugi.”
“Itu benar mbah,” tiba-tiba Gunawan sudah masuk kedalam warung, berdiri didekat bangku dimana simbah berbaring.
“Menantunya pak dermawan..”
“Saya ikut mencarinya, saya sudah menelpon bapaknya Nugi, memang dia sudah ada dirumah.”
“Ya Allah, syukurlah, aku tidak gagal menjadikannya wanita baik,” kata simbah sambil mengelus kepala Indri yang masih merangkulnya.
“Pak Gunawan, simbah sakit, maukah menolongnya membawa ke rumah sakit?”
“Apa? Simbah sakit?”
“Kata siapa aku sakit? Thole.. mana wedang jahenya?” teriak simbah memabggil Thole.
“Ini mbah, “ kata thole sambil membawa segelas wedang jare.
Indri menerimanya, lalu menyendokkannya pelan-pelan ke mulut simbah.
“Aku sudah sehat, “ kata simbah yang kemudian berusaha untuk duduk. Indri memegang dahi simbah yang berkeringat.
“Sudah tidak panas lagi pak,” kata Indri lega.
“Aku mau kembali ke kantor, catat nomor telpon aku, hubungi aku kalau ada apa-apa ya.”
“Baiklah,” kata Indri sambil mencatat nomor telpon Gunawan.
***
“Indri, ada yang belum kamu lakukan dalam hidup kamu.”
“Apa mbah?”
“Sudahkah kamu menemui kedua orang tua kamu?”
“Iya mbah, rencananya hari ini saya mau kesana.”
“Jangan pergi dari sana sebelum mendapat ampunannya.”
“Baik mbah, saya akan pergi sekarang ya.”
“Tunggu dulu. Ada pesan yang harus kamu dengar. Jaga warung ini dengan baik, karena ini sebuah amanah yang diberikan oleh seorang dermawan.”
“Ya pastilah mbah, bukankah saya selalu membantu simbah ?”
“Satu lagi, thole harus kamu anggap sebagai keluarga kamu, karena dia Hanoman aku.”
“Iya mbah..” kata Indri yang tidak bisa tersenyum mendengar kata simbah yang setengah bercanda, karena heran tiba-tiba simbah bicara yang aneh-aneh.
“Mengapa simbah berkata begitu?” lanjut Indri yang masih bingung.
“Pergilah temui orang tua kamu, jangan sampai dosa itu membebani hidup kamu.”
***
Ketika dengan hati berdebar Indri memasuki rumah orang tuanya, dilihatnya bapak ibunya sedang duduk di teras. Mereka sedang asyik berbincang, sehingga tidak melihat Indri yang datang pelan-pelan.
Keduanya terkejut, ketika tiba-tiba Indri bersimpuh dihadapan mereka sambil berlinang air mata.
“Bapak.. ibu..”
“Ini siapa bu?”
“Ibu juga nggak tahu pak.”
“Bapak, ibu, Indri sudah menyadari semua kesalahan Indri. Indri mohon maaf bapak, ibu. Ininjkan Indri kembali menjadi anak bapak dan ibu.
“Bu, diluar anginnya kencang sekali, ayo masuk saja dan tutup pintunya,” kata sang bapak sambil berdiri.
Tapi Indri merangkul kedua kakinya.
“Jangan membuang Indri pak, Indri lahir dari rahim ibu, dan besar oleh rengkuhan kasih sayang bapak.”
“Aku tidak pernah bermimpi memiliki seorang anak yang membuat malu keluarga,” kata sang bapak keras.
“Saya menjalani hidup yang sampai jatuh bangun, menebus semua dosa dengan pedih dan perih. Dengan luka disekujur jiwa. Menyesali dan menjalani hidup sengsara, lalu hanya satu yang Indri inginkan, terimalah Indri kembali. Ampunilah Indri bapak, ibu.”
Kata Indri yang terus berurai air mata.
“Ampuni Indri bapak, ibu, kalau Indri dilarang kembali kerumah ini, setidaknya ampunilah dosa Indri.”
Sang ibu yang melihat Indri menangis pilu, lalu melihat luka di pergelangan tangan ketika Indri mengusap air matanya, tiba-tiba runtuhlah belas kasihnya.
Indri terus menangis, dan sedikit lega ketika melihat ayahnya duduk kembali.
“Indri sungguh menyesal. Indri sudah menebusnya dengan hidup sengsara. Indri pernah menjadi pengemis dan pemulung..”
Mata sang ibu terbelalak. Anaknya pernah menjadi pemulung?”
“Ini adalah kedatangan Indri yang terakhir. Kalau kali ini bapak dan ibu tetap tak mau memberi ampun, baiklah Indri tak akan kembali lagi kemari, dan anggaplah Indri sudah mati.”
Lalu Indri bangkit, dan melangkah keluar sambil mengusap air matanya yang terus bercucuran.
***
Besok lagi ya
Selamat malam
ReplyDeleteJuara 1.....belum bobok Jeng Trin?
DeleteAlhamdulillah MCYT 47 sudah tayang,Mtnuwun mbak....
Salam sehat dan ADUHAI mbak Tien
Alhamdulillah dah tayang
DeleteSelamat mbak Triniel juara 1
Alhamdulillah MCYT47 tayang baru ditinggal sebentar..Suwun Bu Tien..🙏🙏🌺🌼
Delete*MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 47*
Deleteby : Tien Kumalasari.
_“Permisi mbah, bisa ketemu Indri?” tanya tamu laki-laki yang ternyata adalah Anto. Gunawan dan Yessy terkejut melihatnya, demikian juga Anto._
_“Mas Anto?” (MCYT_46)_
Alhamdulillah MCYT_47 sudah tayang.... Matur nuwun bu Tien.
Salam ADUHAI.
😊 gak sengaja Mbak Nani, Mbak Wik, iseng2 buka tadi
DeleteAlhamdulillah MCYT 47 sdh tayang, semoga mbak Tien tambah semangat setlh melalui perkawinan emasnya.
Deleteselamat semoga langgeng sampai akhir hayat
Matur nuwun Mbak Tien.
DeleteSalam ADUHAIII.
Alhamdulillah MCYT~47 sudah hadir, maturnuwun Bu Tien..🙏
DeleteHadiiiiir, Selamat malam, Bunda terima kasih, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 🙏🙏🙏
DeleteAlhamdulillah ... Sudah bisa membaca lanjutan MCYT 47, terima kasih... Semoga semuanya sehat selalu.
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSugeng Dalu.... Apa kabar semuanya ?
ReplyDeleteAlhmdllh... mkin aduhai.. seht trs bu tien...
ReplyDeleteSugeng Dalu mbak Tien.... Salam sehat bugar Semangaaat.... 💪💪💪💪❤️🤗🥰😍
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tienku, mcyt 47 telah tayang.
ReplyDeleteSugeng warsa enggal Hijriah 1443 H
ReplyDeletewahhhh duluan komen. sudah mau happy endingkah?
ReplyDeleteAlhamdulillah mb Tien temkah MCYT 47 sdh hadir....
ReplyDeleteSalam sehat penuh berkah....
ADUHAI BANGET..... 🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien telah menayangkan mcyt
Semoga bu tien sehat2 n senantiasa dalam lindungan Allah SWT ...
Aamiin yra
Sing ditunggu sampun pinaringan... matur nuwun buuu
ReplyDeleteAssalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah mcyt 47 sdh dibaca terima kasih bu Tien
Sedih membacanya,,Indri kembali ke orgtuanya dg penuh penyesalan
Salam sehat wal'afiat & Aduhaaii banget 👍 👍👍
Alhamdulillah,maturnuwun bunda,sehat sll💖💖💖
ReplyDeleteSemoga Ibu Tien selalu sehat, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin
ReplyDeleteSehat selalu... Mbak tien... Aduhai
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien , MCYT 47 sudah hadir di tengah kita, smg Ibu n keluarga selalu di berikan kekuatan n kesehatan , Aamiiin ya Robbal Alamin
ReplyDeleteMungkinkah Simbah akan selesai pada episode mendatang? Tak apalah, sudah cukup jadi peran 'lanjut usia' yg baik.
ReplyDeleteTinggal bbrp langkah maka semua jadi orang-orang baik.
Salam sehat dari Sragentina... selalu Aduhai.
Matur nuwun mb Tien MCYT 47 sudah tayang...sehat n bahagia selalu...salam aduhai
ReplyDeleteTerima kasih Bunda cantik salam sehat selalu .
ReplyDeleteTerina kasih bu Tin. Salam aduhai
ReplyDeleteMakasiih mbak Tien mcyt47nya..
ReplyDeleteDheg2an bacanya..manthaab..👍👍
Salam sehat selalu dan aduhai mbak Tien..🙏🥰⚘
Alhamdulillah sudah tayang MCYT 46
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda senantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga
Dalam srhat dan aduhai dari Purworejo
Maaf MCYT 47
DeleteAlhamdulillah sdh tayang MCYT 47,sehat2 yaa bu Tien 😘
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteCerita , semakin asyik
ReplyDeleteMb Tien sehat ya .
Salam sehat nan aduhai
Yuli Semarang
Puji Tuhan ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg MCYT 47 hadir gasik dan tetap bikin penasaran kami penggandrungnya.
ReplyDeleteBpk ibu Indri blm menjawab atas permohonan maaf dan penyesalan Indri, semoga Indri tetap tahan uji.
Monggo ibu Tien dilanjut aja penasaran gmn lanjutnya. Semoga semua insan di MCYT bahagia... Matur nuwun berkah Dalem.
Salam ADUHAI.
Salam sehat penuh semangat Bu Tien...
ReplyDeleteAduhai... sudah tayang Mengais Cinta Yang Terserak👍👍🙏🙏🛐🛐💖💖😇😇🤗🤗
Terima kasih mbak Tien, Salam sehat sejahtera bersama keluarga.
ReplyDeleteAlhamdulillah. MCYT 47 sdh ada makasih mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dr Mks
Sugeng Dalu Ibu Tien....
ReplyDeleteSalam sehat, penuh Semangaaat. 👍👍
Alhamdulillah
ReplyDeleteSalam sehat dan sehat bu Tien....
Alhamdulilah. Begitu kuatnya seorang Mbah yg hidupnya sederhana namun berjiwa besar untuk menjadikan/ menanamkan kebaikan kepada sesama dan merubah akhlaq manusia untuk selalu berbuat baik dan mohon maaf.
ReplyDeleteSugeng ndalu Bunda Tien semoga sehat selalu, dan keberkahan selalu Alloh limpahkan . Aamiin.
Malam Bunda, selamat ya Bunda untuk PERKAWINAN EMAS.Semoga selalu sehat dan bahagia dengan Mas Dayat dan keluarga besar tercinta.
ReplyDeleteSukses selalu buat Bunda.
Assalamualaikum Warrahmatullahi
ReplyDeleteWabarakatuh.
Selamat malam Bu Tien, smg ibu sll sehat dan sll dlm lindungan-Nya.
Aamiin Yra.
Terima kasih MCYT 47 dh hadir, Alhamdulillah bisa jd teman lek-lek an malam 1 Muharam 1443 H.
ADUHAI Indri maaf ya aku kmrn menyangka sifat ga baikmu kambuh lg...hehehe...ternyata aku salah ...teruslah menjadi org baik, walaupun kadang org tak bgt saja percaya atas perbuatan baikmu...
Pelajaran berharga...jgn menyerah, sabar, tetap berbuat baik, apapun penilaian org lain agar mrk percaya bhw kita sdh berubah...
Setia menunggu part selanjutnya.
Salam sehat, hangat, dan selalu ADUHAI...🙏
mBah mbokdhéné bapaké Darman, wah gêlar asmané simbah puanjang rupanya, jangan kuatir mBah; memang menginstal kembali pikiran Indri kadang perlu juga diperhatikan kira kira ada virus yang masih mbandel, apakah masih tersisa password yang nggak mau pergi, kadang perlu boothing ulang biar alur jaringan yang di tapaki bisa lancar seperti harapan mBah, itu biasa lah mBah sudah lumayan; kan lagi kembali ke lapangan buat kerja nyata to mBah, memang Indri juga belum diwisuda to mBah, sabar sedikit gitulo, ini malah simbah sendiri seolah mutung merasa tidak berhasil, etung etung suruh memperbaiki lagi yaa.. dikasih catatan gitu lo mBah, tadi simbah kan sudah ngasih catatan semacam amanah untuk Indri, yaa.. sedikit program yang perlu kan biar kekeliruannya nggak jauh-jauh amat, kan paling tidak bekerja dengan hati gitu kan mBah supaya nggak jadi robot robot amat. Seenak udelnya kalau berkeinginan, biar nggak ribut sana sini, sampai di cap pengaco yang selalu bikin heboh..
ReplyDeleteYaah gitu aja ya Mbah nanti bakalan baik baik saja..
Terimakasih Bu Tien MCYT yang ke empat puluh tujuh sudah tayang.
Selamat pesta perkawinan emas, sebuah capaian hidup bersama pak Tom Widayat sungguh perjuangan hidup yang aduhai
Sehat sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Gusti tansah paring berkah.
Amin.
Aamiin
DeleteADUHAI Nanang
MCYT 47 sdh hadir..pas buka ..abis terbangun tengah malam..salam sehat u bu Tien ..salam Aduhai yaaa ...😴😴😴
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteYang ditunggu sdh hadir
Terima kasih bu tien , semoga sehat walafiat
Salam sehat penuh semangat dan bahagia selalu
Alhamdulillah,matur nuwun Bu Tien Mugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam sehat selalu dan aduhai
ReplyDeleteSalam sehat dan Aduhai jeng Sul
DeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Matur nuwun bu......
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin.....
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Salam ADUHAI pak Wedeye
DeleteMatur nuwun bunda Tien MCYT47 telah hdir.🙏.
ReplyDeleteMugi² buna Tien tetep sehat selalu..🤲
Salam ADUHAI dari kota Malang...
ADUHAI, IBU Padmasari
DeleteSlmt pgiii mba Tien.. Mksihmcyt 47 nya.. Smgmba Tien sht sll dan berkarya terus.. Slmseroja dan tetap aduhai unk mbak Tien.. 🥰🥰🥰
ReplyDeleteADUHAI Farida
DeleteSelamat pagi bu tien , semoga selalu sehat ...tks mcyt nya sdh hadir
ReplyDeleteSami2 ibu Sri Maryani.
ReplyDeleteADUHAI
Matur nuwun Bu Tien. Salam sehat selalu...
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Maturnuwun Bu Tien, sdh hadirkan episode 47, sungguh trenyuh mengikuti jalan kehidupan Indri. Semoga orangtuanya, menerima kembali Indri yg sdh menjadi orang baik. Semoga Bu Tien dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Teriring salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteGak sangka cerita nya ber muara ke sini. Bagus banget bu... terima kasih...sehat sehat ya bu...
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang, maturnuwun bu tien, semangat ,salam sehat sll
ReplyDeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Ortunya Indri kok keterlaluan banget ya tega sama anaknya sendiri.
ReplyDeleteEmang sih kesalahan Indri itu besar mempermalukan kluarganya.
Tapi Yessyta dan bapaknya aja memaafkan kok yg ortu kandungnya tiada maaf. Sabar ya Indri semua itu ada hikmahnya.
Kalau ortu Indri langsung memaafkan Jangan"langsung ending juga. He he..
Trimakasih bu Tien moga sehat sll. Aduhaii
Semuanya sudah clear.... Gunawan dpt Yessita, Anto dpt b Anies, Suni dpt Darman.
ReplyDeleteTinggal nyariin jodoh Indri...
Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Alhamdulillah kesalahpahaman sudah tidak ada. Indri sudah insaf..mudah mudahan kedua orang tua Indri mencegah kepergiannya dan memaafkannya. Aamiin. Wah sudah hampir ke ujung nih bu Tien..jadi deg degan lho
ReplyDeleteAkankah ortu Indri memberi maaf? Jgn smp Indri tdk dimaafkan? Dan smg pesan simbah bukan pesan terakhir stlh lega mengentaskan anak yg dtg sendiri alias Indri.. yg menjd amanahnya diakhir hidupnya yg entah kapan tiba. Trmksh mb Tien td mlm bc br 1/2 jln.. kantuk terbit🤗
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete