SANG PUTRI 01
(Tien Kumalasari)
Handoko dipapah turun dari atas mobil yang menjemputnya dari rumah sakit, didudukkan diatas kursi roda yang sudah disediakan sebelumnya. Kecelakaan yang baru saja dialaminya membuaat kakinya cedera sehingga tak bisa berjalan seperti biasa.
Mirah pembantunya mendekat, ketika Palupi isteri Handoko berteriak memanggil.
“Mirah, sini kamu, bantu mendorong bapak masuk kerumah,” perintah Palupi.
Mirah segera mendorong kursi roda itu, sementara Palupi asyik menjawab telpone yang entah darimana datangnya. Ia masih asyik menelpon ketika Handoko sudah berbaring di kamarnya dengan dibantu Mirah.
“Bapak mau minum apa? Teh hangat atau coklat susu?”
“Buatkan teh hangat saja Rah,” jawab Handoko sambil memejamkan matanya. Ia sedikit kesal kepada isterinya karena tak begitu memperhatikan ketika ia mendapat kecelakaan. Ia bersikap seakan Handoko sakit biasa saja dan tak ada yang perlu dikhawatirkannya. Ia bahkan belum masuk ke kamar sampai Mirah membawakan gelas berisi teh panas dengan sebuah sedotan untuk memudahkan Handoko meminumnya.
Mirah juga membantu Handoko mengangkat sedikit kepalanya ketika Handoko menyedot minumannya.
“Apakah bapak mau makan?”
“Nanti saja Rah.”
“Baiklah, saya ke belakang dulu, kalau bapak memerlukan sesuatu, panggil Mirah ya.”
Handoko mengangguk, sambil menatap punggung Mirah yang melangkah meninggalkan kamar.
Pembantu yang sudah sejak beberapa tahun berada didalam keluarganya itu, begitu telaten meladeni setiap anggauta keluarga. Baik dirinya, isterinya, dan anak semata wayangnya yang baru berumur lima tahun. Bintang.
Handoko ingin kembali memejamkan matanya karena kepalanya masih terasa pusing, ketika Palupi masuk kedalam kamar.
“Mas, aku mau keluar dulu,”
“Kemana ?”
“Arisan ibu-ibu dimajukan siang ini, karena bu Dewi tidak bisa menerimanya minggu depan.”
Handoko tak menjawab, dan Palupi pun berlalu tanpa peduli Handoko akan menjawab atau tidak. Sekarang Handoko benar-benar memejamkan matanya. Kepalanya terasa berdenyut. Ada rasa kesal memikirkan kelakuan Palupi akhir-akhir ini. Ia sama sekali tak mengurusi rumah tangganya. Anaknya yang masih kecil Mirah yang mengurusnya. Semua kebutuhan dapur, Mirah yang mengurusnya, dan sekarang ketika dirinya sakit, Mirah pula yang mengurusnya.
“Sesungguhnya siapa isteriku, Palupi atau Mirah?” gumamnya masih dengan mata terpejam.
Dan belum juga Handoko terlelap, sebuah tangan kecil menggoyang goyang lengannya.
“Bapak sakit?”
Handoko membuka matanya. Dilihatnya Bintang berdiri di samping ranjang, masih dengan memegangi tangannya.
“Bintang tadi bobuk ya?”
“Iya... “
“Mas Bintang, jangan mengganggu bapak, sini sama yu Mirah,” tiba-tiba Mirah masuk dan menarik tangan Bintang.
“Apa bapak tidak bisa berjalan?”
“Sekarang bapak sedang sakit, jadi tidak bisa berjalan, nanti kalau sembuh pasti bisa. Ayo makan dulu.” kata Mirah sambil menggandeng tangan Bintang.
“Boleh nggak makan sama bapak?”
“Bapak kan lagi sakit mas, makan disana saja. Mau yu MIrah suapin?”
“Makan dulu Bintang,” kata Handoko ikut membujuk anaknya.
Bintangpun menurut.
Dan Handoko benar-benar memejamkan matanya, berharap segera terlelap untuk mengurangi pusing di kepalanya.
Tapi bayangan ketika tiba-tiba dia terjatuh ketika mengendarai motor kembali terbayang di kepalanya.
Masih pagi waktu itu, Handoko akan berangkat ke kantor ketika melihat mobilnya tidak ada. Ada Mirah di teras sedang menyuapi Bintang.
“Mirah, mobilku kemana ?”
“Tadi pagi ibu keluar, “
“Kemana ?”
“Saya tidak tahu Bapak, ibu tidak mengatakan apa-apa.”
“Apa dia lupa kalau aku harus ke kantor setiap pagi?” ucapnya kesal.
“Mungkin hanya sebentar Pak.”
Tak sabar menunggu, Handoko pergi ke garasi mengeluarkan sepeda motor.
“Bapak kok naik itu?” teriak Bintang dari arah teras.
“Iya, habis mobilnya dipakai ibu,” kata Handoko sambil menstarter motornya.
“Hati-hati bapak,” kata Bintang sambil mendekati bapaknya yang masih duduk diatas sadel kendaraan. Sudah biasa kalau ada yang mau pergi, Bintang pasti berkata “hati-hati”.
“Baiklah Bintang, Assalamu’alaikum..”
“Salaaam...” teriak Bintang ketika bapaknya sudah berjalan menjauh.
Tapi Handoko sudah lama tidak mengendarai sepeda motor. Ketika di sebuah tikungan dia berpapasan dengan sebuah mobil, sepeda motornya dibanting ke kiri, lalu menabrak sebuah pohon di pinggir jalan.
Sekarang Handoko tergolek di ranjang, tulang kaki sebelah kiri patah dan harus dioperasi. Keadaan itu tidak membuat Palupi jatuh iba. Seperti biasa semuanya diserahkan kepada Mirah, dan Palupi melakukan apapun yang diinginkannya. Pergi bersama teman-temannya, melihat pameran-pameran, arisan. Handoko tak berdaya melarangnya.
***
Mirah menyuapi Bintang dengan telaten. Anak kecil itu lebih dekat dengan Mirah setelah bapaknya, daripada dengan ibunya. Karena ibunya tak pernah benar-benar merawatnya, kecuali hanya membelikannya mainan-mainan mahal.
“Apa kaki bapak patah?”
“Hanya terluka , nanti juga sembuh.”
“Kasihan bapak ya ?”
“Iya sayang, makanya Mas Bintang jangan nakal ya, supaya bapak nggak sedih, kalau nggak sedih nanti bapak pasti cepat sembuh.”
“Benar ?”
“Benar..”
“Aku makannya sudah yu..”
“Lho, baru sedikit kok sudah ?”
“Ini, perut Bintang sudah penuh..”
“Kan baru separo.. apa lauknya nggak enak ?”
“Enak kok, tapi aku mau makan sama bapak.”
“Owalah, tapi bapak masih tidur. Berarti nanti kalau bapak sudah bangun mas Bintang makan lagi ya, bareng sama bapak.”
Bintang mengangguk lalu berlari kearah depan.
“Mas Bintang jangan ganggu bapak dulu ya..” teriak Mirah.
“Aku mau ambil mobilku..”
“Baiklah.”
Mirah membereskan sisa makan Bintang, kemudian melangkah kearah kamar. Perlahan ia membuka pintu, dan menjenguk ke dalam. Dilihatnya Handoyo masih terbaring, tapi ternyata tidak tertidur.
“Rah..
“Ya Bapak...”
“Ada apa?”
“Cuma melihat Bapak saja, saya kira masih tidur.”
“Obat-obatku di mana ?”
“Ada, saya taruh di sini bapak.”
“Kepalaku masih pusing, kaki terasa nyeri.”
“Sabar ya pak. Sa'atnya minum obat. Tapi bapak harus makan dulu.”
“Baiklah, tapi aku turun saja, mau makan di ruang makan,” kata Handoko sambil duduk. Mirah membantunya turun dan mendudukkannya di kursi roda, lalu mendorongnya ke ruang makan. Mirah merasa iba melihat tuannya. Sakit seperti ini dan isterinya sama sekali tak memperhatikan. Handoko yang ganteng, pengusaha kaya, apa kurangnya bagi Palupi? Mengapa ia masih mencari kesenangan diluar?”
Bintang yang melihat bapaknya keluar dari kamar langsung memburunya.
“Bapak mau makan?”
“Iya sayang, Bintang sudah makan?”
“Bintang tadi makan sedikit, sekarang mau makan lagi bareng bapak,” katanya riang.
Mirah segera mendudukkannya di kursi makan, lalu melayani keduanya makan.
“Ini masakan apa Mirah?”
“Semur kentang Bapak, tidak suka? Ada sayur bening dan ayam goreng juga.”
“Aku mau sayur bening saja.”
“Baiklah.”
“Aku sama ya yu, kan ada sayurnya. Kata yu Mirah sayuran itu sehat.”
“Bagus Bintang, kamu pintar.”
“Mau disuapin yu Mirah?”
“Nggaaak, aku makan sendiri saja.”
“Baiklah, yu Mirah mengambil obat bapak dulu di kamar.”
Mirah mengambilkan obat Handoko dan meletakkannya di meja, dekat tempat minumnya.
“Bapak mau ayamnya?”
“Tolong dipotong kecil-kecil bisa Rah?”
“Bisa pak, sebentar..” Mirah mengambil pisau dan memotong-motong nya, lalu ditaruhnya di piring pak Handoko.
Handoko menyuap makanannya pelan. Ada sesal yang mengiris perasaannya ketika menyadari bahwa tak ada istrinya melayani makan siang itu.
Sudah sering hal itu terjadi, baik ketika dia pulang untuk makan siang di rumah, atau ketika makan malam. Hanya kalau pagi, kadang-kadang bisa makan bersama, itupun Palupi hanya memerintah Mirah untuk mengambilkan ini itu, bahkan menyendokkan sayur untuk suaminya.
Mirah yang remaja tiba-tiba menyadari sesuatu yang lain. Setiap pagi, siang dan malam, melayani layaknya seorang isteri, kecuali di atas ranjang pastinya, membuat ada sesuatu yang tumbuh diam-diam di hatinya. Majikan ganteng yang tidak diperhatikan isterinya itu membuatnya trenyuh, membuatnya jatuh hati. Aduhai.
“Aku sudah gila, aku ini siapa dan dia itu siapa, mengapa aku merasakan hal seperti ini?”
Diliriknya laki-laki ganteng yang sedang menyuap makanannya dengan lahap, dan jantungnya berdesir kencang, lalu dialihkannya pandangannya ke arah lain.
“Yu Mirah.. aku sudah habis?”
“Oh, sudah habis Mas Bintang, pinter, mau nambah lagi ?”
“Sudah kenyang.”
“Ya sudah, ini minum dulu.”
Handoko menatap Mirah yang sedang melayani Bintang dengan telaten dan sabar. Gadis sederhana yang bertahun menjadi pembantunya ini sangat rajin dan pintar juga bisa meladeni Bintang dengan sangat baik.
“Mengapa bukan Palupi yang melakukannya?” bisiknya dalam hati sambil mengunyah ayam gorengnya.
Baru kali ini Handoko memperhatikan Mirah. Rambutnya yang digelung, menampakkan wajah bulat oval yang menawan. Memang sih, Mirah tidak wangi seperti isterinya, tapi dia cukup menarik dan sedap dipandang. Lalu Handoko mengibaskan perasaannya.
“Masa sih aku tertarik sama pembantu?” batinnya lagi.
“Bukankah isteriku jauh lebih cantik? Lebih menarik dan lebih pantas duduk di sampingku? Tapi mana dia sekarang? Ia tak ada sa’at dibutuhkan.” Handoko terus berbicara dengan batinnya, sambil terus menikmati makan siangnya.
“Bapak mau nambah nasinya?”
“Tidak Rah, ambilkan saja obatku.”
“Ini Pak, diminum sesudah makan semua,” kata Mirah sambil melepaskan obat dari blisternya.
“Bapak obatnya banyak ya?”
“Iya mas Bintang, supaya bapak cepat sembuh.”
Ketika Mirah kembali mendorong Handoko kearah kamar, Palupi muncul dengan senyum merekah. Bau wangi meruah di seantero ruangan.
“Mas.. aku dapat arisan, besok Minggu mau diajak rekreasi ke pantai oleh ibu-ibu itu.”
Handoko tak menjawab.
“Mirah, bapak sudah makan?”
“Sudah, baru saja Bu.”
“Bintang?”
“Mas Bintang juga sudah.”
Mirah terus mendorong kursi roda kekamar.’
“Mas, kalau Mas bisa berjalan boleh ikut lho,” kata Palupi tanpa perasaan.
Ia mengikuti suaminya yang masih didorong Mirah, bukannya meminta agar dia saja yang mendorongnya.
Mirah juga membantu Handoko naik ke ranjangnya. Hati Mirah berdebar. Ia belum pernah merasakan hal seperti ini. Merangkul tubuh Handoko dan membaringkannya di ranjang, sementara isterinya asyik melepas semua perhiasan yang semula dipakainya, lalu masuk ke kamar mandi.
Handoko berbaring lagi.
“Kepalaku masih sedikit pusing,” keluhnya.
“Bapak sudah minum obatnya, nanti pasti akan hilang rasa pusingnya.”
“Lupi, tolong pijitin kepalaku sebentar,” kata Handoko ketika Palupi keluar dari kamar mandi.
“Mirah, bisakah memijit kepala bapak sebentar?” dan gilanya Palupi malah menyuruh pembantunya.
Mirah yang sudah berada di pintu berhenti melangkah, menoleh kearah majikan putrinya.
“Saya bu ?”
“Iya kamu, aku mau mandi sekalian, gerah sekali,” kata Palupi sambil mengambil handuk di almari lalu kembali masuk ke kamar mandi.
Mirah tegak disamping Handoko.
“Ba..bagaimana Bapak?”
“Ya sudah, tidak jadi saja, kamu boleh istirahat Mirah,” kata Handoko.
Mirah menghela nafas lega. Tangannya sudah gemetar, tapi dalam hati Mirah mengomel.
“Bagaimana ibu itu, masa orang lain disuruh mijitin suaminya?” lalu Mirah keluar kamar dengan debar yang tak menentu. Di ruang tengah dilihatnya Bintang sedang menonton film kartun dilayar televisi, tak peduli melihat ibunya datang.
***
“Danang...” panggil bu Ismoyo ketika melihat Danang datang.
“Ya Bu.”
“Kamu sudah menengok kakakmu? Kabarnya hari ini sudah pulang dari rumah sakit.”
“Belum bu, kan pekerjaan di kantor banyak, dan pekerjaan mas Handoko juga Danang yang mengerjakannya.
“Coba kamu melihat keadaan kakakmu. Ibu agak nggak enak badan. Tadi pagi periksa ke dokter dan tensi ibu lumayan tinggi. Dokter menyuruh ibu istirahat.”
“Iya, Ibu harus banyak istirahat, jangan terlalu banyak memikirkan sesuatu.”
“Ibu kaget ketika mendengar kakakmu kecelakaan. Sampai sekarang masih terasa nggak enak badan ibu.”
“Mas Handoko itu kan bukan anak kecil lagi, ada isterinya, ada pembantunya yang cantik, jadi pasti dia akan aman-aman saja.”
“Bagaimanapun kan dia anak ibu juga, kalau dia sakit pasti ibu juga memikirkannya.”
“Mas Handoko sudah sembuh, sudah boleh pulang kan berarti sudah sembuh.”
“Nanti kalau mau kembali ke kantor tengoklah kakakmu barang sebentar saja.,
“Iya Bu, baiklah.”
“Tolong juga ambilkan obat ibu, tadi pagi resepnya masih ibu bawa, karena obat sebelumnya masih ada.”
“Dimana Bu, resepnya?”
“Itu, masih diatas meja, memang ibu menunggu kamu pulang.”
“Baiklah.”
“Nanti jangan pulang terlalu malam, simbok sedang pulang ke desa, ibu sendirian. Kamu itu kalau pulang dari kantor pasti langsung mampir kemana-mana.”
“Ibu seperti nggak tahu saja, Danang kan masih muda, masa harus ngendon di rumah saja.”
“Boleh saja sekali-sekali main, tapi kamu itu, sekalinya pulang sore, malamnya pergi lagi dan kadang tengah malam belum sampai di rumah.”
Danang hanya tertawa, lalu meninggalkan ibunya untuk kembali ke kantor.
“Jangan lupa lihat keadaan kakak kamu Nang.”
“Baik Bu,” kata Danang sambil memasuki mobilnya.
Bu Ismoyo seorang janda dengan dua orang anak laki-laki, Handoko dan Danang. Perusahaan batik milik pak Ismoyo diserahkan kepada Handoko, dan Danang yang masih bujang hanya membantu pekerjaan kakaknya. Tapi Danang sedikit nakal. Karena sebagai anak bungsu dulu terlalu dimanja oleh ibunya. Dia juga belum ingin menikah, membuat kesal ibunya karena seringnya berganti-ganti pacar.
Bu Ismoyo geleng-geleng kepala melihat Danang berlalu, lalu menutup pintu dan masuk ke dalam kamarnya.
***
Mirah sedang membersihkan sisa-sisa makan siang, ketika Palupi memanggilnya.
“Ya bu..” Mirah mendekat dan melihat Palupi berdiri di depan pintu kamar.
“Kamu masih belum selesai?”
“Baru membersihkan ruang makan dan ini mau ke dapur dulu bu, masih berantakan belum sempat Mirah bersihkan.”
“Baiklah, nanti kalau sudah selesai aku tolong dipijitin ya, capek sekali rasanya.”
“Baik ibu.”
"Tadi disuruh memijit suaminya nggak mau, sekarang malah minta pijit, gimana ndara putriku ini," keluh Mirah dalam hati.
Mirah kembali ke dapur dan mulai mencuci semua piring dan peralatan yang kotor. Tapi tiba-tiba Mirah terkejut katika seseorang mendekap kedua matanya dari belakang.
“Adduh.. siapa ini?”
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah.......
ReplyDeleteCerbung baru sudah hadir gasik
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Baru di intip sdh hadir
ReplyDeleteAlhamdulillah
SURPRISE.....cerbungnya sudah keluar jam segini, matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat.
Wah cerbung baru sdh muncul, terima kasih jeng tien. Salam sehat dari jakarta
ReplyDeleteAlhamdulillah Sang Putri 01 sudah tayamg
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbungnya...
Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin Kutunggu kelanjutannya Cerbung nya ibu Tien
Salam hangat dan sehat dari Salamah Purworejo
alhamdulillah sang putri 01 sudah tayang,matur sembah nuwun bunda tien...sehat terus dan ttp semangat,,, buat bunda tien
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteSang Puteri sudah hadir...
Maturnuwun mbak Tien
Iywng SS Semarang
Alhamdulillah cerbung baru sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien ... SP 01, episode baru sdh mulai. Semoga memuaskan dahaga penggemarnya.
ReplyDeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Trmksh mbak Tien cerbung barunya ....salam sehat dr situbondo
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah SANG PUTRI 01 sudah terbit perdana.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam sehat dari Karang Tengah Tangerang.
Selamat malam juga Bu Tien, sehat selalu. Harapan kami cerbungnya tayang sebelum jam 22.00.
DeleteSetelah baca saja ada salah-2 ketik tapi tdk dignifikan. Kurang spasi, ada Mirah terulis MIrah.
Gak signifikan ta?
Monggo sugeng dalu Sugeng istirahat.
Hallow jg mb Tien....
DeleteMtnuwun cerbung barunya
Smg selalu sehat
Alhamdulillah yg anget anget sdh hadir.. Trimakasih Bu Tien, sehat sllu n ttp semangat dlm berkarya, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteTerima kasih Bunda Tien,, selamat pagi, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
DeleteTrm ksh mbak Tien...Sang Putri telah hadir..🙏🙏. Salam sehat bahagia selalu.
DeleteSalam kenal dr magelang,
DeleteSenang sekali mengikuti karya2 bunda Tien
Trmksh unt cerita barunya...
Siap2 intip eps 02 nya..:)
Sht sell dn slmt berkarya bund...
This comment has been removed by the author.
DeleteMatur nuwun mbak Tien eh Eyang Uti
ReplyDeleteSalam Sehat dari Batang
Alhamdulillah... bulak balik di liat ternyata muncul juga. Kayaknya seru nih...
ReplyDeleteWah.. Cepet tayang.
ReplyDeleteSekali intip ada.
Mksih bu Tien..
Salam sehat buat ibu
Alhamdulillah sdh hadir Cerbung barunya....
ReplyDeleteMaturnuwun Bunda Tien...
Salam sehat selalu dari Bandung...😘😘🙏🙏
Tayang perdana.... gasik euy..
ReplyDeleteMakasih Bu Tien...
Salam sehat selalu buat Bu Tien.
Maturnuwun bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah. ���� sudah selesai menikmati CerBer baru. TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. CerBer baru kali ini tayang lebih awal. Seneeeeng deh rasanya. Jadi bisa bobo sekarang.
ReplyDeleteNamun ananda mendoakan dulu dari jauh, semoga Bunda Tien senantiasa selalu dalam perlindungan dan limpahan kasih sayang ALLAH SWT. Amiin ya ROBBAL alamiin. Nite nite.��
Wah cerita baru.. hebat bu Tien tidak kenal lelah berbagi cerita. Terima kasih ibu..semoga sehat selalu..aamiin
ReplyDeletematur sembah nuwun...
ReplyDeleteWah cerbung baru bakal ramai dan menarik nih... Salam sehat selalu Bu Tien..🙏🙏🙏
ReplyDeleteMatur nuwun mbak tien-ku...
ReplyDeleteTampaknya ndoro putri yang tidak dpt memenuhi harapan ndoro Kakung nii..
Bagus...gonta ganti tema , untung art-nya baik hati.
Salam sehat dari Sragentina ...
Alhamdulillah...Sang Putri sdh hadir,matursembah nuwun ibu...smg bu Tien sehat sll....salam sungkem dari Yogya
ReplyDeleteAlhamdulillah cerbung baru sudah terbit..tetap semangat ya bu sehat selalu salam dari Ambarawa
ReplyDeleteAlhamdulillah..sdh terbit Sang Putri eps 1.. pasti seru krn blm apa2 sdh komentar dr Danang sang adik ipar tokoh utama Handoko. Mgknkah Danang pula yg menggangu Mirah? Kita tunggu sj bsk lg...
ReplyDeleteDanang bukan adik ipar, melainkan adik kandung Handoko
DeletePuji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat, SP01 hadir gasik dan cantik... Ndoro Putri kok cuek ya sama suami...
ReplyDeleteWah Danang bercanda rupanya tergiur jg sama Mirah.
Yustinhar Priok menunggu SP02. matur nuwun Berkah Dalem...
Alhamdulilah terimakasih bunda... Salam sehat bahagia bunda.. Afifah - Bondowoso
ReplyDeletewah penasarannn
ReplyDeleteAlhamdulillah cerbung baru "Sang Putri" sudah mulai tayang.. maturnuwun bu Tien.. semoga tetap sehat..
ReplyDeleteTks mbak Tien ,Sang Putri sdh mulai nongol lg,terus semangat ya.Salam seroja dari Tegal.
ReplyDeletePuji Tuhan..sang putri telah muncul
ReplyDeleteTerima kasih Bunda..
Salam sehat selalu..
Alhamdulillah sang putri telah tayang , trimakasih bu tien semoga lancar dan bu tien beserta keluarga sehat2 selalu .... aamiin yra
ReplyDeleteSalam sehat dari arif - mojokerto
Matur nuwun... Mbak Tien cerbung Sang Puteri hadir di awal sdh seru, semoga mbak tien selalu sehat jasmani rohani ekonomi selalu berkreasi dg bimbingan Allah
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteCerbung baru sang putri~1
Waduuh..ndoro putri kok foya2..mengabaikan keluarga..apalagi suami sakit..😣
Siapa yg mendekap mirah?..danangkah?..krn disebut bakal & td blg pembantu cantik..☺
Salam sehat dari bandung buat mbak Tien n kelg.
Alhamdulillah ....sehat, semangat bu Tien.....
ReplyDeleteterima kasih sudah ada cerita baru ....
Dengan kebaikan bu Tien memberikan kesenangan orang lain/pembaca dengan berbagai cerita ....selalu setiap malam dinanti-nanti kisah kelanjutan ceritanya....🙏😊
Alhamdulillah sang Putri sdh bisa hadir
ReplyDeleteSuwun mbak Tien, smg tetap sehat dan semangat, sll dlm lindungan Alloh subhanahu wata'ala. Aamiin
DrBekasi ... Salam sehat dan setia sll menunggu kelanjutannya
Cerbung baru sdh hadir ...trimakasih bu Tien K salam sehat selalu Yayuk Klaten
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien cerbung baru nya. Salam seroja dari Magelang.
ReplyDeleteSuwun mb Tien SP 01 sdh hadir....salam sehat dr blora.🙏
ReplyDeleteAsyiik,cerbung baru..., maturnuwun bu Tien,salam hangat sll
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, cerbung baru yang ditunggu-tunggu sudah hadir. Selalu membuat hati terhibur. Terima kasih Mbak Tien... ditunggu lanjutannya. Semoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang
ReplyDeleteSelamat pagi..
ReplyDeleteAlhamdulillah Sang Puteri 01 sudah hadir
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Alhamdulillah Sang Putri sdh terbit, ceritanya selalu enak dibaca ...dan membuat penasaran...he..he..salam sehat buat Mbak Tien dari Bogor...
ReplyDeleteAlhamdulillah Sang Putri sudah hadir. Salam Dewi Pwrj
ReplyDeleteHmmm...Danangkah itu? Hehe...maklum, Danang kan agak nakal..hehe
ReplyDeleteIyeng SS Semarang
Kita bertamasa lagi dg cerita yg baru...
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah sudah ada cerbung yang baru, terima kasih Bu Tien. Salam dari Sukoharjo
ReplyDeleteDanangkah yg gangguin Mirah? Makasih mba Tien. Salam hangat selalu
ReplyDeleteWah cepet sekali sdh tayang cerbung barunya, matur nuwun bu Tien.
ReplyDeleteStock cerbungnya banyak ya bu Tien, selalu punya inspirasi baru...luar biasa di sela2 padatnya kesibukan msh menyempatkan utk berkarya...
Selamat berkarya, salam sehat dan sugeng makaryo...sehat selalu, amin!
Alhamdulillah
ReplyDeleteSdh ada cer bung baru
Belum belum sdh penasaran
Selamat berpenasaran
Bu Tien
Pancen piawai...
Matur nuwun Bunda semoga Bunda sehat terus dan terus berkarya Aamiin
ReplyDeleteYang baru.. yang baru..
ReplyDeletematur suwun jeng tien....semoga sehat selalu...makin banyak karya"nya...alhamdulillah sdh ada cerbung baru lagi.....
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteSehat slalu...
Alhamdulillah sdh bisa menikmati cerita baru yg menarik. Maturnuwun Bu Tien, semoga sehat selalu dan tetap semangat dgn karya yg membahagiakan pembacanya. Aamiin. Salam sehat dari Mashudi Pondok Gede.
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien, dgn cerita barunya yg tentu semakin menarik..Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteDanang kah...mksh bu tien,sehat selalu njih bu..
ReplyDeleteAlhamdulillah.... Sang Puteri sdh tayang.... Maturnuwun Ibu Tieenn... Sehat sll nggeh.... Salam Rindu dr sby....mmuaaahh...
ReplyDeleteTerima kasih mba Tienqu sayang.. Sehatselalu y..cerbung yg bagus rupanya.. Palupiiiii.. Kedudukanmu bisa2 diganti smp asisten rmh tanggamu sing ayuu..
ReplyDeleteAlhamndulillah....sdh hadir crrita barunya, terimakasih mbak tien.
ReplyDeleteSalam hormat dari saya
Trims mbak Tien, senengnya dpt cerbung baru.. Sehat selalu ya mbak...
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda untuk cerbung barunya.
ReplyDeleteMakasih Bunda untuk cerbung barunya.
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda untuk cerbung barunya.
ReplyDeleteMakasih Bu Tien. Cerbung Sang Putri udh terbit. Semoga bu Tien selalu sehat
ReplyDeleteSemoga mbak tien sehat² selalu. Terima kasih sdh ditayang cerbung baru. Pasti menarik krn dari awal sdh ada tanda² persaingan.
ReplyDeleteDipun srantos episode 02 nya. Semoga cerbung ini lebih menarik dari cerbung" yg sudah. Matur suwun Bunda. Semoga Bunda sehat sll untk terus berkarya. Aamiin....
ReplyDeleteSalam kenal mbak Tien ..
ReplyDeleteSabar2 nunggu Sang Putri 02 tayang ....sehat selalu njih bu Tien .salam Yayuk klaten
ReplyDeleteInceng inceng.. kok blm tayang ya ep 2
ReplyDeleteKok blm muncul jg ya....?
ReplyDeleteSdh di longak longok dr tadi
Kita tunggu sama2 ya
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda untuk cerbungnya.
ReplyDeleteSehat selalu dan terus berkarya.
Salam kami dari Solo
Semangat pagi ....disambut oleh.... SANG PUTRI. Terima kasih mbak Tien.
ReplyDeleteSehat dan tetap semangat mbak ... terima kasih
Assyyiikkk cerbung baru.... Tks ....matur thank you Bu Tien...😍🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah...cerbung baru sdh nongol...sayang baru kubuka...jebul sdh episode 6...
ReplyDeleteMantap...dikebut
Salam sehat mbTien dr YulieSleman Sendowo
Malang hadir mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah,
ReplyDeletebaru mulai hari ini bisa hadir bersama "Sang Putri". Ngebut menyusul yang tertinggal.
Semoga mba Tien senantiasa sehat wa al'aafiyah.
Bapak atau Ibu yang Profilnya masih Unknown .......
ReplyDeleteBiar muncul nama dan foto profil bpk/ibu di blogspot bu Tien Kumalasari
Caranya sbb...
Ini caranya mengeditnya :
1. Klik tulisan UNKWON di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda.
Halo tin, aku ismiyati sekarang tinggal dmn?
ReplyDelete