Wednesday, January 16, 2019

SEPENGGAL KISAH 132

SEPENGGAL KISAH  132

(Tien Kumalasari)

 

Pak Marsam menyodorkan selembar kertas tulisan barang belanjaan yang dibutuhkan. Asri membawanya kekamar dan memsukkannya kedalam dompet.

"Bapak jangan lupa nanti jemput Pandu ya."

"Ya nduk, jangan khawatir. Apa kamu mau mampir2?"

"Oh..eh.. nggak pak.." jawab Asri berbohong. Bukankah dia ingin menemui Damar dirumah Nancy?

"Baiklah, hati2 ya nduk.."

"Ya bapak, Asri masih harus ber siap2 dulu."

Tapi pak Marsam heran melihat sikap Asri yang seperti bingung. Ia sudah berdandan rapi, lalu keluar, masuk kamar lagi, keluar lagi, seperti ada sesuatu yang ketinggalan.

"Ada apa ta nduk, kok seperti orang bingung begitu?" 

"Iya tuh pak, nggak tau kenapa, ada saja yang ketinggalan. Tadi tas nya Asri, terus dompetnya nggak ada didalam tas, sekarang kunci mobil.. dimana ya pak?"

"Lha itu kamu pegang kunci apa?"

"Oh, ya ampun.. ya pak.. sudah Asri bawa. Aduh.. kok gugup kenapa ya aku pagi ini?"

"Bapak liat memang kamu agak lain beberapa hari ini. "

"Masa sih pak?"

"Kamu sedang memikirkan apa lagi? Bapak ikut sedih kalau kamu juga sedih."

"Bapak, Asri nggak apa2... kenapa bapak harus sedih?"

"Kelihatan kalau kamu sedang memikirkan sesuatu."

Asri menghela nafas, ia harus berterus terang pada ayahnya tentang apa yang sedang difikirkannya. Ia tak bisa hanya berdiam diri dan memikul beban pikiran ini seorang diri.

"Bapak, sesungguhnya Asri sedang memikirkan Damar."

"Apa? Mengapa kamu begitu nduk, nggak baik lho memikirlan lelaki lain sementara kam itu sudah punya suami."

"Bapak jangan salah sangka, Asri bukan berfikir tentang sesuatu yang keliru. Asri kasihan pada Damar. "

"Karena dia menjadi agak... ma'af.. agak sinting itu?"

"Dia menderita sakit sekarang ini pak.. sakit apa.. Asri belum jelas, tapi katanya badannya kurus dan tampak jauh lebih tua dari usianya Bahkan dia tidak tinggal dirumahnya sendiri tapi dirumah bu Surya, ibu angkatnya ya nneknya Nancy itu. "

"Lalu kamu harus melakukan apa? Kalau kamu ingin membantu pengobatan dengan memberikan dana, harus berterus terang pada suamimu lho. Nggak boleh kamu melakukannya sendiri."

"Bukan dana pak, kalau uang pasti Damar tidak kekurangan karena dia kan pengusaha juga. Asri hanya ingin menjenguknya, Melihatnya dan kalau bisa membesarkan hatinya. Pagi ini sebelum belanja Asri mau kesana dulu." 

"Ya sudah, tapi ingat ya, kamu harus bisa menjaga martabatmu sebagai seorang isteri."

"Bapak harus percaya pada Asri."

Asri merasa lega karena sudah berbagi dengan ayahnya.

 

Dikantornya Bowo, Ongky sedang berkunjung kesana. Semalam Bowo menelpon Ongky tentang Damar yang ternyata ada dirumah Nancy.

"Mengapa ia berada disana? Kan dia punya rumah sendiri?"

"Kata bu Surya, ibu angkatnya, sa'at ini Damar harus selalu dijaga, baik makan minum dan pengobatannya. Bu Surya khawatir kalau sendirian dikhawatirkan dia tidak tertib menjalankan perintah dokternya."

"Sebetulnya sakit apa dia?"

"Bu Surya tidak bicara jelas. Tampaknya dia menyembunyikan penyakit Damar"

"Tampaknya begitu berat..." 

"Coba kamu kesana dan bertemu dengannya Ongky, Mungkin kamu bisa mengerti sakitnya apa, so'alnya ketika aku kesana, Damar tampak tidak suka sama aku. Pandangannya itu kelihatan, dan enggan juga bicara banyak.

"Ya, aku bisa mengerti. Sudah lumayan sikapnya berubah . Mungkin juga pengaruh pengobatan di rumah sakit jiwa itu sedikit ada pengaruhnya sehingga dia tidak liar seperti sebelumnya."

"Ya, mungkin saja."

"Baiklah, aku akan kesana, kamu juga?"

"Jangan Ongky, aku kan sudah bilang dia tidak suka sama aku."

Ketika Asri tiba dirumah bu Surya, Nancy menyambutnya dengan senang.

"Ibu..  mana Pandu?"

"Dia sekolah Nancy, ini ibu sekalian mau belanja, trus mampir kesini. Mana nenek dan mama kamu?"

"Nenek sama mama lagi belanja, aku disuruh njagain papa Damar. Ibu mau ketemu?"

Asri mengangguk, dan langsung mengajaknya kekamar, dimana Damar sedang berbaring dan memejamkan mata. Asri terkejut dan hatinya bagai teriris melihat wajah Damar yang pucat. Ingin ia merangkulnya dan menghiburnya, tapi keinginan itu ditahannya. Ia duduk disamping pembaringan, dan memandanginya dengan iba. 

"Papa Damar, ada tamu istimewa untuk papa."

Asri meletakkan jari telunjuknya kebibir, petanda dia melarang Nancy membangunkannya. Tapi kemudian mata itu terbuka,  melihat siapa yang datang, lalu dia  berusaha bangun.

"Asri? Kamu Asri kan?"

"Papa tiduran saja."

"Tidak Nancy, aku hanya mengantuk, aku kuat untuk bangun."

Nancy membantunya duduk, lalu keluar untuk membuatkan minum bagi tamunya. 

"Asri... Asri.." tanyan Damar  menggapai, dan Asri menangkapnya .

"Apa kabar Damar?"

"Aku baik. Sudah aku duga kamu akan datang untuk aku."

Mata Asri berkaca kaca. Ia tak tega menegur Damar atas kata2nya itu.

"Kamu sakit apa?" tanyanya sendu.

"Aku tidak sakit, aku hanya dimanjakan oleh keluarga ini. Aku tidak menyangka, kakeknya Nancy telah membunuh bapak dan ibuku, tapi Nancy dan mamanya serta ibunya sangat menyayangi aku. Aku tidak bisa membenci mereka. Tidak ada keinginan untuk membalas dendam, karena mereka tidak tau apa2.

Asri baru tau kalau kakek Nancy lah yang telah membunuh kedua orang tua Damar. Hebatnya Damar tidaak dendam pada keluarganya. 

Damar menggenggam tangan Asri erat2.

"Wajahmu pucat, kamu sakit Damar, aku hanya ingin mengingatkan kamu, kamu harus bersemangat untuk sembuh, untuk hidup lebih lama. Masih banyak yang bisa kamu lakukan. Kamu belum tua."

"Kalau aku hidup, lalu untuk siapa?" tanyanya sedih.

"Mengapa kamu berkata begitu? Itu menunjukkan bahwa kamu lemah. Manusia hidup bisa melakukan banyak hal untuk orang lain. Bukan hanya untuk diri kamu."

Damar menghela nafas.

"Hidupku penuh derita, aku merasa tak ada gunanya semua ini."

"Kamu tidak boleh begitu Damar, dengar, kamu itu kuat, kamu tidak pernah menyerah sejak masih muda dulu, karenanya, jadilah Damar seperti yang dulu, gagah dan bersemangat."

"Itu karena ada kamu Asri."

"Kamu lemah !! Mana Damar yang dulu? Jangan karena aku, tapi karena banyak orang yang menyayangimu, disekitarmu..dan kamu harus kuat, bersemangat."

Damar masih menggenggam tangan Asri, ketika seseorang masuk diiringi Nancy. Seseorang itu adalah Ongky.

#adalanjutannyaya#

 

 

 


No comments:

Post a Comment