Sunday, January 19, 2020

DALAM BENING MATAMU 90

DALAM BENING MATAMU  90

(Tin Kumalasari)

Berdebar menunggu hasil pemeriksaan itu, Mirna menggenggam tangan Anggi kuat-kuat. 

"Semoga dugaanku benar... betapa bahagianya kita," bisi Anggi.

Mirna begitu senang mendengar Anggi mengatakan bahwa betapa bahagianya kita. Berarti Anggi juga turut merasakan kebahagiaan itu. Genggamannya semakin erat. 

"Semoga anak kita kembar,"bisik Anggi lagi. Mirna tekejut, memandangi madu yang duduk disampingnya dan sedang tersenyum nakal.

"Kembar ya ?"

"Iya, siapa tau Tuhan akan memberikaan satu anak per ibu?" lalu keduanya tertawa renyah. Mirna mengambil minyak kayu putih dari dalam tasnya, den mnciumnya kuat-kuat.

"Mual lagi?" tanya Anggi khawatir.

"Sedikit... nggak apa-apa..ini sudah mencium bau minyak kayu putih, agak mendingan."

"Lama sekali sih hasilnya."

Dan hampir bersamaan dengan keluh Anggi, tiba-tiba nama Mirna dipanggil.

Angggi segera menuntun Mirna masuk kedalam ruang dokter.

Mereka melihat doktr itu sedang membuka lembaran lembaran kertas, yang mungkin hasil dari lab tadi.

"Mana suaminya?"

"Kerja dok..." jawab Anggi setelah mereka duduk.

 "Wajah dokter itu tiba-tiba muram. Mirna dan Anggi menatapnya dengan hati berdebar. Mirna kembali menggenggam tangan Anggi. Tampaaknya hasilnya tidak bagus. Ya Tuhan, keluh mereka dalam hati.

"Dalam hal seperti ini harusnya suami ibu ada disini."

"Oh, pentngkah? Saya akan menelponnya dokter," kata Anggi.

"Oh, tidak.. tidak..tidak usah," dokter itu meletakkan lembaran lembaran diatas mejanya, tangannya terulur kearah Mirna.

"Selamat, anda akan menjadi ibu," kata dokter itu yang kemudian tersenyum lebar.

Ya ampuun.. tadi sampai merengut segala, wajahnya gelap, seperti akan mengatakan sesuatu yang menghawatirkan. Ternyata dokter itu hanya ingin mengganggu mereka. Pikir Mirna dan Anggi.

"Coba sekarang ke dokter kandungan, ini pengantarnya. Harus ada pemeriksaan teliti mengenai hasil yang saya temukan. Supaya ibu puas." kata dokter itu lagi.

"Jadi ini belum pasti?" tanya Anggi ragu-ragu.

Bukan belum pasti, di dokter kandungan nanti ibu akan diperiksa melalui USG Kehamilan, dari situ ibu akan yakin akan hasil yang saya utarakan.

"Baik dok, terimakasih banyak." jawab Anggi sambil menerima surat pengantar dari dokter tadi.

***

Mereka sudah ada didepan ruang praktek dokter Arini. Dokter kandungan yang ditunjuk. Ada satu pasien lagi yang masih menunggu sebelum giliran Mirna. Anggi menelpon Adhit agar menyusulnya kerumah sakit.

"Memangnya ada apa? Gawatkah penyakitnya?" jawab Adhit dari seberang sana, dengan nada khawatir.

"Nggak mas, pokoknya mas datang aja kesini, karena mas juga harus mendengar hasilnya. Meeting sudah selesai?"

"Sudah baru saja, aku akan segera kesana."

Anggi menutup telephone dengan tersenyum.

"Mas Adhit mau kesini sebentar lagi."

"Bukankah tadi bilang ada meeting pagi-pagi?"

"Sudah selesai tuh, dia bilang."

" Oh, syukurlah, " jawab Mirna sambil terus mencium bau minyak kayu putih yang selalu digenggamnya,

Ketika giliran nama Mirna dipanggil, belum kelihatan Adhit menyusul. Anggi lupa mengatakan bahwa mereka ada di dokter Arini, dokter kandungan. Maka kemudian Anggi menelponnya lagi.

"Mas, ada dimana ?"

"Sudah dirumah sakit nih, mencari-cari kalian? Di dokter siapa sih?"

"Dokter Arini mas, dokter kandungan."

"Haaa... dokter kandungan?" teriak Adhit, mirip sebuah sorakan, yang kemudian dengan setengah berlari Adhit menuju kearah klinik kandungan. Sampai disana sudah tak dilihatnya lagi kedua isterinya. Pasti sudah masuk. Adhit mengetuk pintunya kemudian masuk kedalam. Diihatnya dokter sedang memeriksa perut Mirna melalui USG. Dokter Arini menoleh sejenak kearah Adhit, tapi sebelum bertanya Anggi sudah mengatakan.

"Suami Mirna, dokter/"

"Dokter itu mengangguk lalu melanjutkan pemeriksaan."

"Baru berumur empat minggu." kata dokter itu.

"Isteri saya hamil?" 

"Lihatlah, ini kantung bayi sudah kelihatan. Ini embrio, calon bayi, masih sangat kecil."

Adhit tersenyum lebar, didekatinya Mirna dan diciumnya tangannya dengan senyum bahagia.  Lalu ia memperhatikan apa yang terlihat dalam layar USG itu dan mendengarkan kata-kata dokter Arini dengan seksama.

***

Ayud yang sore harinya menjemput Ananda, gembira mendengar Mirna mengandung. Ia juga terharu melihat Anggi merawat madunya dengan sangat baik. Ia menyiapkan obat-obat yang harus diminum sebelum makan agar mengurangi mual-mual yang mengganggunya. 

"Beruntung aku ini, waktu mengandung ananda tak pernah merasa terganggu. Tidak mual apalagi muntah. Bisa bekerja sampai hampir melahirakan, dan doyan makan dari awal kehamilan. Dasar gembul aku ya," kata Ayud tertawa.

"Setiap wanita merasakan hal yang berbeda pada kehamilannya. Ada yang tak merasakan apa-apa seperti Ayud, tapi ada yang merasa lemas dan muntah-muntah tanpa henti, bahkan ada yang sampai opname dirumah sakit karena sama sekali tak bisa kemasukan apapun diperutnya, tapi biasanya, gangguan sa'at ngidam itu akan hilang setelah usia kandungan mencapai empat atau lima bulan," kata bu Broto menimpali.

"Bagaimana waktu ibu mengandung Adhit, eyang?" tanya Adhit ingin tau.

"Wah, ketika kamu dalam kandungan, ibumu rewel setengah mati, berbeda ketika mengandung Ayud, ibunya hanya suka makan serabi tapi tidak rewel."

"Tuh, pantesan setelah lahir sampai tua mas Adhit nih oangnya rewel ya eyang," kata Ayud meledek kakaknya.

"Enak saja, tanya saja sama kedua isteriku itu, benarkah aku rewel?"

"Mas Adhit sangat baik dan tidak rewel kok.. ya kan Mirna?"

Mirna hanya tersenyum, sambil terus mencium minyak kayu putih ditangannya.

"Anggi, aku titipkan Mirna ditanganmu ya, aku yakin kamu akan merawat Mirna dengan baik," kata Adhit sambil merangkul Anggi.

"Iyalah, tanpa diminta aku pasti juga akan merawatnya, bukankah anak yang akan dilahirkan juga akan menjadi anakku?" jawab Anggi sambil menyandarkan kepalanya dibahu suaminya.

"Terimakasih tante," kata Mirna sambil tersenyum. Bahagia rasanya berada diantara keluarga yang saling mengasihi diantara satu dan yang lainnya.

***

"Anggi, kamu sibuk merawat Mirna, tapi lupa minum obatmu sendiri, gimana sih?" kata Adhit menegur Anggi karena melihat obatnya masih banyak trserak dimeja.

"Aduh.. iya mas, sering lupa, tapi Anggi semakin hari semakin merasa sehat kok. Lihat saja, Anggi sudah bisa makan banyak. Sungguh, dan keluhan yang tadinya ada sudah nggak terasa lagi kok."

"Kamu sukanya begitu, meremehkan keadaan kamu sendiri."

"Lho, mas Adhit kok malah marah-marah sih, memang aku sehat kok."

"Kamu hanya merasa sehat karena kesenengan merawat Mirna. Jangan gitu dong, kamu nggak ingat waktu di Tawangmangu, gara-gara lupa membawa obat, dua hari nggak minum obat, kamu lemas sampai pingsan."

"Itu kan dulu mas, sudah lama Anggi merasa segar kok."

"Kamu jangan ngeyel, Ayo sekarang diminum obatnya. Kalau kamu sakit lagi, aku ini juga akan merasakan sakit. Tau?!"

Anggi tersenyum, alangkah bahagia tetap diperhatikan suami, walau ada isterinya yang lain dan akan memberinya anak pula.

"Anggi, jangan senyum-senyum begitu, obatnya... obatnya..."

"Iya.. iya.. aduh mas, jangan galak-galak dong."

"Kalau untuk kesehatan isteri, aku harus galak."

Anggi berdiri, memilih-milih obat yang bisa diminumnya sekarang.

"Kalau obat itu habis, kita kontrol lagi, kalau dokter menyatakan kamu sehat, pasti tak akan dikasih obat-obat itu lagi."

"Iya, baiklah."

***

Dsn memang Anggi tak pernah merasa sakit untuk hari-hari selanjutnya. Ketika obat-obat yang harus dimimumnya  itu habis, lalu kontrol ke dokter, dokter benar-benar menyatakan sehat. Anggi hanya diberikan vitamin-vitamin, dan harus tetap menjaga kesehatan dengan makanan dan minuman sehat. Aduhai..

Bahagia karena merasa dicintai, ditambah lagi mujizat yang diberikan Allah, ternyata bisa membuat Anggi segar dan sehat. Ia tak pernah berhenti memperhatikan Mirna, sampai lewat lima bulan kandungannya, dan Mirnapun tidak lagi merasa lemas dan muntah-muntah. Ia bahkan rajin membantu yu Supi didapur bersama Mirna, seperti kebiasaannya pada awal pernikahannya. Hanya saja Mirna selalu mengingatkan agar jangan terlalu capai. Jalan-jalan pagi diudara segar bertiga bersama Adhit selalu dilakukan. Banyak orang iri akan kebahagiaan Adhit, yang bisa hidup berbahagia bertiga bersama kedua isterinya. Itu pemandangan yang langka. 

"Hallo... bidadari surga..!" teriakan nyaring itu memecah perhatian Mirna dan Anggi yang sedang menata masakan dimeja.

"Dinda?" sapa Anggi gembira, yang kemudian memeluk Dinda dengan hangat.

"Hallo, mbak Mirna," sapanya kepada Mirna, lalu memeluknya juga, dilanjutkan dengan mengelus perut Mirna yang membuncit.

"Keponakanku hampir lahir. Apakah dia akan kembar?" canda Dinda.

Mirna dan Anggi tertawa.

"Itu keinginanku, agar kami masing-masing dapat bayi satu. Tapi ternyata tidak."

"Nanti kalau bayi itu punya adik, mintalah pada mas Adhit supaya membuatkan bayi kembar." canda Dinda sambil mencomot tempe goreng yang sudah ditata dimeja.

"Kebetulan kami sudah selesai masak, jadi nanti Dinda bisa makan sama-sama kita," kata Mirna sambil menambahkan satu piring lagi untuk Dinda.

"Memang aku datang jam-jam segini, karena mengharapkan bisa merasakan masakan sepasang isteri yang hebat ini."

"Huh, dasar anak kost, haha... aku menirukan mas Adhit kalau meng olok-olok kamu anak kost."

"Iya, memang anak kost aku ini. Mas Adhit apa akan pulang sa'at makan siang begini?"

"Selama isterinya hamil, dia selalu menyempatkan untuk makan siang dirumah. Sebentar lagi pasti dia datang," kata Anggi.

Mirna sudah selesai menata meja makannya. Lalu mempersilahkan Dinda dan Anggi untuk duduk sambil menunggu kepulangan Adhit.

"Lhoh, kok sudah ada tamu disini? Aduuh, jangan-jangan sudah dihabiskan lauk kesukaanku," pekik Adhit begitu memasuki ruang makan.

"Enak aja! Aku baru nyomot tempe goreng satu, tau!" sanggah Dinda yang kemudian berdiri dan memeluk Adhit.

"Hm, senang melihat kamu dirumah ini Dinda, Anggi bilang kamu kesal sama aku."

"Iya dulu, sekarang aku akan sering datang, karena aku senang, so'alnya mas Adhit bisa membahagiakan kedua isterinya."

"Iya lah, Adhit gitu lhoh. Eh, mana eyang, apa nggak makan bersama kita siang ini?"

"Iya, Aku sudah bilang, sebentar lagi katanya. Mas cuci tangan dulu sana, lalu kita makan ber sma-sama." kata Anggi.

"Iya baiklah, keburu pingsan tuh si anak kost karena kelaparan."

"Ih, mas Adhit kumat jahatnya sama aku deh." kata Dinda sambil cemberut, tapi Adhit justru terbahak, diikuti oleh tawa kedua isterinya.

***

Hari itu Adhit harus membawa Mirna kerumah sakit. Usia kandungannya sudah sembilan bulan lebih dan sudah sa'atnya melahirkan. Sejak pagi Mirna sudah sesambat perutnya sakit, lalu Anggi melarang Adhit untuk pergi ke kantor.

"Jangan ke kantor hari ini, karena Mirna sudah kesakitan sejak tadi."

"Iya, kita berangkat ke rumah sakit sekarang saja."

Bu Broto mengatarkan keberangkatan cucu-cucunya ke rumah sakit, sambil membisikkan do'a-do'a keselamatan bagi semuanya. Ada bening air mata yang mengambang di mata tuanya, karena haru yang menyesak.

"Aku hampir punya cicit," bisiknya sambil memeluk Adhit.

"Do'akan kami eyang."

"Pasti le, do'a terbaik untuk cucu dan cicit eyang. Jangan lupa kabari pak Kadir, dan juga bu Susan." pesan bu Broto.

"Iya eyang, Adhit sudah menelpon keduanya.

Dan bayi itu lahir pada sore harinya, seorang bayi laki-laki yang tampan, yang menangis keras pada sa'at lahir, menebarkan aroma bahagia disekitar orang-orang yang menungguinya.

Dengan berlinang air mata, Adhit memeluk Anggi begitu tangisan bayi itu terdengar.

"Anak kita telah lahir, Anggi, sesuatu yang kamu impikan juga. Dan selalu kita pegang dalam hidup kita, bahwa kita akan bahagia bersama-sama."

Anggi terisak dalam pelukan suaminya, disaksikan oleh bu Susan dan pak Kadir yang menunggui  sejak siang harinya. Ada bahagia membuncah dihati mereka, ketika melhat anak-anak mereka bahagia.

Begitu perawat membuka pintu kamar bersalin sambil menggendong bayi tampan itu, Anggi segera menghambur dan meminta untuk menggendongnya.

Adhit tersenyum. Ternyata Anggi juga pantas menggendong bayi. Kemudian dia berjalan masuk keruaang bersalin. Dilihatnya Mirna tergolek lemah, tapi wajahnya yang pucat tampak berseri. Adhit memeluknya erat.

"Terimakasih Mirna, kamu telah menyempurnakan kebahagiaan keluarga ini," bisiknya mesra, ditelinga isterinya.

Mencari bahagia itu terkadang susah, tapi akan nikmat ketika kita sudah menggenggamnya.

T A M A T

Lastri seorang gadis dusun yang cantik dan menawan, namun dia buta hurup. Ketika cinta melandanya, ia harus terlempar kedalam kehidupan yang jauh dari kecintaannya, dengan benih cinta dirahimnya. Siapakah ayahku, ibu? Pertanyaan itu memilukan.

Tapi ketika dunia berputar maka semuanya jadi berubah. Apakah kuatnya cinta bisa mempersatukan keduanya?

Sekilas ungkapan diatas mungkin terasa klise dan kurang menarik. Tapi coba nikmati cerita selanjutnya.

LASTRI

besok lagi ya


42 comments:

  1. Terima kasih Bu Tien. akhirnya...semua bahagia. Happy ending

    ReplyDelete
  2. Terima.kasih mba Tien, akhir yang bahagia. Ditunggu ya cerita selanjutnya Lastri

    ReplyDelete
  3. terima kasih mba Tien, ceritanya happy end

    ReplyDelete
  4. Nuwun mb tien....alhamfulillah semuanya bahagia.......ditunggu cetita selanjutnya....

    ReplyDelete
  5. Mantul mbak Tien....... πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘ Happy endings utk semua tokoh yg ada dlm cerbung ini..... Matur nuwun
    Semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmad dan perlindunganNya buat mbak Tien shg mampu mengembangkan dan menuliskan banyak idea2 cemerlangnya..... ditunggu cerbungnya yg lain 😚😚

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin YRA. Matur nuwun penyemangatnya

      Delete
    2. Aamiin YRA. Matur nuwun penyemangatnya

      Delete
    3. terima kasih. Emba tin. kunalasari. karangannya baik sekali . bagus sekali . mereka berbahagia hidup yg di madu. . tak ada kacou dalam rumah tangga nya . . emang bagus . . bagus .
      terima kasih banyak. . kutubggu karangan selanjutnya

      Delete
  6. Akhirnya happy ending...sygnya kok tdk diungkap kebahagiaan Mirna ya ...apa mb Tien salah tulis nama? ..knp tidak ads pelukan atau ucapan slmt dan trmksh atas kelahiran anak mereka dr Adhit kpd Mirna? Apa tdk seharusnya kalimat Adhit dengan menangis memeluk Mirna ketika terdengar tangisan bayi? Baru stlh itu Anggi menangis bahagia dipelukan Adhit?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sependapat ... ditunggu cerita selanjutnya..

      Delete
  7. Akhirnya... happy ending. Makasih mbak tien..

    ReplyDelete
  8. Terima kasih bu tien, cerita yg sangat bagus untuk di baca

    ReplyDelete
  9. Matur suwun mbak Tien.. ditunggu cerita2 lainnya.. Saya sangat suka dengan alur cerita yg mbak Tien tuliskan... Tabik

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah happy ending dan happy poligami...😁

    ReplyDelete
  11. Terimakasih buatsemua penikmat cerbung saya.terimakasih atas perhatiannya. Semoga selalu menjadi penyemangat buat saya. Salam bahagia ..

    ReplyDelete
  12. Terimakasih buatsemua penikmat cerbung saya.terimakasih atas perhatiannya. Semoga selalu menjadi penyemangat buat saya. Salam bahagia ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih banyak Bu Tien. Sudah memberikan hiburan & pelajaran sekaligus. 🀩🀩😍😍πŸ’ͺπŸ’ͺ

      Delete
    2. kirain masih bs diteruskan lagi ceritanya......

      Delete
    3. Akhirnya happy semua,ceritanya menarik,makasih Bu Tien....,sukses terus ya bu,semoga terus bisa cari inspirasi membuat cerbung yg bagus....

      Delete
    4. Akhirnya happy semua,ceritanya menarik,makasih Bu Tien....,sukses terus ya bu,semoga terus bisa cari inspirasi membuat cerbung yg bagus....

      Delete
  13. Mksh mb tien, ending cerita bahagia dan haru...

    ReplyDelete
  14. Terimakasih mbak Tien..cerita yang lain dari yang lain..poligami tapi bahagia..seta istri pertamanya bagitu shaleha..satu diantara sejuta🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  15. Saya baru membaca cerita bersambung karya Mbak Tien Kumalasari.
    Boleh bertanya mbak Tien ?
    Dulu semasa masih duduk di bangku SMA saya sering mendengarkan sandiwara radio berbahasa jawa, diantaranya Kembang Sedhep Malem , Mlari dununging Asih dll. Kesemuanya karya Tien Kumalasari Hidayat. Apakah nama pengarang sandiwara radio itu adalah anda juga Mbak Tien ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar. Itu saya. Tapi sekarang sandiwara radio sudah langka. Saya melampiaskan kegemaran saya di cerbung. Semoga tidak mengecewakan.

      Delete
    2. Benar. Itu saya. Tapi sekarang sandiwara radio sudah langka. Saya melampiaskan kegemaran saya di cerbung. Semoga tidak mengecewakan.

      Delete
    3. Benar. Itu saya. Tapi sekarang sandiwara radio sudah langka. Saya melampiaskan kegemaran saya di cerbung. Semoga tidak mengecewakan.

      Delete
    4. Benar. Itu saya. Tapi sekarang sandiwara radio sudah langka. Saya melampiaskan kegemaran saya di cerbung. Semoga tidak mengecewakan.

      Delete
    5. Wah, hebat ... Senang sekali bertemu kbali dg penulis idola saya.
      Yg paling saya senangi saat itu adalah cerita dg tokoh Dokter Danarto yg akhirnya buta dicintai pleh adik tirinya ...
      Sangat menyentuh.
      Terus berkarya mbak Tien ....

      Delete
  16. Selamat Datang Polygami...heheee

    ReplyDelete
  17. Terima kasih mba Tien, happy ending yah. Sangat menghibur dan menyenangkan.Ditunggu cerita yang lainnya. Semoga slalu sehat &tetap semangat

    ReplyDelete
  18. Tks bu Tien tapi terlalu cepat endingnya hanya di 1 episode..
    Saya sedang membaca cerbung ibu Sepenggal Kisah.. sayang episode ke 65 gk ada.. bisa dikirim lagi atau via email saya.. nuwun

    ReplyDelete
  19. Terima kasih mb tien ..akhirnya hari hari kebat kebit menunggu cerbungnya mbak berkahir bahagia...cuam mudah mudahan ini blm berakhor..akan ada lanjutan kisahnya ..seoerti duku ada cerita pak galang putri raharjo dan retno..semoga nanti ada cwebung lagi yg menceritakan kebahagiaan adit dan dua isterinya serta anak anaknya ....ada ya mbak....ditunggu pakai banget......tetao sehat dan semangat mbak tien.....

    ReplyDelete
  20. Terima kasih Mbak Tien, cerita nya bagus, saya tinggal di Solo, dulu salah satu pendengar sandiwara radio.

    ReplyDelete
  21. Apa aja judul karangan mbak Tien yg sudah beredar...? Aku pingin baca ..?
    Aku seneng karena ceritanya masuk akal dan bisa diterima...
    Terima kasih...

    ReplyDelete
  22. Mbak Tien....ceritanya bikin penasaran....dan akhirnya happy ending. Ditunggu cerita2 yg lain..Tksiiiih

    ReplyDelete
  23. Tky ibu akhirnya bahagia semua kuttg cerbung yg akan datangπŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  24. Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
    dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
    WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    ReplyDelete
  25. Terima kasih bu tien...sungguh cerita yg memberikan energi positif kepada pembacanya sy suka sekali itu...ditunggu cerita selamjutnya.

    ReplyDelete
  26. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete
  27. Episode 60 membuatku menangis.
    Terima kasih mbak Tien.

    ReplyDelete
  28. Makasih mba Tien..saya suka dgn cerbung2 nya..tetap semangat dan sehat y..salam dri kota sukabumi

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  48 (Tien Kumalasari)   Satria tertegun. Tentu saja dia mengenal penjual kain batik itu. Ia hanya heran, ba...