SEBUAH JANJI 49
(Tien Kumalasari)
Yanti masih mondar mandir di depan kantor polisi, dan
sedang berpikir, dari mana dia akan memulai laporannya. Menceritakan kisah
hidupnya? Bagaimana kalau polisi menyalahkannya karena dia telah merebut suami
orang? Apakah itu bisa membuat dirinya juga dihukum? Bodoh, bodoh. Yanti yang
tidak terlalu pintar sangat bingung memikirkannya. Kemudian ia melangkah
kembali ke mobilnya, tapi sebelum ia masuk ke dalamnya, seorang pengendara mobil
berhenti di depannya. Yanti terkejut, melihat Ari turun dari mobil itu.
Yanti merasa rikuh, teringat betapa Ari pernah
membayar kekurangan pembayaran di kasir saat membeli makanan. Tapi ia tetap
menunggu, ketika dilihatnya Ari mendekat ke arahnya.
“Yanti, sedang apa kamu?”
“Aku … bingung nih.”
“Bingung kenapa?”
“Hidupku sangat … buruk.”
Ari menatap sahabatnya lekat-lekat. Dilihatnya pakaian
Yanti yang sederhana, tidak terlihat mewah seperti saat dia melihatnya di rumah
makan waktu itu.
“Apa maksudnya?” tanya Ari sambil melihat ke arah
mobil di samping Yanti.
“Aku sungkan mengatakannya sama kamu. Kamu pasti akan
bertepuk tangan mendengar kisah hidup aku, dan menganggap bahwa inilah balasan
untuk aku karena telah merebut suami Minar.”
“Apakah kamu berpikir bahwa aku sejahat itu?”
“Ini kenyataan yang aku hadapi.”
Lalu Ari mengerti, bahwa sekilas kalimat yang
diucapkan Yanti, ada tersirat tentang hidupnya yang menderita setelah dia
merebut suami Minar. Tapi perjalanan seperti apa, dan derita seperti apa, tentu belum jelas bagi Ari.
“Ayo masuk ke warung itu, dan kita bicara. Kamu butuh
teman untuk melepaskan sedikit beban kamu,” ajak Ari yang kemudian menggandeng Yanti
ke arah sebuah warung sederhana di dekat kantor polisi itu.
Yanti tak bisa menolak. Ia tahu Ari adalah sahabat
yang baik. Ia menyesal dulu tidak mendengar nasehat Ari agar dia menjauhi
Samadi, bahkan dia selalu bohong dan akhirnya sungguh-sungguh merebutnya dari
Minar.
Ari memesan minuman dingin dan makanan ringan untuk
mereka berdua. Ia menunggu Yanti agar mau bercerita tentang kehidupannya
setelah berpisah dengan rekan sekerjanya.
“Maukah bercerita? Apa yang kamu lakukan di depan kantor
polisi tadi? Kamu kelihatan gelisah.”
“Aku tak mengira bahwa hidupku akan seperti ini.
Menderita dan tak punya uang,” akhirnya Yanti membuka suara.
“Tapi kamu memiliki mobil? Samadi yang membelikannya?”
“Mobil itu atas nama Samadi, tapi uang yang dipergunakan
untuk membeli adalah uangku.”
Ari diam menunggu, pasti akan lebih banyak yang bisa
diceritakan Yanti setelah ia bisa menata batinnya.
“Yanti, kamu boleh cerita semuanya. Aku masih sahabat
kamu,” kata Ari setelah beberapa saat lamanya Yanti masih tampak ragu-ragu.
“Ketika Samadi diceraikan Minar, ia benar-benar tak
punya apa-apa. Untungnya dia telah membeli rumah kecil yang kemudian kami
tempati, entah dari mana uangnya aku tidak tahu. Tapi kemudian dia memang tak
punya apapun selain rumah itu. Lalu aku menjual rumah pemberian suami aku, dan hampir
semuanya dipegang Samadi, yang katanya untuk mendirikan sebuah usaha. Kamu kan
tahu, bahwa sebenarnya aku tuh lugu dan katakan saja bodoh. Aku biarkan uang
dibawanya, diberikan mobil itu, dan sisanya dia katakan untuk modal usaha. Dia
menipu aku, katanya sudah memiliki usaha, dan aku senang, walaupun dia bilang,
usaha itu atas namanya sehingga aku tidak boleh ikut campur.”
“O, jadi kemudian dia mendirikan sebuah perusahaan,
begitu?”
“Ternyata dia hanya pegawai sebuah perusahaan, hanya
saja dia diserahi tanggung jawab atas usaha itu. Jadi jelasnya, dia punya
jabatan penting. Aku kecewa karena dia menghabiskan uang itu entah untuk apa,
tapi terhibur karena setiap bulan dia memberikan gaji yang lumayan. Tapi entah
dia melakukan apa, kemudian dia dipecat.”
Ari membelalakkan matanya.
“Dia korupsi?”
“Dia melakukan pelecehan atas seorang gadis, yang
ternyata bekas anak tiriku.”
Lalu Yanti menceritakan semuanya, dan bagaimana dia
yang tadinya ingin membela suaminya dan protes atas pemecatannya, tapi kemudian
dia melihat sebuah bukti keburukan kelakuan suaminya.
“Setelah itu aku tidak pulang, sudah beberapa hari
setelah aku melihat bukti kelakuan Samadi. Aku sampai tidak tahu malu menemui bekas
suami aku, tapi ditolak. Aku mau menjual mobil itu untuk modal kerja, tapi
susah karena atas namanya adalah atas nama dia.”
“Ya Tuhan, ternyata Samadi memang jahat. Sudah benar
Minar menceraikannya, dan kamu juga seharusnya tidak usah kembali sama dia.”
“Tidak, aku hanya butuh uang, ingin membuka usaha
kecil-kecilan. Tapi terbentur modal.”
“Lalu apa yang kamu lakukan di depan kantor polisi
itu?”
“Ingin melaporkan suami aku, atas penipuan yang
dilakukannya, terutama agar mobil ini kembali menjadi milik aku karena uang
yang dipakai membeli juga uang aku.”
“Kenapa tidak segera melaporkannya?”
“Aku takut.”
“Takut apa?”
“Bukankah aku merebut Samadi yang masih menjadi suami
Minar? Kalau polisi tahu, jangan-jangan aku dihukum juga.”
Ari menahan tertawanya mendengar keluguan Yanti. Tapi
ia merasa kasihan, bahwa karena keluguan itu hidupnya jadi merana.
“Kamu akan melaporkan penipuan Samadi, dan kasus
dengan Minar bukan yang akan diangkat dalam pelaporan kamu.”
“Pasti polisi akan bertanya dari awal.”
“Jangan takut. Minar kan tidak menuntut. Ayo aku
antarkan kamu.”
“Benarkah?”
“Habiskan makanan itu, lalu kita ke sana sekarang. Sebenarnya
aku sedang mau memesan kebutuhan warung, tapi tidak harus sekarang. Ayo aku
antarkan kamu dulu.”
Yanti merasa lega. Sungguh dia sangat kagum atas
kebaikan hati sahabatnya yang satu ini. Walau kelakuannya sangat menyebalkan,
tapi dia masih bersedia menolongnya.
***
Elsa sedang berjalan-jalan bersama pembantunya. Ia
berangkat pagi-pagi, lalu makan pagi di pasar, duduk di atas tikar yang
digelar, makan bubur lemu dengan lauk sambal goreng dan tahu putih. Ia makan
dengan nikmat, bahkan ia menambah lagi satu porsi karena merasa kurang. Sang
pembantu hanya tersenyum-senyum melihat ulah majikannya.
“Bik, bisakah kamu membuat bubur seperti ini, dan
lauknya juga seperti ini?”
“Bisa saja. Kalau Non Elsa mau, tentu bibik akan
buatkan.”
“Baiklah, besok pagi kita sarapan bubur masakan kamu
ya Bik?”
“Siap, Tuan Putri,” canda bibik.
“Ih, kok tuan putri sih?”
“Habisnya, saya melihat Non Elsa bersikap sangat
manis, seperti putri dalam dongeng, yang dulu sering bibik ceritakan ketika Non
masih kecil. Membagi-bagi uang kepada fakir miskin, memberi baju juga buat
mereka.”
“Benarkah Bibik suka cerita, ketika aku masih kecil?”
“Non Elsa pasti lupa, waktu itu Non masih kecil, tapi tidak
mau tidur kalau bibik belum mendongeng.”
“Kalau begitu nanti malam Bibik harus mendongeng
sebelum aku tidur.”
“Yaaah? Non ingin mendengarkan bibik mendongeng lagi?”
Elsa mengangguk, membuat sang pembantu tersenyum lucu.
Hari itu mereka penat berjalan-jalan. Hari sudah siang
dan Elsa merasa sangat letih. Ia mengajak makan siang di sebuah warung
dipinggir jalan. Makanan yang disediakan sangat banyak dan bermacam-macam. Elsa
memesan nasi dan beberapa lauk yang belum pernah dikenalnya. Bakwan jagung,
oseng daun papaya, telur pedas. Bibik membiarkannya. Ia tahu bahwa majikannya
sedang menjalani hidup yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Hidup merakyat
dan sederhana.
Ketika mereka keluar dari warung itu, tiba-tiba si
bibik melihat sebuah dompet terjatuh. Seorang laki-laki lewat begitu saja,
tanpa sadar bahwa dompetnya terjatuh. Bibik memungutnya, lalu berteriak.
“Paak … eh .. maas … eh .. paaak … dompetnya jatuh
nih,” teriak bibik sambil mengacungkan
dompetnya.
Laki-laki itu membalikkan tubuhnya, dan bergegas
menghampiri. Elsa sangat terkejut, karena dia mengenal laki-laki itu. Setelah
menerima dompet dan mengucapkan terima kasih, laki-laki yang adalah Seno
menatap gadis di samping penemu dompetnya. Agak terpana melihat gadis cantik
yang serasa pernah dikenalnya. Tapi kemudian Elsa menarik tangan bibik untuk membalikkan
tubuhnya, menjauhi Seno.
“Eh, Non Elsa, bibik bisa jatuh kalau ditarik begini.”
Teriaknya agak keras.
Seno terkejut. Wanita paruh baya itu memanggilnya non
Elsa.
“Oh ya, wajah itu, Elsa. Mengapa penampilannya
berbeda? Pakaiannya rapi dan kelihatan cantik dengan kerudung menutupi
rambutnya. Tapi, dia keluar dari warung di pinggir jalan itu? Pasti bukan Elsa
yang aku kenal. Tapi wajahnya mirip, namanya juga Elsa.”
Karena penasaran, Seno mengejarnya. Tapi ia tak
melihat mereka lagi.
“Kemana dia? Bagaimana bisa menghilang begitu saja?”
Seno membalikkan tubuhnya, tanpa tahu bahwa Elsa dan pembantunya
bersembunyi dibalik sebuah mobil.
***
“Mengapa Non bersembunyi?” tanya si bibik heran. Dia
tidak tahu bahwa Seno bekas tunangan Elsa karena setelah pertunangan itu, Seno
belum pernah mengunjungi rumah Elsa. Kalaupun pernah datang bersama orang tuanya
sebelum pertunangan, bibik juga tak begitu memperhatikannya.
“Aku nggak mau ketemu dia lagi.”
“Aduh Non, dia tuh ganteng banget, tahu nggak sih?”
“Aku nggak suka dia, ayo kita pulang saja, dia sudah
pergi bukan?”
“Ya sudah pergi, tadi mengejar kita, tapi Non mengajak
bibik bersembunyi. Jangan-jangan dia mengejar karena tertarik sama Non.
Habisnya, Non cantik sekali.”
“Sudahlah Bik, ayo kita pulang saja,” kata Elsa sambil
menarik tangan bibik menuju ke arah mobilnya.
Tapi sebelum mereka masuk ke dalam mobil, Elsa melihat
Sekar bersama Barno, keluar dari dalam sebuah restoran. Dengan bersemangat,
Elsa memanggilnya.
“Sekaaaar!”
Sekar menoleh, tapi ia tak melihat orang yang
dikenalnya.
“Sekaaar!”
Elsa penasaran karena Sekar tak melihat ke arahnya,
lalu dia menghampirinya.
“Sekar!” Elsa mendekat kemudian meraih tangannya.
“Ini … Mbak Elsa?” tanyanya sambil menatap Elsa tak
berkedip.
“Kamu kira siapa? Hantu?”
Sekar menatapnya kagum.
“Saya kira bidadari,” candanya.
“Sekar, kamu bercandanya keterlaluan. Mana ada
bidadari keluyuran di sekitar pasar?”
“Ya ampun, Mbak Elsa cantik sekali.”
“Terima kasih Sekar, ini kan karena saran kamu.”
“Benarkah? Aduuh ini sangat menyenangkan. Sungguh,
Mbak Elsa kelihatan cantik dan anggun.”
“Kapan-kapan aku mau main ke rumah kamu, nanti aku
minta alamatnya ya? Kirim lewat nomor aku. Oh ya, aku belum pernah memberikan
nomor kontak aku ya, sini, aku catatkan,”
“Terima kasih Mbak. Oh ya, kenalkan, ini Mas Barno.”
“O, ini yang calon kamu itu ya? Kenalkan Mas, saya
Elsa.”
“Saya Barno,” sambut Barno sambil bersalaman.
“Tapi kami buru-buru nih Mbak, harus segera kembali ke
kantor. Nanti kalau mau ketemuan, kirim pesan saja. Sebenarnya kami janjian
sama mas Seno, tapi nggak tahu kemana dia, kami sudah selesai makan tapi dia
belum muncul juga.”
“Baiklah, aku juga sudah mau pulang,” kata Elsa tanpa
mengatakan bahwa tadi dia ketemu Seno.
***
Tapi ketika Elsa dan bibik sudah masuk ke dalam mobil,
seseorang nyeletuk di samping Elsa, mengatakan bahwa ban depannya kempes.
“Lhoh, iya tuh Bik, ban kita kempes,” keluh Elsa
setelah turun dari mobil.
Bibik ikutan turun. Keduanya mengamati ban depan yang
kempes. Bingung tak bisa memasang ban serepnya, Elsa kemudian mengambil
ponselnya, ingin memesan taksi online.
“Kita naik taksi saja Bik, mobilnya biar diurus orang
kantornya papah,” kata Elsa.
Tapi sebelum ia berhasil menemukan kontak taksi online yang ingin dipanggilnya, sebuah panggilan mengejutkannya.
“Elsa? Ini kamu kan?”
“Iya, Seno,” jawab Elsa tanpa menatap wajah penyapanya.
“Aku hampir tak mengenali kamu. Kenapa mobil kamu?
Kempes ya?”
“Iya mas, kempes tuh,” sambung bibik yang merasa
kasihan melihat Elsa mengacuhkan laki-laki ganteng yang sedari tadi
dihindarinya.
“Nggak usah mencari taksi, ayo aku antar saja,” kata
Seno yang merasa ada debaran aneh melihat wajah cantik di depannya.
“Nggak usah, aku naik taksi saja.”
“Elsa …” Seno seperti memohon.
Tapi Elsa sudah menelpon taksi, dan minta segera
menjemputnya.
“Bik, keluarkan belanjaan kita, taksi sudah hampir
datang,” perintah Elsa tanpa mengacuhkan Seno yang kebingungan.
“Elsa, aku minta maaf, karena_”
“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Lupakan saja,” kata
Elsa yang kemudian membantu bibik mengeluarkan barang-barangnya.
Bahkan sampai taksi yang dipanggil datang, Elsa sama
sekali tak melihat ke arah Seno, Ia segera masuk ke dalam taksi sambil menarik lengan bibik.
Seno terpaku ditempatnya. Ia memandangi taksi yang
menjauh dengan membawa bekas tunangannya yang sudah berubah penampilan. Seno
heran dan bertanya pada dirinya.
“Apa yang terjadi? Dulu aku membencinya, tapi sekarang
aku merasa berdebar saat melihatnya.”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMb Nani juara 1
DeleteAlhamdulillah SJ_49 sudah tayang, yuk kita baca bersama
DeleteSelamat uti Nani juara 1 lagi.
Matur nuwun bu Tien dalam SEROJA dan tetap ADUHAI
Hore...dah tayang. Matur nuwun Mbak Tien sayang. Salam Aduhai selalu.
DeleteHore
ReplyDeleteAlhamdulillah, mtr nuwun, sehat & bahagia selalu Bunda Tien
ReplyDeleteMatur nuwun, mnskyu
ReplyDeleteSllu juara... Keren....
ReplyDeleteAlhmdllh, trma kasih mbu Tien
Mbakyu Tien, Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya datang juga....
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien Kumala....
Matur nuwun mbak Tien-ku, Sebuah Janji telah tayang.
ReplyDeleteAlhamdulillah... Matur nuwun Bunda Tien. Salam sehat selalu 🙏🌹🦋
ReplyDelete👍👍
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah, salam. Sehat bund...
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga tetap sehat penuh barakah, aamiin
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien SJ 49 sdh hadir
ReplyDeleteWoiii Seno mulai jatuh cinta sama Elsa....trims Bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteJual mahal ya, ketemu sang mantan tapi cuek. Berkat saran si 'sekretaris kampungan ' yang ternyata manjur.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulilah matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang, salam sehat dan tetep semangat dari Pagelaran, Lampung
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH JANJI~49 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteTerima kasih Bunda
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat
alhamdulillah
ReplyDeleteTrimakasih Bunda Tien .... Salam sehat kagem bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah SJ no 49 telah tayang....
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien cantik.
Salam sehat dan bahagia selalu bersama keluarga tercinta. 😘😘❤❤❤
Aamiin 🤲🤲🤲
Alhamdulillah, semakin asyik
ReplyDeleteTuh kan ..... Dari benci menjadi cinta ....
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien
Salam sehat dan aduhai selalu.
Aduh hai Seno berdebar melihat Elsa yg sudah berubah jadi anak baik dan anggun.
ReplyDeleteTanda2 ada getaran cinta...
Semoga karena sudah ada persahabatan Elsa - Sekar - Seno, akan memperlancar tersambungnya hubungan Elsa dan Seno.
Penasaran lanjutnya.. Matur nuwun ibu Tien, Berkah Dalem.
Alhamdilillah Maturnuwun
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteYg bagus seperti elsa bertobat dan berubah jadi baik. Trims bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah ...
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien ... jd pengen bubur lemu nich 🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah SJ 49 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Aamiin
Alhamdulillah Sebuah Janji Eps 49 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari. Semoga mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Lha ini Seno mau bikin nasi goreng rupanya.
ReplyDeleteMaksud té piyé kok nyegå gorèng,
laiyå tå gênah sêgå wadhang wis anyêp digawé angêt manèh,
wo.. cé èl bé ka tå.
modèl saiki ora tèklèk²an, pådhå ora donk kalèn, yå wis dadi got, got yå ngumpêt.
Nggak apa² kan ada perubahan yang baèk dan lebih, bikin risau gitu.
Jadi inget kisah temen persis kaya Winarno; anak perempuan nya deket cowok yang disukai anak single parent lagi, wuah buru² persiapan menemui emaknya; harapan kedepannya biar enggak canggung besok² toh kalau cucu kan sama-sama merindukan, biar luwes aja nggak canggung ; seiring berjalanya waktu jadilah ortunya dulu baru sama² menerima cucu dengan tak ada rasa canggung, tak ada beban, anakpun masing-masing menerima saudara tiri sebagai pasangan sedjati.
Lha kalau minta balikan kusut penampilan terus di delete aja, kan nggak bikin jrèng bisa² nambah urusan lebih ruwet.
Ah lagi-lagi kemajuan itu lebih bisa diterima dari pada kemunduran.
Terimakasih Bu Tien,
Sebuah janji yang ke empat puluh sembilan sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah, Memang Tuhan yang bisa membolak balikkan hati seseorang, seperti hati Elsa itu.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, Salam sehat dan aduhai
Ciri khas karya ibu Tien nih...sudah ada tanda2 mau tamat...kalau tokoh antagonisnya sudah bertobat jadi baik. Terima kasi, ibu Tien. Semoga sehat selalu dan tetap berkarya.
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya bisa masuk lagi.. aduhai .. senangnya .. salam hormat buat bunda Tien .. dan semua keluarga besar PCTK ..🥰🥰🥰
ReplyDeleteWah rupanya Mas Seno mulai terkiwir2 lagi dengan Mbak Elsa..
ReplyDeleteLho....selamat bida ketemu juga disini,..... Diapain HP-mu???
DeleteAlhamdulillah, salam sehat selalu bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat .....Salam Aduhai.
ReplyDeleteSe Aduhai miss Elsa yang mangklingi.
Hati sudah deg deg an, eh jusl mahal dulu ah ....... Seno yang klepek² .....kapokmu kapan ......
Yanti ......Yanti .....biar gitu jangan kuatir lho masih ada pendukungmu......yang selalu menampilkan slogan ....."" Yanti .....kamu bisa..."
Apa yang dituai sama dengan apa yang ditanam.....
Salam kagem penulis kita tercinta ibu Tien Kumalasari ....sekali lagi ...salam aduhai ......
ADUHAI juga mas Hadi
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Hallo juga
ReplyDeleteAlhamdulillah
Matur nuwun bu
Semoga selalu sehat dan tetap semangat
Hatur nuhun bunda Tien..slm sehat selalu unk bunda🙏🥰🌹
ReplyDeleteSambil menunggu episode berikutnya. Sptnya Seno mulai punya rasa debgan Elsa setelah mengubah penampilannya. Semoga langgeng. Happy end ya bunda Tien
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien
ReplyDeleteMakin setres Seno krn tak dpt Sekar
La kok Elsa dah ngerubah penampilan juga perangainya jd agak halus ..apa adanya