SEBUAH JANJI 50
(Tien Kumalasari)
Seno berdiri beberapa saat lamanya sambil memikirkan
apa yang terjadi pada dirinya.
“Dia begitu cantik dan anggun. Aku heran pada perubahan sikapnya yang kemudian
seperti membenci aku. Apa dia marah karena aku memutuskan pertunangan itu?
Memang aku sudah yakin untuk memutuskannya, tapi mengapa kemudian aku menjadi
ragu? Aku menyesali keputusanku? Kemana pikiranku ketika memutuskannya, dan
kemana pula pikiran aku ketika aku menyesalinya?” gumamnya sambil kemudian
masuk ke dalam mobilnya.
Tiba-tiba ponselnya berdering, dari Sekar.
“Aduh, aku kan berjanji makan siang bersama Sekar dan
Barno? Beberapa panggilan tak terjawab tertera di sini. Tapi aku tak
mendengarnya. Rupanya pertemuan dengan Elsa membuatku tak bisa berpikir
jernih,” gumamnya sambil membuka ponselnya.
“Ya, Sekar,” sapanya.
“Aduh Mas, akhirnya diangkat juga. Mas kemana saja?
Kami sudah selesai, dan ini dalam perjalanan kembali ke kantor,” kata Sekar
dari seberang.
“Iya, aku mondar mandir mencari restorannya tidak
ketemu,” jawab Seno sekenanya.
“Ya ampun, kita kan pernah makan di sana?”
“Aduh, aku bingung. Ya sudah, aku ke kantor kamu
sekarang,” kata Seno lalu menutup pembicaraan itu.
Seno benar-benar bingung, bayangan gadis berpakaian
sederhana, berkerudung dan sedikit galak itu kembali terbayang.
“Apa aku sudah gila? Mengapa tiba-tiba teringat dia
terus?” gumamnya tak henti.
Seno meluncur ke arah kantor cabangnya, dan ternyata
Barno dan Sekar telah menunggu.
“Pak Seno tiba-tiba menghilang sih?” tegur Barno
begitu Seno memasuki ruangannya.
Seno tertawa, kemudian duduk di Sofa, lalu menyapu
wajahnya sambil menyandarkan tubuhnya.
“Apa yang terjadi? Kami menunggu agak lama. Memangnya Mas
Seno kemana saja?” sambung Sekar.
“Nggak tahu aku, tadi sudah mondar mandir di sekitar
tempat itu, lalu ketika teringat, kamu sudah menelpon dan mengatakan bahwa
kalian sudah pulang. Ya sudah, aku menyusul kemari saja,” jawab Seno tanpa mengangkat
tubuhnya.
“Sedang ada masalah?” tanya Barno yang melihat
kegelisahan diwajah Seno.
“Berarti Mas Seno belum makan dong. Biar saya suruh
Warjo beli makan untuk Mas Seno ya?”
“Nggak usah, nanti gampang.”
“Ada apa sih? Pasti ada sesuatu deh.”
“Tadi … aku … ketemu … Elsa.”
“Oooh, iya, tadi kami juga ketemu.”
“Apa? Kalian ketemu?”
“Pasti pada awalnya mas Seno tidak mengenali dia
bukan?”
“Aku tidak percaya.”
Sekar tersenyum. Ia merasa bahwa pancingan Elsa berhasil
mengait hati Seno yang semula membencinya. Syukurin, sorak Sekar dalam hati.
Masa seorang laki-laki tidak klepek-klepek sih melihat kecantikan Elsa?
“Dia cantik dan anggun. Dia juga sudah meninggalkan
kebiasaannya hidup mewah. Buktinya dia mau berjalan kaki di sekitar pasar bersama
pembantunya. Dia juga bersikap sangat manis ketika menyapa saya.”
“Manis? Dia ketus sekali,” gerutu Seno.
Sekar dan Barno tertawa melihat Seno tampak kesal.
“Jadi dia ketus sama Mas Seno?” tawa Sekar.
“Mungkin dia marah sama aku, karena aku sudah
memutuskan pertunangan.”
“Bisa jadi, itu salah satu alasannya, tapi ada yang
lain, yaitu dia tak ingin lagi tampak mengejar cinta seorang pria,” kata Sekar.
“Walaupun sebenarnya dia juga cinta,” sambung Barno
sambil tertawa.
Seno mengangkat tubuhnya. Perkataan bahwa dia juga
cinta itu mengaduk perasannya lebih keras. Benarkah Elsa masih cinta? Atau
mungkin dia sudah membencinya karena sakit hati atas putusnya pertunangan itu?
“Mas Seno tiba-tiba jatuh cinta melihat penampilannya?”
ledek Sekar.
Seno hanya tersenyum, lagi-lagi mengusap wajahnya
dengan ke dua tangan.
“Kalau memang cinta, kejar Pak!” Barno menyemangati.
“Baiklah, aku kembali ke kantor saja dulu,” kata Seno sambil
berdiri.
“Lhoh, Mas Seno kan belum makan?”
“Nanti gampang, aku kan lewat rumah, aku makan di
rumah saja.”
“Baiklah. Selamat berjuang Pak.” Kata Barno lagi
sambil mengantarkan Seno menuju pintu.
***
Bu Ridwan terkejut karena Seno tiba-tiba pulang dan
minta makan.
“Kamu tidak bilang kalau mau makan di rumah. Tadi ibu
sama bapak sudah makan,” kata bu Ridwan sambil beranjak ke belakang, menyuruh pembantu
agar menyiapkan makan untuk Seno.
Seno menunggu di ruang tengah, duduk di samping
ayahnya.
“Tumben makan di rumah?”
“Dari kantor cabang kan lewat rumah, keburu lapar,
jadi pulang sekalian.”
“Bagaimana keadaan kantor cabang?”
“Baik, dan mulai tertata lebih rapi.”
“Syukurlah. Sekar masih di sana bukan?”
“Ya, Pak.”
Mereka berbincang beberapa saat, tentang usaha mereka,
sampai bu Ridwan menghentikannya.
“Seno, makan sudah siap, ayo ibu temani. Ibu punya
cerita untuk kamu,” kata bu Ridwan sambil menunggu Seno berdiri, lalu
menemaninya ke ruang makan.
“Masak apa hari ini?”
“Ada opor, ada sambal goreng ati.”
Seno duduk, segera menyendok sendiri nasinya.
“Ibu mau cerita apa?”
“Sudah kemarin dulu, ibu kaget ketika tiba-tiba Elsa
muncul, bahkan mengajak ibu jalan-jalan.”
Seno urung menyendok sayur, menatap ibunya penuh
pertanyaan. Ia tidak tahu ibunya bahkan sudah pernah jalan-jalan sama Elsa.
Dengan penampilan yang mana?”
“Ibu ketemu Elsa?”
“Dia datang kemari, ibu tidak mengenalinya. Setelah
agak lama baru ibu sadar bahwa dia itu Elsa. Habisnya, dia itu sekarang berpakaian
begitu apik, anggun, pokoknya cantik sekali.”
“Kenapa Ibu cerita baru sekarang?”
“Ibu lupa. Habis kalau sarapan kamu pasti seperti
tergesa-gesa, pulang terkadang sudah malam. Jadinya ibu lupa ngomong. Tapi ibu
sudah cerita sama bapakmu.”
“Lalu Ibu jalan-jalan ke mana?”
“Sangat mengherankan. Awalnya dia mengajak ibu makan
rujak, kemudian membeli makanan di pasar, lalu memberi sedekah seratus ribu
kepada seorang wanita yang sedang duduk di pinggir jalan.”
“Dia ?”
“Ibu heran melihat perubahannya. Nggak tahu kenapa dan
apa yang mendorongnya berubah penampilan dan perilaku. Dia bilang esok paginya
mau mengajak pembantunya untuk ke pasar pagi-pagi. Dia juga masuk ke toko buku
untuk membeli buku tuntunan shalat, karena sudah lupa bacaannya.”
Seno terpana. Lebih banyak yang dia dengar tentang
Elsa, setelah dia sendiri melihatnya secara tidak sengaja.
“Hei, segera makan, kenapa menatap ibu seperti itu?”
Seno tersenyum, kemudian melanjutkan menyendok sayurnya,
mengambil sepotong ayam dari dalam kuah opor, lalu menyantapnya dengan lahap.
“Sekali-sekali kamu harus menemui dia, siapa tahu kamu
berubah pikiran,” kata bu Ridwan yang merasa senang melihat anaknya makan
dengan lahap.
***
Di rumah, si bibik sedang menata makanan yang
dibelinya di sebuah piring, lalu meletakkannya di atas meja makan.
Tak lama kemudian Elsa muncul sudah berganti pakaian
rumah, kemudian duduk di kursi makan, menatap segala macam makanan yang
dibelinya.
“Ini namanya apa Bik?”
“Yang mana Non?”
“Yang di iris-iris, warnanya kehijauan.”
“Ini namanya lopis, makannya harus dengan parutan
kelapa, Ini, sudah bibik siapkan. Mau dicobain? Taruh di piring kecil ini ya
Non.”
Elsa mengangguk. Lalu dia mengambil sepotong lopis yang sudah dibalur parutan kelapa, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.
“Hm, gurih, enak,” kata Elsa yang kemudian sudah
menghabiskan beberapa potong.
Si bibik hanya menatapnya sambil tersenyum-senyum
melihat ulah majikannya beberapa hari terakhir ini.
“Yang warnanya merah itu apa?”
“Itu bulusan. Keduanya dibuat dari ketan. Tapi yang
namanya bulusan ini, berisi kacang ijo yang sudah dimasak lembut dan manis.”
“Hm, kenapa aku tidak pernah tahu makanan seenak ini
sebelumnya?”
“Tapi ngomong-ngomong, apakah mas ganteng yang tadi
mengejar Non itu, Non sudah mengenalnya?”
Elsa terdiam.
“Mengapa Non membencinya, bahkan menolak ketika dia
mau mengantarkan Non? Ada orang seganteng itu, kok Non tidak tertarik sih?”
omel bibik yang mulai berani menegur majikannya setelah sang nona majikan
bersikap sangat manis kepada dirinya beberapa hari terakhir ini.
Benarkah Elsa tidak tertarik? Bahkan membencinya? Elsa
tertawa dalam hati. Dia sedang memperbaiki penampilan dan sikapnya, dan
berharap lebih banyak untuk mendapatkan cinta pujaan hatinya. Tapi dia seorang
gadis. Menurut saran Sekar, dia tidak boleh kelihatan terlalu mengejarnya.
Biarlah kalau memang Seno suka, Seno-lah yang mengejarnya.
“Non Elsa kok senyum-senyum begitu?” tanya bibik yang
melihat Elsa tersenyum mendengar pertanyaannya.
“Ini lho Bik, sedang menikmati makanan-makanan enak,
masa tidak boleh tersenyum? Kan aku lagi seneng sih Bik.”
Tiba-tiba ponsel Elsa berbunyi.
“Dari mamah,” katanya sambil mengambil ponselnya.
“Ya Mah,” sapa Elsa.
“Kamu baik-baik saja?”
“Sangat baik Mah.”
“Kamu tidak boleh sedih setelah Seno memutuskan
pertunangannya.”
“Tidak Mah, Elsa tidak sedih.”
“Kemarin kata bibik kamu seperti orang bingung.”
“Nggak apa-apa. Elsa baik-baik saja.”
“Dengar Elsa, kamu tidak usah berpura-pura. Mama tahu
kamu sangat mencintai Seno. Tapi kamu tidak usah sedih, ada teman mama yang
anaknya suka sama kamu, dia masih di luar negri bersama mama, dan_”
“Tidak Ma, Elsa tidak mau.”
“Mama belum selesai bicara, mengapa kamu sudah bilang
tidak mau?”
“Pokoknya mama jangan mencarikan lagi jodoh untuk Elsa.”
“Apa maksudmu? Apa kamu mau menjadi perawan tua?”
“Biar Elsa sendiri yang menemukan cinta Elsa.”
“Terserah kamu kalau begitu. Tapi ingat, jangan lagi
memikirkan Seno. Ibu tidak mau lagi berharap, ibu merasa sakit hati karena
ditolak,” kata mama nya kesal.
“Mamah tenang saja, dan jangan merisaukan Elsa, Elsa
akan baik-baik saja.”
Elsa menutup ponselnya dan tersenyum sendiri. Mama nya
mencarikan jodoh untuknya?
“Aduhai, tidak ya Mah, Elsa sedang berusaha mengejar
cinta Seno. Tapi dengan cara yang cantik dan anggun, bukan seperti pengemis
cinta seperti yang lalu,” gumamnya dalam hati sambil menggigit kue berwarna
merah yang berisi kacang hijau lembut dan legit.
***
Seno sudah kembali ke kantornya. Ia duduk dan melihat
setumpuk berkas yang harus ditanda tanganinya. Ia menatap berkas itu dan belum
ingin menyentuhnya. Bayangan gadis cantik berkerudung yang bersikap acuh
kepadanya itu terus melintasi benaknya. Entah mengapa hal itu membuatnya sangat
gelisah. Ia tak pernah merasakannya, bahkan kepada Sekar yang dulu sangat dicintainya,
perasaan seperti ini tak pernah ada. Sekar begitu lembut menerima pernyataannya,
dan begitu lembut pula cara dia menolaknya. Tak ada luka di hatinya karena
cintanya begitu tulus. Ia rela Sekar berbahagia dan menemukan pria sebaik
Barno. Tapi kenapa sekarang dia seperti orang linglung? Apa dipicu rasa penasaran
karena Elsa bersikap acuh terhadapnya? Lalu terngiang kembali kata Barno. ‘Kalau
memang cinta, kejar Pak’.
Seperti kuda dicambuk, tiba-tiba semangat itu muncul.
Kejar! Kenapa tidak? Aku laki-laki, berhak mengejar cintaku. Bisik hatinya yang
kemudian membuatnya bersemangat.
***
Hari itu Seno pulang saat menjelang sore. Ia langsung
mandi, dan berganti pakaian rapi. Celana jean dan kaos berlengan pendek berwarna putih
bergaris hitam pada kerah dan lengannya, membuatnya tampak gagah dan semakin
tampan.
Ia berputar beberapa kali di depan cermin, lalu menyemprotkan
sedikit parfum yang lembut tapi tetap gaya maskulin.
Ketika turun dari tangga, sang ibu yang sedang duduk
bersantai bersama ayahnya tampak duduk menikmati teh hangat dan cemilan.
“Anakku ganteng bener. Mau kemana ?” sapa bu Ridwan.
“Mau keluar sebentar Bu.”
“Cakep dan wangi. Mau mengejar cewek?” goda ayahnya.
“Iya, doakan ya Pak,” kata Seno kemudian duduk
sebentar untuk menghirup minuman hangatnya, lalu berdiri dan mencium tangan
ayah ibunya.
“Beneran nih?”
Seno tertawa pelan, lalu keluar ruangan untuk
menghampiri mobilnya.
Pak Ridwan tersenyum.
“Sepertinya anakmu sedang jatuh cinta,” gumamnya
sambil meraih sepotong pisang goreng.
“Padahal ibu ingin, dia kembali kepada Elsa.”
“Ibu ada-ada saja. Kita sebagai orang tua jangan
terlalu memaksakan kehendak. Biarkan dia mencari kebahagiaannya sendiri.”
“Elsa sudah menjadi gadis yang baik. Seno tidak akan
kecewa.”
“Itu kan kata Ibu. Bagaimana kalau Seno tetap tidak
suka? Biarkan saja, dia bukan anak kecil, pasti bisa mengerti apa yang terbaik
untuk dirinya.”
***
Seno menghentikan mobilnya di halaman sebuah rumah dengan
bangunan klasik yang indah. Ia turun dari mobilnya dengan dada berdebar. Tapi
sebelum dia memencet bel tamu, pintu itu sudah terbuka.
Seno tertegun, dihadapannya muncul gadis yang
dikejarnya. Elsa, dengan penampilan yang sangat menawan. Gamis berwarna pink berkembang
biru, dan kerudung senada menghiasi kepalanya.
“Elsa?”
“Kamu … mencari … siapa?”
“Kenapa bertanya seperti itu, aku datang kemari, tentu
saja mencari kamu,” kata Seno tanpa malu.
“Tapi … maaf, aku sedang mau keluar.”
“Kemana? Boleh saya antar?”
“Tidak, seseorang akan menjemput aku.”
Belum sempat Seno menjawabnya, sebuah mobil memasuki
halaman, lalu seorang laki-laki turun dari sana.
“Maaf, aku sudah dijemput,” kata Elsa sambil melewati
Seno, turun dari teras untuk menyambut laki-laki itu.
Seno tegak membisu, dengan napas memburu.
***
Besok lagi ya.
Yesssss tayang
ReplyDeleteYes kakek jaga gawang juara 1
DeleteYeeesss...Kakek Juara 1
DeleteMatur nuwun Mbak Tien sayang, sehat selalu ya. Salam Aduhai dari Semarang.
DeleteYes
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien🙏🙏
Alhamdulillah juara 1 setelah absen gak ikutan balapan. Mana Panatai Kuta kok blm sampai ????
ReplyDeleteSusi asyik buat bunga untuk bust pohon telur,persiapan maulid nabi hari jumat .. Ayahkakek gemana cara pasang poto fi profil?
DeleteAlhamdulillah gasik
ReplyDeleteSugeng ndalu bu Tien
Alhamdulillah SJ50 sdh tayang...Matur nuwun Bunda Tien. Salam sehat dan tetap smangaaats...🙏🌹🦋
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH JANJI 50 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdullilah, terima kasih Bunda Tien Kumalasari
ReplyDeleteAlhamdulillah ....trimakasih bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulilah, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari salam sehat dan tetep semangat salam kangen dari Lampung
ReplyDeleteAlhamdulillah, mtr nuwun, sehat & bahagia selalu Bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah .....
ReplyDeleteYg ditunggu2 sdh datang...
Matur nuwun bu Tien ...
Semoga sehat selalu....
Tetap semangat
Alhamdulillah terima kasih Bu Tien salam sehat selalu.....
ReplyDeleteSiapa gerangan laki2 yang turun dari mobil menjemput Elsa???
Wah... ujian buat Seno. Betul dia klepek klepek, tapi tidak akan berhenti mengejar cintanya.
ReplyDeleteTinggal Yanti yang belum muncul lagi, kan mau dibantu Ari.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aduuhaaay..... Mantaaap... Terima kasih mbu tien... Sht sht trs
ReplyDeleteAlhamdulillah..... salam sehat utk bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah..... Terima kasih Bu Tien.....
ReplyDeleteAlhamdulillah non cantik Elsa sudah tayang....
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien Kumala....
Moga sehat selalu....
Aamiin....
Terimakasih bundaaa.... Siapakah gerangan cowok yg bikin hati Seno kemuut² ya😄😃
ReplyDeleteSalam sehat sll bunda Tien🙏🏻
Alhamdulillah SEBUAH JANJI~50 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah, sehat selalu bund...
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteKok saya berfikiran Mas Barno dan Bon Cantik Sekar yang datang.......
ReplyDeleteKalaupun benar.....
Lengkaplah Sudah kebahagiaan mereka......
Wah .. siapa ya yang menjemput sekar?? Padahal Seno sudah berpanampilan dhithing mau ngajak balen .. hik..hik hik ,,
ReplyDeleteAduhai bunda Tien salam hormat dari Susi kamto ..kuta bali ,,🙏🏻🙏🏻
Selamat dtg mb Susy Kamto sdh hadir hehe...
DeleteSukses ya kutak katiknya..
Pak kakek Habi emg suhunya..
Sdh lngkap dg foto profilnya juga
Semangat mb.. siap ikut balapan.. Ayoo jaga gawang pas MST..
Salam aduhaii mba Susy..
Wadhuh Seno, kasihan deh lho dikacangin.
ReplyDeleteTenang Seno dia tuh nggak kemana mana; kan mau belajar cara solat, yang sudah lama nggak dijalanin.
Tapi kok cowok; haiyah.. lha itu taksi online lho.. kan plat item, sekalian ngambil mobil, kan tadi diurusin orang kantor, masak lupa, kempes bro..
Santai gitu lho, tuh tanya bibik kalau nggak percaya.
Makanya bikin keputusan itu jangan buru-buru, ngilang kapok lho.
Paling di kantor cabang; diledekin, dikroyok Sekar sama Barno hé hé hé hé.
ADUHAI
muka udah ditekuk gitu kaya onta ..
Terimakasih Bu Tien
Sebuah janji yang kelima puluh sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien
Salam sehat dan bahagia selalu.
Maaf 50
ReplyDeleteSiapa ya yg jemput Elsa?
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat selalu aduhai
Alhamdulillah SJ 50 sdh hadir
ReplyDeleteWah siapa ya yg datang menjemput Elsa?
Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu..
Aamiin
Akhirnya Seno terbirit-birit setelah ketemu Elsa dengan penampilan yang anggun.
ReplyDeleteSelamat malam semuanya.
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga SJ50 hadir bagi kami penggandrungnya.
ReplyDeleteElsa yg cantik, anggun, merakyat sudah menyukai jajanan pasar tradisional yg dirasanya enak.
Yang dibeli banyak macam tapi sedikit2 sekedar pengin nyobain, misal gatot, grontol, awug2, entog jagung dll
Jangan loyo dulu Seno, kamu punya teman baik Sekar, Barno, bahkan mamamu sendiri masih hubungan baik dgn Elsa. Cari info dari mereka dong tentang Elsa sekarang....
Tindakan Elsa dengan mendatangkan pihak ketiga bisa berbahaya karena bisa saja Seno salah sangka dan akhirnya mundur.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Ayo Kejar terus mas Seno, sampai dapat.
ReplyDeleteElsa seperti jinak2 merpati.
Matur nwn bunda Tien.
Salam sehat dan aduhai dari mBantul
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA,
Matur nuwun bu Tien...
ReplyDeleteSehat selalu...
Matur nuwun bu Tien....
ReplyDeleteJangan kuatir yang menjemput Elsa orang suruhan dari kantor orang tua Elsa, sekalian mau ambil mobilnya yang sudah diberesin di tukang tambal ban.
ReplyDeleteElsa belum pindah kelain hati .....ayoo Seno jangan lunglai .. sebelum ada janur kuning melengkung Elsa masih bisa kau raih ......
Yanti ....Yanti....apakah sudah berani lapor polisi ? Di Episode ini hanya fokus Seno dan Elsa.
Yanti ....pak Winarno, bibik Sekar sementara minggir dulu apalagi Samadi....biar merenung dalam kesendiriannya ....tapi kan masih punya rumah .....mudah²an bukan rumah cicilan ....waduuh ....remuk redam...
Salam sehat ......
Salam aduhai buat seluruh penggemar cerbung ibu Tien Kumalasari .....
Alhamdulillah
ReplyDeleteTks bu da Tien..
ReplyDeleteAlhamdulilah..
Semoga sehat dan bahagia selalu..
Salam Aduhaiii...
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tienku
ReplyDeleteBikin penasaran ,,,Seno ayooo jgn cemburu ,,🤣🤣
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tienku yg sangat sabar. 🤗🥰
slmt pgii bundaTien ..terima ksih SJ50 nya ..wahrpnya seno sdh mulai cemburu nih..kirasp y yg dtg jemput ...slmsht sll unk bunda🙏🥰🌹
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien...
ReplyDeleteCeritanya selalu bikin penasaran dan gak sabar untuk segera membaca kelanjutannya...
Sehat selalu Bu Tien.
Salam aduhai ...
Berkah Dalem Gusti 🙏🛐😇
Mau nyegat yang balapan.. biar tahu siapa pemebangnya..
ReplyDeleteJangan ngantuuuk dlu yaa mb Susy..
DeleteSiiiiip deh... Siap ikut balapan
Sukses selalu ya mba..
Yeaaa dah ke duluan Seno ma laki2 lain
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien..makin seru🤭🤭🤭