ADA YANG MASIH TERSISA 07
(Tien Kumalasari)
Miranti mencari lagi tapi gelang itu tetap tak ada..
“Barangkali kamu habis memakai lalu kamu taruh ditempat lain Mir?”
“Tidak bu, Miranti tidak pernah kemana-mana dengan memakai perhiasan. Tapi akan saya coba cari lagi.”
Miranti masuk kekamar, diikuti bu Kusumo.. lalu keduanya mencari cari.. tapi gelang itu raib tanpa bekas.
“Kok bisa nggak ada ya bu? “
“Kok bisa hilang, padahal didalam rumah dan tak seorangpun ada kecuali kalian berdua. Ini aneh..”
“Sangat aneh. Sungguh saya tidak pernah memakainya bu.”
“Ya sudah, tidak apa-apa.. kita pergi saja yuk. Ibu mau membuat untuk ibu sendiri dan juga kamu.”
“Saya tidak usah bu, ibu saja.. saya sedih telah menghilangkan gelang itu. Bagaimana saya harus menggantinya bu,” kata Miranti sedih.
“Mir, jangan begitu, siapa yang meminta kamu menggantinya? Ibu ingin kamu punya perhiasan itu lengkap, dan ibu tidak ingin kamu menggantinya. Sudah, jangan difikirkan.”
“Saya heran bu, bagaimana bisa hilamg sementara saya tidak pernah memakainya. Membukanya saja tidak pernah.”
“Namanya sudah hilang ya sudah. Ayo.. cepat ganti pakaianmu. Kamu masih ingat modelnya kan? Seperti ada kepala ularnya begitu, matanya berlian? Bulan depan ada acara di keluarga kita, sepupu ibu mau mantu. Kita bisa memakainya sama-sama.”
“Ibu.. , tapi nanti saja untuk saya, “ kata Miranti yang benar-benar merasa sungkan telah menghilangkan gelang itu.”
“Miranti, dengar ibu, ganti pakaianmu, ayo kita pergi sekarang.”
“Ibu..”
“Cepatlah nak, ibu tunggu diluar ya, ganti pakaianmu dan kita berangkat,” kata bu Kusumo lalu berjalan keluar dari kamar.
Miranti masih termenung dikamarnya. Bagaimana bisa hilang? Jangan-jangan ibu mertuanya menuduhnya telah menjualnya atau memberikannya kepada seseorang. Tiba-tiba Miranti mencurigai suaminya.
“Jangan-jangan mas Tejo yang mengambilnya.”
Hanya itu yang terpikir oleh Miranti, kalau tidak dia siapa lagi? Lalu Miranti berfikir akan menanyakannya nanti sepulang kerja.
“Enak saja mengambil barang orang. Pasti di berikannya kepada kekasihnya itu,” gumamnya kesal.
“Miranti.. cepatlah..” teriak bu Kusumo dari luar.
Miranti sebenarnya ingin istirahat saja. Badannya terasa lelah. Tapi mertuanya memaksanya. Sungkan untuk menolaknya.
***
Ditoko perhiasan langganan itu bu Kusumo segera memesan dua gelang dengan model yang digambarkannya.
“Oh, seperti yang ibu pesan untuk menantu ibu itu?”
“Ya..ya.. masih ingat modelnya?”
“Masih bu, persis seperti itu ya bu?”
“Ya, buatkan saya dua, jangan lama-lama. Bulan depan ada acara dan aku ingin memakai gelang itu.”
“Siap bu, segera.”
Sepulang dari memesan perhiasan itu , bu Kusumo juga mampir memesan baju kembaran dengan menantunya. Miranti merasa sangat lelah, badannya mulai lemas. Miranti mengikuti ibu mertuanya tanpa banyak bicara. Ia hanya mengangguk ketika bu Kusumo menawarkan warna yang dipilihnya.
“Kamu kenapa Mir? Kamu pasti belum makan, kelihatan lesu begitu, ayo.. disitu ada rumah makan lengganan bapak, ayo. Aku mau menelpon bapak supaya menyusul kesitu,” kata bu Kusumo sambil menuntun Miranti. Miranti tak menjawab, menguatkan hatinya, mengikuti langkah bu Kusumo. Yang penting Miranti harus segera bisa duduk agar tidak roboh dijalan.
“Nah, disini bapak seringkali mengajak ibu makan. Apa suami kamu pernah mengajak kamu makan di restoran?”
“Tidak bu, kan Miranti setiap hari memasak?”
“Sesekali makan diluar juga tidak apa-apa. Tejo itu menurut ibu kok ya kurang sekali perhatiannya sama isteri,” kata bu Kusumo sambil duduk.
Miranti menghela nafas lega. Tadi ia hampir jatuh sa’at berjalan.
“Kamu mengapa belum makan? Tidak makan bersama suami kamu tadi?”
“Tidak bu, tadi Miranti masak kesiangan, jadi mas Tejo makan duluan.”
“Tampaknya kamu memang agak kurang sehat, tampak pucat dan lesu. Makanlah yang banyak Mir.”
“Iya bu.”
“Ayo sekarang mau makan apa, itu ada daftar menunya.”
“Ibu mau makan apa?”
“Ibu pengin Selat Solo saja. “
“Saya juga sama ya bu.”
“Baiklah, minumnya?”
“Saya jus jeruk saja bu..
Miranti menuliskan pesanannya.
“Ibu minum apa?”
“Ibu juga sama, jus jeruk.”
Miranti melambai kearah pelayan setelah selesai menuliskan pesanan. Lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.
“Kamu itu sebenarnya dulu belum sembuh benar, terus buru-buru mengerjakan banyak pekerjaan rumah. Kelihatan kalau kamu nggak sehat lho Mir. Nanti sepulang dari sini kita ke dokter ya.”
“Nggak usah bu, Miranti hanya capek.”
“Kamu itu jangan suka menyepelekan penyakit.”
Miranti tak menjawab. Ketika jus jeruk disodorkan oleh pelayan, dia segera menghirupnya, terasa segar karena ada rasa asem-asemnya..
“Seger ya Mir,” bu Kusumo ikutan menikmati jus jeruknya.
“Udara memang sangat panas,” sambung bu Kusumo lagi.
“Iya bu.”
“Bapak kok belum sampai ya, ya sudah ini selatnya dimakan dulu saja yuk..”
Ketika mereka makan itulah pak Kusumo baru datang.
“Lho, kok sudah hampir habis tuh makanannya, aku nggak disisain..” canda pak Kusumo.
“Bapak kelamaan. Ibu pesenin lagi saja.”
“Dari mana kalian ini?” tanya pak Kusumo setelah bu Kusumo memesankan pesanan suaminya.
“Dari jalan-jalan pak. Oh ya, bapak tahu nggak, tadi tuh aku kerumahnya Miranti, maksudnya mau pinjam gelangnya Miranti yang dulu kita berikan sebagai hadiah.”
“O, yang ibu bilang mau pesan yang modelnya sama?”
“Iya pak, tapi.. gelang Miranti itu hilang.”
“Hilang?” pak Kusumo terkejut.
“Iya, sudah dicari sampai mengeluarkan hampir seisi almari, tapi nggak ketemu.”
“Waah, ada maling nih rupanya.”
“Masa maling kok tidak mengambil semuanya?”
“Malingnya pintar. Kali itu dia mengambil gelang, lalu kali lain dia mengambil subang, trus kalung, sampai habis deh.”
“Bapak itu ngomong apa?”
“Ya itulah, malingnya kan pinter. Dia itu terdesak kebutuhan, nggak ada yang bisa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan itu, lalu dia mencuri. Sekarang gelang, lain kali pasti yang lainnya.”
Bu Kusumo menatap suaminya tak mengerti, tapi Miranti tersenyum dalam hati. Yang dipikirkan pak Kusumo pasti sama dengan yang dipikirkannya.
“Apa sih, ibu tidak mengerti.”
“Bapak makan dulu ya..” kata pak Kusumo sambil mencicipi sesendok nasi rawon yang dipesannya.
“Enak,” katanya tak mengacuhkan isterinya yang menatap dengan penuh tanda tanya.
“Miranti mau nambah makannya?”
“Tidak bu. Sudah cukup.”
“Apa kabarmu Mir, bagaimana suamimu? Dia tetap makan dirumah kan setiap hari?” tanya pak Kusumo sambil mekan.
“Ya bapak.”
“Tapi kok kamu seperti pucat begitu, kamu sakit?”
“Tidak bapak, hanya merasa lelah saja.”
“Tapi ibu yakin dia sakit pak, nanti sepulang dari sini mampir ke dokter Frans ya.”
“Siang-siang begini pasti dia tidur.”
“Bapak nanti telpon saja sebelum kita kesana.”
“Ya, baiklah. Kok aku sendiri nih yang makan?”
“Kami sudah kenyang, habis bapak datangnya kelamaan.”
“Jalanan macet..”
“Iya, sudah ibu duga.”
Miranti merasa lebih baik, segelas jus dihabiskannya .
“Jusnya mau nambah Mir?”
“Tidak bu, ini sudah cukup. Tapi sebaiknya langsung pulang saja, tidak usah ke dokter ya.”
“Ee.. kamu itu, ini demi kebaikan kamu. Jangan membantah. Kalau kamu sakit, ibu sama bapak juga susah,” kata bu Kusumo.
“Iya Mir, kesehatan itu perlu. Kamu jangan pernah menyepelekan penyakit. Kalau tubuh terasa lain dari hari-hari biasa, itu tandanya kamu sakit. Nanti seperti beberapa waktu yang lalu, tiba-tiba kamu pingsan, bapak nggak mau itu,” kata pak Kusumo sambil menghirup teh hangatnya.
Miranti diam. Dia belum ingin berterus terang kepada kedua mertuanya tentang kehamilannya. Tapi nanti dokter pasti tahu bahwa dia sedang mengandung. Lalu Miranti bingung sendiri. Kalau dia bilang terus terang, pasti mertuanya menegur mengapa tidak ngomong dari tadi.
“Jangan membantah kata orang tua. Kamu itu sudah seperti anakku, jadi apapun yang kamu rasakan, kami.. bapak sama ibu ini juga ikut merasakan.”
Akhirnya Miranti memutuskan untuk tidak mengatakan bahwa dia telah ke dokter dan dinyatakan hamil. Biar saja kalau nanti dokter Frans mengatakan itu. Sudah terlanjur diam, nanti malah aneh kalau tiba-tiba ngomong.
“Bapak menelpon dokter Frans dulu.”
“Ya pak Kusumo..” jawab dokter Frans ketika pak Kusumo menelponnya.
“Ma’af dok, ini lagi tidur ?”
“Tidak pak, masih dirumah sakit, ada pasien gawat dan saya harus segera kembali kerumah sakit.”
“Oh, ma’af kalau begitu.”
“Ada apa pak Kusumo?”
“Tidak sangat penting, tapi mau mengajak menantu saya mampir, tampaknya dia kurang sehat.”
“Ooh menantu pak Kusumo yang cantik itu? Isterinya Tejo?”
“Iya, ini sih lagi makan, maksud saya kalau dokter ada mau sekalian mampir, tapi nggak apa-apa, nanti sore saja ya.”
“Baiklah pak Kusumo, nanti sore saja.”
“Tidak bisa pak?” tanya bu Kusumo setelah pak Kusumo menutup ponselnya.
“Dia masih dirumah sakit, ada pasien gawat yang harus segera ditangani.”
“Oh, ya sudah, nanti sore saja biar diantar Tejo ya pak.”
Miranti melebarkan matanya, sebel saja kalau harus kedokter sama Tejo.
“Iya, mestinya Tejo sudah pulang. Tapi tidak bu, mungkin Tejo akan di kantor sampai sore, karena ada yang harus dikerjakan sama saya. Nanti ibu saja yang mengantar sama sopir ya.”
“Ya sudah kalau begitu.”
“Ini bapak mau langsung ke kantor.”
“Oh, penting ya pak?”
“Sangat penting bu.”
***
“Jadi sore ini aku mau langsung pulang saja, nanti malam aku temuin kamu.” Kata Tejo yang sedang menelpon Anisa.
“Bener, nanti malam?”
“Iya lah, kalau kemarin itu aku sangat letih, masih sore sudah tidur. Kalau ini sudah sehat.”
“Ya sudah, aku tunggu ditempat biasa ya.”
“Ya .. baiklah.”
Ketika Tejo menutup ponselnya, ketika itu juga pak Kusumo masuk kedalam ruangannya.
“Lagi telpon sama siapa kamu?”
“Nggak tahu pak, salah sambung kayaknya. Kok bapak kekantor jam segini?”
“Memangnya ada aturannya kalau bapak mau datang ke kantor?”
“Bukan begitu pak, tapi ini kok tumben..”
“Ada hal penting yang ingin bapak sampaikan ke kamu.”
“Ya, hal apa pak?”
“Duduk disini,” kata pak Kusumo yang lebih dulu duduk di sofa.
Tejo mengikutinya dengan hati berdebar. Sejak kedatangannya sikap bapaknya sangat kaku.
“Ada apa lagi nih, bapak..” bisik batinnya.
“Bapak mau tanya, kamu kemanakan gelang isteri kamu?” tanyanya setelah duduk.
Tejo terkejut bukan alang kepalang. Bagaimana tiba-tiba bapaknya bertanya seperti itu?”
“Jawab Tejo!!”
“Mengapa.. bapak.. bertanya seperti itu?”
“Kamu tinggal menjawabnya, kamu kemanakan gelang itu?”
“Gel.. gelang apa bapak, Tejo tidak.. tidak.. mm..mengerti..”
“Mengapa kamu gugup, mengapa wajahmu pucat? Kamu ketakutan?”
“Bapak, sungguh.. Tejo tidak mengerti.. pasti Miranti ngomong yang bukan-bukan. Jangan-jangan Miranti menjualnya lalu.. uangnya.. diberikan kepada orang tuanya.”
“Tejo !” pak Kusumo menggebrag meja karena marahnya.
Tejo menatap bapaknya, ketakutan. Dalam hati dia mengancam Miranti, dia akan mendampratnya karena mengira isterinya telah mengadu kepada bapaknya.
“Katakan dimana gelang itu?”
“Sungguh.. bapak.. Tejo tidak tahu. Mengapa Tejo harus mencuri gelang?”
“Kamu kira bapak kamu ini bodoh? Kamu meminta uang ke kasir, tidak diberi, sementara kamu sudah menjanjikan sesuatu entah untuk siapa. Kamu bingung, lalu kamu mengambil gelang itu.”
Tejo semakin terkejut. Bapaknya bisa menganalisa dengan benar. Ia menundukkan kepalanya.
“Kamu menjual gelang itu lalu uangnya kamu buat untuk bersenang-senang dengan perempuan pengerat itu, atau kamu hadiahkan begitu saja gelang itu.”
Tejo masih menundukkan kepalanya ketika pak Kusumo kembali menggebrak meja didepannya. Benar-benar jantungnya serasa meloncat dari tubuhnya. Wajahnya semakin pucat.
“Kamu masih tetap akan menjawab "tidak"?” suara pak Kusumo semakin keras.
Tejo meraih gelas yang ada diatas meja agar bisa menenangkan hatinya, tapi karena tangannya gemetar maka gelas itu terlepas dan terguling, sehingga membasahi meja sampai tumpah kelantai.
“Kamu ketakutan? Iya, benar, seorang maling akan ketakutan ketika perbuatan busuknya ketahuan.”
“Ma’af bapak..” gemetar suara Tejo.
“Ma’af untuk apa? Untuk menumpahkan minuman dalam gelas itu?”
“Buk.. bukan..”
“Kemana gelang itu Tejo, jawab.”
“Ma’af bapak.. saya.. saya..jual.”
“Kamu jual ?”
“Karena.. karena.. Tejo tidak memegang uang.. dan.. kebingungan..”
“Baguslah, kamu sudah mengakuinya, biarpun bapak tidak mempercayai alasannya.”
“Itu benar.”
“Dengar Tejo, bapak kecewa sama kamu. Kamu menghianati isterimu, membohongi orang tuamu, dan rela melakukan perbuatan rendah dengan mencuri perhiasan isteri kamu.”
“Saya minta ma’af..”
“Bapak minta.. kamu benar-benar berhenti berhubungan dengan perempuan pengerat itu. Kalau kamu masih melakukannya, bapak akan pecat kamu.”
Tejo mengangkat kepalanya, menatap bapaknya tak percaya.
“Itu benar, dan jangan kamu kira hanya ancaman.”
Pak Kusumo berdiri dan meninggalkan ruangan , meninggalkan Tejo yang terpaku bingung, karena ia yakin bapaknya tidak sekedar mengancam tapi akan melakukannya. Kecuali itu ia juga bingung bagaimana nanti mengatakannya pada Anisa.
***
Sudah menjelang malam ketika Tejo memasuki halaman rumahnya. Tampak sepi dan lampu teras belum dinyalakan. Apakah Miranti tertidur? Tejo sudah menyiapkan umpatan dan caci maki kepada Miranti yang dituduhnya telah mengadu kepada bapaknya tentang gelang itu. Ia akan melampiaskan semua kemarahannya kepada Miranti.
Dengan kasar dia membuka pintu, dan menyalakan semua lampu.
“Dimana perempuan itu? Ketiduran sampai tak tahu bahwa hari telah malam?” omelnya sambil melangkah kekamar. Dinyalakannya lampu kamar, tapi kamar itu kosong.
“Pergi kemana kamu, perempuan tak tahu diri!!” teriaknya yang gemanya sampai memenuhi semua ruangan dirumah itu.
Tejo melepas pakaiannya dan mandi. Tak ada teh panas tersedia dimeja seperti setiap hari Miranti menyiapkannya.
Tejo duduk di teras, ingin menelpon Miranti, tapi tiba-tiba dilihatnya mobil memasuki halaman.
“Itu ibu.. apakah MIranti pergi bersama ibu?”
Tejo bersiap menghamburkan caci maki kepada Miranti. Didepan ibunya Tejo tak begitu takut. Biar ibunya tahu bahwa menantunya tukang mengadu.
Dilihatnya Miranti turun, lalu ibunya, yang kemudian memapahnya ketika berjalan, mendekati rumah.
“Perempuan manja ! Tukang mengadu,” hardiknya tiba-tiba.
“Tejo, ada apa kamu ini?”
“Itu, menantu ibu, mengadu kepada bapak sehingga bapak marah sama Tejo.”
Bu Kusumo terus melangkah kedalam rumah. Miranti sedikitpun tak menoleh kearah suaminya.
“Jangan sok manja kepada ibuku!”
Bu Kusumo mendudukkan Miranti disebuah kursi.
“O.. dia sakit lagi? “ kata Tejo dengan nada mengejek.
“Tejo! Kamu itu kenapa, orang baru datang disemprot dengan kata-kata yang tidak pantas.”
“Ibu jangan membela dia. Memang dia kan.. yang...”
“Tejo ! Isteri kamu sedang mengandung !!” kata bu Kusumo keras karena kesal melihat sikap anaknya.
Tejo terbelalak memandang ibunya.
***
Besok lagi ya
Matur nuwun mbak Tien, hari minggu tetap tayang.
ReplyDeleteSalam Sehat dari Batang
aduh Tejo ini bikin kesel banget. pengin tak semprott
ReplyDeleteMTR Nwn mbak Tien ..🙏🙏🙏selamat malam.. salam sehat bahagia.
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 07 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam Hormat dari Karang Tengah, Tangerang.
Selamat malam, terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu ,,Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteHallo mbak Tien...
ReplyDeleteMaturnuwun cerbung MAYT 07 sudah muncul. Ugh sebel banget sama Tejo. Kapan sih sadarnya!
Semoga Miranti tabah dan menemukan kebahagiaannya...
Selamat berkarya...tetap sehat yaa...
Iyeng Sri Setiawati - Semarang
Syukurin Tejo... Ketahuan rasain
ReplyDeleteMtr nwn bu Tien epusode 7
Matap seru
Alhamdulillah, terima kasih mba,selalu bikin penasaran. Semoga sehat slalu. Salam dari kuningan🙏🏻
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT sdh muncul,mksh mb Tien salam sehat sll
ReplyDeleteMatur nuwun ...mbak tien... Semakin mendebarkan... sehat selalu lahir batin
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien
ReplyDeleteSmg mbak Tien sklg sehat dan bahagia, sll dlm lindungan Alloh subhanahu wa ta'ala. Aamiin
Dr Bekasi... salam sehat sll buat penggemar semuanya
Semakin seru.. Terima kasih Mbak Tien. Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteAlhamdulillah.....
ReplyDeleteYg ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamndulillah....terimakasih mbak tien
ReplyDeleteMatir nuwun kirimamnya
ReplyDeleteMatir nuwun kirimamnya
ReplyDeleteMatir nuwun kirimamnya
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Trs pak kusumo... Tejo mmg pntas dipecat, semua kok dikasih Anisa.. Haduh ikut emosi dgn sikap Tejo hehehe...trimakasih Bu Tien, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteSabar....sabar....mas Cahya. Hanya cerita fiktif, pinternya penulis untuk menggelitik emosi pemerhatinya, disetiap akhir episode pasti dan pasti asa kata-2 yang mengajak kita harap-2 rindu, bagaimana ya kelanjutannya.
DeleteKarna emosi, apakh tejo tak mengakui anaknya? Makin bikn rame, nih. Ditunggu bu tien lanjutnya ...
ReplyDeletePak kusumo benar dugaannya anaknya yg maling gelang terima kasih jeng tien lanjut
ReplyDeleteSalam sehat
Yang lihai penulisnya dalam memperagakan "dasa muka" dan "dasa peran" artinya banyak peran yang dilakoninya. Brawo Bu Tien penuh kreasi dan mengolah kata. Ditunggu AYMT episode_08 nya.
DeleteHalow mbak Tien smg sehat selalu..ampun dah si Tejo sdh berhianat tdk punya nilai2. Belum ketanggor dia..salam sehat dari Pejaten, Pasar Minggu
ReplyDeletePuji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktif. Eps 7 sdh hadir dgn bikin emosi, kesal, penasaran krn olah Tejo yg tak kunjung bertobat...
ReplyDeleteYustinhar dkk di Priok menunggu eps 8.
Matur nuwun ibu Tien...
Alhamdulillah AYMT 07 sudah hadir
ReplyDeleteDuh Tejo jahat banget sama Miranti
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Maturnuwun mbk Tien...
ReplyDeleteUuuh Tejo bikin gemes aja
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteAymt07..makin seru n gregetan kesel sm tejo..
Semoga bp ibu kusumo tau kelakuan tejo yg sebenarnya pd miranti..krn kehamilannya dan ambil tindakan tegas..miranti menemukan kebahagiaan..
Salam sehat dr bandung buat mbak Tien & kelg.
selamat malam bunda,,,terima kasih sehat selalu buat bunda...
ReplyDeleteTerima kasih Bunda untuk cerbungnya.
ReplyDeleteSehat selalu dan terus semangat dalam berkarya,sukses buat Bunda.
Salam kami dari Solo.
Tyt p Kusumo dugaannya sama dg Miranti klu yg mengambil gelang hadiah perkawinan Miranti sdslah Tejo suaminya sendiri..dan diberikan pd Anisa... Smg Tejo mengakui klu kehamilan Miranti krn ulahnya.. slm seroja mb Tien....
ReplyDeleteNaaah ... mata Tejo terbelalak moe hampir copot ? Hehehehe mbak Tien bisa aj membuat seru cerita .. untuung saja mertua dan menantu baik hati, bijak semua ...
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien. Semoga sehat selalu. Salam seroja dari Magelang
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien semoga tetap sehat..
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Makasih bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat tuk ibu dan keluarga
Makasih mba Tien. Tejo benar2 deh. Salam hangat mba
ReplyDeleteTambah parah aja Tejo...
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien,semoga sehat dan penuh inspirasi
Mtrswn mbak Tien ...sdh tayang lebih awal....seneng
ReplyDeleteSehat ya mb Tien
Salam dr YulieSleman
Apakah Tejo akan menerima kehamilan Miranti.....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah... Mtur swun Bun...
ReplyDeleteRahayu sami pinanggih
Memanas
ReplyDeleteKasihan Tejo kanan kena kiri kena depan kena belakang kena nggak ada yang berpihak satupun...rame tetap sehat dan semangat ya bu Tien
ReplyDeleteSy ttp berharap yg terbaik utk Miranti @ngarepbamgetbegityu.bu Tien.....org baik semestinya bersama orang baik.
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien...salam sayang seroja dr yogya selatan
Tambah seruuu... Lanjut bu Tien jd ga sabarr
ReplyDeleteTerimakasih Cerbung nya ibu Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari hangat dan sehat dari Salamah Purworejo
Pasukan intai sdh siaap
ReplyDeleteAlhamdulillah...smkn seruuu
ReplyDeleteAlhamdulillah.. mbak Tien salam sayang dr sawahlunto.. semoga mbak Tien sehat selalu..
ReplyDeletepingin cepet lihat sikapnya Mas Tejo saat mendengar Miranti Hamil
ReplyDeleteMelongok lg...ternyata blm hadir....salam sehat selalu dr Situbondo
ReplyDeleteBelum hadir juga
ReplyDeleteSABAAAR
Waah samma nih bu In...
ReplyDeleteMelongok lg dan lg.....ternyata kt msh dibikin penasaran.....
Hihi...sama...saya juga ngintip lagi, belum ada eps 8. Sudah gak sabar
ReplyDeleteIyeng Sri Setiawati-Semarang
Hihi...sama...saya juga ngintip lagi, belum ada eps 8......
ReplyDeleteJogja sabar menanti ..lanjuut bunda Tien K semoga Tahes Ulales
Penggemar jangan ber LAWEYAN..tetap jaga jarak... Biarpun antrian cukup ....PAJANG.. jangan sampai kita KLEWER " 🤭... Selamat malam mbak Tien..maaf njih ni sekedar menghibur diri aja 🙏🙏. Salam sehat bahagia selalu.
ReplyDelete