ADA YANG MASIH TERSISA 12
(Tien Kumalasari)
“Oh, baby sitter ? Tapi saya baru akan melahirkan kira-kira sebulan lebih.”
“Tapi saya bisa belajar dari sekarang kan bu, mengenal rumah ini, mengenal ibu, dan mungkin membantu ibu melakukan pekerjaan rumah, sehingga sa’at ibu melahirkan saya sudah akrab dengan keluarga ibu.”
“Harus sekarang kah?”
“Sebetulnya saya sangat membutuhkan pekerjaan, untuk membantu orang tua yang sedang sakit,” wanita itu berkata memelas.
Miranti pada dasarnya penuh welas asih, mendengar wanita itu sangat membutuhkan pekerjaan, langsung hatinya tersentuh.
“Baiklah, nama mbak siapa?”
“Saya Mariana, dipanggil Ana..”
“Apa sudah pernah jadi baby sitter?”
“Tidak sepenuhnya sekolah baby sitter, tapi saya biasa momong bayi dan anak kecil.”
“Oh, baiklah, nanti saya pikirkan, tinggalkan nomor yang bisa saya kontak untuk menghubungi mbak, nanti saya hubungi, so’alnya pagi ini saya kebetulan ada keperluan untuk keluar rumah.”
“Baiklah ibu, saya catatkan nomornya.”
Wanita itu mengambil secarik kertas dari dalam tas bututnya, yang kebetulan juga ada ballpoin didalamnya, lalu menuliskan sebuah nomor kontak.
“Ini ibu.”
“Baiklah, terimakasih. Nanti mbak akan saya hubungi secepatnya.”
“Terimakasih ibu,” wanita bernama Ana itu membungkuk lalu berlalu.
Miranti mengunci pintu rumahnya, dan menghampiri mobil lalu masuk kedalamnya. Pram sudah menunggu.
“Siapa dia?” tanya Pram sambil menjalankan mobilnya.
“Dia mencari pekerjaan.”
“Pekerjaan apa? Pembantu rumah tangga ?”
“Baby sitter.. “
“Baby nya belum ada..”
“Kasihan bener, katanya butuh pekerjaan, untuk membantu orang tuanya.”
“Jadi kamu terima?”
“Belum, aku suruh ninggalin nomor kontaknya. Enaknya gimana ya, kalau nggak diterima kok ya kasihan, tampaknya dia sangat butuh pekerjaan.”
“Hati-hati menerima orang asing. Ada baiknya kamu minta KTP nya, supaya tahu rumahnya yang jelas. Jadi kalau ada apa-apa tidak susah mencarinya.”
“Ya, nanti aku minta.”
***
Miranti belanja bermacam keperluan bayi. Ia juga memilih box bayi tapi tidak bisa dibawanya sekarang. Ia minta agar dikirim saja kerumah. Pram mengikutinya dan semua orang mengira mereka adalah suami isteri, dan dengan konyolnya Pram tidak pernah membantahnya.
“Ini warnanya bagus bu, biru muda,baik untuk bayi perempuan ataupun bayi laki-laki. Coba tanyakan pada bapaknya. Ya kan pak, anak bapak nanti kalau perempuan memakai ini juga cantik, kalau laki-laki juga pantas,” kata pelayan merayu Miranti ketika memilih warna selimut bayi.
“Iya benar, bagus untuk anak kita bu,” kata Pram sambil tersenyum. Aduhai, seolah menjadi suami isteri? Alangkah indahnya.
Miranti terkadang gemes menyaksikan kekonyolan Pram.
“Setelah ini kerumah dulu ya, aku harus ganti baju untuk kekantor.
“Iya .. suami..” jawab Miranti menggoda.
“Bener nih.. suami? Nanti kalau ada setan lewat jadi beneran lho...”
Miranti tertawa, jadi beneran ? Siapa nolak? Tapi kan hanya canda dan khayalan saja. Nyatanya dia adalah isteri orang, walau tak pernah saling mencintai.
Berhenti dirumah Pram, Miranti hanya menunggu didalam mobil. Ketika keluar menghampirinya, sosok Pram sudah berubah, tampan gagah dengan setelan jas berwarna biru tua. Benar-benar kharismatik dan menawan. Miranti membuang muka, agar tak terlalu tenggelam dalam deburan nafas yang menggoda.
“Aku sudah oke kan?” tanya Pram ketika memasuki mobil.
“Wauw.. oke banget. Ini sih bukan sopir pribadi Miranti. Asyiknya, semobil dengan seorang bos besar.”
“Nggak lama, nanti juga sebentar sudah berubah. Kan aku aktor?” katanya sambil menjalankan mobilnya.
Miranti tersenyum, memendam rasa yang mengaduk-aduk hatinya.
Begitu sampai di kantor, Pram mengajaknya turun.
“Enggak ah, aku disini saja..”
“Eit, jangan, nanti banyak yang nggodain, dikira ada bidadari tak bertuan tersesat didalam mobil.”
“Pram, aku malu dong Pram.”
“Ayolah bidadari, hanya sebentar, ruangan kantorku tak jauh dari sini,” kata Pram sambil membuka pintu untuk Miranti. Tak urung Miranti menurut, dan melangkah mengikuti Pram, menuju keruangan kantornya.
“Aduuh, pak Pram.. itu isterinya?” sapa salah seorang staf yang berpapasan. Iya sih, kan Miranti perutnya sudah membesar, masa mau bilang pacarnya?”
“Kok nggak ngundang kami sih pak?” celetuk yang lain.
Pram hanya tersenyum, lalu menghilang dibalik pintu ruang kantornya.
“Ya ampuun, isteri pak Pram cantik sekali,” masih ada kasak kusuk itu.
“Kapan ya menikahnya? Kok kita nggak diundang ya.”
“Paling menikahnya diluar negri..”
“Cantik banget...”
Dida;am ruangan Pram membuka-buka berkas sambil tersenyum-senyum sendiri.
Miranti menatapnya, ikutan tersenyum karena barusan mendengar celetuk-celetuk lucu dari banyak orang diluar sana.
Pram memencet interkom, lalu tak lama kemudian seorang wanita tinggi semampai masuk setelah mengetuk pintu. Ia melirik sekilas kearah Miranti yang duduk disofa, lalu menuju kemeja Pramadi.
Miranti menatapnya, tapi tak mendengar apa yang dibicarakan. Tampaknya Pram sedang memberi instruksi kepada wanita itu, lalu tak lama kemudian wanita itu pergi sambil membawa berkas yang sudah ditandatangi sang bos ganteng.
Wanita itu keluar, tapi sebelumnya ia kembali melirik kearah Miranti, lalu kemudian mengangguk kearahnya. Miranti balas mengangguk sambil tersenyum.
Beberapa sa’at kemudian Pram berdiri lalu menggamit lengan Miranti.
“Yuk, sudah selsai..”
Miranti berdiri dan mengikuti Pram keluar dari kantor, dan kembali berpasang mata yang kebetulan melihatnya menatap terus dengan kagum.
“Wah, pasangan serasi ya? Pak Pram ganteng, isterinya cantik sekali,” ada celetuk yang terdengar keduanya, dan membuat Pram tersenyum sumringah.
“Kok nggak dibantah sih kata-kata mereka tadi?”
“Apanya yang dibantah ?”
“Bahwa aku ini isteri kamu?”
Pram tertawa.
“Biarin aja, aku bahagia walau hanya ‘dikira’ suami kamu.”
“Huuh, dasar.”
“Ma’af, aku lepas lagi jasku ya, dan aku kembali menjadi sopir... ahahaaa..” kata Pram sambil tertawa.
Miranti membantu melepasnya, sekarang Pram tinggal memakai baju dalam yang tadi dipakainya. Disampirkannya jas itu begitu saja di jok belakang.
“Kemana lagi kita ibu ?” tanya Pram sambil menjalankan mobilnya.
“Aku lapar..”
“Oke, kita makan dimana ibu?”
“Terserah kamu, mas sopir.”
“Jangan dirumah makan besar ya, kita cari saja warung yang enak.”
“ Betul.”
***
Hari-hari yang dilalui Miranti tak lagi begitu menyesak. Serumah walau tak sekamar dengan suami, dianggapnya hanya seperti orang bertetangga saja. Selebihnya ada Pram yang bisa diajaknya berbincang diteras rumah, atau jalan kemana kalau ingin atau membutuhkan sesuatu.
Siang itu toko foniture mengirimkan box bayi yang dipesannya.
Pram membantunya memasang sambungan-sambungannya dan memasukkannya kedalam kamar.
“Disini diletakkannya?”
“Ya, disamping aku saja, jangan jauh-jauh.”
“Kasurnya sekalian, jadi nanti kamu tinggal memberi alas tidurnya.”
“Ya Pram, terimakasih.”
Pram menghela nafas, mencium harum kamar tidur Miranti, lalu cepat-cepat keluar.
Banyak hal bisa saja menjadi godaan, tapi kan tergantung siapa yang bisa tergoda dan siapa yang tidak. Dan Pramadi seoramg yang bukan hanya kokoh penampilannya, tapi juga hatinya. Baginya cinta itu sesuatu yang suci. Jangan sampai terkotori oleh percikan-percikan api yang terkadang nyaris menyulutnya.
“Terimakasih ya Pram, kalau tidak ada kamu, siapa yang akan membantu aku..”
“Bukankah aku selalu ada untuk kamu?”
“Untuk itulah aku berterimakasih sama kamu.”
“Box bayi.. pakaian bayi.. lalu apa lagi yang kurang?” Pram mengingatkan. Sedikit aneh, karena justru bukan suaminya yang memikirkan kebutuhan bayi yang bakal lahir. Tapi Miranti tak mempermasalahkannya. Bayi itu miliknya dan akan dikasihinya seperti anjuran Pram setiap kali dia menyesali kehamilannya. ‘Bayi itu suci tanpa noda, bersih tanpa dosa’
Itulah yang selalu dikatakan Pram, lelaki baik berhati mulia yang sangat dikaguminya.
“Rasanya sudah cukup.. ah ya.. tempat mandi bayi.. tapi bisa besok-besok saja.”
“Baiklah, masih banyak waktu, masih sebulanan lagi kan?”
“Tiba-tiba aku teringat wanita itu..”
“Wanita yang mana ?”
“Yang mencari pekerjaan itu. Apa sebaiknya aku telpon dia sekarang ya?”
“Kamu kan belum terlalu membutuhkannya? Tapi ya tidak apa-apa kalau memang itu mau kamu. Barangkali bisa membantu pekerjaan rumah tangga sebelumnya, apalagi kalau perut kamu sudah semakin besar, pasti sudah gampang lelah.”
“Baiklah, aku telpon saja dia, agar mulai bulan depan.”
“Tapi ingat Mir, kamu harus tahu siapa dia, rumahnya dan semuanya. Jaman sekarang mencari pambantu harus hati-hati. Banyak yang mencari pekerjaan dengan dalih butuh uang tapi kemudian dia melakukan hal-hal yang diluar perkiraan kita. Mencuri misalnya..”
“Iya, aku tahu, nanti aku omong-omong dulu saja sama dia, dan aku minta KTP nya.”
“Betul ibu.”
“Hallo... ini mbak yang dulu mencari pekerjaan kerumah saya?” sapa Miranti ketika menelpon Ana.
“Oh iya ibu, apakah ini ibu Miranti? Bisakah ibu menerima saya? Tolonglah bu, saya butuh sekali pekerjaan.”
“Baiklah, aku butuh berbincang lagi dengan mbak. Tentang keluarga mbak, dan sekolah mbak.. dan jangan lupa aku minta KTP nya ya?”
“Aduh ibu, KTP saya hilang dan belum sempat mengurusnya, tapi saya punya foto copynya.”
“Baiklah, bawa foto copynya dulu sebelum kamu mengurusnya, karena KTP itu penting.”
“Ya ibu. Kan saya juga butuh uang untuk mengurusnya?”
“Kata siapa? Mengurus KTP itu gratis disini.”
“Oh, baiklah, nanti segera saya urus.
“Kapan bisa datang untuk omong-omong?”
“Bagaimana kalau besok saya datang kerumah ibu?”
“Baiklah, datanglah kerumah agak siang ya.”
***
Siang itu juga Miranti menelpon ibu mertuanya. Ia tak mau berbincang tentang apapun dengan suaminya.
“Ya Miranti, ada apa?”
“Miranti cuma mau bilang, bahwa sudah ada orang yang bersedia menjadi baby sitter.”
“Oh, baguslah, sudah kamu terima?”
“Belum sepenuhnya bu, besok dia mau datang, biar saya ajak dia berbincang. Syukur kalau ibu ada, nanti ibu kan bisa melihat orangnya.
“Ya, jam berapa dia mau kemari?”
“Saya minta agak siang bu, karena kalau pagi kan saya harus memasak segala.”
“Baiklah, besok ibu akan datang, kalau dia sudah datang lebih dulu, suruh saja menunggu ibu.”
“Baiklah ibu.,”
“Bapak tadi bilang, nanti sore mau kerumah kamu.”
“Iya, saya kira kemarin datangnya.”
“Bapak agak kena flu, jadi dua hari tidak pergi kemana-mana. Nanti mau jalan-jalan dengan mobil baru kamu Mir.”
“Iya ibu, bukankah ibu juga akan pergi?”
“Iya Mir, nanti kita semua akan makan diluar dan jalan-jalan dengan mobil kamu. Baru nanti bapak mau mencobanya.”
“Iya bu, baiklah, Miranti tunggu.”
***
Pramadi membuka pintu garasi, mengeluarkan motor bututnya, lalu memasukkan mobil Miranti kedalam.
Miranti menungguinya diteras.
“Ibu, bolehkah saya pulang sekarang,” kata Pram sambil menundukkan badannya.
“Iih.. jelek deh..!”
“Eh.. bener ya.. aku jelek ?”
“Jelekkk.. bangeeetttts...”
“Ya sudah, besok aku nggak mau datang lagi ah...”
“Hm.. nggak percaya deh...”
“Kok bisa nggak percaya ?”
“Iya lah, kamu pasti kangen sama majikan kamu ini,” kata Miranti kemayu.
Pram memejamkan matanya.
“Aku nggak mau lihat, itu namanya menggoda, tahu!!”
Lalu keduanya tertawa renyah. Pram mentarter sepeda motor bututnya, memakai helm dan kacamatanya , lalu melambaikan tangannya dan berlalu.
Miranti menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Alangkah sepinya hari-hariku tanpa kehadirannya,” bisiknya sedih.
***
Malam itu pak Kusumo dan bu Kusumo datang memenuhi janjinya. Miranti menunjukkan box bayi yang baru dikirim siang tadi.
“Mir, ini bagus. Tejo yang memilihkannya?” tanya bu Kusumo.
“Miranti beli sendiri bu.”
“Beli sendiri? Tejo... bagaimana kamu ini, mengapa isteri kamu harus beli sendiri perkakas ini? Ini kan tugas kamu?” tegur pak Kusumo keras kepada Tejo.
“Saya kan pulang sore terus bapak, mana sempat.”
“Masa tidak ada hari luang, sa’at kamu sehabis makan dirumah, misalnya.”
“Miranti kan sudah ada sopir yang bisa mengantarnya bapak, untuk apa dia kalau Tejo masih harus mengantar-ngantar lagi?”
“Setidaknya kamu kan bisa memikirkannya. Tampaknya kamu malah tidak tahu bahwa Miranti telah membeli box itu dan perkakas serta kebutuhan anak kamu?”
“Miranti juga tidak bilang sama Tejo.”
“Kamu itu banyak alasan. Tampaknya kamu itu tidak perhatian sama sekali kepada isteri kamu.”
“Sudahlah bapak, memang Miranti ingin melakukannya sendiri, jadi mas Tejo tidak mengetahuinya.”
“Tapi benar kan kalau Tejo itu kurang perhatian sama isteri?”
“Kalau pekerjaan di kantor lagi sibuk, sampai dirumah kan sudah capek, bapak.”
“Haah, alesan saja kamu.”
“Bapak, lihat selimut bayi ini lucu bukan? Warnanya juga cantik.”
“Apakah cucuku nanti perempuan ?”
“Entahlah bapak, Miranti tidak pernah menanyakannya dan dokternya juga tidak bilang. Biar saja nanti untuk kejutan ya bu.”
“Iya, tidak apa-apa, laki-laki atau perempuan sama saja, asalkan sehat.”
“Iya benar. Ayo kita berangkat sekarang, sudah malam ini.”
Miranti menyerahkan kunci mobil kepada bapaknya?”
“Bukan kamu yang menyetir?” tanya pak Kusumo kepada Miranti.
“Belum berani bapak, sudah lama sekali tidak pegang mobil.”
“Nanti kamu harus belajar sama sopir kamu, supaya kalau butuh sesuatu sa’at dia sedang libur bisa berangkat sendiri.”
“Baiklah bapak.”
“Bapak yang nyetir ya, mau ngerasain mobilnya Miranti. Lho kok Tejo juga mau ngeluarin mobil kenapa?” tanya pak Kusumo ketika melihat Tejo masuk ke garasi.”
“Apa Tejo juga harus ikut disitu?”
“Lha hanya orang empat mengapa harus memakai dua mobil , ayo kamu didepan sama bapak.”
Tejo mengunci kembali garasinya, lalu ikut naik kedalam mobil.
Tiba-tiba bu Kusumo yang duduk dibelakang terkejut ketika melihat sesuatu di jok belakang.
“Lho Mir, ini kok ada jas.. punya siapa ya?”
Jantung Miranti hampir copot. Rupanya Pram lupa membawa jasnya, dan masih tersampir di jok belakang,
***
Besok lagi ya
Matur nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteGasik banget , alhamdulillah
Salam sehat dari Batang.
Haduh...apa yang hars dijawab Miranti...
ReplyDeletesemoga Miranti bisa cari jawaban yg tepat
trm kasih Bu Tien... Masih sore sudah tayang
ReplyDeleteAda kejutan jas marake melu deg deg kan, prepet prepet melu ngantu antu crita candake hmm..
ReplyDeletematurnuwun mbak Tien mugi tansah winantu karaharjan
First comment is mine
ReplyDeleteDeg deg an nih bu Tien
Semoga Miranti bs menjawab.
Salam seroja dr yogya selatan
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah.....
DeleteGasik banget
Yg ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
.
Alhamdulillah AYMT 12 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam Hormat dari Karang Tengah, Tangerang.
Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir, trimakasih Bu Tien, smoga sllu sehat n ttp semangat dlm berkarya..
DeleteAlhamdulillah, salam dari kuningan, semoga slalu sehat. Tambah seruuu, bikin deg degan nih. 🙏🏻
DeleteMksih Bu Tien
ReplyDeleteHiiii....Pram teledor
Matur nuwun... Mbak tien... Smg sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah... suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat bahagia sll dr Bekasi
Surprise.....Makasih Bunda sore2 udah disuguhi cerita menarik.
ReplyDeleteTambah seru dan mengasyikan.
Semoga Bunda selalu sehat dan semangat.
Allah selalu meridhoi setiap langkah Bunda.
Aamiiiiin ya rabbal alamin.
Sabar Miranti....jgn sampai salah ucap ya
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien ditunggu kelanjutannya slm sehat sll
Alhamdulillah sudah tayamg episode 12
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga bu Tien sekeluarga dan semuanya dalam keadaan sehat wal'afiat dan bahagia selalu bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Waduh apa yg harus dijelaskan tentang jas yg tertinggal di mobil??? ... Moga2 ada jawaban yg tepat kita tunggu Bu Tien punya jawaban... Salam sehat selalu buat Bu Tien.
ReplyDeleteSeru nih Mba...hatur nuhun.
ReplyDeleteSalam sehat dari kota hujan
Waah koment nya da banyak.
ReplyDeleteMakasih bu.. N makin seru..
Salam sehat buat ibu dan semuanya
Penulis pasti cerdas....salut!
ReplyDeleteWoowww....mau dibawa kmn alurnya mbak atien 🙈
ReplyDeleteAduuuh... Deg degaan.... Miranti jwb jas siapaa yaa...... Xiii xii xii... Suwun bu Tien... Tata suryo Smrg..
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT~12 sudah hadir, maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeletePuji Tuhan eps 12 hadir gasik. Jas di jok akan menciptakan cerita tersendiri... Bikin penasaran...
ReplyDeleteYustinhar dkk di Priok menunggu eps 13.
Matur nuwun ibu Tien.
Makasih mb Tien, waduuh konangan g nanti biki deg deg kan saja
ReplyDeleteWaduh bisa gawat nih.. jas Pram ketinggalan di dalam mobil Miranti.. smoga tidak jadi masalah. Makasih Mbak Tien.. salam seroja selalu dari Semarang.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien,sehat terus ya Bunda, Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteGubrak!
ReplyDeleteJadi ikut nahan nafas
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien.
ReplyDeleteMugi² tansah pinaringan sehat.
Wah..jadi deg degan deh. Makasih mba Tien. Salam hangat selalu
ReplyDeleteAlhamndulillah....terimakasih mbak tien
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteAymt12...duuuh..pram..pram..td pas baca pram pamit ga dicritakan bw jas udh dheg..jgn2 jas ketinggalan dimbl miranti...eeeh bener..moga ga salah jwb...
Selalu menunggu lanjutannya..
Salam sehat dari bandung buatvak Tien & keluarga.
Terima kasih Bunda Tien,,ceritanya tambah seruuu ,,semoga sehat selalu Bunda Aamiin
ReplyDeleteWah td wkt Pram pamit plg kepikiran klu kayanya Pram lupa klu td sempat pakai jas tyt bener lupa nggak dibw plg ... Smg Miranti bs memberikan jwbn yg pas agar tdk terjd kesalahpahaman baik dg bpk ibu Kusumo maupun Tejo...slm seroja mb Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 12 sudah hadir
ReplyDeleteWaduh semoga Miranti bisa menjawab dg baik dan tidak menimbulkan kecurigaan Bu Kusumo
Makin seru dan bikin penasaran ceritanýa
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Waduh.. Miranti hati2 jawabnya... Jd ke bw alurr😀
ReplyDeleteGpp ketauan... dah ga sabar liat tejo nti nyungsep2 ngejar cintanya miranti... 🤭
ReplyDeleteWkwkwk... Bener nih
DeleteHaduuhh gmn nich jawabnya...tegang campur penasaran...
ReplyDeleteSalam sehat mb Tien dr YulieSleman Sendowo
Mungkinkah Tejo mengakui itu jasanya dia.....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Bu Tien cerdas dlm memainkan kata dan kalimat. Setiap akhir episode, pasti ditampilkan potongan cerita yg membuat pembaca penasaran....Monggo Bu ditunggu lanjutannya, teriring do'a semoga Bu Tien sehat wal afiat dan dalam lindungan Allah Swt. Aamiin..
ReplyDeleteWadhuuch ... akhir seri ini bikin pertanda akan heboh niiih
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Bu Tien..
ReplyDeleteMtur swun...
Rahayu sami pinanggih
Wadhuuh .... Ikut deg degan ...
ReplyDeletePram ... Pram ... Kok lupa sih ..
Kalau disimak, dialog antara Miranti dan Pram yang dikaitkan dengan latar belakang suasana hati, sepertinya ucapan biasa saja sebagai dua insan sahabat karib,....tapi serasa pembaca ikut merasakan rintihan hati perih mereka dalam kesedihan yang rumit, walaupun dibalut senyum manis dan canda tawa......(ini salah satu kepiawaian sang penulis dari cara menyusun kata dalam pengetrapan suasana......aku suka) dari penggemar Purworejo Jawa tengah 👍
ReplyDeletePenisirin dengan jas
ReplyDeleteAyoo
Kita longok terus
He he he
Belum muncul juga nih... gemezzz
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteMenunggu aaahh😁
ReplyDeleteBu Tien.....kt nunggu niiiih
ReplyDeleteBlais... Miranti
ReplyDeleteWkkkk...aku juga penasaran...
ReplyDeleteIyeng Sri Setiawati Semarang
Kok eps 13 belum nongol ya...
ReplyDeletePenasaran...apa jwban miranti tentang jas biru itu...
Kok blm tayang ya ep 13 ?
ReplyDeleteSetia menunggu
ReplyDeleteJam 10.00 dilongok blm ada
ReplyDeleteMsh setia menunggu
Kula tenggo kelajenganipun Ibu Tien, mugi Ibu tansah sehat, matur nuwun
ReplyDeleteSaking Klaten
Smg mbk Tien selaku sehat s
ReplyDeleteLongok2 bolak balik belum nongol jg episode 13,akirnya ngantuk nih heeee,
ReplyDeleteMet mlm mbak Tien,salam sehat2 selalu dari Tegal.
Assalamu'alaykum bu Tien sayaaaang....
ReplyDeleteSemoga ttp dlm nikmat selamat, sehat ta kurang satu apa bundaku ini, walaupun tdk tayang episode hr jumat.
Alhamdulillaah....maaaf bun, brsj selesai publish....eee nongol
ReplyDeleteMaturnuwun bundaku sayang
Assalamu'alaikum..
ReplyDeleteIbu Tien..... Sehat" sll ya Buuu....emang cerbung nya Bu Tien Ia The Best dr yg lain...... Sll yg kurindukan stiap mlm he he hr