Tuesday, January 8, 2019

SEPENGGAL KISAH 122

SEPENGGAL KISAH  122

(Tien Kumalasari)

 

Ketika kemudian Ongky tiba dikantor polisi itu hari sudah sore, Bowo sudah bersiap akan pulang. Sikap Bowo masih tak acuh teringat kejadian kemarin, yang ternyata Damar adalah rekan kerja Ongky.

Ongky yang merasakan sikap Bowo yang seakan masih marah padanya, lalu mengajak Bowo semobil dengannya ketika mereka pulang.

"Kamu jangan marah sama aku, aku juga tidak tau bahwa dialah yang membuat kamu cemburu. Tapi aku sudah tau semuanya dari dia, sejak masih SMA dan berpacaran dengan Asri, lalu terpisah, lalu hidupnya sungguh menderita."

Bowo masih terdiam, sikap diantara Bowo, Asri dan Ongky masih tampak kaku. Ada rasa curiga yang belum terurai secara jelas mengenai hubungan diantara mereka dan Damar.

"Damar dulunya anak seorang pengusaha kaya, yang ditipu oleh rekan kerjanya, bahkan kedua orang tuanya terbunuh oleh rekan kerjanya tersebut.

Bowo memandangi Ongky penuh perhatian. Baru sekali ini ia mendengar tentang Damar.

Ongky menceriterakan hubungan Damar dan Asri, sampai kemudian terpisah dan menikah dan bercerai dan mendapatkan anak yang bukan darah dagingnya. Semua Ongky ceriterakan dan membuat Bowo merasa sedikit berkurang kebenciannya. 

Ia sungguh menderita, dan tak bisa melupakan wanita yang dicintainya, yaitu Asri. 

"Harusnya dia bisa menerimanya, kan Asri sudah menjadi isteri aku.." keluh Bowo.

"Ya, kalau dia waras, dia itu sakit jiwa karena penderitaannya."

"Sakit jiwa, mungkin benar, kelakuannya seperti orang gila."

"Tadi dia kerumah kamu, menemui isteri kamu."

"Apa?" Bowo terkejut.

"Entah apa yang terjadi kalau aku tidak datang dan memaksanya menghentikan perbuatannya."

"Dia melakukan apa?"

"Dia memaksa isterimu agar mengikuti kemauannya, dia ingin Asri mencintainya."

"Ya Tuhan.. apakah dia benar2 gila?"

"Aku sudah menitipkannya dirumah sakit jiwa."

"Apa?"

"Itu benar.. untuk sementara biarlah dia mendapat terapi yang benar, agar pikirannya waras. Aku merasa kasihan padanya.. dia begitu karena ditempa oleh derita yang terus menerus diterimanya. Ayahku tahu tentang ayahnya. Ayahku juga yang telah membantu membuka kedok orang yang menipu orang tuanya Damar.

"Aku menyesal telah membencinya. Mungkin dia memang perlu dikasihani."

Bowo termenung dan menimbang nimbang, namun ia harus tau, apakah Asri masih mencintainya? Ada rasa cemburu yang tiba2 membersit di kepalanya. Foto itu.. kembali mengganggu pikirannya.

"Apakah dia berkencan dengan Asri dirumah makan itu?"

"Damar selalu berupaya supaya bisa ketemu Asri. Dia melupakan pekerjaannya dan mondar mandir kesini hanya untuk mencari kesempatan bertemu Asri. Apa kamu mencurigai isterimu sendiri?"

"Entahlah," Bowo mengeluh.

"Asri wanita yang baik. Tadi aku melihat dia sangat ketakutan ketika Damar ada disana. Aku yakin bahwa dia tidak pernah punya pikiran buruk. Kamu harus mempercayainya."

Sore hari itu, bu Surya sedang menemani Nancy duduk2 diteras. Sejak mengetahui bahwa Damar bukan ayah kandungnya, Nancy selalu murung. Tak bersemangat, dan sering melamun. Bu Surya ikut sedih memikirkan keadaan cucunya.

"Nancy, mengapa kamu selalu menyesali kenyataan itu. Apakah kamu tidak bahagia hidup bersama mama dan grandma? Kurangkah kasih sayang mama dan grandma kepada kamu Nancy?"

"Tidak grandma.."

Nancy memeluk neneknya penuh kasih sayang.

"Kalau begitu jangan sedih dan kecewa, grandma dan mama kamu bisa menggantikan ayah bagi kamu, dan kamu tidak kurangan kasih sayang dari kami."

Bu Surya mengelus elus kepala Nancy.

Tapi entah mengapa, bu Surya tiba2 merasa sangat kangen pada Damar. Tentu saja, Damar telah dianggapnya sebagai anaknya sendiri, dari kecil hingga dewasa selalu mendapatkan kasih sayang darinya. Lama sekali ia tak mendengar kabarnya.

"Grandma ingin menelpon papa kamu, grandma kangen.."

"Bukan papa Nancy grendma, panggil saja Damar..."

Bu Surya tersenyum maklum. :"Baiklah."

Bu Surya memutar nomor telephone Damar, seseorang menerimanya dari sana :"Hallo.."

"Hallo, ini bukan Damar?"

"Bukan ibu, saya Ongky rekan kerja Damar, ini dari mana?"

"Saya bu Suryo, ibu angkatnya Damar."

"Oh, ya, saya banyak mendengar nama ibu dari Damar.."

"Bolehkah saya bicara sama Damar? Saya kangen sekali."

Sejenak Ongky terdiam, ia ragu2 apakah harus berterus terang atau tidak, tapi ia memutuskannya untuk berterus bterang saja, mengingat bu Suryo bukan orang jauh bagi Damar.

"Bu Surya, ma'af ya bu, saya tidak sempat mengabari ibu.."

"Kenapa dia?" bu Suryo berdebar debar.

"Sa'at ini Damar sedang dirawat disebuah rumah sakit."

"Sakit apa dia?"

"Dia dirumah sakit jiwa bu, ma'af"

Ponsel ditangan bu Surya terlepas.

"Ada apa grandma?"

"Damar ada dirumah sakit jiwa." jawab bu Surya sedih.

"O my God ... no...Kenapa grandma?

Bu Surya menggeleng gelengkan kepalanya dengan sedih. Anak yang dikasihinya, masuk kerumah sakit jiwa?

Bagaimanapun Damar pernah sangat dekat dengan dirinya, dan dikasihinya bagai anak kandungnya sendiri. Mendengar berita itu sungguh merupakan pukulan bagi batinnya.

Nancy memeluk neneknya dengan erat.

"Grandma jangan sedih, besok kita akan membezoek Damar dirumah sakit ya?"

Tiba2 mereka dikejutkan oleh suara seseorang yang tiba2 sudah berdiri didepan pintu.

"Tante.."

Itu suara Damar... bu Surya terpana.

#adalanjutannyaya"

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...