LESTARI PUNYA MIMPI 16
LESTARI PUNYA MIMPI 16
(Tien Kumalasari)
Nugroho hampir masuk ke mobilnya, tapi ketika melihat Janto mendekat kearahnya, Nugroho menunggu.
Mereka berhadapan, saling menatap tajam.
"Ada apa? " tanya Nugroho mendahului menyapa.
"Kamu, boleh jadi telah menyelamatkan isteriku, tapi kamu tidak berhak menngancam aku."
"Mengancam?"
"Kemarin kamu bilang apa? Lupa?"
"Bukan apa-apa sebenarnya, percayalah aku tak akan merebut isteri kamu, tapi aku tidak suka melihat cara kamu memperlakukan Tari. Dia hampir celaka, bukan?"
"Itu bukan urusan kamu!"
"Aku hanya mengingatkan saja, jangan sampai Tari hidup menderita disamping kamu. Jangan khawatir, aku tidak akan merebutnya dari kamu," kata Nugroho sambil masuk kedalam mobilnya, dan menutupkannya keras.
Tapi ketika Nugroho sudah menstarter mobilnya, Janto berdiri didepan mobil itu, dan menggebrak bodi depan mobilnya.
Nugroho melotot, lalu kembali turun.
"Apa mau mu ?"
"Aku minta hentikan perhatian kamu sama isteriku !!"
"Dengar, aku mencintai Tari, walau tidak bisa memiliki. Aku hanya ingin Tari hidup bahagia, itu cukup! Jangan menyiksa dan membuatnya menderita!! Sekarang minggirlah, ada satpam mendekati kita," kata Nugroho lalu kembali naik ke atas mobil.
Kali ini Janto minggir. Ia tak ingin terjadi keributan ditempat umum, apalagi ia benar-benar melihat satpam rumah sakit berjalan mendekat.
Dengan gontai dia kembali ke mobilnya sendiri, menghempaskan tubuhnya dibelakang kemudi dan memacunya pulang.
Kata-kata Nugroho menancap di ulu hatinya, menimbulkan nyeri yang mengiris iris.
***
Sesampai dirumah mertuanya, Janto langsung mandi, berganti pakaian tapi tidak langsung kembali kerumah sakit. Ia merasa sangat letih, lahir batin. Kemudian ia merebahkan tubuhnya diranjang, mencoba memejamkan matanya.
"Mas, nanti aku boleh ikut kerumah sakit?" tanya salah seorang adik Tari yang tiba tiba menjenguk kearah kamar.
"Aku juga boleh kan?" tanya yang lain hampir bersamaan.
Janto membuka matanya dan tersenyum.
"Boleh, tapi mas mau tiduran dulu sebentar ya? Semalaman belum tidur.
"Ya mas... ayo. ayo... keluar dulu, mas Janto biar tidur dulu," katanya sambil mengajak adik-adiknya keluar.
Janto kembali memejamkan matanya. Perasaan tak enak masih merayapi hatinya. Kata-kata Nugroho terus menerus mengahantuinya.
"Dengar, aku mencintai Tari, walau tidak bisa memiliki. Aku hanya
ingin Tari hidup bahagia, itu cukup! Jangan menyiksa dan membuatnya
menderita!"
Janto memijit-mijit kepalanya yang terasa berdenyut. Tak pernah di bayangkannya ada seorang laki-laki yang berterus terang di hadapannya bahwa dia mencintai isterinya. Aduhai.
Janto harus menata hatinya untuk menentukan sikap. Haruskah dia menghajar Nugroho, atau mendiamkannya? Tapi dia hanya ingin melihat Tari bahagia. Lalu Janto menyadari, perbuatannya didepan barbershop itu menunjukkan bahwa dia menyakiti isterinya, membuatnya jatuh dan nyaris celaka, dan itulah yang membuat Nugroho mengira bahwa Tari menderita. Tapi menderitakah Tari? Janto merasa bahwa dia selalu mengasihinya dan menyayanginya. Tapi Janto sama sekali kurang menyadari bahwa mengaitkan banyak hal dengan Nugroho adalah sangat menyakiti isterinya.
Janto tak bisa memejamkan matanya. Ia bangkit dan melangkah keluar.
"Siapa yang mau ikut kerumah sakit?" teriaknya.
"Aku...." teriak adik-adik iparnya.
"Bersiaplah, mas Janto menunggu didepan ya."
"Katanya mau istirahat dulu, "
"Ternyata nggak bisa tidur, lebih baik kerumah sakit saja melihat adik bayi.."
"Asyiiiik..." teriak mereka kegirangan.
***
Siang itu Suci tak bosan-bosannya mondar mandir ke ruang bayi. Walau tidak masuk tapi Suci puas melihatnya dari jendela kaca. Melihat bayi itu bergerak-kerak, terkadang merengek mungkin kehausan.
"Hai... sayang.. ini aku... tante Suci.. cepatlah besar ya.. nanti kita bermain bersama.." sapanya tanpa perduli orang-orang yang lewat memandanginya sambil ikut tersenyum lucu.
Suci terkekeh melihat bayi mungil itu mengejap-ngejapkan matanya dan menggerak-gerakkan bibirnya.
"Hai.. apa kamu ingin menjawab perkataanku? Tapi aku sudah tau apa yang ingin kamu katakan. Tante Suci, aku mau kamu menggendongku... iya kan? Baiklah, kamu harus sabar ya.. begitu pulang dari sini aku akan menggendong kamu kemana-mana... "
Lalu dengan tanpa malu-malu Suci bersenandung... tak gendong.. kemana-mana...Ahaaa.. kali ini Suci juga sambil menggerak-gerakkan tangannya kekiri dan kekanan.
"Suci !! Ngapain kamu !!"
Suci terkejut ketika seseorang menyapa sambil menepuk pundaknya. Ia langsung berteriak kaget.
"Mas Nugrohoooo !!!"
Nugroho tertawa.
"Kamu itu ngapain.. megal-megol disini ?"
"Itu mas, nyanyiin keponakanku. Dia bilang minta gendong sama aku.."
"Ada-ada saja. Oh itu bayinya Tari ?"
"Iya mas, ganteng kan? Kayak mas Nugroho."
"Hush! Masa kayak aku...ya kayak bapaknya dong."
"Lucu bayinya, namanya siapa?"
"Belum tau, nungguin bapaknya lagi pulang, kasihan kecapean semalam nggak tidur."
"Oh ya, kamu sudah makan?
"Tadi makan pagi sudah di belikan mas Janto, tapi ini kan sudah siang."
"Berarti sudah lapar nih..?
Dengan malu-malu Suci mengangguk.
"Ayo makan, dikantin saja yuk.." kata Nugroho sambil menarik tangan Suci kearah kantin.
***
Sesungguhnya Nugroho mengajak Suci makan bukan tanpa maksud. Memang sa'atnya makan siang, tapi itu akan dipergunakannya untuk mencari tau tentang kakaknya.
"Mas Nug tidak ingin bertemu mbak Tari?" kata Suci disela-sela makan nasi soto di kantin itu.
"Ingin, tapi lebih baik tidak usah, nanti aku titip salam saja sama kamu."
"Iya, nanti disampaikan."
"Suci, sesungguhnya aku ingin menanyakan sesuatu."
"Oh ya, tanya aja..."
"Menurutmu, apakah mbak Tarimu itu bahagia?"
"mBak Tari? Maksudnya setelah menikah dengan mas Janto?"
"Ya.."
"Bahagia, kayaknya bahagia tuh, mas Janto kan sangat perhatian sama mbak Tari. Seneng ngelihatnya."
"Oh.. gitu ya?"
"Kenapa mas tanyakan itu?"
Nuhroho sesungguhnya heran, Suci mengatakan bahwa Tari bahagia, bahkan Suci senang melihat kerukunan mereka. Lalu yang dilihatnya didepan barbershop itu? Mangapa Janto begitu kasar pada isterinya, bahkan membuat hayinya lahir paksa dengan operasi padahal belum waktunya.
Suci menatap Nugroho, menunggu jawabannya.
Tapi Nugroho hanya menggeleng, lalu menghabiskan nasi soto yang tinggal beberapa suap lagi.
Nugroho tak ingin mengatakan perlakuan Janto itu. Tapi mengapa didepan keluarganya mereka dianggapnya bahagia? Mungkinkah mereka hanya berpura-pura? Dan Tari tak ingin memperlihatkan kebengisan suaminya didepan keluarganya?
"Mas Nugroho benar-benar tak mau ketemu mbak Tari?"
"Tidak usah, ngak enak sama suaminya."
"Memangnya mas Janto tau kalau mas Nugroho bekas pacarnya mbak Tari?"
"Tahu lah.. "
"Hm.. ya.. tapi harusnya tidak usah cemburu kan mas, bukannya mbak Tari sudah jadi isterinya mas Janto?"
"Harusnya.." gumam Nugroho.
"Apa mas Janto cemburu terhadap mas Nug?"
Nugroho hanya mengangkat bahunya.
"Oh ya, mau nambah?"
"Enggak mas, udah kenyang."
"Kalau begitu ayo, kembalilah kesana, aku juga mau balik saja."
"Mas Nugroho kemari tuh cuma mau nraktir Suci makan dikantin?" tanya Suci heran.
"Hem emh.." kata Nugroho sambil memanggil pelayan dan membayar makan dan minumnya.
Lalu Nugroho Menggandeng tangan Suci dan menariknya keluar dari kantin itu. Mereka berpisah didepan ruang dimana Tari dirawat.
***
Janto menurunkan adik-adik iparnya, dan mengantarkannya keruang rawat Tari. Tapi didepan pintu dia berhenti.
"Masuklah, mas Janto mau ada perlu sebentar," kata Janto sambil membukakan pintu untuk mereka, kemudian dia sendiri kembali kedepan, kearah parkiran.
Beruntung ketika itu Janto tak melihat Nugroho yang menjalankan mobilnya keluar, sehingga bentrokan itu tak terjadi.
Janto keluar dari halaman rumah sakit itu, lalu melaju membelah keramaian lalu lintas disiang hari itu.
Ia berhenti didepan sebuah berbershop, tapi bukan barbershop yang kemarin. Barangkali sungkan karena kemarin menimbulkan suasana tak enak disana.
Janto meminta agar rambutnya dicukur rapi, dan brewoknya dibersihkan sampai wajahnya menjadi licin. Itu kan yang disukai Tari?
Selesai bercukur Janto menatap wajahnya dicermin yang ada disana.
"Hm.. bukankah aku juga ganteng?" gumamnya lirih.
Ia membayar ongkosnya, lalu keluar dan mencari sebuah rumah makan. Keluarga isterinya ada disana dan pasti belum makan.
Janto memesan beberapa nasi bungkus lalu dibawanya kembali kerumah sakit.
Dan orang paling heboh yang meneriaki Janto ketika melihat penampilannya yang lain adalah Suci.
"Haaaa... apa ini benar mas Janto kakak iparku?"
Semua orang menatapnya dan tertawa tawa senang.
Janto tersenyum. Ia menyerahkan bungkusan makanan kearah Suci, lalu mendekati mertuanya dan mencium tangan mereka.
"Bapak, ibu.. ini mas Janto bawa makan siang untuk kita," teriaknya.
"Tapi aku sudah kenyang."
"Memangnya kamu sudah makan?" tanya Janto
"Tadi makan soto sama.....
Suci tiba-tiba teringat pertemuannya dengan Nugroho, dan NUgroho menyiratkan sedikit tentang kecemburuan Janto kepadanya, walau tak begitu jelas. Jadi ia tak harus menyebutkan nama Nugroho dihadapan Janto, padahal tadi sudah bercerita sama Tari dan kedua orang tuanya.
"Tadi makan soto sama siapa? Ulang Janto..
"Makan soto sama kerupuk..." jawabnya seenaknya.
"Sendiri?"
"Nggak, banyak kok temennya..."
Janto tersenyum, Suci selalu bisa membuat orang tersenyum. Kemudian dia mendekati Suci dan mencium keningnya, lalu meraih tangannya dan menggenggamnya lembut.
"Tari, ini wajahku sekarang, seperti kemauanmu."
Tari menatapnya dan tersenyum.
"Bukankah aku juga ganteng?" tanya Janto.
Tapi Tari merasa imbuhan kata 'juga' itu seperti tidak terasa nyaman. Artinya ada si ganteng yang lain. Tapi Janto yang tiba-tiba merasa salah omong, kemudian meralatnya.
"Kan anak kita ganteng, bapaknya juga harus ganteng kan?"
Yang ini Tari bisa menerimanya. Ia tersenyum dan mengangguk. Tari memang belum banyak bicara, tubuhnya masih lemas, biar sorot matanya menampakkan rasa gembira berada diantara keluarganya.
"Tadi perawat menanyakan akan diberi nama apa anak kita," kata Tari pelan.
"Oh, nama.. ya, sudah aku siapkan... bagaimana kalau HARIS ? Haris Harjanto... manis bukan?"
"Apa itu artinya?"
"Artinya adalah pengawal dan pelindung. Ia akan selalu mengawal kamu, dan melindungi kamu."
Tari mengangguk senang.
***
"Mas, mengapa tidak datang menjenguk anak kita Minggu ini ?" tanya Asty hari Minggu itu ketika ternyata suaminya tidak datang.
"Ma'af Asty, lagi sibuk nih."
"Sibuk pekerjaan kantor ya mas?"
"Bukan. Kamu tau nggak, Tari melahirkan."
"Apa? Tari melahirkan? Bukankah kandungannya lebih tuaan aku dari pada dia? Belum ada delapan bulan bukan ?"
"Iya, dia terjatuh, lalu anaknya dikeluarkan paksa dengan operasi."
"Ya Tuhan.... kasihan benar, terjatuh dimana?"
"Dijalan, ketika mereka sedang berjalan-jalan. Kebetulan aku melihatnya." kata Nugroho tanpa ingin menceritakan secara rinci kejadian itu.
"Oh, lalu mas menungguinya?"
"Tidak, tapi aku menghawatirkannya, sehingga aku harus bolak balik kerumah sakit."
"Keadaannya bagaimana ?"
"Baik, tadi harus transfusi darah, kebetulan darahku cocog."
"Jadi mas mendonorkan darah juga untuk Tari?"
"Iya."
Asty terdiam. Apakah ini namanya jodoh terselubung? Raganya tidak bisa bersatu, tapi darahnya mengalir bersama-sama dalam satu tubuh.
"Ya sudah mas, sampaikan ucapan selamat dari saya untuk Tari dan suaminya ya?"
"Ya, kalau bisa ketemu aku sampaikan."
"Memangnya mas tidak ketemu ?"
"Tidak, nggak enak sama suaminya."
"Oh, dia tahu bahwa mas bekas pacarnya ya?"
"Mungkin."
"Ya sudah mas, kalau sempat sampaikan salam saya ya."
***
Seminggu lamanya Tari dan bayinya dirumah sakit. Sekarang Tari boleh menyusukan bayinya. Besok pagi sudah boleh pulang.
Janto sibuk menata kamar Yang disediakan untuk bayi dan ibunya. Ia juga membeli box kecil yang apik untuk anaknya.
Suci sibuk membelikan pakaian-pakaian bayi yang lucu-lucu untuk keponakannya.
"Tapi ini semua nanti dipaket saja ke Pasuruan ya, mobil kita nggak muat untuk segala macam box bayi dan semuanya. Sebenarnya bisa beli disana ya, tapi saking gembiranya aku sekalian beli box bayi itu. Bisakah kamu disini sebulan saja lalu aku jemput, so'alnya aku harus masuk kerja besok lusa. Ijinku hanya seminggu.
"Tapi mas, besok mas tidak usah menjemput saya kembali ke Pasuruan dulu."
"Apa maksudmu?"
"Aku mau tinggal disini dulu bersama keluargaku."
Wajah Janto mendadak menjadi gelap. Bayangan Nugroho kembali menghantuinya.
***
besok lagi ya
Halloow.. mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek nenek :
ReplyDeleteDUDUT Bambang Waspodo Anton Gilang Kakek Habi Tugiman Ngatno Wongso Sukarno Hadi Pri Ops Gianto Wedepye Hermanto
Yustinhar Mastiurni Agifah Umi Bunda Nismah Ranti Rits Wida Dewi Nani Yowa Wia Tiys NurAini Wikardiyanti Jum Dul Meyrha Ting Hartinah Damayanti Hallow Wonosobo Blitar Kediri Malang Sidoarjo Madiun Caruban Surabaya Banyuwangi Bali Pasuruan Bekasi Batang Tangerang Tangsel Jakarta Sawahlunto Pangkalpinang Nias Medan Padang Sragen Wonogiri Jogya Solo
Salam sehat dari Solo. Terimakasih perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harapan dan do'a
Matur buwun Mbak Tien, alhamdulillah eps 16 sdh tayang, selalu penasaran dan ingin tahu kelanjutannya.
DeleteSemoga Mbak Tien selalu dlm lindungan Allah Taala selalu sehat dan tetap berkarya.
Salam sejahtera dari Pangkalpinang.
Halloo juga bunda tien,,semangat pagi,,,mudah²an bunda senantiasa bersemangat dan selalu dilindungi Allah SWT,dalam penyelesaian novel novenya Aamiin.
DeleteHalloow.. mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek nenek :
ReplyDeleteDUDUT Bambang Waspodo Anton Gilang Kakek Habi Tugiman Ngatno Wongso Sukarno Hadi Pri Ops Gianto Wedepye Hermanto
Yustinhar Mastiurni Agifah Umi Bunda Nismah Ranti Rits Wida Dewi Nani Yowa Wia Tiys NurAini Wikardiyanti Jum Dul Meyrha Ting Hartinah Damayanti Hallow Wonosobo Blitar Kediri Malang Sidoarjo Madiun Caruban Surabaya Banyuwangi Bali Pasuruan Bekasi Batang Tangerang Tangsel Jakarta Sawahlunto Pangkalpinang Nias Medan Padang Sragen Wonogiri Jogya Solo
Salam sehat dari Solo. Terimakasih perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harapan dan do'a
Sslamat siang buk Tien sayang, tangerang sabar menanti kelanjutannya....
DeleteSalam sehat selalu ๐๐๐๐๐
aku dari garut jawa barat. salam ..buat.emba Tien kumalasari .aku selalu membaca cerbungnya . dan terima kasih efisod. yg baru saja tetbit. . dan kutunggu efisod. selanjutnya. .
ReplyDeleteMaturnuwun mbk Tien
ReplyDeleteRaganya tidak bisa bersatu, tapi darahnya mengalir bersama-sama dalam satu tubuh,Ahaaaiiii....
Luar biasa mbk Tien
Salam sehat
Mksh mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
akhirnya yg di tunggu2 muncul jg...trima kasih bu Tien...smoga sll sehat
ReplyDeleteMatur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, LPM episode 16 sudah tuntas dibaca.
ReplyDeleteAdem rasanya, gak ada yg berantem. Tapi kalau gak ada yg berantem gak seru.. Hehehehe. ..
Salam sejahtera ya mbak Tien..
Besok lagi yaaaa....
akhirnya yg di tunggu2 muncul jg...trima kasih bu Tien...smoga sll sehat
ReplyDeleteTerimakasih.. Mbak Tien... Salam sehat dr Sawahlunto SUMBAR...
ReplyDeleteBu Tien hebat..dr td sy nunggu bolak balik buka hp kaya nunggu lamaran datang..wkwkwk.
ReplyDeleteTapi ada bberapa kekeliruan (kata) maaf saya ga paham istilahnya dalam penulisan novel.
Contoh: salam untuk Tari dan istrinya..
Makin seru nih mba Tien. Ditunggu lanjutannya. Salam sehat mba Tien
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien..
ReplyDeleteMakin seru dan bikin penasaran..
Salam sehat dari Bekasi
Akhirnya ...
ReplyDeleteYg ditunggu darang juga
Matur nuwum bo Tien
Salam dr komunitas cerbung cilacap
Halo mbak Tien akhir ya terbit jg yg setiap hr aku intip. Sehat sll unt mbk tien..salam dariku di Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
ReplyDeleteManteb dech ceritanya, nggak tahan nunggu esok, kadang pas break kerja, baru bisa baca๐
ReplyDeleteMaaf, sebetulnya saya sdh lama mengikuti semua cerita bersambung karangan Mbak Tien, semoga Mbak Tien sekeluarga sehat selalu dan dapat melanjutkan cerita yg menarik, salam dari Bogor....
ReplyDeleteAlhamdulillah, yang ditunggu tunggu ahirnya datang juga. Makasih Mba Tien,sehat slalu. Dari Kuningan setia menunggu episode berikutnya....
ReplyDeleteWoww...akhirnya LPM16 datang juga, hati penggandrung ini nyessss. Bu Tien luar biasa, walau ada salah kata bisa kupahami. Tetap sehat semangat dan produktif terutama cerbungnya. Salam dari Yustinhar Priok...
ReplyDeleteWoww...akhirnya LPM16 datang juga, hati penggandrung ini nyessss. Bu Tien luar biasa, walau ada salah kata bisa kupahami. Tetap sehat semangat dan produktif terutama cerbungnya. Salam dari Yustinhar Priok...
ReplyDeleteAlhamdulillaaaah Lestari sdh dtg, smg sehat sll bersama klg kecilnya... suwun mba Tien. Salam sehat dan setia sll dr Bekasi
ReplyDeleteMksh mb tien, akhirnya eps 16 muncul...pgennya beberapa eps...mb tien,sehat selalu njih...tetap semangat berkarya...karena penggemarmu dah bertambah banyak...
ReplyDeleteKlo saja saya bisa ta bantuin biar segera terbayar penasarnnya tumbeeeen ini LPM 17 jam segini kog belum muncul yaaa sehat selalu mb tien
DeleteSalam dari Sidoarjo bu tien smg sehat selalu ditunggu lanjutan nya selalu buuรนu
ReplyDeleteAlhamdulillah Tari sudah muncul, terimakasih Bu Tien... Salam sehat dari Yogya. ๐
ReplyDeleteAlhamdulillah cerbungnya udh nongol...maunya ceritanya agak panjang dikit๐
ReplyDeleteSalam LESTARI RAHAYU Mbak Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah trimakasih Bu Tien.. Semakin gemeeees pinisirin trs hehehe.. Smoga Bu Tien ttp sehat dan ttp semangat dlm berkarya, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
ReplyDeleteDitunggu tunggu akhirnya tayang juga LPM16, manis seru, penuh greget.. gregetan sama Janto yg cemburuan.. gregetan sama tari yg GK mau bilang ke Janto kalau dia tidak suka selalu ngomongin Nugroho... Keren abis mba Tien... Sukses terus dan selalu dinanti episode selanjutnya...
ReplyDeleteTerimakasih MBK Tien salam sehat untuk kita semua Wida Pati hadiiir
ReplyDeleteMb bolak balik buka hp kok blm ada LPM 16 tyt bgtu buka sdh banyak yg komen... Smg Janto positif thinkingb ya mb Tien? Jgn dibikin KDRT batin nanti jd Catatan Hati Seorang Istri... Ditunggu LPM 17 nya mb Tien...
ReplyDeleteAkhirnya ... Mtr nuwun Bu Tien ... ๐น๐น๐น
ReplyDeleteMakasih mbak tien salam sehat dari wngr
ReplyDeleteJanto cemburuan banget.. payah...
ReplyDeleteMakasih bu Tien..
Semoga selalu sehat
Jeng tien terima kasih cerbungnya
ReplyDeleteSalam sehat
ุงูุณَّูุงَู ُ ุนََُْูููู ْ َูุฑَุญْู َุฉُ ุงِููู َูุจَุฑََูุงุชُُู
ReplyDeleteSemoga jeng Tari unt # 17 bisa keluar lebih awal tdk spt #16 kemarin yaa bunda Tien..mhn maaf salam Tahes Ulales dr Jogya ....lanjuuut..
Terimakasih bu Tien. Salam sehat selalu dari Magelang.
ReplyDeleteAssalamualaikum bbak Tien....sy fans baru cerbung mbak Tin dr Situbondo Jawa Timur, sy suka alur cerita serta bahasa penulisannya yg sederhana dan santun, terus berkarya ya mbak Tien...moga Allah mencatat amal kebaikan mbak Tien dg membetikan hiburan pd saat pandemi yg menakutkan sprti saat ini dg karya2 mbak Tien...semoga pandemi ini segera berakhir....aamiin
ReplyDeleteSaya beerharap cerbung SPM ini bisa terbit sehari dua episode pagi & sore, sebenarnya kagok sih baca cerbung sehari satu episode mah.
ReplyDeleteSemoga mba Tien berkenan memposting SPM ini sehari 2x.
Terima kasih mba Tien
Tetap semangat unt berkarya
Salam sehat
Tuhan memberkati
Selamat pagi mba Tien
ReplyDeleteSemoga sehat selalu sehingga terus berkarya dengan baik.
Punten mba Tien jika memungkinkan cerbung SPM ini bisa terbit pagi dan sore biar bacanya ga kagok
Hatur nuhun mba Tien
Salam sehat
Tetap semangat
Tuhan memberkati
Hallow Yustikno. Saya kan masih bekerja. Menulis ini hanya sampingan. Jadi tidak bisa pagi sore. Sabar ya..
DeleteHallow Yustikno. Saya kan masih bekerja. Menulis ini hanya sampingan. Jadi tidak bisa pagi sore. Sabar ya..
DeleteOk mba Tien jika tdk memungkinkan juga ga apa kok mba, dan tentu saya sangat bersabar menanti bergantinya hari unt segera menyambut LPM episode demi episode.
ReplyDeleteSelamat beraktifitas dan berkarya mba Tien
Salam sehat
Tetap semangat
Hormat saya
Hatur nuhun
Makasih mbak Tien sungguh senang baca Ya, terdapat adab sopan santun dalam Bahasanya sangat cocok buat Semua umur. Salut sama mbak Tien.... Tetap Semangat berjaya
ReplyDeleteMenunggu LPM 17....
ReplyDeleteBlm adakah ep. 17?
ReplyDeleteJam makan begini enaknya bukan merokok tapi baca cerbung LPM episode 27, ditunggu mba Tien
ReplyDeleteKejauhaan ๐๐๐
DeleteLPM 17 mana ya....
ReplyDeleteGa datang2
Menunggu episode 17
ReplyDeleteEpisode 17 sehaaaat kan mba Tien aq menunggumu๐
ReplyDeleteTangsel hadir .....menyimak ....menunggu LPM 17 ......salam sehat mbak Tien ......
ReplyDeletesehat selalu tuk bu Tien,next bu
ReplyDeleteBolak-balik buka blog mbak Tien....nunggu LPM 17....mbak Tien lagi bnyk tugas di kantor ya...moga selalu diberikan kesehatan
ReplyDeletewajah gelap, segelap cemburu Janto .... kekurangan Janto lama2 mengecewakan ... semoga tidak berlanjut sesal
ReplyDeleteSabar yaa.. LPM episode 17 OTW...
ReplyDeleteTunggu aja.. OTW.. Ojo Takon Wae..
Xixicixixi...
xi xi xi
DeletePenisirin
Kok comment Saya has been cancelled. .??
ReplyDeleteSabar ya teman²... LPM episode 17 OTW..
ReplyDeleteTunggu aja... OTW, Ojo Takon Wae....
Xixicixixi..
Salam seroja buat mbak Tien..
Sy suka cerbung karangan mbk Tien Kumalasari...bahasa mudah dimengerti, alur cerita urut..pokoknya suka hehe..
ReplyDeleteSalam kenal fari Trenggalek mbk Tien..selamat berkarya yg lbh seru
Ikan lele ikan nila
ReplyDeleteEnak dimakan dengan sambel pedas
Duduk manis bersiap tuk membaca
Menunggu episode ke tujuh belas
Salam dari Nias Bu Tien ๐ค๐ค
Assalamu'alaikum....
ReplyDeleteCeritanya seru, cuman saya masih mereka" arti kata kompilasi apa yaa, kok saya ngga nyambung srtiap ada kompilasi๐๐๐
Saya org SBY asli jd belum ngeh dengan kata kompilas