ADA YANG MASIH TERSISA 11
(Tien Kumalasari)
“Selamat siang..””
“Pram ?” akhirnya Miranti berhasil membuka mulutnya.
“Ma’af bu, saya mendapat tugas dari pak Kusumo untuk membawa mobil ini kerumah ibu,” kata pengemudi mobil itu sambil mendekat lalu membungkukkan badannya.
“Pram.. perbuatan konyol apa lagi yang kamu lakukan?”
“Ini bukan konyol, bu MIranti, ini benar. Itu mobil ibu, dan saya adalah sopirnya.”
“Pram...”
Pram tertawa melihat Miranti melongo.
“Ibu, ini benar, berhentilah melongo, takutnya ada lalat lewat kemudian masuk kemulut ibu.”
Lalu senyum Miranti melebar.
“Pram,” Miranti mendekati mobil itu.
“Itu milik ibu..”
“Kamu itu.. bisa-bisanya melakukan banyak kekonyolan. Apa-apaan sih?”
“Coba ibu naik, masa sama mobilnya sendiri kok nggak pengin kenalan.”
Miranti naik keatas mobil dan duduk didepan, lalu Pram duduk dibelakang kemudi.
“Kita putar-putar sebentar?”
Dan tanpa menunggu jawaban Miranti Pram sudah menjalankannya, keluar dari halaman.
“Praaam...jelaskan semuanya.”
“Oh, ya ampun.. saya belum menjelaskan semuanya ya ibu?”
“Iih, jelek deh.. bersikaplah seperti biasa.”
“Oh, ma’af.. ini tidak biasa ya?”
“Pram.. apa semua ini ?”
“Ibu kan sudah tahu bahwa pak Kusumo memberi hadiah ibu mobil ini?”
“Ya, mengapa kamu yang membawanya?”
“Karena saya adalah karyawan pak Kusumo yang ditugasi menjadi sopir pribadi ibu MIranti.”
“Praaaam...”
“Itu benar.”
Miranti menatap Pram tak berkedip. Menatap laki-laki ganteng yang selalu menghiburnya ini, yang sedang menjalankan mobilnya dengan senyum tipis yang amat manis.
“Mau kemana kita ibu? Saya siap mengantar kemana ibu ingin pergi.”
“Pram..”
“Kamu masih tidak percaya? Aku sekarang karyawan pak Kusumo, tugasku adalah menjadi sopir pribadi kamu.”
“Kamu itu selain konyol juga gila Pram.”
“Itu benar. Aku gila. Berhari-hari aku berfikir, mengapa aku bisa melakukan kegilaan ini.”
“Pram...”
“Demi kamu, aku lakukan ini, agar aku bisa menjagamu, walau tidak bisa memiliki kamu.”
Entah mengapa, hati Miranti serasa bagai diremas-remas. Ada cinta seagung ini, tapi tak terjangkau oleh raganya yang rapuh.
“Miranti, apa kamu tidak suka aku akan ada setiap hari untuk kamu?”
Tidak suka? Apa Miranti harus menjawabnya? Bahagianya adalah dengan kehadirannya. Bahagianya adalah mendengarkan suaranya.
Miranti menatap Pram dengan senyuman manis, dan Pram menangkapnya sebagai jawaban atas pertanyaannya.
Bahwa cinta itu suci, bahwa cinta itu tak terkotori, digenggam keduanya bagai menggenggam permata yang sangat berharga.
***
“Miranti...” itu suara pak Kusumo ketika menelpon Miranti.
“Ya bapak..”
“Mobilnya sudah sampai ?”
“Sudah dari tadi bapak. Kata Pram bapak sedang meeting, jadi Miranti tidak berani telpon.”
“Oh, iya benar, tapi ini sudah selesai. Kamu suka mobilnya?”
“Sangat suka bapak, terimakasih. Miranti sudah mencobanya keliling kampung.”
“Kamu suka warnanya ?”
“Suka bapak, bapak memilihkan warna yang sangat bagus.”
“Katakan kepada Pram kalau sewaktu-waktu kamu ingin pergi. Dia akan mengantar kamu.”
“Baiklah bapak. Mungkin besok Miranti mau ketemu bapak sama ibu di kampung.”
“Bagus, bilang saja sama Pram kamu mau berangkat jam berapa. Jam kerjanya jam delapan, tapi kalau kamu mau lebih pagi bilang saja.”
“Nggak usah terlalu pagi, kan nggak begitu jauh pak. Menunggu dia datang saja.”
“Baiklah, sesuka kamu saja. Besok saja aku ingin mencobanya.”
“Baik bapak.”
Miranti meletakkan ponselnya. Pram masih duduk didepannya.
“Pram, kalau kamu mau pulang sekarang, pulanglah, barangkali ada yang ingin kamu kerjakan dikantor.”
“Tidak, aku dari sini langsung pulang. Lagian jam kerjaku belum selesai.”
“Besok antar aku kerumah bapak ya? Kamu masih ingat kan rumahku?”
“Ingat, tapi bagaimana kalau bapak sama ibu mengenali aku?”
“Kamu kan aktor, rubah penampilan kamu dong. Pakai kumis pasangan atau cambang pasangan.”
“Wauw.. serem kalau cambang pasangan.. “
“Ubah gaya rambut kamu, dibelah tengah atau bagaimana.. lalu kumis palsu ?”
“Kalau begitu kumis saja. Dan aku akan menunggu di mobil saja. Kalau kelamaan berhadapan bisa ketahuan aku.”
“Hebat ya, sekarang kita akan sama-sama jadi pembohong.”
“Aku, bukan kamu.”
“Aku pasti ikutan lah, pura-pura belum kenal kamu sebelumnya, itu kan bohong?”
“Bohong yang tidak merugikan siapapun, saya kira kita akan diampuni.”
“Yah, semoga saja. Dan aku tidak tahu, akan sampai kapan semua ini terjadi.”
“Sampai kamu benar-benar merasa bahagia dengan rumah tangga kamu. “
“Mungkinkah? “
“Aku akan selalu berdo’a untuk itu Mir. Keinginanku hanya satu, melihat kamu bahagia. Entah kapan, semoga Tejo menyadari kesalahannya.”
Alangkah mulia hati Pram, Miranti menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
“Kamu juga harus segera mencari gadis lain Pram, tidak semua hidup kamu untuk aku.”
“Ya, mungkin.., tapi nanti, setelah melihatmu bahagia dalam rumah tangga kamu.”
Miranti larut dalam kepedihan, mencoba mencari dimana letak bahagianya disamping Tejo, rasanya sulit ditemukan. Lalu ia membiarkan semuanya, biarlah kehidupan ini mengalir, nanti pasti akan tiba disebuah muara. Entah apa yang ada disana.
***
Ketika sebuah mobil baru memasuki halaman, pak Winardi dan isterinya menunggu diteras. Melihat sebuah mobil baru, mereka sudah menduga kalau itu Miranti.
Begitu turun, Miranti langsung menghambur ke pelukan bapak dan ibunya.
“Bapak, Miranti kangen sekali.”
“Bapak juga kangen nduk, mengapa tidak mengabari kalau mau datang?”
“Tiba-tiba saja kepengin kemari bapak.”
“Bapak baru berencana mau kerumah kamu minggu depan.”
“Tidak apa-apa pak, kan Miranti sudah datang kemari. Ibu sehat?”
“Sehat Mir, kalau tahu kamu mau datang ibu pasti masak enak buat kamu.”
“Tidak apa-apa bu. Miranti bawa makanan untuk bapak dan ibu. Jadi untuk makan ibu tidak usah repot.”
Mereka masuk kedalam rumah, tapi pak Winardi tampak mencari-cari kearah mobil.
“Kamu sama siapa Mir?”
“Sama... sopir..”
“Mengapa tidak disuruh ikut turun? Nak, turunlah, mengapa didalam mobil ?” teriak pak Winardi.
Pram terpaksa turun.
Pak Winardi menatapnya. Sopirnya gagah, pakai topi yang kemudian dilepasnya, berkumis lebat, dan kemudian mengangguk lalu memberi salam kepada pak Winardi.
“Masuklah nak.”
“Tidak bapak, saya dimobil saja, terimakasih banyak,” kata Pram lalu kembali ke mobil. Barangkali takut kalau kumis palsunya tiba-tiba terjatuh.
“Mas sopir nggak mau disuruh turun bu.”
“Gimana sih, coba kamu yang menyuruh turun Mir.”
“Biar saja bu, dia pemalu.”
Bu Winardi beranjak kebelakang, untuk menyiapkan minum.”
“Sopirmu masih muda dan gagah. Tapi kok nggak mau bapak suruh masuk.”
“Tidak apa-apa pak, memang dia pemalu.”
Ketika ibunya membawa minuman Miranti meminta satu gelas lalu diberikannya sendiri kearah Pramadi yang duduk bersandar dibelakang kemudi.
“Mas sopir, ini minumnya.. “
Pramadi membuka pintunya, lalu meraba-raba kumis palsunya, baru kemudian diterimanya gelas itu.
“Terimakasih bu,” katanya sambil tersenyum.
“Ini ada pisang rebus Mir,” kata ibunya yang berteriak dari teras.
Miranti mengambilnya lalu memberikannya kepada Pram.
“Ini ada pisang rebus, mas sopir.”
“Terimakasih ibu Miranti yang cantik.”
“Benar nih, nggak mau turun?”
“Nggak ah, ini.. kumisku rasanya kok seperti mau lepas-lepas begitu. Nanti kalau didepan orang tua kamu lepas beneran bagaimana?”
Miranti menutup mulutnya agar tawanya tak terdengar .
“Ya sudah, nikmati teh dan pisang rebusnya ya mas..”
Pram mengangguk dan tersenyum, sambil memegangi kumisnya. Lagi-lagi Miranti menahan tawa sambil menutup mulutnya.
***
Pulang dari rumah pak Winardi, Pram, tak henti-hentinya tertawa. Dilepaskannya kumisnya dan diacaknya rambutnya yang dibelah dua.
“Hadeeew... ini sungguh menyenangkan. Aku merasa seperti sedang berpetualang,” tawanya.
“Kamu memang petualang Pram. Petualang cinta..”
“Ternyata jatuh cinta itu berat, tapi segan meletakkan beban. Rasanya sakit tapi nikmat.”
“Iya, aku tahu.”
Lalu wajah keduanya berubah sendu. Sakit tapi nikmat, karena itu Pram tak ingin berhenti mengejarnya.
“Semoga perahu yang kita kayuh akan berlabuh ditempat yang penuh bahagia. Terutama untuk kamu,” kata Pram,
“Dan untuk kamu juga.”
Mereka sampai dirumah ketika hari telah sore. Diteras tampak Tejo berdiri sambil berkacak pinggang. Begitu Miranti dan Pram turun, Tejo langsung menyemprotnya.
“Hei, sepeda motor butut jangan ditaruh di garasi. Taruh diluar saja, mana ada maling yang mau mencuri sepeda motor bau seperti itu,” semprotnya.
Pram memang datang dengan sepeda motor keluaran duapuluhan tahun lalu, yang langsung dibelinya sebelum datang memenuhi tugasnya sebagai sopir untuk Miranti.
Miranti menatap Tejo marah.
“Jangan suka memandang rendah seseorang. Manusia rendah bukan harena harta tak berharga yang dimilikinya, tapi karena perilaku yang tak terpuji,” katanya keras.
“Kamu berani menentang aku? Atau kamu ingin mengatakan bahwa aku manusia rendah?”
“Tanya kepada diri kamu sendiri, manusia seperti apa diri kamu itu.”
“Miranti !!”
“Aku berani selama aku benar. Apa yang aku takuti?”
“Ma’af pak, memang saya salah karena menaruh agak ketengah, sehingga menghalangi ketika bapak mau masuk garasi.”
“Meminggirkan saja apa susahnya sih,” gerutu Miranti.
Pram pura-pura tak mendengar obrolan panas itu, ia mengeluarkan sepeda motor bututnya, lalu memasukkan mobilnya ke garasi, berdampingan dengan mobil Tejo sendiri.
“Ibu, mobil sudah saya masukkan, sekarang saya permisi pulang.”
“Baiklah mas Pram, terimakasih banyak.” Katanya sambil memunggungi Tejo dan mengulaskan senyum manis kepada sopir istimewanya.
Miranti langsung masuk kedalam rumah, tak memperdulikan wajah Tejo yang gelap seperti mendung.
***
“Miranti, bagaimana sopir kamu, apakah dia baik ?” kata pak Kusumo ketika malam itu datang tapi sendirian.
“Sangat baik bapak,”
“Apakah dia datang tepat waktu ?”
“Ya, tepat waktu, tapi tadi pagi kerumah bapak di kampung, pulangnya sudah agak sore.”
“Kalau dia bekerja lebih dari jamnya, kamu catat, karena aku sudah berjanji akan memberinya uang lebih.”
“Baik bapak.”
“Kalau ada perilakunya yang kurang baik, atau kurang sopan, katakan pada bapak, nanti bapak yang akan menegurnya.”
“Baik bapak.”
“Biasanya, kalau sopir masih muda begitu itu, lalu merasa sok ganteng, dan kurang memiliki rasa hormat,” sambung Tejo dengan wajah muram.
“Benarkah dia bersikap kurang hormat sama kamu Mir?” tanya pak Kusumo kepada Miranti.
“Sangat menghormati, sampai Miranti terkadang merasa sungkan.”
“Syukurlah. Bagaimanapun bapak mempercayainya, kalau sampai dia menghilangkan kepercayaan bapak, pasti akan bapak pecat dia.”
“Ya bapak.”
“Sebenarnya bapak mau mencoba mobil kamu untuk sekedar jalan-jalan, tapi kok hari ini bapak merasa lelah sekali, jadi baiknya besok saja ya. Lagian bapak tidak bersama ibumu, gak enak kalau jalan-jalan sendiri.”
“Iya, kalau bapak capek, lebih baik besok saja bapak.”
“Baiklah, sekarang bapak juga mau pulang dulu, tadi cuma mau melihat mobil kamu saja.”
***
“Ada acara kemana hari ini ibu?” tanya Pram ketika datang pada keesokan harinya.
“Kemana ya? Belanja keperluan bayi barangkali.”
“Oke, siaap.. “
Tapi aku belum mandi, maukah menunggunya sebentar?”
“Mau donk, kalau nggak mau ya pastilah aku dipecat.”
“Baiklah, mas sopir.
Pram mengeluarkan mobil dari dalam garasi, lalu mengambil selang dan mencuci mobil itu sambil bersenandung. Dalam hati dia mentertawai dirinya sendiri. Seorang bos, mencuci mobil sendiri? Ah, iyalah, ini kan rumah majikan, bukan rumah bos Pramadi.Dirumah atau dikantornya boleh jadi dia bos, tapi disini dia kan sopir pribadi? Sopir bidadari cantik yang sangat disayanginya.
“When I need you... just close my eyes and I’m with you.. “ Pram berdendang sambil mengelap mobil dengan lap kering. Kinclong deh.
“When I need love...” dari teras Miranti menirukan dendang senandung Pramadi.
Pramadi menghentikan pekerjaannya.
“Sudah siap ibu.. apa mau berangkat sekarang ?”
“Sudah sarapan ?”
“Sudah sih..”
“Aku punya roti bakar lapis coklat, atau keju.. ayo sarapan dulu,” ajak MIranti yang telah meletakkan roti yang ditawarkannya dimeja teras. Sudah ada coklat susu panas disana.
“Hm, ini sopir istimewa ya, minum coklat susu, sarapan roti bakar lapis keju,” kata Pram sambil duduk dan langsung menghirup coklat susu panasnya.
“Memang sopir istimewa.. ayo silahkan mas sopir.”
“Tapi bolehkah nanti aku pamit sebentar saja setelah belanja?”
“Boleh, mau kemana ?”
“Mau ke kantor sebentar, atau kamu mau, nanti setelah belanja mampir ke kantor sebentar?”
“Tidak lama kan?”
“Tidak, hanya harus menandatangi beberapa surat.”
“Ya, aku mau.”
“Tapi aku mampir kerumah sebentar juga ya, masa aku ke kantor berpakaian seperti ini.”
“Ya, nggak apa-apa, silahkan..”
“Rotinya enak.”
“Emang enak.”
“Yang lebih membuat enak adalah sa’at makan ditunggui bidadariku..”
“Ah.. pagi-pagi ngegombal.”
“Emang iya.”
“Ya sudah, aku mengambil tas dan mengunci pintu, lalu kita berangkat ya.”
“Baiklah ibu,” kata Pram sambil keluar dari teras.
Tapi tiba-tiba seorang wanita datang dan menyapa.
“Selamat pagi,” sapanya.
Pram menatapnya heran, seorang wanita dengan pakaian sederhana tapi rapi, dengan rambut dikuncir seperti ekor kuda, mengangguk terhadapnya. Wanita itu punya tahi lalat besar didekat hidungnya.
“Selamat pagi, mau ketemu siapa ya.”
“Ibu Miranti ada?”
“Ada, naa itu baru keluar.”
“Oh, selamat pagi bu..”
“Selamat pagi,” jawab Miranti heran.
“Saya membaca disebuah iklan, katanya ibu mencari seorang baby sitter.”
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah.....
ReplyDeleteYg ditunggu tunggu sudah hadir
Masih anget
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
.
Trimakasih Bu Tien, pas buka pas ada.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu ,, Aamiin 😍😍😍
ReplyDeletewaooow amazing stp kisah2x bu tien in..mmbuat kita sllu dibikin pnasarn akn kelnjutnx..he..he..maasya Allah the best spesial for bunda tien..
ReplyDeletewaooow amazing stp kisah2x bu tien in..mmbuat kita sllu dibikin pnasarn akn kelnjutnx..he..he..maasya Allah the best spesial for bunda tien..
ReplyDeleteNah... mulai lg. Apkh bay siter itu mata2 tejo? Sehat slalu ya bu tien. Lanjut ... besok lagi
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah AYMT 11 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam Hormat dari Karang Tengah, Tangerang.
Wah jian maca ceritane malah ngakak berat wetengku kaku, madeg merga ana calon baby sister hmm siapa ya ..
ReplyDeleteMaturnuwun mbakyu Tien mugi tansah winantu karaharjan, Nanang Purwokerto
Met mlm bu Tien.... Ini siapa lagi yaa.... Baby Sitter.... Hee hee.... Makiin ramee.... Suwun bu Tien...
ReplyDeleteHaduh top banget bu Tien mengolah kata...makin seru saja kisahnya
ReplyDeleteJangan2 yang datang itu Anisa ya yang nyamar jadi calon babysister
Matur nuwun... Mbak tien... Smg sehat selalu jasmani rohani ekonomi berimajinasi membuat semakin seru AYMT
ReplyDeleteWah cerbung lanjutan sdh muncul bisa menjadi bacaan pengantar tidur
ReplyDeleteTerima kasih jeng tien, salam sehat
Alhamdulillah yy di tunggu sdh hadir mksh mb Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteTerima kasih Mbsk Tien.. terobati kerinduan saya.. salam seroja dari Semarang
ReplyDeleteCinta tulus suci yg dimiliki Pram akan menjaga Miranti dari kelicikan Tejo dan Anisa yg membuat rencana busuk dg cara menjadi baby siter di rumahmya....hanya mbak Tien yg mampu mengolah jalan cerita dg manis dan menggemaskan....salam sehat dr Situbondo
ReplyDeletePuji Tuhan Miranti semakin bahagia dan terhibur dg adanya mas sopir Pram.
ReplyDeleteJangan2 yg datang melamar baby sitter itu Anisa yg menyamar... Wah makin seru aja ceritanya.
Yustinhar dkk di Priok menunggu eps berikutnya. Matur nuwun ibu Tien...
Met malam Bunda.
ReplyDeleteTerima kasih untuk cerbungnya, dan ditunggu lanjutannya.
Semoga Bunda selalu sehat dan bahagia.Sukses buat Bunda.
Salam kami dari Solo
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteAymt11..ikut bahagia dgn yg dirasakan miranti wlpn sejenak..entah apa yg terjadi dgn datangnya calon baby sister...hanya mbak Tien yg mengemas cerita yg bikin setiap pembaca penasaran dan selalu menunggu lanjutannya..
Salam sehat dari bandung buat mbak Tien & keluarga.
Wah tambah seru ceritanya saling samar menyamar...tapi misi dan visinya berbeda kali. Semoga Bu Tien tetap sehat dan tetap bisa menghibur dengan tulisannya yg menarik... Aamiin YRA 🙏🙏👍👍
ReplyDeleteTerimakasih sdh biaa.menikmati kepanjutannya, malam imi
ReplyDeleteAlhamdulillah.. AYMT~11 sudah hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien,semoga panjenengan tetap sehat semangat dan terus berkarya... Aamiin...
duuuh duuh seru nih
ReplyDeleteAnisakah yg melamar jd baby sitter? Pasti seru crt episode berikutnya.. lanjut mb Tien.. slm seroja
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien. Tertidur saat masih agak sore. Senangnya..saat nglilir sudah ada aymt 11.
ReplyDeleteLucu, mengharukan dan sangat menyentuh perasaan.
Semoga mbak Tien sehat selalu dan senantiasa menyuguhkan tulisan yang menarik..Salut
Salam sehat dariku di Semarang
Iyeng Sri Setiawati
Alhamdulillah sdh bisa baca AYMT 11.
ReplyDeleteBekasi hadir, salam sehat semangat sll mbak Tien
Suwun mbak Tien. Barokalloh
Mtnuwun mbk Tien....
ReplyDeleteSalam Dr kota Sydney Australia tuk Ibu
ReplyDeleteAnisa ya...yg pura2 jadi baby sitter. Makasih mba Tien. Lanjuut...
ReplyDeleteBegitukah? Pasti semakin membuat penasaran
DeleteAlhamdulillah AYMT 11 sdh hadir
ReplyDeleteJd ikut tertawa nih Mbak Tien, itu calon baby sitter jangan2 Anisa.
Wah semakin seru dan bikin penasaran ceritanya.
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Saat ngantar ke rumah Mirqnti. Pram berkumis...kalo pas di rumah Miranti tdak berkùmis ..aduh kalo nanti ketemu bapak ibu Miranti di rumah Miranti.bgmn bu?
ReplyDeleteTapi pasti bu Tin sdh tahu solusinya...semangat bu Tien kami.setia menunggu cerita selanjutnya
Alhamdulillah bu Tien..
ReplyDeleteMtur swun..
Mugi2 tansah sehat slalu...
Maturnuwun bu Tien,salam sehat..
ReplyDeleteIni Pram yg baik hati jd idolaku
Nah siapakah beby sitter itu...?
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Mbak Tien....cetitanta seruuu abis...
ReplyDeleteKuperkirakan...yg daftar jd baby sister adl Anisa yg menyamar...
Salam sehat dr Yulie Slemansendowo
Alhamdulillah.. mbak Tien.. semoga sehat selalu.. salam dr Sawahlunto..🙏🙏
ReplyDeleteTambah seruuuu
ReplyDelete