Tuesday, April 4, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 12

 

CINTAKU BUKAN EMPEDU  12

(Tien Kumalasari)

 

Bu Candra menggamit lengan suaminya. Ia melihat sesosok yang dikenalnya, calon pengantin yang kabur dengan membawa harta anaknya.

“Itu kan Narita? Mengapa berpakaian butut seperti itu?”  kata bu Candra.

“Rupanya Alfi sudah menemukannya. Mengapa tidak bilang sama aku?” tegur pak Candra sambil terus menatap Aliyah.

Yang ditatap merasa serba salah. Lagi, ada orang mengira dirinya Narita. Aliyah kesal mengatakan siapa dirinya. Ia hanya terdiam, sambil menoleh ke arah Alfian, yang tadi memanggilnya dengan nama ‘Aliyah’.

Farah sudah langsung ke belakang, menyiapkan hidangan untuk tuan sepuh yang pagi-pagi sudah datang berkunjung.

“Alfi, apa maksud semua ini?” tegur ayahnya tak senang.

“Mengapa kamu membohongi kami, dengan mengatakan bahwa Narita belum ketemu? Itu apa, ketahuan kan kebohongan kamu?” sambung ibunya.

Alifian mendekati kedua orang tuanya dan mempersilakannya duduk.

“Maaf, Pak, Bu. Tadinya Alfi mengira bahwa Alfi sudah menemukan Narita. Sudah sejak kemarin pagi Alfi menemukan gadis itu.”

“Tapi ketika bapak menelpon, kamu bilang belum ketemu kan?”

“Begini Pak. Tadinya, Alfi ingin mengorek keterangan dia, dan Alfi baru akan mengatakan pada Bapak, kalau dia sudah mengaku.”

“Dan sekarang sudah mengaku?”

“Dia bukan Narita.”

Pak Candra dan bu Candra menoleh lagi ke arah Aliyah yang masih terpaku di depan pintu, tak tahu harus berbuat apa. Tapi dia senang ketika Alfian mengatakan bahwa dirinya memang bukan Narita. Entah malaikat mana yang membisikinya.

“Wajahnya memang persis, suaranya hanya mirip-mirip, tapi menurut Alfi waktu itu, suara bisa saja dibuat-buat, seperti ketika menurut Alfi saat itu, Narita menyamar sebagai gadis kumuh yang sedang berbelanja.”

“Tunggu … tunggu … ibu kok kurang jelas mendengar cerita kamu,” sela bu Candra.

“Jadi ceritanya, kemarin ketika Alfi dan Kirman sedang berputar-putar, tiba-tiba melihat dia, sedang membawa belanjaan,” kata Alfi sambil menunjuk ke arah Aliyah.

“Langsung saja Alfi mendekatinya, dan memaksanya masuk ke dalam mobil, Alfi bawa pulang, dan Alfi sekap di kamar kosong,” lanjutnya.

“Ternyata dia bukan Narita?”

“Alfi sudah menghajarnya, memaksanya bicara, walau dia bersikukuh bahwa dirinya bukan Narita. Tapi malam tadi, ketika Alfi kembali ingin memaksa dia bicara, Alfi melihat ada tanda lahir di pergelangan tangan dia. Alfi baru sadar, bahwa Alfi salah menangkap orang.”

“Oh, jadi benar, dia bukan Narita?”

“Narita tidak punya tanda lahir di situ. Kemari, Aliyah,” kata Alfian sambil melambaikan tangan ke arah Aliyah. Tapi Aliyah tak bergerak. Ia sudah tahu bahwa Alfi sudah menyadari bahwa dirinya adalah Aliyah, tapi Aliyah masih khawatir, kalau Alfi melakukan hal buruk lagi terhadapnya.

“Aliyah, kemari, aku tidak akan menyakiti kamu lagi,” Alfi berkata dengan sangat lembut.

Dengan kaki terpincang-pincang, Aliyah mendekat, dengan perasaan masih ragu.

“Jangan takut. Coba tunjukkan tanganmu, sini.”

Aliyah mengerti, karena tanda lahir hitam kebiruan yang ada di tangannya itulah yang membuat Alfian mengerti bahwa dirinya bukan Narita. Maka dia segera mengangkat tangannya, menunjukkan tanda lahir yang terlihat samar di atas pergelangan tangannya.

“Narita tidak punya tanda itu, jadi maksud Alfi, Alfi akan menyuruh Kirman agar mengantarkan Aliyah pulang.”

Aliyah hampir bersorak ketika tiba-tiba terdengar suara pak Candra keras.

“Jangan! Jangan dulu mengantarkannya pulang.”

“Apa maksud Bapak?” tanya Alfian heran.

“Tadinya, aku dan ibumu akan minta pada Farah, agar dia menggantikan Narita di pelaminan.”

“Apa?” Alfian sangat terkejut.

“Itu satu-satunya jalan agar perhelatan yang akan kita adakan dua hari lagi itu tidak membuat kita malu. Tapi melihat gadis ini, rasanya dia lebih cocok menjadi pengantin pengganti.”

“Apa?” Alfian semakin terkejut. Apalagi Aliyah.

“Apa? Aku akan dijadikan pengantin pengganti?” kata Aliyah dalam hati. Sangat kecewa rasanya ketika menyadari bahwa dia urung pulang karena kemauan kedua orang tua Alfian.

“Aku tidak membatalkan undangan yang tersebar, karena masih mencari jalan keluar. Dan sekarang, kamu, eh … siapa namamu?” tanya pak Candra lembut, membuat Aliyah merasa nyaman.

“Saya … Aliyah, tuan.”

“Hei, jangan panggil aku tuan. Aku ini pak Candra. Candra Atmaja, dan dia istriku. Kami adalah orang tua Alfian. Kamu tahu, gara-gara Narita kabur, sementara undangan sudah tersebar, kami akan mendapat malu. Tapi rupanya Tuhan menurunkan malaikat penolong, yaitu kamu. Jadi aku mohon, bersedialah menjadi istri Alfian, hanya untuk sementara saja, nanti setelah semuanya selesai, kamu baru boleh pulang,” kata pak Candra panjang lebar.

“Mau ya, Aliyah. Kamu gadis yang baik, pasti mau menolong kami.”

Alfian diam terpaku, sementara Aliyah juga tak mampu mengatakan apa-apa. Ia mencoba memaklumi situasi yang akan membuat keluarga orang yang sudah menyakitinya itu mendapat malu karena batal ada pernikahan. Tapi hati kecilnya menolak, tak bisa membayangkan dirinya menjadi pengantin, tiba-tiba pula. Aduhai.

“Kami akan memberikan imbalan untuk itu, Aliyah. Uang yang banyak. Berapapun kamu mau. Seratus juta, dua ratus, atau satu milyar?” sambung pak Candra lagi.

Aliyah sangat terkejut. Ia belum pernah melihat uang sejuta sekalipun, apalagi ratusan juta, milyard? Milyard itu seberapa? Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Aliyah gadis sederhana yang tak akan tergiur oleh harta.

“Tidak … tidak … saya tidak mau uang.”

“Lalu kamu mau apa? Rumah? Mobil?” sambung bu Candra. Dibalik pintu, Farah sedang mendengarkan perbincangan itu, ia membawa nampan berisi minuman, tapi berhenti beberapa saat lamanya karena tampaknya sedang ada perbincangan seru. Ia juga mendengar, bahwa gadis itu memang bernama Aliyah, setelah sang majikan melihat tanda lahir di tangannya.

“Tidak ,,, tidak … saya tidak mau apapun,” katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Alfian heran, melihat orang tidak mau diberi harta. Beda ya, Narita dan Aliyah. Narita yang belum-belum sudah minta perhiasan, permata yang indah dan mahal. Sedangkan Aliyah, diberi pun tidak mau. Apakah benar, dia malaikat yang diturunkan bagi penolong keluarganya? Alfian juga merasa belum sempat meminta maaf pada Aliyah, karena ketika dia mau mengatakannya, keburu kedua orang tuanya datang, lalu berbicara tentang pernikahan, setelah mengetahui bahwa dia salah orang.

Pak Candra dan bu Candra saling pandang. Uang, rumah, mobil, ditolaknya? Apapun tidak mau, katanya?

“Aliyah, tapi kami butuh pertolongan kamu, itu sebagai imbalannya,” kata pak Candra.

Aliyah tak sampai hati menolak permintaan pak Candra dan istrinya, tapi apa Alfian mau, punya istri gadis kumuh seperti dirinya. Serta merta Aliyah menatap ke arah Alfian. Laki-laki itu tak lagi tampak seperti serigala kelaparan. Matanya berubah lembut dan senyuman tersungging di bibirnya.

“Apa kamu mengira Alfian akan menolak? Dia yang akan diuntungkan kalau kamu bersedia, Aliyah. Kami keluarga terhormat, undangan sudah tersebar, Alfian juga tak mau menanggung malu.”

“Jadi maukah kamu menolong kami? Haruskah aku berlutut di hadapan kamu supaya kamu mau melakukannya?” kata bu Candra sambil berdiri lalu mendekati Aliyah.

“Eh, jangan … jangan … nyonya jangan begitu, baiklah, saya bersedia membantu.”

Bu Candra memeluk Aliyah dengan hangat.

“Katakan kamu minta imbalan apa,” bisiknya di telinga Aliyah.

“Saya tidak minta apa-apa. Saya hanya ingin pulang,” kata Aliyah tenang.

“Kamu pasti ditunggu orang tua kamu?”

“Tidak, saya tidak punya siapa-siapa, seseorang yang terakhir menemani saya adalah nenek, tapi baru beberapa hari yang lalu, nenek saya meninggal,” kata Aliyah sedih.

Bu Candra mengusap air mata Aliyah, dan mengelus rambutnya.

“Ternyata kamu sebatang kara? Apa yang akan kamu lakukan, setelah kamu pulang,” sambung pak Candra yang juga terharu mendengar cerita Aliyah.

“Saya akan mencari pekerjaan, untuk menyambung hidup saya. Tapi saya hanya lulusan SMP, saya tahu tidak banyak yang mau menerima saya, walau sebenarnya saya mau jadi pembantu sekalipun.”

“Ya Tuhan, Aliyah, nanti hal itu kita bicarakan lagi. Baiklah, mana Farah?”

Farah yang berdiri di balik pintu segera muncul, sambil membawa nampan.

“Farah, layani Aliyah dengan baik. Berikan kamar terbaik.”

“Alfian, pesankan baju-baju untuk calon istri kamu. Mulai hari ini dia harus berpakaian pantas. Ajari dia bersikap, Farah, semuanya aku serahkan sama kamu,” perintah bu Candra kepada Alfian dan Farah.

“Sekarang Aliyah duduk di sini, di dekat Alfian,” perintah bu Candra lagi.

Aliyah duduk, agak rikuh karena harus berdampingan dengan Alfian, yang sejak tadi hanya diam.

Mereka berbicara tentang pernikahan dan resepsi yang akan digelar, membuat Aliyah berdebar-debar.

***

Ketika pak Candra dan bu Candra kembali, Aliyah masih termenung di tempat duduknya, diatas sofa, di mana tadi bu Candra memintanya. Seperti mimpi rasanya, saat kemarin masih menjadi pesakitan, lalu sekarang akan dijadikan menantu juragan?

Aliyah berkali-kali mencubit lengannya, dan terasa sakit. Berarti ini bukan mimpi. Pikir Aliyah.

Tiba-tiba Aliyah terkejut, ketika tiba-tiba Alifan duduk didepannya, setelah mengantarkan kepulangan orang tuanya sampai ke halaman.

“Aliyah.”

Aliyah mengangkat wajahnya. Ia melihat wajah tampan itu tersenyum kepadanya. Mana mata garang dan senyuman jahat yang kemarin dilihatnya?

“Aku mau, kamu memaafkan aku. Sungguh, aku merasa sangat bersalah. Aku terbawa oleh rasa sedih dan sakit hatiku, Aliyah. Aku tidak bisa menguasai diri ketika bertemu kamu, yang aku kira Narita. Maafkan aku, Aliyah,” kata Alfian yang kemudian merosot dari tempat duduknya, berlutut di depan Aliyah. Tentu saja Aliyah terkejut.  Ia ikut merosot turun.

“Ya ampun Tuan, jangan begitu. Saya ini hanya orang kampung yang tidak berharga, sedangkan tuan seorang kaya dan terhormat. Bisa kualat kalau Tuan berlutut seperti ini." Alfian tersenyum. Gadis ini bukan hanya polos, tapi juga lucu. Lucu karena ia ikut berlutut di depannya, sehingga mereka berhadapan dengan posisi yang aneh.

“Baiklah, ayo kembali duduk,” kata Alfian sambil menarik tangan Aliyah.

Aliyah kembali duduk, menunduk.

“Maukah kamu memaafkan aku? Kamu belum menjawabnya.”

Aliyah mengangguk.

“Kenapa mengangguk, jawab dengan ucapan.”

“Iya, Tuan. Saya maafkan Tuan.”

“Aliyah, jangan memanggil aku tuan.”

“Bukankah Tuan memang harus dipanggil Tuan?”

“Tidak untuk kamu. Karena kamu adalah calon istriku.”

“Apa?” Aliyah terkejut, dan baru ingat bahwa dia akan menjadi istri Alfian. Tapi kan hanya istri pura-pura?

“Bukankah kamu sudah menyanggupinya di depan orang tuaku?”

“Tapi kan hanya pura-pura,” jawab Aliyah lirih.

“Tidak Aliyah, kita akan menikah beneran. Dan kamu juga beneran menjadi istri aku.”

“Bukankah setelah menikah saya boleh pulang? Pernikahan ini hanya untuk menutupi rasa malu keluarga ini, karena pengantin wanita yang sesungguhnya kabur?”

“Tuan, ini baju-baju pesanan Tuan, sudah datang,” tiba-tiba Farah masuk sambil menggotong sebuah bungkusan besar.

“Oh ya, cepat sekali. Baiklah, antarkan Non Aliyah ke kamar tamu, suruh dia mandi dan berganti baju,” perintah Alfian kepada Farah.

“Baiklah, mari Non.”

“Jangan panggil aku Non. Tolong,” pinta Aliyah.

“Aliyah, kamu tidak boleh protes. Saat ini kamu adalah seorang nona di rumah ini. Lakukan apa yang diminta oleh Farah, dia akan melayani kamu,” kata Alfian.

“Tapi bolehkah saya pulang dulu?”

“Pulang? Kamu bilang kamu hanya sendirian dirumah kamu. Lalu apa gunanya kamu pulang?”

“Bu RT pasti mencari-cari saya. Saya sedang disuruh belanja. Belanjaan entah kemana, uang kembalian juga entah kemana.”

“Berapa bu RT memberi kamu uang untuk belanja?”

“Tigaratus ribu.”

“Nanti aku akan menyuruh orang untuk memberikan uang pada bu RT, tigaratus ribu, lebih, supaya bu RT tidak marah sama kamu.”

“Memangnya kenapa kalau saya pulang dulu? Takut saya melarikan diri?”

“Bukan. Keberadaan kamu, harus dirahasiakan. Besok lusa, saat kamu menikah, orang akan mengira kamu adalah Narita. Kalau sekarang kamu pulang, aku takut rahasia ini akan tersebar. Itu tidak boleh terjadi. Sekarang juga aku akan menyuruh orang memberikan uang bu RT kamu, tanpa mengatakan di mana kamu berada. Pokoknya kamu baik-baik saja. Begitu kan? Sekarang mandi lah.”

“Tapi saya sudah mandi, tadi."

“Non harus berganti baju. Itu kan baju saya.”

“Ini sudah bagus, biarkan saja.”

“Aliyah, kamu harus menurut. Ya.”

Aliyah akhirnya menurut, mengikuti Farah memasuki kamar yang lebih besar dengan perabotan lengkap. Ada almari, ada cermin untuk berdandan. Tempat tidur yang bagus dengan seprei berwarna biru muda berkembang merah.

“Non, mandi dulu, semua sudah saya persiapkan.”

“Ya ampun Mbak, jangan panggil saya Non.”

“Tidak bisa Non, nanti tuan akan marah. Pokoknya Non harus mandi, saya akan menunjukkan cara mandi yang benar di rumah ini. Kemarin itu, maaf, saya mengira Non berpura-pura.”

“Saya tidak pernah berbohong.”

“Ya, sekarang saya tahu. Maaf ya Non, ini baju ganti Non.”

Aliyah sebenarnya agak kikuk, setelah mandi,  berganti pakaian rumah yang indah, yang membuat dirinya seperti seorang putri dalam dongeng.

Ketika sudah selesai berpakaian, Farah merias wajahnya dengan polesan bedak tipis, sedikit rona merah dipipi, dan memoles bibirnya dengan lipstik berwarna muda. Farah kagum melihat Aliyah.

“Nona benar-benar cantik seperti dewi. Lebih cantik dari non Narita. Mari sekarang keluar, tuan Alfi menunggu di ruang makan.

Aliyah tak bisa menolak, baju berwarna hijau tosca yang dikenakannya, dan panjang hampir menyapu lantai, sungguh membuat Aliyah tampak cantik dan anggun. Ketika memasuki ruang makan. Alfian melotot memandangnya.

“Narita?” bisiknya lirih, membuat Aliyah sedikit kesal.

***

Besok lagi ya.

 

38 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Langsung kung Latief jaga gawang.
      Selamat juara 1 di episode 12 ini dimenangkan akung Latief (18.31) Sragentina, disusul dibelakangnya:
      1. Jeng Mimiet Cmi (18.31)
      2. Jeng Isti Klaten (18.35)
      3

      Delete
    2. Terimakasih mas kakek, habis ada tamu, buka blog pas tayang.

      Delete
  2. Alhamdulillah, matur nuwun Bunda Tien, mugi tansah pinaringan kasarasan.

    ReplyDelete
  3. Horee...sdh tayang...makasih, bu Tien.๐Ÿ™๐Ÿ˜€

    ReplyDelete
    Replies
    1. 3. Jeng Nana Yang (18.36)
      4. Jeng Indrastuti Jaktim(18.36)
      5. Jeng Lina Malang

      Delete
  4. Maturnuwun Bu Tien...

    ๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  5. Matur suwun Bu Tien
    CBE sudah tayang
    Mugi tansah pinaringan sehat Aamiin ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  6. Terima kasih... luar biasaaaa sekali....

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~12 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..๐Ÿ™

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  9. Jadi bingung mau senang apa sedih ya? Senang aliyah nasib nya jadi baik tapi kasian pinto

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau bingung jadi seperti lagunya Edy Silitonga dong, jeng dokter

      Delete
  10. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien ๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒท

    ReplyDelete
  11. Alhamdulilah.. Aliyah udh aman
    Tks bunda Tien cerbungnya..
    Semoga bunda sehat selalu..

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah.... Teeimakaaih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah
    Terima kasih Bu Tien
    Semoga Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  14. Selamat malam bunda..terima ksih CBE 12 nya..makin seruu bund..kshn jg Aliyah jdi sasaran krn mirip dgn Arnita..rpnya mrk berdua kembar x y bund..slm seroja dan aduhaai dri skbmi๐Ÿ™๐Ÿ˜˜๐ŸŒน❤️

    ReplyDelete
  15. Mungkin semua berpikiran sama dengan mbak dokter Dewiyana, bagaimana dengan Pinto.
    Tapi kan baru episode 12, pasti itu baru pembuka kisah. Cerita inti baru akan dimulai.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilah, terima kasih cbe sdh tayang ...makin seru ...salam sehat bu tien

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah...
    Maturnuwun bu Tien

    ReplyDelete
  18. Ya moga moga tiada dengki dihatimu Farah, kamu yang akan dijadikan pengganti batal, ini malah bos besar sendiri yang meminta tolong agar Aliyah menolong dengan janji akan diberi hadiah besar, juga maknya memeluk Aliyah, sebuah ungkapan kasih seorang ibu yang pertama kali Aliyah rasakan, bahkan dengan lugunya menceritakan kalau dia hidup sebatang-kara miskin, habis disuruh Bu RT belanja, nggak tahu belanjaan hilang kemana.
    Malah langsung dipingit nggak boleh keluar, bisa kah dan cukup waktukah sependek itu buat cara menyambut tamu-tamu terhormat mengimbangi Alfian yang jelas-jelas mengharapkan Aliyah benar benar jadi istrinya.
    Cinderella versi terbaru ndadak digodok nang kawah candra nganti sikil kena beling mlakunรฉ timik timik.
    Hanya karena dimintai tolong menyelamatkan rasa malu dรจn Candra yang takut kisinan nyebar undangan batal di pernikahan Alfian anak semata wayang nya.
    Geger genjik si Narita duwite entรจk di abul abul pacarรฉ bar di buang dipinggir jalan. mbรจbรจki nyatroni Aliyah.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Cintaku bukan empedu yang ke dua belas sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  19. Akhamdulillah, maturnuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  20. Alha.dulillaah dah tayang, semoga aliyah berjodoh dengan alfian langgeng bukan sekadar pengganti

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, nuwun bu Tien, Salam sehat

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun bunda Tien...๐Ÿ™

    ReplyDelete
  23. 〰️๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿฆ‹๐ŸŒธ๐Ÿƒ〰️
    Alhamdulillah CBE12 sdh
    hadir. Telat buka HP nih.
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats. Salam Aduhai
    〰️๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿฆ‹๐ŸŒธ๐Ÿƒ〰️

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah CBE- 12 sdh hadir
    Terima kasih Bunda, semoga Bunda sehat selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah
    Terimakasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  26. Luar biasa ....hanya satu kata buat ibu Tien Kumalasari yang telah mampu meng aduk² emosi pembaca dengan membuat Aliyah sebagai pengganti Narita.
    Yang muncul rasa *masygul* ... _bagaimana gitu_
    Aliyah gadis lugu, yatim piatu, dengan pendidikan rendah akan bersanding dengan pangeran ganteng dan kaya raya, tanpa bersusah payah. Keberuntungan yang menghampiri Aliyah.

    Tetapi ini hanya *sementara ?*
    Apakah pameo Aliyah hanya akan jadi *Ratu Sehari ?*
    rasanya pembaca tidak akan rela ....! Pasti ....saya yakin itu.

    Akankah Alfian akan jatuh cinta beneran ?
    Karena melihat Aliyah lebih bersinar dibanding Narita ?

    Bisakah Aliyah membawakan perannya dan akan menggantikan Narita dihati Alfian ?

    Untuk Alfian pastinya bisa, tetapi untuk bapak dan ibu Candra ? Belum tentu .. karena mereka tetap menganggap Aliyah orang rendahan.
    Bisakah mereka berubah sikap ?

    Belum lagi akan ada kemunculan Narita, karena ternyata dia ditipu pasangannya.
    Dia akan jumawa, karena menganggap Alfian mencintai dia *setengah hidup*
    Ternyata ....?

    Dia melihat kenyataan cinta Alfian sudah pindah 100% kelain hati, seseorang yang mirip dirinya ......

    Terror .....muncul perubahan sifat Narita akan melancarkan jurus teror kepada Aliyah.....

    Akankah itu yang akan terjadi ....?

    Dan bagaimana nasib mas Pinto dan pak RT .........

    Kita tunggu bu Tien Kumalasari bagaimana memainkan keyboard komputernya .....

    Hanya ibu Tien yang bisa menjawabnya

    Nantikan episode selanjutnya .......

    Salam sehat
    Salam Aduhai .....
    ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah, salam aduhai bu Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete