BUKAN MILIKKU
19
(Tien Kumalasari)
Retno tak menjawab, tapi matanya memancarkan
kemarahan. Pak Siswanto tentu saja menangkapnya. Wajahnya berubah dingin.
“Apa kamu menolak? Aku sudah memberi banyak kepada
keluarga kamu, apa kamu mau mengingkarinya?”
“Bapak memberikan harta, dan minta imbalan nyawa?”
kata Retno dengan berani.
“Apa katamu? Bukankah kamu tidak suka sama anakku?
Kata Sapto kamu bahkan minta diceraikan. Baiklah, setelah anakmu lahir kamu boleh
minta cerai. Tapi anakmu adalah anaknya Sapto, dia akan dirawat olehnya. Apa
itu salah?”
“Saya tidak bisa berpisah dari anak saya, jadi kalau
kami bercerai, dia akan bersama saya.”
“Apa kamu bilang? Kamu tidak bisa melakukannya.
Memangnya kamu mampu?” suara pak Siswanto meninggi.
Budi mulai khawatir. Kalau ayahnya marah, apapun bisa
dilakukannya.
“Bapak, lebih baik hal itu dibicarakan nanti saja. Mbak
Retno masih dalam taraf hamil muda, kesehatannya harus dijaga, karena kesehatan
ibunya juga akan berpengaruh kepada bayi yang dikandungnya.”
Pak Siswanto menatap Budi dengan marah, karena
dianggap menghalanginya. Tapi ia segera sadar bahwa apa yang dikatakannya itu
benar. Dengan wajah dinginnya dia berdiri kemudian meninggalkan Retno dan Budi
yang masih duduk terpaku di sofa.
Retno tak ingin meneteskan air mata. Perlakuan
keluarga Siswanto yang seakan membuat dirinya hanya sebagai wadah pembuat bayi
bagi mereka, sangat membuatnya marah. Ia akan berusaha menentangnya.
“Mbak Retno tenang ya, jaga kesehatan demi bayi yang
Mbak kandung.”
“Apa kamu juga berharap agar aku menyerahkan bayiku?”
tanya Retno tajam.
“Tidak. Mbak jangan salah sangka. Aku sama sekali tak pernah
berpikiran seperti itu. Mbak harus percaya bahwa aku berada dipihak Mbak Retno.”
“Sungguh?”
“Aku akan terus mendukung Mbak Retno.”
“Terima kasih Budi, selama berada disini, hanya kamu
dan Ibu yang peduli sama aku. Semoga Ibu tidak mempunyai keinginan yang sama
dengan keinginan pak Siswanto.”
“Ibu ingin memiliki cucu, tapi tidak ingin
memisahkannya dengan Mbak.”
“Mengapa saya harus berpisah dengan anakku?”
“Bapak amat menyayangi Mbak Kori. Setelah kecelakaan
itu, bapak ingin agar mbak Kori senang karena mendapatkan seorang anak, walau
bukan terlahir dari rahimnya.”
“Panti asuhan banyak bayi terlantar, dan butuh
perhatian.”
“Tapi bukan darah daging Mas Sapto.”
Retno terdiam. Rasa sayang kepada bayi yang
dikandungnya mulai tumbuh. Dalam hati dia berjanji tak akan mau melepaskannya,
walau dia membenci laki-laki yang membuatnya hamil. Perasaan itu muncul dengan
berjalannya waktu, dan sebuah kesadaran bahwa bayi itu tak berdosa. Budi juga
pernah mengatakannya.
“Itu masih lama, pasti akan ada jalan terbaik untuk
Mbak Retno. Saya tetap akan mendukung Mbak Retno.”
“Terima kasih, Budi.”
***
Sapto sedang gelisah malam itu. Ia ingin pulang ke
Solo, tapi Kori pasti menentangnya. Kalau dia nekat, maka Kori akan mengamuk,
bahkan akan menyusul ke Solo dan membuat kegaduhan di sana. Sapto tak ingin
Retno terluka. Bukan hanya karena Retno sedang mengandung anaknya, tapi entah
dari mana datangnya, ada rasa sayang yang mulai tumbuh di hatinya.
“Mas, sudah malam, ayo tidur,” ajak Kori ketika melihat
suaminya masih duduk bersandar di sofa.
“Tidur saja dulu, aku belum mengantuk. Ini belum ada
jam sembilan.”
“Tapi aku sudah mengantuk.”
“Kalau begitu tidurlah dulu.”
“Aku mau ditemani Mas.”
“Apa kamu anak kecl?” kesal Sapto.
“Mas kok gitu, nggak suka ya, menemani isteri sendiri
tidur? Apa Mas sedang memikirkan sesuatu? Perempuan kampungan itu?”
“Jangan lagi menyebutnya perempuan kampungan,” kata
Sapto tandas.
“Kenapa Mas? Kenapa Mas sekarang membelanya? Apa Mas
mulai jatuh cinta sama dia? Iya kah Mas?”
“Bagaimanapun dia ibu dari anakku, aku minta agar kamu
tidak merendahkannya.”
“O, jadi karena itu?”
“Sudah, kamu tidur saja, malam-malam mengajak ribut,”
gerutu Sapto.
Tiba-tiba ponsel Kori berdering.
“Dari bapak,” kata Kori riang. Kori tahu bahwa bapak
mertuanya sangat menyayanginya, lebih-lebih setelah ia mengalami kecelakaan
itu.
“Ya Bapak,” sapa Kori.
“Kamu sudah tidur?”
“Belum Bapak, baru mau tidur. Ada apa Bapak malam-malam
menelpon?”
“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengingatkan, bahwa
kamu harus mulai belajar menjadi ibu.”
“O, tentang bayi itu? Iya Bapak, Kori akan belajar.
Bukankah setelah bayi itu lahir, mas Sapto akan menceraikannya?”
“Tidak !” tiba-tiba Sapto memutus pembicaraan itu.
“Apa Mas? Jadi Mas masih akan tetap
memperisterikannya?”
“Ada apa Kori?”
“Mas Sapto mengatakan bahwa dia tidak akan menceraikan
Retno.”
“Sudah, jangan kamu pikirkan. Aku nanti yang akan
mengaturnya.”
“Benar ya Pak, Kori tidak ingin punya madu.”
“Iya, Bapak mengerti. Ya sudah, tidur saja, jangan
memikirkan apa-apa.”
Wajah Kori tampak sangat masam begitu pak Siswanto
menutup ponselnya.
“Mas, jawab Mas, apa kamu bersungguh-sungguh?” kata
Kori sambil menggoyang-goyangkan tubuh Sapto.
“Apa sih, kamu ini.”
“Kamu tadi bilang tidak akan menceraikan Retno kan?”
“Tidak.”
“Mengapa Mas? Aku tidak mau dia mengganggu ketenangan
hidupku.”
“Kamu sendiri yang membuat hidup kamu tidak tenang.”
“Kamu mulai mencintainya?”
“Anakku butuh ibu yang melahirkannya.”
“Aku akan menjadi ibunya, bukankah itu janji ayah
mertuaku?”
“Dia butuh asupan ASI.”
“Mas, ada susu formula yang bagus untuk bayi.”
“Tidak untuk anakku, sekarang tidurlah, kamu membuat
aku pusing.”
“Aku akan bilang sama bapak tentang keinginan kamu ini,”
pekik Kori sambil berlari ke kamar dan menangis. Sapto membiarkannya.
***
“Telpon siapa sih Pak, malam-malam begini?”
“Kori.”
“Ada apa?”
“Bapak cuma bilang tentang bayi itu, supaya dia
senang.”
“Bayi belum tiga bulan dalam kandungan, Bapak
membicarakannya terus.”
“Memangnya kenapa? Ini pelampiasan rasa senang aku
karena akhirnya Sapto dan Kori akan memiliki anak.”
“Bapak jangan lupa kalau Retno itu ibunya.”
“Aku tidak lupa. Tapi bukankah dulu dia bilang minta
cerai?”
“Maksud Bapak, akan menceraikannya setelah dia
melahirkan?”
“Itu kemauannya.”
“Itu tidak manusiawi Pak, bayi itu membutuhkan ibu
kandungnya. Walaupun itu anaknya Sapto, biarkan Retno merawatnya.”
“Kori tidak akan mau, dia ingin merawatnya sendiri.”
“Aku tidak yakin dia bisa melakukannya.”
“Bagaimana kamu bisa tidak yakin? Kori juga perempuan.”
“Tak ada sifat keibuan dalam dirinya. Aku bisa
melihatnya.”
“Jangan dulu menilai buruk sama dia. Bapak selalu
merasa kasihan sejak dia divonis tidak akan bisa hamil. Apa ibu tidak merasa
kasihan?”
“Iya, kasihan. Tapi cara mengasihani itu tidak dengan
cara memberikan bayi untuk dirawat. Harus dilihat dulu, apa dia mampu melakukannya.”
“Ah, Ibu itu selalu tidak sependapat dengan aku.”
“Biarkan Retno merasa tenang, kalau Bapak mengutarakan
maksud yang tidak masuk akal itu, dia akan terluka. Saat ini dia butuh
ketenangan, demi kesehatan bayinya juga. Kesehatan seorang ibu yang sedang
hamil sangat berpengaruh pada bayi yang dikandungnya.”
“Ya sudah, terserah kamu mau apa, yang penting aku
tidak mau siapapun menentang keinginanku.”
***
Pagi hari itu Retno mendekati ibu mertuanya yang sedang
duduk di tepi kolam.
“Retno, kamu merasa sehat hari ini?”
“Lebih sehat Bu.”
“Syukurlah. Kalau merasakan apa-apa yang tidak nyaman,
bilang sama Ibu.”
“Iya Bu.”
“Barangkali benar, kamu selalu muntah-muntah kalau dekat
dengan Sapto. Tapi ini sudah hampir tiga bulan, barangkali kalau sewaktu-waktu
Sapto datang, kamu tidak akan muntah lagi.”
“Bu, saya ingin ke rumah ibu saya pagi ini, bolehkah?” kata Retno mengalihkan pembicaraan.
“Oh, ya. Tentu saja boleh. Sekali-sekali kamu juga
harus memberikan uang belanja untuk ibumu, supaya dia senang.”
“Iya Bu.”
“Gunakan uang yang diberikan suami kamu. Untuk
belanja, atau apa saja.”
“Iya.”
“Bu, Budi mau ke kantor dulu,” kata Budi yang
tiba-tiba mendekati ibunya.
“Oh iya Bud, kalau begitu antarkan Retno sekalian,”
kata bu Siswanto.
“Mbak Retno mau kemana?”
“Mau menengok orang tuanya. Pastilah dia kangen.”
“Baiklah, mau berangkat sekarang Mbak?”
“Iya, tapi aku bisa naik taksi saja.”
“Nggak apa-apa, saya antarkan sekalian. Mbak Retno
sudah siap kan?”
“Aku ambil tas ku dulu ya.”
“Baik, aku tunggu di depan Mbak.”
“Pamit sekalian Bu,” kata Retno sambil mencium tangan
ibu mertuanya.
“Iya, sampaikan salamku untuk ibumu ya.”
“Baik Bu.”
Bu Siswanto menatap punggung Retno dengan rasa iba. Ia
tahu Retno lebih baik dari Kori, dan Retno lebih pantas merawat anaknya
daripada Kori. Ia kesal pada keputusan suaminya yang akan memisahkan Retno
dengan anaknya kelak.
“Tidak, aku akan membela Retno. Kori merawat bayi?
Bisa-bisa dibanting si bayi nanti kalau dia sedang marah,” gumam bu Siswanto.
***
“Bu, punya uang limapuluh ribu?” tanya pak Kartomo
kepada isterinya pagi itu.
“Untuk apa?”
“Untuk pegangan lah, aku mau keluar sebentar.”
“Tidak ada.”
“Ibu kok pelit, kan kemarin baru dapat pesanan masakan
yang cukup banyak?”
“Iya sih, tapi uangnya sudah Ibu buat untuk belanja.”
“Masa limapuluh ribu saja tidak punya?”
“Ini, duapuluh ribu saja. Bapak itu uang selalu habis.
Untuk apa saja? Hentikan kegemaran merokok. Sama juga itu dengan membakar uang. Dan jangan sok kaya dengan mentraktir setiap orang."
“Sudah, mana uangnya?”
Bu Kartomo mengulurkan uang duapuluh ribu kepada
suaminya.
“Kita itu punya menantu kaya, tapi kenyataannya kok
hidup kita masih begini-begini saja. Aku sudah nggak bekerja apapun, aku kira
mereka mau memberi aku uang, ternyata sudah berbulan-bulan mereka tidak peduli.”
“Salahnya sendiri, mengandalkan kekayaan orang lain.”
“Menantu itu sama dengan anak, bukan orang lain.”
Pak Kartomo terus mengomel yang entah apa saja yang
diucapkannya, lalu keluar rumah dan pergi entah kemana.
Bu Kartomo hanya geleng-geleng kepala. Dia tak pernah
mengandalkan siapapun untuk mencukupi kebutuhannya. Sejak suaminya merasa punya
menantu dan besan orang kaya, dia memutuskan tidak pernah lagi bekerja apapun.
Jadi bu Kartomo berusaha menerima pesanan masakan dari siapa saja yang
membutuhkan untuk mencukupi kebutuhannya.
“Bu …” sebuah suara terdengar, dan bu Kartomo terkejut
melihat Retno datang menghampirinya.
“Retno,” pekik bu Kartomo senang, kemudian merangkul
Retno dengan erat.
“Retno kangen sama Ibu.”
“Ibu juga kangen sama kamu. Apa kamu baik-baik saja?”
“Retno baik Bu. Apakah Ibu juga baik?”
“Kamu lihat sendiri, ibu sehat.”
“Banyak perabotan habis dicuci, ibu habis masak besar?”
“Kemarin, ada pesanan dari bu lurah, prasmanan untuk
tamu-tamunya.”
“Ibu sekarang menerima pesanan masakan?”
“Iya Ret, mau apa lagi, daripada melamun. Kan ayahmu sudah
tidak mau bekerja lagi sejak kamu menikah.”
“Ibu tidak capek?”
“Ibu kan biasa masak Ret. Kamu sama siapa, ayo duduk
di depan, ibu buatkan minum.”
“Disini saja Bu, Retno sendirian. Retno kangen bau dapurnya Ibu.”
Bu Kartomo tertawa.
“Bau dapur saja kok dikangenin. Tunggu, perutmu agak
buncit, kamu hamil?”
“Iya bu, sudah tiga bulan jalan.”
“Alhamdulillah nak, ibu senang. Apa mertuamu baik sama
kamu?”
“Sangat baik Bu.”
“Suami kamu juga baik?”
“Ya Bu.”
Retno sama sekali tak ingin membuat ibunya sedih. Ia
harus menampakkan kehidupannya yang bahagia, agar ibunyapun bahagia. Ia juga
tak ingin mengatakan bahwa dia hanya menjadi isteri muda.
Bu Kartomo membuatkan segelas minuman hangat untuk
Retno, lalu mengelus perut Retno lembut.
“Semoga sehat ya Ret. Kamu sehat, bayimu sehat.”
“Aamiin, terima kasih Bu. Oh ya Bu, ini ada sedikit
uang untuk Ibu belanja,” kata Retno sambil memberikan beberapa lembar uang
ratusan ribu kepada ibunya. Sebelum sampai ke rumah ibunya, Retno minta agar
Budi bersedia mampir sebentar ke ATM untuk mengambil sejumlah uang. Ia tahu
setiap bulan Sapto memberinya uang, tapi belum pernah sekalipun ia
mempergunakannya. Hari ini ia mengambil sebagian untuk ibunya.
“Retno, ini banyak sekali,” kata ibunya ketika
menerima uang tersebut.
“Tidak apa-apa Bu, simpan saja kalau Ibu belum
membutuhkannya. Retno ingin Ibu tidak kekurangan.
“Ibu sudah merasa cukup Ret. Ibu tidak ingin dikatakan
bahwa Ibu memanfaatkanmu.”
“Tidak, mengapa Ibu berkata begitu? Retno senang bisa
melakukannya.”
“Nggak enak sama mertua kamu.”
“Ibu mertua yang mengingatkan Retno agar selalu
memberi Ibu uang.”
“Benarkah?”
“Iya Bu, jadi Ibu terima saja. Untuk kebutuhan Ibu.”
“Terima kasih ya Ret, akan Ibu simpan saja, jangan
sampai ayah kamu tahu. Dia sangat boros, sekarang malah punya kegemaran merokok,
dan sering makan diluar dengan tetangga kampung. Sepertinya ingin
memperlihatkan bahwa dia banyak uang karena punya menantu kaya. Sekarangpun dia
keluar, entah pergi kemana.”
Retno menghela napas. Ada sedih tersirat, mengingat
karena ayahnyalah dia terjerumus didalam keluarga yang sebenarnya hanya
memanfaatkannya.
“Bu, Retno kangen masakan Ibu.”
“Ayolah, ibu sudah selesai masak, sebentar ibu
siapkan.”
***
Pak Siswanto sedang duduk sendirian di teras, ketika
tiba-tiba dilihatnya pak Kartomo datang.
“Selamat pagi pak,” kata pak Kartomo dengan
terbungkuk-bungkuk.
“Kamu Mo?”
“Tumben bapak ada di rumah.”
“Kamu mau apa?”
“Hanya kangen sama Retno.”
“Retno sedang keluar, aku tidak tahu dia pergi kemana.”
“Boleh saya duduk?”
“Duduklah, aku juga butuh ngomong sama kamu.”
Pak Kartomo naik ke teras dengan masih
terbungkuk-bungkuk, lalu duduk di depan pak Siswanto.
“Kamu butuh uang tidak?” kata pak Siswanto, yang kemudian
membuat mata pak Kartomo membulat dan berbinar-binar.
“Saya … sesungguhnya sungkan … tapi kan ….”
“Sudah, jangan banyak bicara, aku sudah tahu kalau
kamu suka.”
Pak Kartomo menutup mulutnya dengan sebelah tangan.
“Maaf.”
“Aku beri kamu uang, banyak. Tapi ada syaratnya.”
Pak Kartomo mendongakkan kepalanya, menunggu.
“Kamu harus bisa membujuk anak kamu.”
“Membujuk bagaimana Pak?”
“Minta agar dia mau menyerahkan anaknya dan tidak akan
bersikukuh untuk merawatnya.”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteJuara bok, selamat. Ah....bu Tien bikin penisirin dng nasib Retno selanjutnya. Ditunggu....
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah... horeee
ReplyDeleteYes
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih sdh tayang gasik
Selamat malam bunda Tien
Semoga sehat walafiat 🙏🙏🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteMakasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah, Terima kasih BM 19 sdh hadir
ReplyDeleteSemoga Ibu sehat dan sukses selalu.
Aamiin
Salam ADUHAIA
Alhamdulillah...
ReplyDeleteAlhamdulillah BM~19 tayang lebih awal.. maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteAlhamdullilah bunda BM sdh tayang.. Terimaksih.. Slmsht sll🙏🌹🥰
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien,
ReplyDeleteWalau capek seharian jawabin ucapan di WA, FB dan mungkin telpon.....
Ya itulah berkah jadi orang terkenal banyak berbagi cinta, jadi ya disyukuri dan dinikmati saja.
Alhamdulillah sdh ada BM 19. Trimakasih bu Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah, Selamat ultah Bu Tien, semoga senantiasa sehat. Aamiin. 🤲
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang. Matur nuwun bu Tien, semoga selalu sehat dan diberi Alloh sisa umur yg barokah..Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah, yang penting mbak Tien sehat selalu dan sukses selalu ya...
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu...
Alhamdulillah yang penting mbak Tien sehat selalu dan sukses ya
ReplyDeleteAkhirnya yang ditunggu muncul . Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan,
Selamat pagi semua pecinta ibu Tien! Hallo mbak Iyeng ternyata What a small world tuh bener, mbak Iyeng sama suaminya itu ternyata pernah bekerja di perusahaan pesawat Dornier di Munchen sama suami saya....yang tentu tidak saling mengenal, tapi mbak Iyeng kenal dengan teman-teman kami.....seperti kel pak Endro Haryono asal Solo, kel pak Dana dari Bandung, dan mereka bekerja satu dept di IPTN!
Delete𝐖𝐚𝐝𝐮𝐡 𝐨𝐦𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐧𝐲𝐚 𝐏𝐚𝐤 𝐒𝐢𝐬𝐰𝐚𝐧𝐭𝐨 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐤𝐚𝐜𝐚𝐮 𝐧𝐢𝐡 𝐧𝐲𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐏 𝐊𝐚𝐫𝐭𝐨𝐦𝐨 𝐦𝐛𝐮𝐣𝐮𝐤 𝐑𝐞𝐭𝐧𝐨..𝐣𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚 𝐧𝐠𝐠𝐞𝐧𝐚𝐡 𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚.
ReplyDelete𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐛𝐮𝐫 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐦𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 ...𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏🙏
Alhamdulilah sdh tayang BM..
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien..
Happy Birthday utk bundaku tersayang
Semoga sehat selalu dan penuh berkah
Aamiin.. 🙏🙏🙏❤❤
Alhamdulillah BM 19 sudah hadir menemani para pecintanya ,terus sehat dan terus berkarya bunda sayang
ReplyDeleteSelamat hari kelahiran tuk Bunda Tien semoga diberikan kesehatan yang prima panjang umur dan terus memberikan cinta tuk para penggemarnya ,❤️❤️
Hari ini tgl 22 maret miladxa butien ke 73 masih bisa tayang bm dgn baik hebat bener dan emang oyeeee tenan selamat ulang tahundan sehat selalu berbahagia utk dunia sampai akhirat nanti aamiin3c
ReplyDeletealhamdulillah....
ReplyDeletematurbuwun bu tien...
sehat selalu bu...
BM sdh hadir
ReplyDeleteKartomo2 mata duitan
Semoga Retno yg merawat anaknya
Maturnuwun, mb Tien
Salam manis nan aduhai
Yuli Semarang
Alhamdulillah .
ReplyDeleteMatur nuwun nggih Mbak Tien .. 🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah BM nya dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda selalu sehat
Selamat Ulang Tahun bunda
Salam sehat dan aduhai
Matur suwun Bunda Tien...
ReplyDeleteBukanMiliku 19 sdh hadir
Met milad bunda Tien ..barakallah fii umrik.smoga Allah limpahkan kesehatana ..kebahagiaan utk bunda n kel.besar ...aamiin
.
salam Seroja dr Semarang 😍
Trims Bu Tien.. sehat selalu
ReplyDeleteBu Tien memang hebat, sangat mengutamakan kepuasan penggemarnya dan konsisten menulis, bahkan di hari ultahnya hari ini. Luar biasa penulus idola kita ini. Salut!!Sekali lagi "Happy Milad" ya, bu...tadi sudah dibalas di Wapri. Sukses selalu dalam melanjutkan karya2nya. Amin.🙏🙏🙏
ReplyDeleteWaduh pak Kartomo jangan keblinger....sadar pak sadar...
ReplyDeleteBu Sis bijaksana dia tidak yakin Kori bisa merawat bayi Retno Retno yg lembut dan keibuan kali ini berani menentang mertuanya semoga dukungan Budi dan bu Sis menjadikan Retno percaya diri anaknya pasti jadi miliknya.Semoga
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMakin seru saja ceritanya
Kasihan nasib Retno...
Smoga kedepan ...dia bisa bahagiaa
Alhamdulillah BM sudah tayang.
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien
ADUHAI salam sehat selalu
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHappy birthday mbak Tien...
ReplyDeleteMertua laki² yg tdk punya perasaan. Dianggapnya semua bisa dibeli dgn uang, sampai² cucu sendiri juga dianggap barang yg bisa diberikan ke mantu galak.
ReplyDeleteTerima kasih mbak tien, semoga sehat selalu.
Mb Tien trmksh sdh tayang BM 19
ReplyDeleteSehat
semangat
produktif
happy
n
gbu🌺 dan yg pasti tetap
aduhai merangkai kata😘🤲🙏
Trimakasih bu Tien BM19nya..
ReplyDeleteBapak mertua sm bapak kandung sedang bersekongkol...
Dikira uang diatas segalanya..tanpa mikir perasaan orang lain..beuuh..😡
Salam sehat selalu dan aduhaii bu Tien..🙏🌷
Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
ReplyDeleteWah wah... belum ada wujudnya sudah dibuat rebutan. Kabarnya bayi itu hak asuh ada pada ibu. Tapi sebaiknya kita tunggu besuk lagi ya.
Salam sehat dari Sragentina, mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Happy birthday mbak Tien
ReplyDeleteSll sehat dan bahagia bersama klg... Teruslah berkarya.. Tuhan memberkati
Matur suwun bu tien, gasik...sehat selalu njih bu
ReplyDeleteAlhamdulillah BM 19 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Terimakasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu.
ReplyDeleteTerimakasih Bunda Tien BM 19 dah tayang,
ReplyDeleteKasian mbak Retno klu dipisahkan ama anaknya...hiks,
sehat2 selalu ya Bunda Tien
salam aduuhaiii 🙏🌷
Happy birthday ibu Tien, semoga sehat, bahagia sejahtera dan sukses selalu
ReplyDeleteSelamat ulang Tahun bu Tien, sehat selalu dan bahagia bersama kelg. Aamiin. Ditunggu sll cerbungnya
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien.Salam sehat, semangat, bahagia dan Aduhai selalu.
ReplyDeleteJangan sampai bayi Retno diasuh Kori, krn jiwanya gampang emosi.
ReplyDeleteBaiknya Sapto lebih peduli terhadap kenyamanan bayinya nanti, shg akan tetap doasuh Retno. Semua orang di rumah kecuali pak Siswanto mendukung bayi hrs diasuh ibu kandungnya.
Monggo ibu Tien dilanjut aja sangat penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.
HBD ibu Tien Kumalasari yg rajin, semangat, kreatip dalam membuat cerbung yg digandrungi banyak pembaca.
ReplyDeleteSemoga selalu sehat, melimpah berkat dan bahagia dimanapun berada...
Pak Siswanto terbuat dari apa hatinya kok tega2nya ingin memisahksn ansk dg ibunya. Sedang ayah Retno P Kartono mata duitan istilahnya tumbu oleh tutup ...
ReplyDeleteKasihan kau Retno .... dan Sapto sendiri sudah merasskan bibit2 cinta sama Retno.... Akanksn akhirnya Kori yg akan terbuang .... ????
Nunggu lagi ach dari Sang Penulis....
Matur nuwun M Tien. Semoga sehat selalu dan salam ADUHAIII
Sami2 Ibu Rochmah
DeleteADUHAI
𝘗𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘳𝘵𝘰𝘮𝘰 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘦𝘮𝘱𝘶𝘬 𝘱𝘢𝘬 𝘚𝘪𝘴𝘸𝘢𝘯𝘵𝘰 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯...
ReplyDelete𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...
Sami2 KP LOVER
DeleteADUHAI
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam hangat selalu mba. Aduhai
Sami2 Ibu Sul
DeleteSalam ADUHAI
Happy Milad Mbak Tien Kumalasari ... Smg diberi umur panj yg barokah , sehat , sukses , bahagia bersama kelrg tercinta , sll dlm ridho & lindungan Allah SWT ... Aamiin YRA Terima kasih buat cerbung BM nya ... Salam Aduhai
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
DeleteSami2 Ibu Enny
ADUHAI
Terimakasih Mbak Tien , salamn ADUHAI
ReplyDeleteSami2 Pak Pri
DeleteADUHAI
Selamat pagi dari Boston Massachusetts ibu-ibu dan bapak2 pecinta cerbung Bukan Milikku, Terima kasih ibu Tien saya sudah baca Bukan Milikku yang ke 19 hari ini, seru selalu bu Tien! Semoga ibu Tien selalu sehat!
ReplyDeleteTerimakasih kembali Ibu Willa.vjuga perhatiannya. Salam ADUHAI dari Solo Indonesia.
DeleteAssalamualaikum wr wb. Kartomo yg mata duitan, tega menjual Retno, kpd Siswanto yg tdk punya hati manusia untuk jadi istri kedua Sapto, anaknya dan demi Kori menantu kesayangannya. Retno, pertahankan hak mu untuk anak yg saat ini sdng kamu kandung. Sekarang banyak yg mendukung Retno, Bu Siswanto, Budiono, mungkin Sapto yg mulai mencintai Retno. Lbh baik Kori yg cerai, wanita galak yg dikawatirkan Bu Siswanto, bhw Kori tdk bisa merawat bayi dgn kasih sayang. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin seru dan semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin Allahumma Aamiin
Matur nuwun Pak Mashudi
Semoga retno kuat menghadapi semua masalah yang disebabkan bapaknya yang serakah itu. Aduhai...
ReplyDeleteHBD ibu Tien ... 🎂
ReplyDeleteSehat selalu ... 💪
Panjang Umur ... 👍
Bahagia bersama keluarga tercinta....❤️
Salam aduhai... ❤️🌈
Berkah Dalem Gusti 🙏🛐😇
Trims bu tien lanjut eps 20 y bu nanti malam ijin ibu maaf kalau ngirim knp tdk jam 9 atau jam 10 y bu🙏
ReplyDeleteSelamat Ulang Tahun ibu Tien...
ReplyDeleteSemoga sehat selalu..
Panjang umur..
Bahagia senantiasa ditengah keluarga tercinta...Berkah Allah selalu menyertai...🙏🎂🎁💐🤗😘
Terus berkarya dan membahagiakan banyak penggemar..🙏🌹
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk BMnya🤗
Terlalu ya Pak Siswanto blm merasakan melahirkan,,🤭,,begitu enaknya mau ambil anaknya Retno
Salam sehat wal'afiat semua bu Tien,,
Salam ADUHAAII
Selamat Ultah ke 73 mbak Tien Kumalasari, semoga panjang umur yg penuh berkah, tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alaamiin.
ReplyDeleteAlhamdulillah Retno tdk ketemu bpk yg jual anaknya demi status nya..eee malah ke besan minta uang ..waduh ...sehat2 bu Tien
ReplyDelete