Saturday, July 26, 2025

MAWAR HITAM 24

 MAWAR HITAM  24

(Tien Kumalasari)

 

Dewi menatap Satria yang seperti sedang  memikirkan sesuatu. Apakah Satria menemukan orang yang membencinya?

“Sat, apa yang terpikirkan oleh kamu?”

Satria ingin mengatakannya, tapi diurungkannya. Ia juga menyimpan sebuah rahasia tentang Sinah, tapi Andra wanti-wanti agar dia tidak membukanya sekarang ini. Jadi betapapun inginnya bercerita, dia memilih untuk menahannya.

“Tidak ada. Maksudnya belum ketemu. Sejauh ini aku tak pernah mendengar ada orang yang membencimu.”

“Terkadang ada sebuah kesalahan yang kita tidak merasakannya.”

“Separah itukah balasan untuk sebuah kesalahan yang mungkin kamu lakukan? Tidak Dewi, kamu gadis yang baik, bahkan terhadap semua orang. Tak ada yang membuat orang membencimu.”

“Ada kalanya, orang sudah berbuat baik, tapi tetap saja ada orang yang membencinya.”

“Ya, tentu saja ada. Itu adalah orang yang barangkali iri hati, merasa kalah, atau karena dengki, dan sebagainya. Dan pelaku kejahatan itu adalah mungkin salah satu dari yang aku sebutkan itu.”

“Iya ya Sat.”

“Karena itu kamu harus berhati-hati. Jangan sembarang mempercyai orang, apalagi yang kamu belum kenal sebelumnya.”

“Iya Sat, aku kira namanya ingin menolong, ya tulus dalam keinginannya, siapa tahu ada maksud jahat. Tapi sebenarnya aku ingin tahu sih, aku tuh maunya akan diapakan? Aku kan tidak membawa apa-apa yang berharga. Ketika aku katakan itu pada dia, dia bilang tidak ingin harta, tapi ingin diriku. Ada apa sebenarnya?”

“Jadi dia bilang begitu?”

“Iya.”

“Berarti dia ingin mencelakai kamu. Mulai sekarang ingat kata-kataku, selalu berhati-hatilah, dan jangan gampang percaya kepada siapapun.”

“Aku juga tidak menyangka, rupanya tukang becak itu juga bersekongkol. Buktinya dia tiba-tiba nyasar, lalu ketika dia berhenti dan mengatakan bannya gembos, tiba-tiba orang bersepeda motor itu datang lalu terjadilah hal itu.”

“Bagaimana kalau kamu setiap hari tidak naik becak?”

“Ada sih, sepeda motor, tapi aku males membawanya.”

“Itu hal terbaik yang harus kamu lakukan. Daripada kamu naik becak yang entah dia baik atau jahat.”

“Aku kira kamu benar, aku tidak boleh percaya kepada sembarang orang.”

Sampai kemudian pulang karena hari semakin sore, Satria belum ingin mengatakan tentang Sinah dan Mawar.

***

Pagi hari itu Andira  sudah bangun, lalu membantu simbok mengaduk coklat susu yang sudah disiapkan sebelumnya oleh simbok.

“Biar saja simbok, Nyonya. Kaki Nyonya kan masih sakit?”

“Mulai sekarang aku ingin melayani suami aku. Sudah berhari-hari sejak kepulanganku dari rumah sakit, mas Andra selalu pulang ke rumah. Sore hari juga sudah sampai di rumah, jadi aku ingin melayani sepenuh hati. Biarpun hanya sekedar mengaduk minumannya, lalu simbok yang membawa ke depan,” kata Andira yang kemudian mendahului melangkah pelan dengan walkernya.

“Hati-hati, Nyonya,” kata simbok yang membawa nampan di belakangnya.

“Aku bangunkan mas Andra dulu, nanti kesiangan masuk ke kantornya.”

Lalu dengan tertatih Andra masuk ke kamarnya, dan mendekat ke ranjang, dimana sang suami masih tergolek sambil memeluk guling.

“Mas, bangun Mas … sudah siang, nanti terlambat ke kantor lhoh,”

Andra menggeliat. Ia tersenyum ketika membuka matanya, melihat Andira berdiri di sebelahnya. Ia meraih tubuhnya dan didekapnya erat. Rasa sesal kembali memenuhi dadanya. Istrinya sebenarnya sangat mencintainya, lalu dia menodai cinta itu dengan perbuatan yang membuatnya terjerumus dalam sesal yang berkepanjangan.

“Maas, sudah, nanti aku tidak bisa bernapas.”

“Aku ingin minta maaf sama kamu,” tiba-tiba kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

“Mengapa tiba-tiba Mas meminta maaf?” katanya sambil menarik tubuh suaminya agar segera bangun.

Ada yang ingin diucapkannya, tapi ketakutan kembali menderanya. Apakah ia harus mengatakannya sekarang? Ia ingat apa yang dikatakan Satria, bahwa kalau ia ingin terlepas dari pemerasan itu, maka ia harus memberanikan diri untuk berterus terang kepada istrinya, juga kepada mertuanya. Tapi di mana keberanian itu bersembunyi?

“Bangun dan minum dulu coklat susu buatan aku.”

“Kamu yang membuat?”

“Tiap hari aku yang membuat lhoh, simbok hanya membawanya ke depan.”

“Pantas rasanya beda.”

“Itu coklat susu dengan aroma cinta,” kata Andira sambil menyandarkan tubuhnya ke dada sang suami, yang membuat sang suami hampir terjengkang ke belakang.

Andira terkekeh.

“Cuma begitu saja, Mas hampir terjatuh.”

“Kamu lupa, kalau tubuhmu sebesar gajah?”

“Iya, maaf. Setelah ini aku janji, akan diet ketat, benar … beberapa bulan lagi aku pasti sudah langsing dan cantik.”

“Baiklah, sekarang ayo kita nikmati coklat susu buatan kamu.”

Andra turun dari ranjang, lalu menuntun istrinya keluar dari kamar, menuju ke ruang tengah. Ketika sang istri duduk, Andra pamit untuk membersihkan diri ke kamar mandi.

Simbok menghidangkan pisang goreng yang masih mengepul. Senang sekali melihat tuan dan nyonya majikannya saling bersikap manis akhir-akhir ini.

“Lho, simbok nggoreng pisang juga?”

“Iya, pisang yang simbok beli dua hari yang lalu baru masak, lalu simbok goreng, kan ini kesukaan Nyonya.”

“Iya benar, sudah lama aku tidak makan pisang goreng.”

Tapi ketika simbok mengeluarkan beberapa toples keripik cemilan dan diletakkan di meja, Andira meletakkannya kembali ke atas nampan.

“Mbok, bawa kembali cemilan ini, aku tidak mau ngemil.”

Simbok tersenyum senang.

“Benarkah?”

“Ketika keluar dari rumah sakit, hasil kolesterol dan asam uratku tinggi, aku mengurangi kesukaanku sedikit demi sedikit.”

“Simbok jadi menyesal sudah menggoreng pisang ini, tahu begitu simbok rebus saja Nyonya.”

“Eh, jangan kalau ini. Aku kan suka.”

“Nyonya bagaimana, katanya kolesterol dan asam urat tinggi, jadi kan harus mengurangi goreng-gorengan.”

“Kamu itu bagaimana, aku kan bilang akan mengurangi, jadi tidak berhenti sama sekali.”

Simbok terkekeh geli. Ternyata berat menghentikan makanan kesukaan.

“Jangan mentertawai aku dong Mbok, aku sudah mengurangi cemilan. Pisang gorengnya biar saja dulu, besok-besok kalau beli pisang baru direbus.

“Baik Nyonya.”

Simbok ke belakang sambil membawa beberapa toples yang maksudnya disediakan di meja, karena biasanya sang nyonya suka ngemil.

“Mengapa dibawa kembali Mbok?” tanya Andra yang baru keluar dari kamar.

“Nyonya mengurangi makan cemilan, saya disuruh membawanya kebelakang lagi.”

Andra tertawa, lalu duduk di dekat istrinya, meletakkan ponsel di meja, lalu menyeruput coklat susu yang tersedia, dengan nikmat.

“Ada pisang goreng juga, baunya wangi,” katanya sambil mencomot sepotong pisang yang masih hangat.

“Simbok menggorengnya, tapi besok-besok kalau beli pisang lagi aku suruh merebus saja. Bukankah aku harus mengurangi gorengan?”

Andra mengangguk-angguk sambil mengunyah pisang gorengnya.

“Kamu serius, mau diet ketat?”

“Iya, kalau aku sudah bisa berjalan aku mau mengikuti olah raga khusus untuk perempuan gendut, dan menjalani diet yang dianjurkan.”

“Tapi tidak usah terlalu bersemangat, pelan-pelan saja. Nanti kebablasan malah bisa jadi sakit.”

Tiba-tiba ponsel Andra berdering. Wajah Andra langsung muram. Dari Sinah.

“Nanti bicara di kantor saja,” katanya singkat, lalu menutup ponselnya dan meletakkannya kembali di meja.

“Mas kelihatan marah?”

“Tidak, hanya kesal. Masalah pekerjaan tidak harus dibicarakan di rumah kan.”

“O, tadi dari kantor?”

“Orang kantor, membuat aku kesal saja.”

“Mas harus segera mandi dan sarapan, lalu berangkat ke kantor.”

“Iya, baiklah, aku mandi dulu,” katanya sambil berdiri.

Andira segera memerintahkan simbok agar sarapan segera disiapkan,

“Tampaknya ada hal penting di kantor Mbok, sehingga mas Andra harus segera berangkat pagi-pagi," katanya sambil membantu menata piring-piring di meja, sedangkan simbok menghidangkan sarapan pagi yang sejak tadi sebenarnya sudah disiapkan.

***

Sesampai di kantor, Andra berpapasan dengan Satria. Andra menanyakan, mengapa kemarin Satria buru-buru pulang.

 Satria hanya tersenyum, tapi kemudian dia ikut masuk ke ruangan Andra, lalu duduk di hadapan meja kerjanya.

“Kemarin saya cari pak Satria, ingin ngobrol, tapi kata pak Asmat, pak Satria pulang buru-buru setelah mendapat telpon, entah dari siapa. Pacar?”

“Bukan, telpon dari bekas dosen saya. Ia mengatakan Dewi hampir diculik orang.”

“Dewi itu pacar pak Satria?"

“Ya, begitulah.”

“Hampir diculik orang?”

Lalu Satria menceritakan semuanya, membuat Andra heran.

“Apa mereka mau merampok?”

“Tidak, katanya dia tidak ingin hartanya, tapi orangnya.”

“Waduh, siapa yang mau melakukan hal itu?”

“Saya juga heran.”

“Apakah pak Satria mencurigai sesuatu?”

“Saya takut mengatakan karena belum tahu secara jelas. Saya hanya berpesan supaya dia hati-hati.”

“Siapa yang harus hati-hati?” tiba-tiba Sinah muncul di ruangan itu, mengejutkan Andra dan Satria.

“Pak Andra, saya permisi dulu, karena ada bu Mawar,” kata Satria sambil berdiri.

“Mas Satria, mengapa pergi? Kita akan menjadi rekan kerja, lebih baik kita berbincang bersama.”

Satria menahan senyumnya. Ia heran, perempuan tak tahu tata krama dan sangat tak tahu malu ini ingin menjadi karyawan pak Andra? Satria hanya berharap agar Andra segera mengakhiri semuanya.

“Saya permisi dulu, pak Andra,” kata Satria tanpa menghiraukan kata-kata dari Sinah.

“Nanti kita bicara lagi, pak Satria.”

Satria hanya mengangguk, kemudian berlalu.

“Siapa yang harus berhati-hati?” tanya Sinah.

“Bukan urusanmu!”

“Ya ampun, bicaralah yang manis.”

“Kalau kamu kemari, berpakaianlah yang lebih sopan.”

“Pakaian aku ini? Bukankah ini sangat menarik? Aku bukan perempuan kuno yang tak bisa memperbaiki dandanan aku, walaupun pendidikanku tidak tinggi, tapi aku harus menjaga penampilan.”

“Jangan bicara seenaknya. Menjaga penampilan tidak harus berpakaian norak seperti itu. Pakaian seperti itu tidak sopan bagi kantor ini. Kamu lihat semua karyawan wanita, tak ada yang seperti kamu.”

“Nanti dulu, jangan bicara tentang pakaian aku. Kapan aku boleh masuk bekerja? Bukankah juragan Sunu sudah pulang dan tidak ada kendala kalau aku masuk kemari setiap waktu? Kecuali kalau kamu tidak ingin menerima aku, maka sekalian juragan Sunu akan aku beri tahu semuanya.”

“Berhentilah mengoceh, dan duduk dengan sopan.”

“Baiklah, di sini kamu pimpinan. Kamu boleh memerintahkan apa saja kalau aku sudah menjadi karyawan.”

“Kamu boleh mulai kapan saja. Apa yang bisa kamu lakukan?”

“Bukankah aku berpengalaman dalam bidang keuangan? Terbukti aku bisa mengelola perusahaan aku sendiri. Rumah Makan Mawah Hitam, punyaku bukan?”

 “Maksudmu, kamu mau aku tempatkan dibagian keuangan?”

“Hanya itu yang aku mampu. Bagaimana?”

“Pulanglah dan kembali kemari dengan pakaian seperti yang tadi aku sarankan,” katanya dingin.

Sinah hampir bersorak kegirangan. Tapi dengan isyarat mengibaskan tangannya, Andra menyuruhnya segera pergi.

Sinah berdiri, keluar ruangan sambil tersenyum, tapi bukannya keluar, dia justru pergi ke arah belakang, mencari ruangan keuangan. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung saja masuk, membuat semua yang ada di ruangan itu melotot kesal.

“Selamat pagi. Saya karyawan baru di sini, tapi belum hari ini masuknya. Baru besok pagi. Senang sekali bertemu pak Satria, Anda tidak lupa pada saya bukan, saya Mawar. Dulu pemilik rumah makan Mawar Hitam, tapi sementara ini saya merangkap menjadi pegawai keuangan di sini. Mas Andra menyuruh saya masuk besok pagi.”

Tak ada yang menjawab. Bahkan Satria kemudian sudah memainkan jari tangannya diatas key board laptopnya.

Tiba-tiba ponsel Sinah berdering. Wajah Sinah gelap seketika.

“Mengapa baru sekarang bilang? Bodoh! Mengapa memakai sepeda motor? Tunggu dulu. Temui aku di rumah. Dasar bodoh. Bodoh. Bodoh!!”

Tanpa sadar berbicara di mana, Sinah terus saja marah-marah, kemudian setelah beberapa saat barulah ia keluar dari ruangan.

Satria yang mendengar pembicaraan itu mulai menduga-duga.

***

Besok lagi ya.

47 comments:

  1. Alhamdulillah MAWAR HITAM~24 telah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga tercinta.
    Aamiin YRA 🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  2. Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 24" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan juga Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲

    Salam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai aduhai

      Delete
  3. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 24 " sudah tayang
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  4. Alhamdulillah "Mawar Hitam" Eps 24 sdh hadir.
    Matur nuwun Bu Tien🙏
    Sugeng ndalu, mugi Bu Tien & kelg tansah pinaringan sehat 🤲

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah "Mawar Hitam" Eps 24 sdh hadir.
    Matur nuwun Bu Tien🙏
    Sugeng ndalu, mugi Bu Tien & kelg tansah pinaringan sehat 🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Sis
      Sugeng dalu

      Delete
  6. Alhamdulillah eMHa_24 sdh tayang ...
    Matur nuwun Bu Tien, semoga Bu Tien dan Pak Tom sehat selalu dan selalu sehat. Bahagia, sejahtera bersama keluarga.
    Aamiin ....🤲🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun mas Kakek

      Delete
  7. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat dan bahagia bersama anak dan cucu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  8. Alhamdulillah Mawar Hitam 24 dah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien dan pal Tom Widayat sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai hai hai

      Delete
  9. Terima ksih MH 24 nya bunda..slmt mlm dan slm istrhat..slm seroja unk bunda sekeluarga🙏🥰❤️🌹

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun Bunda Tien , semoga tetap sehat , barokalloh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Yulian

      Delete
  12. Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 24...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin

    Nah loh...Sinah membuka aib nya sendiri di depan Satria. Satria jadi curiga berat.

    Andra hrs segera curhat ke Andira dan menceraikan Sinah.
    Selanjut nya laporkan dia ke Polisi krn telah melakukan pemerasan thd dirinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  13. Matur nuwun Bu Tien, selamat berakhir pekan dg keluarga tercinta.....

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah..... terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Susi

      Delete
    2. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Yati

      Delete
  15. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien ...❤️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete

  16. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *MAWAR HITAM 24* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  17. Tks Bu Tien, mawar nya hitam. Satu langkah dg saksi2 laporkan ke polisi, 1. Pemerasan kepada suami. 2. Berusaha mencelakai orang ....

    ReplyDelete
  18. Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Ninik

      Delete
  19. Alhamdulillah,semoga rencana jahat Sinah gagal terus, segera terbongkar rahasianya, Anra akn bahagia dng Andira,.....salam buat Bu Tien, sehat dan bahagia selalu dng Kel tercinta Bu Tien....🙏❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Tatik

      Delete
  20. 🧡🌻🧡🌻🧡🌻🧡🌻
    Alhamdulillah 🙏💐
    Cerbung eMHa_24
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien & kelg
    sehat terus, banyak berkah
    & dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🤲. Salam seroja😍
    🧡🌻🧡🌻🧡🌻🧡🌻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari
      Aduhai

      Delete
  21. Harusnya Mawar dijadikan OB ajah biar gak dekat Satria ....

    ReplyDelete
  22. Rahasia sendiri mau dibuka sendiri...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete