SEPENGGAL KISAH 133
SEPENGGAL KISAH 133
(Tien Kumalasari)
Asri terkejut,. spontan dilepaskaannya tangannya dari genggaman Damar. Lalu berdiri menjauh. Asri merasa rikuh, khawatir adegan tersebut dikira yang tidak2.
"Asri? Kamu disini ?"
"Iya mas, sekaliyan belanja aku nengok Damar yang katanya sakit."
"Bukankah kemarin kamu sudah kemari?"
Waduh.. Asri kerepotan menjawabnya. Memang aneh ya, kemarin sudah datang sama suami, mengapa sekarang datang menjenguk sendiri. Pasi ada dugaan yang macam2.. pasti Ongky mengira yang tidak2.Tapi Ongky segera mengalihkan pembicaraan dengan mendekati Damar.
"Hallo sobat, sakit apa kamu ini?"
"Mas Ongky mau apa ?Aku tidak gila.."
Ongky tertawa, Damar mengira dia akan membawanya kerumah sakit jiwa lagi.
"Ya, aku tau Damar, tapi sekarang kamu lagi sakit, sakit apa lagi? Wajahmu, tubuhmu.. ya ampun Damar, kamu lari dari aku dan aku mendapatkanmu dalam keadaan seperti ini."
"Ya mas, tapi aku tidak apa2.. aku senang hari ini karena Asri menengokku. Aku tau dia tidak akan tega mendengar aku sakit." Damar memandang Asri yang tampak pucat wajahnya.
"Mas Ongky, saya mau belanja nih, jadi mau pamit sekarang."
"Asri, mengapa terburu buru? Aku masih ingin kamu ada disini." pinta Damar. Tapi Asri menggeleng.
"Damar, aku hanya ingin kamu bersemangat untuk sembuh. Kamu harus kuat, dan berita selanjutnya yang ingin aku dengar adalah bahwa kamu sudah sehat dan bisa beraktifitas lagi."
Damar terdiam, wajahnya muram. Dalam hati Asri tidak tega meninggalkannya, tapi ia harus tabah dan menguatkan hatinya, bahwa itu bukan sepenuhnya menjadi kewajibannya. Barangkali sebuah do'a akan lebih bermanfa'at baginya.
"Mas Ongky sama siapa?" Asri menyapa Damar.sebelum keluar dari kamar itu.
"Sendiri, Aku mengajak Bowo tapi dia tidak mau."
Asri berdebar, seandainya Bowo ikut datang kemari, akan bagaimana jadinya? Dalam berjalan keluar dari kamar itu dalam hati Asri berdo'a semoga Ongky tidak mengatakan pertemuannya dengan Damar.
Nancy menyambutnya diruang tamu.
"Ibu, ini minum buat ibu."
"Terimakasih Nancy, kamu repot2 segala.
"Nggak apa2 tante, ini yang satu buat om Ongky, itu kan namanya? Tadi dia memperkenalkannya begitu, dan dia mendapat alamat ini dari pak Bowo."
"Ya, mereka berteman. Tapi Nancy, sesungguhnya sakit apa papamu itu?"
Nancy terdiam, neneknya berpesan agar penyakit Damar itu menjadi rahasia mereka sekeluarga saja, dan Damar tidak boleh tau, tapi maukah seandainya dia mengatakan pada Asri lalu Asri akan menyimpan rahasia ini dari Damar?
"Nancy, sangat beratkah? Tadi dia mengatakan nggak apa2."
"Ibu, maukan ibu menyimpan rahasia ini, terutama dari papa Damar?"
"Rahasia apa?"
"Sakitnya papa Damar."
Mata Nancy ber kaca2.. Asri ikut berdebar debar, mengapa Nancy sampai menangis?
"Ibu, papa Damar sakit parah, Kanker hati..." Nancy terisak.
Asri menutup mulutnya, dan menahan agar airmatanya tidak meleleh turun. Tapi tak urung Asri pun menangis.
"Dokter mengatakan bahwa paling lama umurnya tinggal 6 bulan saja." Nancy mengusap air matanya dengan tissue tapi air mata itu tak berhenti turun.
"Ya Tuhan... ya Tuhan..." Asri pun tak kuasa menahan tangisnya.
Ketika Asri pergi, Ogky masih berbincang dengan Damar.
"Aku bersyukur kamu sudah lebih baik setelah dari rumah sakit jiwa. Tapi sekrang kamu sakit apa?"
"Aku bukan sakit apa2, aku bisa berbicara sama kamu dengan baik kan, tapi aku kecewa, kamu membuat Asri pergi begitu saja."
"Damar, mengapa kamu masih bersikap begitu? Kamu kan tau dia itu sudah menjadi isteri orang lain."
"Tentu saja aku tau. Tapi dia itu masih mencintai aku."
Ongky mengeluh, walau sikapnya lebih santun ternyata Damar masih terobsesi pada Asri, susah menghilangkannya. Tapi benarkah kata Damar bahwa Asri masih mencintainya? Terbayang tadi Asri dan Damar sedang berpegangan tangan, tapi wajah Asri tampak sedih.. apakah itu cinta?
Ongky juga heran mengapa setelah kemarin datang bersama Bowo lalu Asri datang lagi kemari sendirian? Apakah takut kalau Bowo memarahinya? Atau memang ada perasaan lain yang tidak boleh diketahui suaminya?
"Ongky, sekarang kamu pulanglah. Aku letih." Damar membaringkan tubuhnya perlahan, dan Ongky merasa iba. Damar sakit parah, tapi ia tidak mengakuinya.
"Damar, kamu tidak pulag kerumahmu? Aku akan membiarkanmu dan tidak akan memaksamu untuk kembali ke rumah sakit jiwa kok."
"Aku ingin pulang, tapi tante Surya tidak mengijinkannya. Aku titip jalankan usaha kita dengan baik mas, aku masih belum ingin memikirkannya."
Tiba2 Nancy masuk dan membawa cawan kecil berisi obat2an.
"Papa Damar harus minum obatnya sekarang."
"Aduuh, obat lagi."
"Papa, kata dokter obatnya harus rutin diminumnya, ini yang harus diminum sebelum makan, trus kalau papa sudah makan, baru yang tiga macam lainnya."
Nancy mengambil sebutir kapsul, dan meraih gelas dimejanya, memasukkan perlahan kapsul itu kemulit Damar.
"Ma'af ya om, Nancy mengganggu sebentar, so'alnya minumnya harus rutin."
"Oh ya, silahkan.. silahkan." sahut Ongky.
Nancy menyodorkan gelas berisi minuman sambil mengangkat kepala Damar agar bisa meminumnya dengan enak. Kemudian Nancy keluar kamar sambil berpesan bahwa sebentar lagi waktunya makan.
Ongky bersyukur, Damar dirawat dengan baik.
"Lihatlah aku .. semuanya dilayani disini. Ini anak cucunya pembunuh orang tuaku, tapi mereka menyayangi aku. Aku mendapatkan keluarga disini."
"Ya, aku sudah melihatnya Damar, cepatlah sembuh dan jalankan usaha kamu lagi ya."
Damar hanya mengangguk loesu. Ia tampak letih.
Sesampai dirumah dilihatnya pak Marsam belum pulang dari menjemput Pandu. Asri menumpahkan tangisnya dikamar, melepaskan sesak didadanya ketika mendengar bahwa umur Damar diperkirakan hanya tinggal 6 bulan lagi.
"Ya Tuhan.. ya Tuhan.. berikanlah mujizatmu.. sembuhkanlah dia..ampunilah dosanya.."
Lama Asri terdiam dikamar, lupa bahwa ia amit pergi untuk belanja juga, tapi ia tak mampir kemana mana.
Ketika didengarnya mobil berhenti, Asri sibuk mengusap air matanya, dan bersiap menjawab seandainya suaminya nanti bertanyakan tentang tangisnya.
Asri melangkah keluar, dengan mata masih sembab. Ketika pintu itu terbuka, dilihatnya Ongky berdiri didepan pintu.
"Mas Ongky, silahkan masuk.."
Mereka duduk berhadapan, Ongky menangkap bekas air mata yang membuat mata Asri sembab.
"Apa yang terjadi Asri? Untung aku datang sendiri dan bukan bersama Bowo, Kalau dia melihatnya disana pasti timbul pertanyaan yang tidak2 pada diri suamimu."
"Apakah yang mas Ongky pikirkan ketika menemui aku disana?"
"Aku berfikir bahwa.... masih ada cinta dihati kamu...buat Damar.."
Ongky berkata tegas, Dan Asri sangat terkejut mendengarnya.
#adalanjutannyaya#
Menurut saya cara Asri nengok damar gak pantas buat wanita bersuami apalagi suaminya mereka pernah pacaran..
ReplyDeleteKenapa kemaren saat Bowo ngajak Asri masuk kamar Damar dia menolak..?
Sekarang tanpa ijin ke suaminya dia datang sendiri..
Klo suaminya tau, dia pantas utk dimarahi...
Secara kasat mata, memang tipis bedanya, bahkan tak terlihat, perbedaan cinta dan ikatan kepedulian, terlebih yang terjalin antara orang berlainan jenis, terlebih lagi sepasang yang pernah saling mencinta.
ReplyDelete