Saturday, January 5, 2019

SEPENGGAL KISAH 118

 

SEPENGGAL KISAH  118

(Tien KUmalasari)

 

Bowo terkejut. Tiba2 saja Asri marah2 dan menutup pembicaraan itu. Apakah karena peristiwa tiga harian yang lalu itu Asri masih marah padanya? Mungkin Bowo merasa bersalah, tapi bagaimana Asri bisa tau kalau dia berada di sebuah hotel?  Bowo mencoba lagi, tapi tak ada nada sambung terdengar. Mungkin Asri tidak meletakkan gagang telephone pada tempatnya, dan itu pasti disengaja. Lalu ke nomor ponselnya, tidak aktif.

Bowo sedih. Selama empat hari ini rumah tangganya berantakan. Dan sekarang Bowo memastikan bahwa esok hari ia harus pulang. Apapun yang terjadi, tak peduli mukanya masih lebam, ia harus bertemu Asri.

Namun Bowo tak segera kembali kehotel. Ia menuju sebuah cafe yang terbuka selama 24 jam. Ia ingin menenangkan hatinya disitu.Mungkin satu atau dua jam saja.

Sementara itu Dewi yang berada disebelah kamar Bowo sedang berfikir keras untuk menemui Bowo dikamarnya. Ia ingin menghancurkan rumah tangga Asri, yang dianggap telah membuyarkan impiannya bersanding dengan Bowo. Ia keluar dari kamar dan mendekati kamar Bowo. Ia tidak tau kalau Bowo sedang keluar. Haaa.. kamarnya tidak terkunci.. ia bisa masuk dengan melenggang. 

"Kemana mas Bowo? Mungkin dikamar mandi..  " bisik Dewi. Ia duduk ditepi tempat tidur dan menunggu. Tapi rupanya Bowo tidak dikamar mandi. Ia menunggu lama dan merebahkan tubuhnya.

Ia kembali ingin mengganggu Asri dengan menelponnya , tapi ternyata tak bisa tersambung karena Asri memang mematikan ponsel dan telephone rumahnya.

Dewi tersenyum senang. Ia menganggap Asri ketakutan untuk menerima telephone nya lagi. Tapi Dewi telah merasa puas. Paling tidak ia telah menyakiti hati Asri. Sekarang ia akan memanas manasi hati Bowo sehingga mau melupakan Asri. Barangkali nanti akan ada kesempatan itu.

"Kemana perginya mas Bowo, lama sekali.."

Dewi memejamkan matanya dan mencoba tidur.

Tiba2 pintu kamar terbuka. Dewi bersorak dalam hati. Ia tidak membuka matanya, kali ini ia akan membuat Bowo mendengarkan ocehannya tentang laki2 yang menjadi kekasih Asri.

Namun Dewi terkejut ketika tangannya ditarik dengan kasar. Dewi membuka matanya dan terbelalak mengetahui siapa yang datang. Ia adalah suaminya. Laki2 tinggi besar berkulit hitam dan bermata tajam. Ia tampak kasar . Hati Dewi menciut seketika. Ia mencari cari alasan mengapa berada disitu malam ini.

"Oh, mas Robert.. kok tau aku disini? " tanyanya, sedikit gemetar.

"Ya tau, aku melihat mobilmu disana. Sekarang jawab, mengapa kamu berada dikamar ini."

"Oh.. anu mas.. tadi sore.. pas.. aku lewat.. kepalaku pusing sekali.. jadi aku tidak berani nyetir sendiri.. terus.. aku memutuskan untuk menginap disini sampai besok pagi, setelah pusingku hilang." Dewi menjawab sekenanya.

"Oh gitu ya, tapi ini kan bukan kamarmu? Kamarmu disebelah sana kan?" laki2 kasar itu mendelik. Rupanya ia sudah bertanya kepada penjaga hotel dikamar berapa isterinya menginap.

"Ya ampuun .. apa aku salah kamar?" Ma'af.. saking pusingnya.. aku jadi salah kamar.."

"Apa? Salah kamar?" dan plaaakk... tangan laki2 itu melayang kearah pipi Dewi.

Dewi menjerit keras.

"Mas, sakit mas..." Rintih Dewi.

"Kamu memang perempuan tak tau malu. Aku memelihara kamu dan memberikan semua kemewahan itu agar kamu setia pada janjimu, hanya akan melayani aku, bukan laki2 lain!!!!" hardiknya sambil sekali lagi menampar pipi yang satunya lagi.

Dewi menjerit lagi.

"Mas.. ma'af mas... sakit.. tolong.. aku akan menjelaskan semuanya." Dewi mulai menangis.

"Kamu memang perempuan murahan !"

"Mas... aku tidak melayani siapa2...!! Dewi merosot turun kebawah untuk menghindari tamparan berikutnya. Pukulan Robert bukan sembaran pukulan, dari tubuh yang kekar itu ada kekuatan dahsyat yang mungkin akan menghancurkan apa saja yang dipukulnya.

"Kamu, dengan pakaian seronok seperti itu, tidur dikamar laki2, dan kamu bilang tidak melayani siapa2?"

Robert, laki2  itu menarik tubuh Dewi dan dihempaskannya ke lantai. Sekuat tenaga.

Dewi terkulai lemas, kepalanya terantuk pinggiran meja yang terletak disamping tempat tidur itu. Darah segar mengucur dari sana, membasahi rambut dan lantai dibawahnya.

"Mana laki2 itu? Mana? Biar aku membunuhnya sekalian !!"

Tapi tubuh Dewi terdiam, tak berkutik, Senyap dikamar itu, dan Robert pergi keluar dari kamar seakan tak terjadi apa2 disana.

Bowo sudah letih, dan merasa kantuk mulai menyerangnya. Ia membayar harga minumannya dan berjalan kembali ke hotel yang letaknya tak jauh dari dari cafe itu.

Ketika memasuki hotel, Bowo baru ingat bahwa tadi lupa tidak mengunci pintu kamarnya atau menitipkan kuncinya pada penjaga hotel. 

Ia segera melangkah kekamarnya, namun begitu ia membukanya, bau anyir tercium olehnya. Anyir darah, dan tubuh seorang perempuan tergolek disana.

Bowo terkesiap. Ia mendekati tubuh tak bergerak itu tanpa menjamahnya, dan mengenalinya sebagai Dewi.

Bowo berteriak. :" Toloooooong.."

Penjaga berlarian kekamarnya, dan polisi pun datang. 

#adalanjutannyaya#

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...