Saturday, March 5, 2022

BUKAN MILIKKU 05

 

BUKAN MILIKKU  05

(Tien Kumalasari)

 

Pak Kartomo merangkul pundak anak gadisnya yang disambut oleh Retno dengan sangat gembira. Ia berteriak memanggil ibunya ketika langkah kakinya mulai menapak ruangan teras yang telah disulap oleh banyak hal baru yang ada disekitarnya. Meja kursi bagus, bunga-bunga sintetis yang mewarnai ruangan dengan semarak.

“Ibuuu … aku pulang …”

Bu Kartomo yang masih berkutat di dapur bergegas keluar, tersenyum haru menyambut kedatangan anak gadisnya, sambil membayangkan kekecewaan atau bahkan kesedihan ketika dia mendengar apa yang akan menimpanya.’

“Ibu jangan menangis lagi ya, Retno sudah pulang dan akan lama tinggal dirumah,” katanya sambil memeluk ibunya erat-erat. Bu Kartomo menyambut pelukan anaknya  dengan isak tertahan. Tak mampu rasanya melihat apa yang terjadi setelah mendengar semuanya. Tampaknya Retno memang belum tahu apa-apa. Wajah riang itu masih tampak nyata mewarnai rona dan sinar sepasang bintang yang menghiasi wajah cantiknya.

“Mengapa Ibu masih menangis juga?” kata Retno sambil menarik Ibunya agar duduk di sebuah sofa di kamar tamu. Sofa baru berwarna merah muda, selaras dengan warna tembok yang menghiasi sekeliling ruangan itu.

“Retno sangat bahagia melihat semua ini. Tapi dari mana Bapak mendapatkan uang? Ini pasti sangat mahal,” celetuk Retno sambil menatap ayahnya yang tersenyum-senyum duduk di depannya.

“Memang sangat mahal, dan semua ini dari calon suami kamu,” katanya ringan.

“Ya ampuun. Mengapa mas Yudi tidak mengatakan apapun tentang ini? Ini kejutan yang benar-benar membuat aku terkejut," pekik Retno sambil bertepuk tangan pelan, lalu matanya mengitari seluruh ruangan yang semuanya tampak apik menyenangkan.

Bu Kartomo kembali menitikkan air mata.

“Ibu, ini membahagiakan. Saat ini mas Yudi sedang tugas ke luar Jawa, selama seminggu. Dia akan datang kemari setelah kembali dan melamar Retno. Retno tidak menyangka dia memberi kejutan yang begini indah,” kata Retno dengan wajah berbinar.

“Siapa bilang ini dari Wahyudi?” tiba-tiba suara itu menghilangkan senyum yang semula tersungging di bibir Retno.

“Apa maksud Bapak? Bukankah Bapak bilang tadi bahwa ini dari calon suami Retno?” tanya Retno sambil mengerutkan keningnya.

“Siapa bilang bahwa calon suami kamu itu Wahyudi?” kata pak Kartomo, masih dengan nada seenaknya.

“Apa? Apa yang Bapak katakan?”

Bu Kartomo memeluk Retno tiba-tiba, dan menangis sesenggukan di pundaknya.

“Bapakmu akan menikahkan kamu dengan anaknya pak Sis,” kata Bu Kartomo dalam tangisnya.

“Apa? Apa aku tidak salah dengar?” pekik Retno sambil mendorong tubuh Ibunya pelan.

“Itu benar nduk. Berbahagialah kamu karena menjadi menantu orang terpandang seperti pak Siswanto,” kata ayahnya sambil tersenyum.

“Apa maksud Bapak?”

“Kamu masih tidak mengerti ? Pak Siswanto memperbaiki gubug kita yang bobrok menjadi indah cemerlang seperti ini, karena dia ingin mengambil kamu sebagai menantu. Kamu harus bersyukur karena mendapatkan keberuntungan ini.”

“Tidaaaaak.” Retno menjerit sekuatnya, lalu berdiri dan berlari kedalam kamarnya. Bu Kartomo mengusap air matanya.

“Lihat kelakuan kamu.” katanya sambil menatap suaminya dengan marah, sebelum berlari mengikuti anaknya kedalam kamar.

Dilihatnya Retno tertelungkup diatas pembaringan, tubuhnya bergoyang-goyang oleh isaknya yang tak tertahankan. Bu Kartomo duduk ditepi pembaringan dan mengelus kepala anaknya lembut. Ia juga menangis.

“Sabar ya nduk, ini kemauan bapakmu,” bisiknya diantara isak.

“Mengapa Ibu tidak mencegahnya?”

“Ibu tak berdaya nduk.”

“Bagaimana dengan mas Wahyudi? Dia pasti sangat sedih dan kecewa. Dia sudah mempersiapkan segalanya. Apa salah dia Bu? Apa salah dia?”

“Ibu juga bingung nduk, tak kurang-kurang Ibu mengingatkan ayahmu, tapi dia tetap berpegang pada pendiriannya. Ia tak mau mundur, dan tak peduli pada nak Yudi yang sudah banyak berkorban untuk kita.”

“Aku tidak mau Bu, aku tidak mau … “ jeritnya keras.

“Mau tidak mau kamu harus menjalaninya.” Tiba-tiba suara pak Kartomo menggelegar dari luar kamarnya.

“Bagaimana dengan mas Wahyudi? Bapak lupa dia melakukan banyak hal untuk Retno, dan dia juga sudah mempersiapkan semuanya.”

“Kalau tahu siapa yang akan mempersuntingmu, dia akan mengerti. Mana mungkin dia bersaing dengan anak pak Siswanto. Dan kamu juga tidak akan kecewa. Dia ganteng dan lebih ganteng dari Wahyudi.”

“Bukan masalah rupa Pak, ini masalah rasa. Aku hanya mencintai mas Wahyudi.”

“Apa cinta? Itu tidak penting. Dia tidak akan membuat kamu kaya.”

“Aku tidak ingin kaya. Katakan Pak, apa salah mas Yudi sehingga Bapak tega melakukannya? Melukainya, menyakitinya?" 

“Aku yang ingin agar kamu kaya. Bukan karena dia bersalah. Salah dia hanya satu, dia tidak sekaya nak Sapto.”

“Bapak kejam !!” jerit Retno tak terkendali.

“Bapak melakukan yang terbaik untuk kamu. Jangan membantah. Pernikahan kamu akan dilakukan seminggu lagi.”

“Tidaaaak. Aku tidak mau.”

“Kamu harus mau. Dan awas, jangan coba-coba melarikan diri. Pak Siswanto mempunyai banyak anak buah yang pasti akan bisa menemukan kamu. Dan kalau berani Wahyudi berbuat macam-macam, dia akan menerima hukumannya,” ancam pak Kartomo, dan Retno tahu bahwa ayahnya tidak main-main.

***

Sore itu pak Siswanto sedang duduk bersama isterinya. Berita kepulangan Retno sudah didengar oleh mereka karena pak Kartomo langsung mengabarinya.

“Kita harus segera menyelesaikannya, sebelum gadis itu pergi. Sapto bilang ada seorang laki-laki yang selalu mengawasi gadis itu. Kemungkinan juga pacarnya,” kata pak Siswanto.

“Apakah ini pilihan yang tepat?” tanya bu Siswanto sedikit ragu.

“Mengapa kamu berkata begitu setelah semuanya dibicarakan? Sapto sudah melihatnya dan sudah setuju.”

“Iya, aku tahu. Apa benar dia gadis yang baik?”

“Aku sudah menyelidiki semuanya. Dia baik dan rajin serta pintar. Dia akan memberikan kita keturunan yang baik pula. Memang ayah ibunya agak bodoh, tapi anaknya tidak mengecewakan. Ibu kan juga pernah melihatnya ketika ayahnya masih bekerja disini?”

“Iya, memang dia cantik dan sangat santun.”

“Sudah, sekarang persiapkan segalanya. Seminggu lagi Sapto menikahi gadis itu dan dia akan langsung membawanya ke rumah ini. Aku tidak mau dia tinggal disana, karena Kartomo tidak akan mempersiapkan kamar pengantin. Aku melarangnya agar mengurangi pengeluaran setelah aku memperbaiki rumahnya agar tidak memalukan nantinya.”

“Bukankah hanya pernikahan sederhana?”

“Sangat sederhana dan yang penting resmi menikah. Sapto juga tidak mau ada pesta.”

“Baiklah, terserah Bapak saja. Aku sudah tidak tahan ingin segera memiliki cucu.”

***

Retno berkali-kali menelpon Wahyudi tapi tidak berhasil. Sungguh ia tak ingin menjalani pernikahan ini. Ia harus bisa lari dari rumah. Tapi sayangnya Wahyudi pasti belum kembali. Baru tiga hari Wahyudi bertugas, padahal katanya seminggu lamanya dia baru akan kembali. Ia terus menerus menangis, dan hanya ibunya yang selalu menghiburnya. Lalu tiba-tiba Retno kehilangan ponselnya.

“Ibu tahu ponselku di mana?” tanya Retno  panik.

“Tidak. Pasti ayahmu telah menyembunyikannya.”

“Ya Allah ya Tuhanku … Bapak benar-benar menyiksa aku … “ tangisnya.

“Nduk, rasanya tak ada yang bisa kita lakukan. Niat ayahmu sudah bulat, dan pernikahan itu akan benar-benar dilakukan.”

Retno bersandar pada sandaran tempat tidurnya, sambil memeluk kedua lututnya.

“Ayahmu sudah memesan perias, yang walaupun pernikahan akan diadakan sederhana, tapi dia ingin upacara adat tetap dilakukan.”

“Upacara adat apa Bu?”

“Ada siraman, ada midodareni.”

“Aku akan lari dari rumah Bu, kalau kesempatan itu ada.”

“Kamu tidak akan bisa melakukannya nduk, pak Siswanto mengawasi kamu terus menerus.”

“Mengapa tiba-tiba dia ingin mengambil Retno sebagai menantu? Bukankah banyak gadis-gadis yang sepadan dengan kedudukan mereka?”

“Ibu juga tidak tahu. Kabarnya nak Sapto itu juga tinggal di Jakarta. Kata ayahmu, nak Sapto sudah pernah melihatmu, bahkan pernah melihat kamu ketika berboncengan dengan seorang laki-laki, yang menurut Ibu dia adalah nak Yudi.”

“Oh, kalau begitu pasti dia orangnya.”

“Kamu pernah bertemu?”

“Ketika Retno berjalan dari kampus dan hampir memasuki tempat kost, ada sebuah mobil berhenti di belakang Retno. Pengendaranya seorang laki-laki yang terus mengawasi Retno.”

“Pasti dia orangnya Ret, dia seperti juga ayahnya, kata ayahmu mereka memiliki banyak anak buah dimana-mana.”

“Ya Tuhan. Mengapa dia memilih aku? Aku hanya mencintai mas Wahyudi bu, tidak yang lain,” Retno kembali terisak.

“Ibu juga sedih memikirkannya, tapi ibu tak bisa apa-apa nduk. Hanya pasrah. Entah apa yang nanti akan aku bicarakan ketika bertemu nak Wahyudi. Dia pasti sangat kecewa dan mengutuk kelakuan ayah kamu.”

“Ibu, aku ingin mati saja,” ucapnya pilu.

“Sssh, jangan pernah berkata begitu Retno, mati dan hidup itu hanya Allah yang menentukannya. Teruslah menjalani kehidupan. Takdir yang sudah tertulis tak ada seorangpun yang bisa mengubahnya.”

“Tidak Bu, Retno tak akan bisa hidup tanpa mas Wahyudi. Hanya dia yang Retno cintai, tak ada yang lain.”

“Ibu bisa mengerti nduk, teruslah berdoa dan memohon yang terbaik untuk hidup kamu. Sekali lagi jangan pernah menginginkan kematian sebelum Allah menentukannya. Kamu masih sangat muda, jalani hidup kamu dengan segala kekuatan dan ketabahan, apapun yang terjadi.”

“Bagaimana kalau Retno tidak kuat?”

“Kamu gadis yang kuat.”

“Bagaimana Retno harus mengatakannya pada mas Yudi? Bagaimana Bu?” kembali Retno menangis pilu.

“Retno, temuilah nak Wahyudi dan katakan semuanya.”

“Bagaimana caranya Bu? Dan mana mungkin Retno sanggup mengatakannya?”

“Retno, kalau kamu tidak bisa menemui nak Wahyudi, kamu bisa menelponnya. Katakan sebelum dia datang kemari dan ayahmu mengucapkan kata-kata yang lebih menyakitinya.”

“Menelpon bagaimana Bu, kan ponsel Retno tidak ada.”

“Nanti Ibu akan mencoba mencarinya di kamar, mudah-mudahan Ibu bisa melakukannya.”

Retno terdiam, tapi dalam hati dia sedang mencari cara, bagaimana agar bisa melarikan diri. Ayahnya setiap pagi dan siang berjaga di ruang depan, sedangkan kalau malam dia mengunci seluruh pintu. Tampaknya sang ayah sudah tahu bahwa Retno mempunyai niat untuk melarikan diri. Lalu terjadilah perang akal, diantara sang penjaga dan sang pencuri waktu.

***

Ini adalah hari ke enam, dimana Wahyudi pastinya sudah siap untuk pulang ke Jakarta. Di rumah pak Kartomo, kesibukan sudah tampak terjadi. Beberapa tetangga membantu mempersiapkan segalanya, karena besok akan diadakan upacara adat siraman. Bu Kartomo yang merasa sungkan terpaksa melayani para tetangga yang membantunya, yang semuanya pak Kartomo yang mengundangnya.

Pak Kartomo memasuki kamar Retno, bermaksud memintanya untuk bersiap untuk acara besok paginya. Kebetulan saat itu perias baru saja datang untuk membawa baju-baju dan perlengkapan untuk acara besok pagi. Pak Kartomo mempersilahkan perias meletakkan semua itu di kamar Retno.

“Silakan masuk Bu, taruh saja semuanya di meja,” kata pak Kartomo sambil mendahului masuk.

“Baiklah Pak. Lha mana ini calon pengantinnya?” tanya sang perias karena tidak melihat Retno di dalam kamarnya.

“Lho, pastinya di dalam,” kata pak Kartomo yang kemudian celingukan melihat ke sekeliling kamar. Retno tak ada. Ia bergegas keluar dan melihat ke kamar mandi.

“Retno … Retno …”

Tapi tak ada siapa-siapa di kamar mandi. Pak Kartomo mulai panik.

“Bu, Retno di mana?” teriaknya kepada isterinya yang sedang menata belanjaan di dapur.

“Ada di kamarnya,” jawab bu Kartomo tanpa menatap suaminya. Ia benar-benar kesal.

“Tidak ada, aku sudah mencarinya,” katanya sambil hilir mudik ke seluruh ruangan, tapi Retno tak ditemukannya. Ia kembali memasuki kamar Retno. Rupanya Retno telah merusak jendela kamar dan melompat dari sana.

“Kamu membantunya melarikan diri bukan?”

“Bapak jangan asal menuduh. Aku tidak tahu apa-apa. Ketika ke pasar aku masih melihatnya di kamar.”

“Bohong. Kamu pasti membantunya minggat dari rumah. Kamu juga telah mengambil ponselnya yang aku sembunyikan di dalam almari. Ya kan? Tadi aku baru mau menanyakannya sama kamu."

“Terserah Bapak mau bilang apa. Pokoknya aku tidak tahu apa-apa.”

“Awas ya, kalau sampai ketahuan kamu membantu dia minggat.”

“Apa yang akan Bapak lakukan? Menghajar aku? Membunuh aku? Lakukan saja kalau memang itu bisa memuaskan kamu,” tantang bu Kartomo. Dalam hati dia bersyukur Retno bisa kabur. Tapi rasa was-was itu tetap ada. Dalam hati dia terus berdoa untuk keselamatan anak semata wayangnya.

Pak Kartomo marah bukan alang kepalang. Ia segera menelpon calon besannya. Apa boleh buat, walau sebenarnya dia teramat ketakutan.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

80 comments:

  1. Replies
    1. Selamat pa Andre malam ini juara 1 di episode ke 5 Bukan Milikku

      Terima kasih bu Tien
      Salam ADUHAI dari Bandung

      Delete
  2. Alhamdulillah BM~05 telah hadir... maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Salam sehat selalu
    Aduhai

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah yang ditunggu dah tayang, Makasih Bunda.
    Met malam dan sehat selalu

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah BM 05 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah BeeM sdh tayang gasik...
    Aduhai ...salam sehat selalu mbak Tienq

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, BM5 telah hadir,
    Trm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah.
    Matur nuwun Mbak Tien ... Semoga Berkah dan Ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu melindungi kita semua Aamiin😊🌹

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah gasik, terima kasih bunda dengan cerita2 yg semakin aduhai 😍

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien....
    Salam sehat selalu....🙏

    ReplyDelete
  11. Terima kasih.... aduhai sekali Retno...
    Sehat² trs Mbu Tien

    ReplyDelete
  12. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap...

      Delete
  13. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita,

    ReplyDelete
  14. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  15. Aduhai senangnya Retno bs minggat lewat jendela,semoga Retno aman2 saja,jangan sampai ketemu dengan anak buah Pak Siswanto ..
    Tks mbak Tien,salam aduhai dari Tegal.

    ReplyDelete
  16. Terimakasih Mbak Tien...wahhhh serunya...
    senang aq Retno mnelarikan diri
    semoga Retno gak jadi ama Sapto hihiiii
    salam aduhaiii
    sehat2 selalu ya Mbak Tien

    ReplyDelete
  17. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  18. Alhamdulilah ..terima kasih bu tien semoga ibu sehat selalu, salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga retno berhadil melarikan diri kasihan amat nasib retno dan wahyudi gara gara kartomo yg serakah dan matre

      Delete
  19. Cerita bukan milikku mulai serù.

    ReplyDelete
  20. 𝘒𝘦𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘙𝘦𝘵𝘯𝘰 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵...
    𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...

    ReplyDelete
  21. Maturnuwun bu Tien..BM05nya..

    Waduuuh...kemana Retno..
    Semoga aman yaa...
    Dasar bapaknya matreee...

    Wah..lanjuut senin..

    Salam.sehat selalu bu Tien dan aduhaiiii...🙏💟🌷

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah . Terima kasih bu Tien, cerbung Bukan Milikku sudah tayang.
    Salam sehat selalu dari Tangerang.

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah, matur nuwun sanget Bu Tien, Bukan Milikku 05 sampun tayang, Salam Aduhai saking Pasuruan

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
    Dan dimulailah ceritanya, seorang gadis melarikan diri dari rumah menghindari kawin-paksa. Bagaimana kaki tangan Sapto dapat 'kecolongan' padahal banyak bertebaran dimana-mana.
    Salam sehat untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  25. Matur nuwun bu Tien..baru bisa komen setelah Bukan Milikku episode 05 tayang. Maklum tidur awal karena badan kurang fit. Alhamdulillah sudah fit sehingga bisa memberi komen. Semoga Retno diberi keselamatan dan segera ketemu Wahyudi. Dan saya yakin Wahyudi orang yang dewasa dan bertanggung jawab sehingga dapat menenangkan Retno. Do' a saya ke bu Tien sehat selalu supaya bisa aktif menulis..aamiin

    ReplyDelete
  26. Terima kasih bunda Tien.. Slmtmlm slm sehat sll dri skbmi🙏🙏🌹🌹🥰🥰

    ReplyDelete
  27. Alhamdulilah...matur nuwun sanget Ibu Tien BM sampun tayang..
    Mantap ..Retno berani...semoga segera ketemu Wahyudi...
    Semoga aman...dan selamat....
    Mugi Ibu tansah sehat

    ReplyDelete
  28. Makasih bu Tien.
    BM 5 telah hadir.
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  29. Terima kasih bunda Tien, salam sehat dan aduhai..

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun Mbak Tien, BM 5 sudah hadir. Smoga Mbak Tien selalu sehat sejahtera. Amin. Salam Aduhai selalu.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk BMnya
    Retno kemana kamu,,,,
    Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Salam ADUHAAII 🤗💖

    ReplyDelete
  32. Retno bisa ketemu nggak ya
    Terima kasih bu tien salam sehat

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah BM sdh hadir..
    Terima kasih Bu Tien..
    Semoga Ibu selalu sehat..
    Salam *ADUHAI* dari Mbu Nina Karawang..

    ReplyDelete
  34. Horee...Retno bisa kaburr
    Semoga selamat

    ReplyDelete
  35. Selamatkan Retno...
    Makasih mba Tien.
    Sehat selalu dan semangat mba.
    Aduhai

    ReplyDelete
  36. Wah dah tayang ya ..Bu Tien trima kasih
    Sehat selalu ya Bu Tien

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah sdh tayang. Trimakasih bu Tien salam sehat selalu dan salam aduhai.
    Makin seru critanya

    ReplyDelete
  38. Terima kasih Mbak Tien buat MB nya ... Tambah seru ceritanya .. jadi deg degan Retno kabur dari rmh ... Smg Mbak Tien/ kelrg selalu sehat & bahagia ... Salam Aduhai ...

    ReplyDelete
  39. Pg mb Tien smg sll seroja adanya.
    Td mlm bc ketiduran jd ini nglilir ikutan komen. Bukan milikmu kira2 lbh tepat utk Sapto atau Wahyudi ya? Mgknkah Wahyudi mengalah demi bakti kpd org tua Retno? Aduhai betapa bijaksananya Wahyudi? tp bgmn dg perasaan mrk berdua? sm2 tersakitikah? hanya mb Tien yg bs menjwb... ditunggu BM selanjutnya. slm🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pagi jeng Sapti
      ADUHAI deh.
      Ikutan kumpul di Solo nggak?

      Delete
  40. Terima kasih bu Tien, salam dari Braintree Massachusetts, sebetulnya sy tglnya di kota kcl Salem MA, tp td sy lg di train drpd bengong sy baca cerbung Bukan Milikku ini asyiiik🙏

    ReplyDelete
  41. Aduuh... jauh banget .. senang sekali mendapat perhatian anda. Ibu Willa Sullivan. Teruslah membaca, semoga tidak mengecewakan.
    Salam hangat dari Indonesia.

    ReplyDelete
  42. Sugeng enjing bu Tien,tksh BM 05 nya...semalem ketiduran...hehehe

    ReplyDelete
  43. Bertambah seru. Trim bu Tien
    ADUHAI deh

    ReplyDelete
  44. Semoga Retno berhasil melatikan diri, dan ketemu orang baik yg melindungi Retno

    ReplyDelete
  45. Bu Tin... Tolong dong spy Retno tdk ketangkep org suruhan sapto, jgn sampai menikah dgn sapto nggih bu Tin

    ReplyDelete
  46. Uhhh br baca krn internet wifi bermasalah😢😢

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  48 (Tien Kumalasari)   Satria tertegun. Tentu saja dia mengenal penjual kain batik itu. Ia hanya heran, ba...