BUKAN MILIKKU
04
(Tien Kumalasari)
Bu Kartomo mengusap air matanya, ketika mendengar
percakapan itu. Ia masuk ke dapur dan pura-pura menyibukkan diri di sana.
Hatinya benar-benar gundah. Tak akan nyaman rasanya saat menghadapi Yudi nanti.
Yudi yang rendah hati, Yudi yang baik dan bertanggung jawab, Yudi yang sangat
mencintai Retno sejak belum lulus sekolah SMA. Apa yang akan dikatakannya? Apa
yang akan terjadi jika Retno menolak? Tidak, ia sudah membayangkan bahwa
suaminya akan memaksa Retno untuk mengikuti kemauannya. Retno anak yang patuh
dan sangat menghormati orang tuanya.
“Ya Allah, tolonglah hambamu ini,” bisiknya sambil
mengusap air matanya.
“Bu … Bu …” teriak suaminya dari arah depan tak
digubrisnya. Ia pura-pura masuk ke kamar mandi dan menguncinya.
Tapi pak Kartomo kemudian melangkah ke belakang.
Ketika melihat kamar mandi tertutup, ia tahu bahwa isterinya ada di dalam.
“Bu, Bu!” kali ini sambil mengetuk pintu kamar
mandinya.
“Ada apa?” akhirnya bu Kartomo menjawab untuk menghentikan
ketukan di pintu, yang mungkin saja akan berubah menjadi gedoran.
“Segera keluar, ayo kita bicara. Ada hal penting
supaya kamu juga tahu.”
Bu Kartomo tak menjawab. Ia ingin berlama-lama di
kamar mandi karena segan bicara tentang hal yang dia sudah tahu apa isinya.
“Cepat bu, kamu tidak ketiduran kan?” rupanya pak
Kartomo masih menunggu diluar kamar mandi. Bu Kartomo mengguyur wajahnya dengan
segayung air, untuk menghilangkan bekas tangisannya, barulah kemudian dia
keluar.
“Lama banget sih,” gerutu pak Kartomo sambil melangkah
ke arah depan.
“Aku mau ke warung,” kata bu Kartomo.
“Mau apa ke warung?”
“Beli gula.”
“Nanti saja belinya, duduk dulu,” kali ini pak Kartomo
menarik lengan isterinya diajaknya duduk. Bu Kartomo tak bisa menolak. Ia duduk
dengan wajah muram.
“Kamu itu kenapa?”
“Agak pusing.”
“Dengar, kalau nanti aku mengatakan hal ini, pasti
pusingmu akan sembuh,” katanya dengan sangat percaya diri.
Bu Kartomo menyandarkan kepalanya.
“Kamu tadi tahu tidak, pak Sis datang bersama
isterinya?”
“Tidak.”
“Sayang mereka sangat tergesa-gesa sehingga aku tidak
sempat memanggil kamu.”
“Bukan aku yang dicari kan?”
“Iya sih, tapi kamu kan juga harus tahu. Karena ini
menyangkut anak kita, Retno.”
“Aku sudah tahu, dan sungguh aku tidak setuju.”
Pak Kartomo memelototi isterinya yang berbicara tanpa
menatapnya, bahkan menunjukkan wajah kesal.
“Kamu jangan bodoh Bu. Dengar. Besok akan ada tukang
yang akan datang kemari, melihat apa yang harus dibenahi, lalu rumah kita akan
diperbaiki. Itu sangat menyenangkan. Rumah kita tidak akan tampak suram seperti
sekarang ini.”
“Dan Bapak menukarnya dengan memberikan Retno pada
mereka? Itu artinya Bapak menjual anak Bapak sendiri,” kata bu Kartomo sengit.
Pak Kartomo bertambah melotot menatap isterinya.
“Apa katamu? Menjual anak? Kami tidak mengerti perbedaan
antara menjual dan memberikan kehidupan yang lebih layak?”
“Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang tenang dan
bahagia. Bahagia itu bukan karena harta? Banyak orang kaya yang hidupnya
sengsara.”
“Waduh … waduh … mana ada orang kaya yang sengsara?
Orang kaya itu tak pernah merasa susah. Mereka hanya senang … senang … dan
senang.”
“Bapak tahu tidak, di depan kita itu, rumahnya bagus,
mobilnya banyak, tapi isterinya selalu menangis dan sesambat, karena suaminya
mengandalkan kekayaannya dan memiliki isteri banyak. Dan akhirnya apa,
kekayaannya ludes dan memiliki banyak hutang.”
“Kamu itu jangan mencari contoh yang jelek-jelek. Pak
Sis itu tidak pernah merasa susah.”
“Darimana Bapak tahu? Kesusahan kan tidak selalu
diumbar kemana-mana?”
“Ya sudah, aku tidak akan bicara apa-apa sama kamu.
Kamu diam dan cukup melihat apa yang akan aku lakukan terhadap keluargaku.”
Bu Kartomo berdiri dan masuk ke kamarnya.
“Dasar perempuan bodoh. Iming-iming hidup enak malah
diacuhkannya,” gerutu pak Kartomo sambil melangkah ke teras, duduk santai
sambil membayangkan kekayaan yang akan diterimanya.
***
Memang benar, setelah keesokan harinya tampak
kesibukan di rumah pak Kartomo yang mulai diperbaiki. Bu Kartomo tak peduli
semua itu. Ia melakukan pekerjaan sehari-harinya tanpa menyinggung apapun yang
berhubungan dengan pembangunan rumahnya.
Ia justru kesal ketika keluar berbelanja, lalu para
tetangganya membicarakan rumahnya yang sedang dibangun.
“Wah, rupanya bu Kartomo mau punya gawe nih, rumahnya
diperbaiki,” celetuk salah seorang tetangganya.
“Iya, Retno mau menikah ya Bu?”
Bu Kartomo tak menanggapi ocehan tetangganya, ia hanya
tersenyum saja sambil menyibukkan diri memesan sayur secukupnya, lalu pergi
meninggalkan mereka.
“Ada apa ya, bu Kartomo tampak tidak suka ketika kita
bicara tentang anaknya?”
“Benar, dan dia pergi dengan tergesa-gesa setelah
belanja.”
“Mungkin malu, karena dia kan bukan orang kaya.
Mungkin calon menantunya yang membangun rumahnya, dan dia sungkan mengakuinya.”
“Pak Kartomo itu yang sudah cerita ke bapaknya
anak-anak, bahwa dia mau punya gawe. Tadi aku hanya memancing-mancing saja,
sebenarnya aku sudah tahu.”
“O, kalau begitu mungkin pak Kartomo yang senang, bu
Kartomo nya tidak.”
“Ah, sudah, jangan bergunjing saja, nanti kita masak
kesiangan jadinya.”
***
Sore hari itu Yudi datang lagi ke tempat kost Retno.
Cerita tentang laki-laki yang mengawasi Retno sepulang kuliah tetap saja
mengganggunya. Ia juga berpikir bahwa yang memberi sekotak roti untuk Retno
pastilah laki-laki itu.
“Siapa sebenarnya dia? Aku jadi ingin ketemu,” gumam
Yudi sebelum mengetuk pintu kamar Retno. Ia juga menoleh ke belakang beberapa
kali, barangkali laki-laki itu kembali datang mengawasi Retno.
“Siapa?” suara Retno dari dalam, ketika Yudi mengetuk
pintunya.
“Aku Ret.”
Retno membuka pintu dan tersenyum lebar.
“Kok sore-sore sudah sampai kemari? Belum pulang dari
kantor ya Mas?” tanyanya sambil duduk menemani Yudi di kursi teras.
“Aku kepikiran tentang laki-laki yang kamu ceritakan
itu.”
“Iya sih mas, tapi sepertinya hari ini dia tidak muncul.”
“Benarkah ?”
“Iya, aku juga setiap berjalan selalu menoleh ke belakang,
kalau-kalau dia masih akan datang kemari. Ternyata tidak.”
“Syukurlah.”
“Mas nggak capek, pulang kerja langsung kemari?”
“Ya enggak. Demi menjaga kamu aku rela bahkan kalau
harus tidur disini semalaman.”
“Mas berlebihan deh.”
“Itu benar. Tapi kalau seharian ini dia tidak muncul,
aku akan merasa lebih tenang.”
“Tapi aku senang, Mas jadi sering kemari. Biasanya
belum tentu seminggu sekali menemui aku,” senyum Retno kembali merekah.
“Itu karena aku tidak ingin mengganggu kamu.”
“Iya, aku tahu.”
“Jadi kangennya aku tahan dulu. Besok setelah kita
menikah kita tidak akan merasa kangen lagi, karena setiap hari kita berdekatan. Ya kan?”
“Iya sih,” Retno tertunduk malu, membayangkan
kebahagiaan yang tak lama lagi akan dinikmatinya bersama orang yang sangat
dicintainya.
“Besok ada liburan, kamu ingin pulang?”
“Nggak Mas, aku hampir selesai. Setelah ini aku
tinggal konsultasi dengan dosen pembimbing aku, dan semoga cepat selesai.”
“Baiklah. Tapi apa bapak sama ibu tidak kangen?”
“Aku sudah menelpon ibu kemarin, dan aku mendengar ibu
seperti menangis.”
“Mengapa menangis?”
“Mungkin sudah sangat kangen sama aku. Lalu aku bilang
secepatnya aku akan pulang lebih lama, sambil menunggu pangeranku ini melamar
aku.”
“Kamu bilang begitu sama ibu?”
“Iya, dan ibu masih saja menangis. Aku jadi kasihan.
Pasti ibu membayangkan kita segera menikah dan begitu bahagianya sampai terbawa
dalam tangis.”
Yudi tersenyum senang.
“Jadi nggak tahan menunggu saat itu tiba.”
“Iya Mas. Tapi sebaiknya Mas sekarang pulang. Bukan
mengusir, tapi Mas kan capek, dan harus istirahat, sementara itu aku juga harus
mengetik tugas aku.”
“Iya, kamu benar, kebanyakan ngobrol nanti kita lupa
bahwa ada yang harus segera diselesaikan.”
Mereka berpisah dengan membawa angan-angan untuk bisa
hidup berbahagia bersama. Harapan yang sangat mereka dambakan, tanpa tahu apa
yang sebenarnya terjadi di rumahnya sana. Retno menutupkan kembali kamarnya,
lalu melanjutkan mengetik tugasnya.
***
Pak Sis datang ketika pembangunan rumah pak Kartomo sudah
hampir selesai.
“Bagus Mo, yang penting kan bagian depan. Kalau
belakangnya bisa besok-besok saja,” kata pak Siswanto mengomentari.
“Iya Pak, yang penting sudah kelihatan bagus dan
mentereng, seperti rumah orang-orang kaya.”
“Kenapa setiap kali aku datang kemari tak pernah melihat
isteri kamu?”
“Maaf Pak, dia itu orangnya sangat lugu. Kalau diajak
bicara sering salah-salah jawabnya, jadi lebih baik biarlah dia di belakang
saja.”
“Maksudmu isterimu itu tidak gampang mengerti kalau
diajak bicara?”
“Nah, begitulah pak. Dia kan tadinya orang desa, nanti
jadi malah membuat malu saya kalau menanggapi pembicaraan kita.”
“Tapi kan dia tahu bahwa Retno akan jadi menantuku?”
“Iya, tahu Pak. Saya sudah mengajaknya bicara.”
“Baiklah, itu tidak penting bagiku. Lalu kapan anakmu
pulang?”
“Ini sedang mau menghadapi ujian katanya. Jadi biarlah
dulu Pak. Ketika dia pulang, rumah ini sudah bagus, jadi dia pasti akan senang.”
“Baiklah, secepatnya harus dinikahkan. Soalnya Sapto
bilang, ia melihat Retno pergi ke kampusnya dengan diboncengkan seorang laki-laki.”
Pak Kartomo terkejut. Ia menduga pastilah laki-laki
itu Wahyudi. Ia menyesal tidak menolaknya sejak awal kedatangan pak
Siwanto. Tapi ia menemukan jawabannya.
“Masa sih Pak, mungkin teman kuliahnya yang kebetulan
rumahnya dekat.”
“Tapi laki-laki itu tidak ikut masuk ke kampus. Sapto
juga mengikuti kepergian laki-laki itu, yang ternyata dia bekerja di tempat
yang jauh dari kampus itu.”
“Bapak jangan khawatir apapun. Retno tidak akan berani
bertindak macam-macam. Kalau ada yang nyamperin, mungkin ada keperluan lain.
Yang penting Retno segera kembali dan akan menjadi menantu Bapak.”
“Aku pegang janji kamu,” katanya sambil pergi begitu
saja.
Pak Kartomo menatapnya sambil menahan debar
jantungnya.
“Aduh, untung dia tidak mendesak lagi. Pasti Wahyudi
masih sering nyamperin Retno di tempat kost nya,” gumamnya sambil masuk ke
dalam rumah melewati pintu samping, karena bagian depan rumah sedang ada
kesibukan para tukang yang mengecat rumahnya. Tapi di sebuah bangku yang ada di
samping rumah itu ia melihat isterinya sedang menangis. Pak Kartomo berhenti di
depan isterinya.
“Kamu ini kenapa sih, sedikit-sedikit menangis,
sedikit-sedikit menangis. Lihat tuh, sebentar lagi rumah kita akan kelihatan
bagus. Ayo lihatlah,” kata pak Kartomo sambil menarik lengan isterinya.
“Ogah. Kenapa memaksa sih?”
“Kamu ini orang aneh. Kamu ingin membuat malu aku?
Nanti saat anak kamu menikah, apakah kamu juga akan menangisinya terus?”
Bu Kartomo berdiri, lalu meninggalkan pak Kartomo yang
masih berdiri tegak disana sambil berkacak pinggang. Lalu ia mengikuti
isterinya sambil berteriak keras.
“Dengar ya Bu, apapun yang terjadi, hal itu memang
harus terjadi. Jangan sampai air matamu habis karena menangis setiap hari. Jadi
satu-satunya jalan adalah mengikuti apa yang menjadi kemauan aku.”
Bu Kartomo tak menjawab, ia masuk ke dalam kamar
Retno, dimana akhir-akhir ini dia selalu tidur di sana, lalu mengunci pintunya.
“Terserah !” teriak pak Kartomo terdengar lantang.
***
Hari terus berjalan. Pembangunan rumah sudah selesai
beberapa minggu yang lalu, dan Retno sudah menjalani ujian dan berhasil lulus.
Yudi menyambut kelulusan itu, tak kalah gembiranya
dengan Retno sendiri yang dengan suka cita mengabarkannya kepada kekasihnya.
“Mas, besok aku pulang ya,” kata Retno ketika Yudi
mengajaknya makan siang setelah kelulusan itu.
“Besok? Tapi aku akan tugas ke luar Jawa selama
seminggu. Tidak apa-apa kan kalau kamu pulang sendiri?”
“Iya mas, aku pulang sendiri saja.”
“Sepulang dari tugas aku akan langsung pulang dan
melamar kamu,” katanya sambil menatap kekasihnya mesra.
“Tak sabar aku menunggu saat itu Mas,” kata Retno
sambil membalas tatapan kekasihnya, lalu menundukkan wajahnya karena malu.
“Kenapa sih kalau aku menatap kamu pasti kamu
menundukkan wajah kamu?”
“Takut.”
“Kok takut?”
“Mas itu kalau menatap aku seperti ingin menelan aku
bulat-bulat. Itu sebabnya aku takut.”
“Baiklah, aku tidak akan lagi melakukannya, soalnya
tak lama lagi aku benar-benar akan menelan kamu bulat-bulat.”
“Memangnya Mas itu raksasa ya, suka menelan manusia
bulat-bulat.”
“Ya, aku bisa jadi raksasa, tapi aku juga bisa jadi Arjuna.”
“Wouh, aku nggak mau Mas jadi Arjuna.”
“Arjuna itu tampan, ganteng, dipuja setiap wanita.”
“Itu yang aku tidak mau. Dipuja sih boleh-boleh saja,
tapi Arjuna itu isterinya banyak.”
Wahyudi terbahak.
“Baiklah, aku jadi Gatotkaca saja.”
“Nggak pantas, Gatotkaca itu berkumis dan Mas enggak.”
“Jadi apa dong kalau begitu.”
“Jadilah seperti diri Mas sekarang ini. Baik, lembut,
penuh kasih sayang, dan sangat mencintai aku.”
“Baiklah. Itu memang aku.”
Pembicaraan dua insan yang sedang dimabuk cinta itu tampak
sangat penuh dengan rona bahagia. Tawa renyah, tatapan manis dan mesra, seakan
tak peduli kalau banyak orang terkadang meliriknya. Tak ada yang aneh kalau
sepasang anak manusia sedang tenggelam dalam aroma cinta. Mereka hanya
menatapnya dengan senyum mengerti. Toh mereka hanya bercanda dan tak melakukan
hal-hal yang melewati batas susila.
***
Hari itu Retno pulang sendiri, karena Wahyudi sedang
bertugas ke luar Jawa. Tidak apa-apa bagi Retno, toh kekasihnya sudah berjanji
akan melamarnya sepulang tugas nanti.
Retno turun dari taksi, dan melangkah ringan memasuki halaman
rumahnya. Tapi kemudian dia tertegun melihat pemandangan yang sama sekali
membuatnya heran. Ia menoleh ke samping, merasa bahwa dia salah masuk.
“Benarkah ini rumahku?” Retno ingin membalikkan
tubuhnya, ketika terdengar suara memanggilnya.
“Retno, kamu sudah pulang?” itu suara ayahnya.
Retno melanjutkan langkahnya.
“Bapak? Rumah ini rumah kita?”
“Iya sayang, ini rumah kita, ayo masuk,” kata pak
Kartomo sambil menggandeng tangan anaknya.
“Bapak membangunnya?”
“Tentu saja nak, untuk menyambut pernikahan kamu
nanti,” kata pak Kartomo dengan wajah berseri.
Retno memeluk ayahnya dengan gembira.
“Aduh Bapak, terima kasih banyak,” pekiknya riang.
***
Besok lagi ya.
Yes
ReplyDeleteBener kan tebakanku. Juara 2 nya tdk jauh² dari prediksi saya.
DeleteSelamat jeng dr. Dewiyana.
Makasih bu
ReplyDeleteSami2 Jeng Dokter Dewi
DeleteAsyeeekkkk sudah tayang 😍
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien, semoga bunda sehat selalu 🥰
Sami2 Ibu Wahyu
DeleteAamiin
Matur nuwun mbk Tien
ReplyDeleteSami2 jeng Nani
DeleteADUHAI
Makasih Bunda untuk BM nya met malam dan met istirahat.
ReplyDeleteSalam ADUHAI.....
Sami2 Mas Bambang
DeleteADUHAI
Aduhai bu Tien tayang gasik, salam sehat
ReplyDeleteADUHAI Ibu Wiwik
DeleteAlhamdulillah BM 4 telah hadir , terimakasih Bu Tien ,salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 jeng Werdi
DeleteSalam sehat dan ADUHAI..
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda selalu sehat
Salam sehat fan aduhai
Sami2 Ibu Salamah
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, BM4 telah hadir,
ReplyDeleteTrm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai
Sami2 Ibu Pudya
DeleteAamiin
Alhamdulilah... BM sdh hadir
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien..
Salam sehat selalu dan salam aduhai 🙏🙏❤
Sami2 Ibu Hermina
DeleteADUHAI
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap...
Alhamdulillah BM 04 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 Ibu Uchu
DeleteAamiin
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita,
Waduh rumah baru.Alhamdulillah Turnuwun Mbak.salam sehat tetep semangat
ReplyDeleteSami2 Pak Herry
DeleteSehat semangat dan ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Sehat selalu ya bunda
Aduhai
Sami2 Ibu Endah
DeleteADUHAI
Alhamdulillah BeeM_04 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien, sugeng dalu, salam ADUHAI
Doa untuk sahabat²ku yang kedatangan tamu tidak diundang, namanya Om Ikron, cuekin saja, jadilah tuan rumah/nyonyah rumah yang tidak baik, sehingga dia cepat hengkang tidak harus serumah ISOMAN terus. Cepat sehat sahabat²ku, tetap sabar, tawakal, ikhlas, menerima ujianNya.
Semoga menjadi kifarat dosa masa lalu Anda semua yang terpapar. Aamiin 3x Yaa Robbal'Aalamiin
Aamiin ya robbal alamiin.
DeleteSalam sehat dan selalu semangat buat semuanya.
Matur nuwun Mas Kakek
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Terima kasih buTien salam aduhai
ReplyDeleteSami2 Ibu Atiek
DeleteADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDeleteWa syukurillah
DeleteIbu Nanik
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷
Alhamdulillah...
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien agak gasik munculnya smoga sll sehat
ReplyDeleteSami2 Opa
DeleteNggak pernah komen nih
Aamiin
Alhamdulillah BMnya sdh tayang. Matursuwun mbak Tien
ReplyDeleteADUHAI ... salam sehat selalu
Sami2 Ibu Umi
DeleteADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah berkunjung.
ReplyDeleteEalah Retno, pulang" rumah bagus, ternyata tidak membuat bahagia, justru membawa ke penderitaan. Yang tabah ya menghadapi rintangan hidup.
Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 Pak Latief
DeleteADUHAI deh
Matur nuwun, bu Tien. Sehat selalu nggih.
ReplyDeleteSami2 Ibu Anik
DeleteAamiin
Luar biasa
ReplyDeleteAduhai
Matur nuwun sanget Ibu Tien, Bukan Milikmu sampun tayang, makin penasaran aja, Salam sehat Ibu
ReplyDeleteSami2 Ibu Mundjiati
DeleteSalam sehat
Maturnuwun bu Tien BM04nya sudah tayang...
ReplyDeleteDuuuh...Retno ga tau yg dismaksud bapaknya..menikahnya dgn Sapto..
Betapa hancurnya dua sejoli yg lg dimabuk cinta dan cita² rumah tanhga bahagia..
Tolooong bu Tien...gimana caranya jangan sampai rencana bapaknya Retno dilaksanakan..ibunya jd udh sediiih...duuh ikut dheg²an...Yudis dianhgap apa yg udh membiayai Retno kuliah...😰😰😰
Lanjuut besook..smoga kabar baiknya..
Salam sehat selalu bu Tien..dan aduhaii bangeet..🙏💟🌷
Sami2 Ibu Maria
DeleteLontooong ... eh toloong.. hahaa
ADUHAI
Terima kasih Ibu Tien... Yg di tunggu sdh hadir..
ReplyDeleteSehat selalu ya,Buu...salam *ADUHAI*
Sami2 Ibu Nina
DeleteAamiin
ADUHAI
Alhamdulillah BM 04 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga tercinta
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
Sami2 Ibu Ting
DeleteAamiin
ADUHAI deh
Retno belum tau aja...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat dan sehat selalu mba.
Aduhai
Sami2 Ibu Sul
DeleteADUHAI
Terima kasih mbak Tien, ceritanya memang menarik...
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteSemoga
Terima kasih bu tien ..semoga bu tien sehat selalu ..salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 Ibu Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah Cerbung Bukan Milikku Eps 04 sudah hadir menghibur. Matur nuwun mbak Tien Kumalasari. Salam hangat dan Salam sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 Mas Dudut
DeleteSalam hangat dan sehat selalu
Alhamdulillah. Terima kasih b. Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah, maturnuwun bunda Tien.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah BM~04 sudah hadir, maturnuwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 Pak Djodhi
DeletePuji Tuhan, ibu Tien selalu sehat, semangat dan produktip sehingga Bukan Milikku 04 hadir bagi kami para penggandrungnya.
ReplyDeleteSemoga yg bilang "BUKAN MILIKKU" adalah anak pak Sis karena kegigihan Yudi dan penolakan Retno sehingga Sapto mundur.
Monggo ibu, dilanjut aja penasaran. Matur Nuwun, Berkah Dalem.
Sami2 Ibu Yustinhar
DeleteAamiin
wadhuuuh .... Retno terlalu positif thinking
ReplyDeleteWaduuhai Pak Pri
DeleteDuh Retno, kasian kamu nak..
ReplyDeleteADUHAI Ibu Anie
DeleteTrimakasih bu Tien.... salam aduhai
ReplyDeleteSami2 Ibu Endang
DeleteADUHAI
Matur nuwun Bu Tien. Salam sehat untuk semuanya...
ReplyDeleteSami2 Ibu Reni
DeleteSalam sehat
Maturnuwun bu Tien,sugeng dalu....salam sehat dari Yk
ReplyDeleteSami2 Ibu Alian
DeleteSalam sehat
Matur nuwun Ibu Tien, sampun tayang...mugi Ibu tansah sehat
ReplyDeleteAyo..Yudi..maju terus....untuk merebut cinta...
Pasti seru..
Salam aduhai
Sami2 Ibu Moedjiati
DeleteAamiin
ADUHAI
Mo..kartomo....aduhai..bikin gemes aja....
ReplyDeleteSuwun Bu Tien, salam sehat selalu...🙏🙏
Sami2 Pak Prim
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Selamat pagii bunda Tien.. Yerimakasih BM 4 nya sdh hadir.. Salamseroja dan tetap semangat unk bunda dri sukabumi.. Aduhaaidan penasaran sll bund.. 🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteSami2 Ibu Farida
DeleteAamiin
ADUHAI deh
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas semoga dilancarkan segala sesuatunya... Salam sehat penuh semangat tuk semuanya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 Ibu Sri
DeleteAamiin, matur nuwun
Makin menarik dan bikin gemes saja ....
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, salam sehat dan aduhai selalu 🙏
Sami2 Ibu Sri
DeleteADUHAI selalu
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk BMnya
Waduh Retno,,,kamu blm tauu kl mau dijodohkan dg Sapto,,bisa nangis tuh
Aduhaaii deh bu Tien
Salam sehat wal'afiat semua bu Tien 🤗💖🙏
Sami2 Ibu Ika Laksmi
DeleteADUHAI deh
Assalamu'alaikum wr wb. Pernikahan itu bukan jamu Retno dgn Wahyudi, tapi kamu dinikahkan dgn Sapto, jadi kamu dijual bapakmu, krn keegoisan bapakmu. Kasihan Retno... Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok gede..
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin ya Robb
Matur nuwun pak Wahyudi
Akan ada banyak tangisan kayak nya dicerita bunda Tien kali ini
ReplyDeleteHehe... yang baca jangan ikut nangis ya.
ReplyDeleteADUHAI ibu Swissti
Alhamdulillah...baru buka
ReplyDeletetelat buka blog...ternyata...
Ngebutt lgsg bbrpa episode
Terimakasih mb Tien
Salam sehat selalu mbak Tien
Baca terakhir aku sedihh mbak😥
Alhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien. Semoga ibu beserta keluarga sehat selalu aamiin.
Alhandulillah
ReplyDeleteSemoga Retno tdk minggat dan nikah lari dan kabur kembali ke kota dgn Wahyudi ,tdk tahu berterima kasih ya bpk e...Sehat selalu u bu Tien...