Tuesday, October 11, 2022

SEBUAH JANJI 49

 

SEBUAH JANJI  49

(Tien Kumalasari)

 

Yanti masih mondar mandir di depan kantor polisi, dan sedang berpikir, dari mana dia akan memulai laporannya. Menceritakan kisah hidupnya? Bagaimana kalau polisi menyalahkannya karena dia telah merebut suami orang? Apakah itu bisa membuat dirinya juga dihukum? Bodoh, bodoh. Yanti yang tidak terlalu pintar sangat bingung memikirkannya. Kemudian ia melangkah kembali ke mobilnya, tapi sebelum ia masuk ke dalamnya, seorang pengendara mobil berhenti di depannya. Yanti terkejut, melihat Ari turun dari mobil itu.

Yanti merasa rikuh, teringat betapa Ari pernah membayar kekurangan pembayaran di kasir saat membeli makanan. Tapi ia tetap menunggu, ketika dilihatnya Ari mendekat ke arahnya.

“Yanti, sedang apa kamu?”

“Aku … bingung nih.”

“Bingung kenapa?”

“Hidupku sangat … buruk.”

Ari menatap sahabatnya lekat-lekat. Dilihatnya pakaian Yanti yang sederhana, tidak terlihat mewah seperti saat dia melihatnya di rumah makan waktu itu.

“Apa maksudnya?” tanya Ari sambil melihat ke arah mobil di samping Yanti.

“Aku sungkan mengatakannya sama kamu. Kamu pasti akan bertepuk tangan mendengar kisah hidup aku, dan menganggap bahwa inilah balasan untuk aku karena telah merebut suami Minar.”

“Apakah kamu berpikir bahwa aku sejahat itu?”

“Ini kenyataan yang aku hadapi.”

Lalu Ari mengerti, bahwa sekilas kalimat yang diucapkan Yanti, ada tersirat tentang hidupnya yang menderita setelah dia merebut suami Minar. Tapi perjalanan seperti apa, dan derita seperti apa, tentu belum jelas bagi Ari.

“Ayo masuk ke warung itu, dan kita bicara. Kamu butuh teman untuk melepaskan sedikit beban kamu,” ajak Ari yang kemudian menggandeng Yanti ke arah sebuah warung sederhana di dekat kantor polisi itu.

Yanti tak bisa menolak. Ia tahu Ari adalah sahabat yang baik. Ia menyesal dulu tidak mendengar nasehat Ari agar dia menjauhi Samadi, bahkan dia selalu bohong dan akhirnya sungguh-sungguh merebutnya dari Minar.

Ari memesan minuman dingin dan makanan ringan untuk mereka berdua. Ia menunggu Yanti agar mau bercerita tentang kehidupannya setelah berpisah dengan rekan sekerjanya.

“Maukah bercerita? Apa yang kamu lakukan di depan kantor polisi tadi? Kamu kelihatan gelisah.”

“Aku tak mengira bahwa hidupku akan seperti ini. Menderita dan tak punya uang,” akhirnya Yanti membuka suara.

“Tapi kamu memiliki mobil? Samadi yang membelikannya?”

“Mobil itu atas nama Samadi, tapi uang yang dipergunakan untuk membeli adalah uangku.”

Ari diam menunggu, pasti akan lebih banyak yang bisa diceritakan Yanti setelah ia bisa menata batinnya.

“Yanti, kamu boleh cerita semuanya. Aku masih sahabat kamu,” kata Ari setelah beberapa saat lamanya Yanti masih tampak ragu-ragu.

“Ketika Samadi diceraikan Minar, ia benar-benar tak punya apa-apa. Untungnya dia telah membeli rumah kecil yang kemudian kami tempati, entah dari mana uangnya aku tidak tahu. Tapi kemudian dia memang tak punya apapun selain rumah itu. Lalu aku menjual rumah pemberian suami aku, dan hampir semuanya dipegang Samadi, yang katanya untuk mendirikan sebuah usaha. Kamu kan tahu, bahwa sebenarnya aku tuh lugu dan katakan saja bodoh. Aku biarkan uang dibawanya, diberikan mobil itu, dan sisanya dia katakan untuk modal usaha. Dia menipu aku, katanya sudah memiliki usaha, dan aku senang, walaupun dia bilang, usaha itu atas namanya sehingga aku tidak boleh ikut campur.”

“O, jadi kemudian dia mendirikan sebuah perusahaan, begitu?”

“Ternyata dia hanya pegawai sebuah perusahaan, hanya saja dia diserahi tanggung jawab atas usaha itu. Jadi jelasnya, dia punya jabatan penting. Aku kecewa karena dia menghabiskan uang itu entah untuk apa, tapi terhibur karena setiap bulan dia memberikan gaji yang lumayan. Tapi entah dia melakukan apa, kemudian dia dipecat.”

Ari membelalakkan matanya.

“Dia korupsi?”

“Dia melakukan pelecehan atas seorang gadis, yang ternyata bekas anak tiriku.”

Lalu Yanti menceritakan semuanya, dan bagaimana dia yang tadinya ingin membela suaminya dan protes atas pemecatannya, tapi kemudian dia melihat sebuah bukti keburukan kelakuan suaminya.

“Setelah itu aku tidak pulang, sudah beberapa hari setelah aku melihat bukti kelakuan Samadi. Aku sampai tidak tahu malu menemui bekas suami aku, tapi ditolak. Aku mau menjual mobil itu untuk modal kerja, tapi susah karena atas namanya adalah atas nama dia.”

“Ya Tuhan, ternyata Samadi memang jahat. Sudah benar Minar menceraikannya, dan kamu juga seharusnya tidak usah kembali sama dia.”

“Tidak, aku hanya butuh uang, ingin membuka usaha kecil-kecilan. Tapi terbentur modal.”

“Lalu apa yang kamu lakukan di depan kantor polisi itu?”

“Ingin melaporkan suami aku, atas penipuan yang dilakukannya, terutama agar mobil ini kembali menjadi milik aku karena uang yang dipakai membeli juga uang aku.”

“Kenapa tidak segera melaporkannya?”

“Aku takut.”

“Takut apa?”

“Bukankah aku merebut Samadi yang masih menjadi suami Minar? Kalau polisi tahu, jangan-jangan aku dihukum juga.”

Ari menahan tertawanya mendengar keluguan Yanti. Tapi ia merasa kasihan, bahwa karena keluguan itu hidupnya jadi merana.

“Kamu akan melaporkan penipuan Samadi, dan kasus dengan Minar bukan yang akan diangkat dalam pelaporan kamu.”

“Pasti polisi akan bertanya dari awal.”

“Jangan takut. Minar kan tidak menuntut. Ayo aku antarkan kamu.”

“Benarkah?”

“Habiskan makanan itu, lalu kita ke sana sekarang. Sebenarnya aku sedang mau memesan kebutuhan warung, tapi tidak harus sekarang. Ayo aku antarkan kamu dulu.”

Yanti merasa lega. Sungguh dia sangat kagum atas kebaikan hati sahabatnya yang satu ini. Walau kelakuannya sangat menyebalkan, tapi dia masih bersedia menolongnya.

***

Elsa sedang berjalan-jalan bersama pembantunya. Ia berangkat pagi-pagi, lalu makan pagi di pasar, duduk di atas tikar yang digelar, makan bubur lemu dengan lauk sambal goreng dan tahu putih. Ia makan dengan nikmat, bahkan ia menambah lagi satu porsi karena merasa kurang. Sang pembantu hanya tersenyum-senyum melihat ulah majikannya.

“Bik, bisakah kamu membuat bubur seperti ini, dan lauknya juga seperti ini?”

“Bisa saja. Kalau Non Elsa mau, tentu bibik akan buatkan.”

“Baiklah, besok pagi kita sarapan bubur masakan kamu ya Bik?”

“Siap, Tuan Putri,” canda bibik.

“Ih, kok tuan putri sih?”

“Habisnya, saya melihat Non Elsa bersikap sangat manis, seperti putri dalam dongeng, yang dulu sering bibik ceritakan ketika Non masih kecil. Membagi-bagi uang kepada fakir miskin, memberi baju juga buat mereka.”

“Benarkah Bibik suka cerita, ketika aku masih kecil?”

“Non Elsa pasti lupa, waktu itu Non masih kecil, tapi tidak mau tidur kalau bibik belum mendongeng.”

“Kalau begitu nanti malam Bibik harus mendongeng sebelum aku tidur.”

“Yaaah? Non ingin mendengarkan bibik mendongeng lagi?”

Elsa mengangguk, membuat sang pembantu tersenyum lucu.

Hari itu mereka penat berjalan-jalan. Hari sudah siang dan Elsa merasa sangat letih. Ia mengajak makan siang di sebuah warung dipinggir jalan. Makanan yang disediakan sangat banyak dan bermacam-macam. Elsa memesan nasi dan beberapa lauk yang belum pernah dikenalnya. Bakwan jagung, oseng daun papaya, telur pedas. Bibik membiarkannya. Ia tahu bahwa majikannya sedang menjalani hidup yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Hidup merakyat dan sederhana.

Ketika mereka keluar dari warung itu, tiba-tiba si bibik melihat sebuah dompet terjatuh. Seorang laki-laki lewat begitu saja, tanpa sadar bahwa dompetnya terjatuh. Bibik memungutnya, lalu berteriak.

“Paak … eh .. maas … eh .. paaak … dompetnya jatuh nih,”  teriak bibik sambil mengacungkan dompetnya.

Laki-laki itu membalikkan tubuhnya, dan bergegas menghampiri. Elsa sangat terkejut, karena dia mengenal laki-laki itu. Setelah menerima dompet dan mengucapkan terima kasih, laki-laki yang adalah Seno menatap gadis di samping penemu dompetnya. Agak terpana melihat gadis cantik yang serasa pernah dikenalnya. Tapi kemudian Elsa menarik tangan bibik untuk membalikkan tubuhnya, menjauhi Seno.

“Eh, Non Elsa, bibik bisa jatuh kalau ditarik begini.” Teriaknya agak keras.

Seno terkejut. Wanita paruh baya itu memanggilnya non Elsa.

“Oh ya, wajah itu, Elsa. Mengapa penampilannya berbeda? Pakaiannya rapi dan kelihatan cantik dengan kerudung menutupi rambutnya. Tapi, dia keluar dari warung di pinggir jalan itu? Pasti bukan Elsa yang aku kenal. Tapi wajahnya mirip, namanya juga Elsa.”

Karena penasaran, Seno mengejarnya. Tapi ia tak melihat mereka lagi.

“Kemana dia? Bagaimana bisa menghilang begitu saja?”

Seno membalikkan tubuhnya, tanpa tahu bahwa Elsa dan pembantunya bersembunyi dibalik sebuah mobil.

***

“Mengapa Non bersembunyi?” tanya si bibik heran. Dia tidak tahu bahwa Seno bekas tunangan Elsa karena setelah pertunangan itu, Seno belum pernah mengunjungi rumah Elsa. Kalaupun pernah datang bersama orang tuanya sebelum pertunangan, bibik juga tak begitu memperhatikannya.

“Aku nggak mau ketemu dia lagi.”

“Aduh Non, dia tuh ganteng banget, tahu nggak sih?”

“Aku nggak suka dia, ayo kita pulang saja, dia sudah pergi bukan?”

“Ya sudah pergi, tadi mengejar kita, tapi Non mengajak bibik bersembunyi. Jangan-jangan dia mengejar karena tertarik sama Non. Habisnya, Non cantik sekali.”

“Sudahlah Bik, ayo kita pulang saja,” kata Elsa sambil menarik tangan bibik menuju ke arah mobilnya.

Tapi sebelum mereka masuk ke dalam mobil, Elsa melihat Sekar bersama Barno, keluar dari dalam sebuah restoran. Dengan bersemangat, Elsa memanggilnya.

“Sekaaaar!”

Sekar menoleh, tapi ia tak melihat orang yang dikenalnya.

“Sekaaar!”

Elsa penasaran karena Sekar tak melihat ke arahnya, lalu dia menghampirinya.

“Sekar!” Elsa mendekat kemudian meraih tangannya.

“Ini … Mbak Elsa?” tanyanya sambil menatap Elsa tak berkedip.

“Kamu kira siapa? Hantu?”

Sekar menatapnya kagum.

“Saya kira bidadari,” candanya.

“Sekar, kamu bercandanya keterlaluan. Mana ada bidadari keluyuran di sekitar pasar?”

“Ya ampun, Mbak Elsa cantik sekali.”

“Terima kasih Sekar, ini kan karena saran kamu.”

“Benarkah? Aduuh ini sangat menyenangkan. Sungguh, Mbak Elsa kelihatan cantik dan anggun.”

“Kapan-kapan aku mau main ke rumah kamu, nanti aku minta alamatnya ya? Kirim lewat nomor aku. Oh ya, aku belum pernah memberikan nomor kontak aku ya, sini, aku catatkan,”

“Terima kasih Mbak. Oh ya, kenalkan, ini Mas Barno.”

“O, ini yang calon kamu itu ya? Kenalkan Mas, saya Elsa.”

“Saya Barno,” sambut Barno sambil bersalaman.

“Tapi kami buru-buru nih Mbak, harus segera kembali ke kantor. Nanti kalau mau ketemuan, kirim pesan saja. Sebenarnya kami janjian sama mas Seno, tapi nggak tahu kemana dia, kami sudah selesai makan tapi dia belum muncul juga.”

“Baiklah, aku juga sudah mau pulang,” kata Elsa tanpa mengatakan bahwa tadi dia ketemu Seno.

***

Tapi ketika Elsa dan bibik sudah masuk ke dalam mobil, seseorang nyeletuk di samping Elsa, mengatakan bahwa ban depannya kempes.

“Lhoh, iya tuh Bik, ban kita kempes,” keluh Elsa setelah turun dari mobil.

Bibik ikutan turun. Keduanya mengamati ban depan yang kempes. Bingung tak bisa memasang ban serepnya, Elsa kemudian mengambil ponselnya, ingin memesan taksi online.

“Kita naik taksi saja Bik, mobilnya biar diurus orang kantornya papah,” kata Elsa.

Tapi sebelum ia berhasil menemukan kontak taksi online yang ingin dipanggilnya, sebuah panggilan mengejutkannya.

“Elsa? Ini kamu kan?”

“Iya, Seno,” jawab Elsa tanpa menatap wajah penyapanya.

“Aku hampir tak mengenali kamu. Kenapa mobil kamu? Kempes ya?”

“Iya mas, kempes tuh,” sambung bibik yang merasa kasihan melihat Elsa mengacuhkan laki-laki ganteng yang sedari tadi dihindarinya.

“Nggak usah mencari taksi, ayo aku antar saja,” kata Seno yang merasa ada debaran aneh melihat wajah cantik di depannya.

“Nggak usah, aku naik taksi saja.”

“Elsa …” Seno seperti memohon.

Tapi Elsa sudah menelpon taksi, dan minta segera menjemputnya.

“Bik, keluarkan belanjaan kita, taksi sudah hampir datang,” perintah Elsa tanpa mengacuhkan Seno yang kebingungan.

“Elsa, aku minta maaf, karena_”

“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Lupakan saja,” kata Elsa yang kemudian membantu bibik mengeluarkan barang-barangnya.

Bahkan sampai taksi yang dipanggil datang, Elsa sama sekali tak melihat ke arah Seno, Ia segera masuk ke dalam taksi sambil menarik lengan bibik.

Seno terpaku ditempatnya. Ia memandangi taksi yang menjauh dengan membawa bekas tunangannya yang sudah berubah penampilan. Seno heran dan bertanya pada dirinya.

“Apa yang terjadi? Dulu aku membencinya, tapi sekarang aku merasa berdebar saat melihatnya.”

***

Besok lagi ya.

54 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah SJ_49 sudah tayang, yuk kita baca bersama
      Selamat uti Nani juara 1 lagi.

      Matur nuwun bu Tien dalam SEROJA dan tetap ADUHAI

      Delete
    2. Hore...dah tayang. Matur nuwun Mbak Tien sayang. Salam Aduhai selalu.

      Delete
  2. Alhamdulillah, mtr nuwun, sehat & bahagia selalu Bunda Tien

    ReplyDelete
  3. Sllu juara... Keren....


    Alhmdllh, trma kasih mbu Tien

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah akhirnya datang juga....

    Terimakasih Bu Tien Kumala....

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun mbak Tien-ku, Sebuah Janji telah tayang.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah... Matur nuwun Bunda Tien. Salam sehat selalu 🙏🌹🦋

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, salam. Sehat bund...

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga tetap sehat penuh barakah, aamiin

    ReplyDelete
  9. Terimakasih bunda Tien SJ 49 sdh hadir

    ReplyDelete
  10. Woiii Seno mulai jatuh cinta sama Elsa....trims Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  11. Jual mahal ya, ketemu sang mantan tapi cuek. Berkat saran si 'sekretaris kampungan ' yang ternyata manjur.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang, salam sehat dan tetep semangat dari Pagelaran, Lampung

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah SEBUAH JANJI~49 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  14. Makasih mba Tien.
    Sehat selalu dan tetap semangat

    ReplyDelete
  15. Trimakasih Bunda Tien .... Salam sehat kagem bu Tien

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah SJ no 49 telah tayang....
    Matur nuwun bunda Tien cantik.
    Salam sehat dan bahagia selalu bersama keluarga tercinta. 😘😘❤❤❤
    Aamiin 🤲🤲🤲

    ReplyDelete
  17. Tuh kan ..... Dari benci menjadi cinta ....
    Terimakasih bu Tien
    Salam sehat dan aduhai selalu.

    ReplyDelete
  18. Aduh hai Seno berdebar melihat Elsa yg sudah berubah jadi anak baik dan anggun.
    Tanda2 ada getaran cinta...
    Semoga karena sudah ada persahabatan Elsa - Sekar - Seno, akan memperlancar tersambungnya hubungan Elsa dan Seno.

    Penasaran lanjutnya.. Matur nuwun ibu Tien, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  20. Yg bagus seperti elsa bertobat dan berubah jadi baik. Trims bu tien

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah ...
    Syukron nggih Mbak Tien ... jd pengen bubur lemu nich 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah SJ 49 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah Sebuah Janji Eps 49 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari. Semoga mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.

    ReplyDelete
  24. Lha ini Seno mau bikin nasi goreng rupanya.
    Maksud té piyé kok nyegå gorèng,
    laiyå tå gênah sêgå wadhang wis anyêp digawé angêt manèh,
    wo.. cé èl bé ka tå.
    modèl saiki ora tèklèk²an, pådhå ora donk kalèn, yå wis dadi got, got yå ngumpêt.
    Nggak apa² kan ada perubahan yang baèk dan lebih, bikin risau gitu.
    Jadi inget kisah temen persis kaya Winarno; anak perempuan nya deket cowok yang disukai anak single parent lagi, wuah buru² persiapan menemui emaknya; harapan kedepannya biar enggak canggung besok² toh kalau cucu kan sama-sama merindukan, biar luwes aja nggak canggung ; seiring berjalanya waktu jadilah ortunya dulu baru sama² menerima cucu dengan tak ada rasa canggung, tak ada beban, anakpun masing-masing menerima saudara tiri sebagai pasangan sedjati.
    Lha kalau minta balikan kusut penampilan terus di delete aja, kan nggak bikin jrèng bisa² nambah urusan lebih ruwet.
    Ah lagi-lagi kemajuan itu lebih bisa diterima dari pada kemunduran.

    Terimakasih Bu Tien,
    Sebuah janji yang ke empat puluh sembilan sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, Memang Tuhan yang bisa membolak balikkan hati seseorang, seperti hati Elsa itu.
    Matur nuwun bunda Tien, Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  26. Ciri khas karya ibu Tien nih...sudah ada tanda2 mau tamat...kalau tokoh antagonisnya sudah bertobat jadi baik. Terima kasi, ibu Tien. Semoga sehat selalu dan tetap berkarya.

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah akhirnya bisa masuk lagi.. aduhai .. senangnya .. salam hormat buat bunda Tien .. dan semua keluarga besar PCTK ..🥰🥰🥰

    ReplyDelete
  28. Wah rupanya Mas Seno mulai terkiwir2 lagi dengan Mbak Elsa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lho....selamat bida ketemu juga disini,..... Diapain HP-mu???

      Delete
  29. Alhamdulillah, salam sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  30. Salam sehat .....Salam Aduhai.
    Se Aduhai miss Elsa yang mangklingi.
    Hati sudah deg deg an, eh jusl mahal dulu ah ....... Seno yang klepek² .....kapokmu kapan ......

    Yanti ......Yanti .....biar gitu jangan kuatir lho masih ada pendukungmu......yang selalu menampilkan slogan ....."" Yanti .....kamu bisa..."

    Apa yang dituai sama dengan apa yang ditanam.....

    Salam kagem penulis kita tercinta ibu Tien Kumalasari ....sekali lagi ...salam aduhai ......

    ReplyDelete
  31. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman

    ReplyDelete
  32. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  33. Hallo juga
    Alhamdulillah
    Matur nuwun bu
    Semoga selalu sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  34. Hatur nuhun bunda Tien..slm sehat selalu unk bunda🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  35. Sambil menunggu episode berikutnya. Sptnya Seno mulai punya rasa debgan Elsa setelah mengubah penampilannya. Semoga langgeng. Happy end ya bunda Tien

    ReplyDelete
  36. Terima kasih bu Tien
    Makin setres Seno krn tak dpt Sekar
    La kok Elsa dah ngerubah penampilan juga perangainya jd agak halus ..apa adanya

    ReplyDelete