Friday, March 4, 2022

BUKAN MILIKKU 04

 

BUKAN MILIKKU  04

(Tien Kumalasari)

 

Bu Kartomo mengusap air matanya, ketika mendengar percakapan itu. Ia masuk ke dapur dan pura-pura menyibukkan diri di sana. Hatinya benar-benar gundah. Tak akan nyaman rasanya saat menghadapi Yudi nanti. Yudi yang rendah hati, Yudi yang baik dan bertanggung jawab, Yudi yang sangat mencintai Retno sejak belum lulus sekolah SMA. Apa yang akan dikatakannya? Apa yang akan terjadi jika Retno menolak? Tidak, ia sudah membayangkan bahwa suaminya akan memaksa Retno untuk mengikuti kemauannya. Retno anak yang patuh dan sangat menghormati orang tuanya.

“Ya Allah, tolonglah hambamu ini,” bisiknya sambil mengusap air matanya.

“Bu … Bu …” teriak suaminya dari arah depan tak digubrisnya. Ia pura-pura masuk ke kamar mandi dan menguncinya.

Tapi pak Kartomo kemudian melangkah ke belakang. Ketika melihat kamar mandi tertutup, ia tahu bahwa isterinya ada di dalam.

“Bu, Bu!” kali ini sambil mengetuk pintu kamar mandinya.

“Ada apa?” akhirnya bu Kartomo menjawab untuk menghentikan ketukan di pintu, yang mungkin saja akan berubah menjadi gedoran.

“Segera keluar, ayo kita bicara. Ada hal penting supaya kamu juga tahu.”

Bu Kartomo tak menjawab. Ia ingin berlama-lama di kamar mandi karena segan bicara tentang hal yang dia sudah tahu apa isinya.

“Cepat bu, kamu tidak ketiduran kan?” rupanya pak Kartomo masih menunggu diluar kamar mandi. Bu Kartomo mengguyur wajahnya dengan segayung air, untuk menghilangkan bekas tangisannya, barulah kemudian dia keluar.

“Lama banget sih,” gerutu pak Kartomo sambil melangkah ke arah depan.

“Aku mau ke warung,” kata bu Kartomo.

“Mau apa ke warung?”

“Beli gula.”

“Nanti saja belinya, duduk dulu,” kali ini pak Kartomo menarik lengan isterinya diajaknya duduk. Bu Kartomo tak bisa menolak. Ia duduk dengan wajah muram.

“Kamu itu kenapa?”

“Agak pusing.”

“Dengar, kalau nanti aku mengatakan hal ini, pasti pusingmu akan sembuh,” katanya dengan sangat percaya diri.

Bu Kartomo menyandarkan kepalanya.

“Kamu tadi tahu tidak, pak Sis datang bersama isterinya?”

“Tidak.”

“Sayang mereka sangat tergesa-gesa sehingga aku tidak sempat memanggil kamu.”

“Bukan aku yang dicari kan?”

“Iya sih, tapi kamu kan juga harus tahu. Karena ini menyangkut anak kita, Retno.”

“Aku sudah tahu, dan sungguh aku tidak setuju.”

Pak Kartomo memelototi isterinya yang berbicara tanpa menatapnya, bahkan menunjukkan wajah kesal.

“Kamu jangan bodoh Bu. Dengar. Besok akan ada tukang yang akan datang kemari, melihat apa yang harus dibenahi, lalu rumah kita akan diperbaiki. Itu sangat menyenangkan. Rumah kita tidak akan tampak suram seperti sekarang ini.”

“Dan Bapak menukarnya dengan memberikan Retno pada mereka? Itu artinya Bapak menjual anak Bapak sendiri,” kata bu Kartomo sengit.

Pak Kartomo bertambah melotot menatap isterinya.

“Apa katamu? Menjual anak? Kami tidak mengerti perbedaan antara menjual dan memberikan kehidupan yang lebih layak?”

“Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang tenang dan bahagia. Bahagia itu bukan karena harta? Banyak orang kaya yang hidupnya sengsara.”

“Waduh … waduh … mana ada orang kaya yang sengsara? Orang kaya itu tak pernah merasa susah. Mereka hanya senang … senang … dan senang.”

“Bapak tahu tidak, di depan kita itu, rumahnya bagus, mobilnya banyak, tapi isterinya selalu menangis dan sesambat, karena suaminya mengandalkan kekayaannya dan memiliki isteri banyak. Dan akhirnya apa, kekayaannya ludes dan memiliki banyak hutang.”

“Kamu itu jangan mencari contoh yang jelek-jelek. Pak Sis itu tidak pernah merasa susah.”

“Darimana Bapak tahu? Kesusahan kan tidak selalu diumbar kemana-mana?”

“Ya sudah, aku tidak akan bicara apa-apa sama kamu. Kamu diam dan cukup melihat apa yang akan aku lakukan terhadap keluargaku.”

Bu Kartomo berdiri dan masuk ke kamarnya.

“Dasar perempuan bodoh. Iming-iming hidup enak malah diacuhkannya,” gerutu pak Kartomo sambil melangkah ke teras, duduk santai sambil membayangkan kekayaan yang akan diterimanya.

***

Memang benar, setelah keesokan harinya tampak kesibukan di rumah pak Kartomo yang mulai diperbaiki. Bu Kartomo tak peduli semua itu. Ia melakukan pekerjaan sehari-harinya tanpa menyinggung apapun yang berhubungan dengan pembangunan rumahnya.

Ia justru kesal ketika keluar berbelanja, lalu para tetangganya membicarakan rumahnya yang sedang dibangun.

“Wah, rupanya bu Kartomo mau punya gawe nih, rumahnya diperbaiki,” celetuk salah seorang tetangganya.

“Iya, Retno mau menikah ya Bu?”

Bu Kartomo tak menanggapi ocehan tetangganya, ia hanya tersenyum saja sambil menyibukkan diri memesan sayur secukupnya, lalu pergi meninggalkan mereka.

“Ada apa ya, bu Kartomo tampak tidak suka ketika kita bicara tentang anaknya?”

“Benar, dan dia pergi dengan tergesa-gesa setelah belanja.”

“Mungkin malu, karena dia kan bukan orang kaya. Mungkin calon menantunya yang membangun rumahnya, dan dia sungkan mengakuinya.”

“Pak Kartomo itu yang sudah cerita ke bapaknya anak-anak, bahwa dia mau punya gawe. Tadi aku hanya memancing-mancing saja, sebenarnya aku sudah tahu.”

“O, kalau begitu mungkin pak Kartomo yang senang, bu Kartomo nya tidak.”

“Ah, sudah, jangan bergunjing saja, nanti kita masak kesiangan jadinya.”

***

Sore hari itu Yudi datang lagi ke tempat kost Retno. Cerita tentang laki-laki yang mengawasi Retno sepulang kuliah tetap saja mengganggunya. Ia juga berpikir bahwa yang memberi sekotak roti untuk Retno pastilah laki-laki itu.

“Siapa sebenarnya dia? Aku jadi ingin ketemu,” gumam Yudi sebelum mengetuk pintu kamar Retno. Ia juga menoleh ke belakang beberapa kali, barangkali laki-laki itu kembali datang mengawasi Retno.

“Siapa?” suara Retno dari dalam, ketika Yudi mengetuk pintunya.

“Aku Ret.”

Retno membuka pintu dan tersenyum lebar.

“Kok sore-sore sudah sampai kemari? Belum pulang dari kantor ya Mas?” tanyanya sambil duduk menemani Yudi di kursi teras.

“Aku kepikiran tentang laki-laki yang kamu ceritakan itu.”

“Iya sih mas, tapi sepertinya hari ini dia tidak muncul.”

“Benarkah ?”

“Iya, aku juga setiap berjalan selalu menoleh ke belakang, kalau-kalau dia masih akan datang kemari. Ternyata tidak.”

“Syukurlah.”

“Mas nggak capek, pulang kerja langsung kemari?”

“Ya enggak. Demi menjaga kamu aku rela bahkan kalau harus tidur disini semalaman.”

“Mas berlebihan deh.”

“Itu benar. Tapi kalau seharian ini dia tidak muncul, aku akan merasa lebih tenang.”

“Tapi aku senang, Mas jadi sering kemari. Biasanya belum tentu seminggu sekali menemui aku,” senyum Retno kembali merekah.

“Itu karena aku tidak ingin mengganggu kamu.”

“Iya, aku tahu.”

“Jadi kangennya aku tahan dulu. Besok setelah kita menikah kita tidak akan merasa kangen lagi, karena setiap hari kita berdekatan. Ya kan?”

“Iya sih,” Retno tertunduk malu, membayangkan kebahagiaan yang tak lama lagi akan dinikmatinya bersama orang yang sangat dicintainya.

“Besok ada liburan, kamu ingin pulang?”

“Nggak Mas, aku hampir selesai. Setelah ini aku tinggal konsultasi dengan dosen pembimbing aku, dan semoga cepat selesai.”

“Baiklah. Tapi apa bapak sama ibu tidak kangen?”

“Aku sudah menelpon ibu kemarin, dan aku mendengar ibu seperti menangis.”

“Mengapa menangis?”

“Mungkin sudah sangat kangen sama aku. Lalu aku bilang secepatnya aku akan pulang lebih lama, sambil menunggu pangeranku ini melamar aku.”

“Kamu bilang begitu sama ibu?”

“Iya, dan ibu masih saja menangis. Aku jadi kasihan. Pasti ibu membayangkan kita segera menikah dan begitu bahagianya sampai terbawa dalam tangis.”

Yudi tersenyum senang.

“Jadi nggak tahan menunggu saat itu tiba.”

“Iya Mas. Tapi sebaiknya Mas sekarang pulang. Bukan mengusir, tapi Mas kan capek, dan harus istirahat, sementara itu aku juga harus mengetik tugas aku.”

“Iya, kamu benar, kebanyakan ngobrol nanti kita lupa bahwa ada yang harus segera diselesaikan.”

Mereka berpisah dengan membawa angan-angan untuk bisa hidup berbahagia bersama. Harapan yang sangat mereka dambakan, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di rumahnya sana. Retno menutupkan kembali kamarnya, lalu melanjutkan mengetik tugasnya.

***

Pak Sis datang ketika pembangunan rumah pak Kartomo sudah hampir selesai.

“Bagus Mo, yang penting kan bagian depan. Kalau belakangnya bisa besok-besok saja,” kata pak Siswanto mengomentari.

“Iya Pak, yang penting sudah kelihatan bagus dan mentereng, seperti rumah orang-orang kaya.”

“Kenapa setiap kali aku datang kemari tak pernah melihat isteri kamu?”

“Maaf Pak, dia itu orangnya sangat lugu. Kalau diajak bicara sering salah-salah jawabnya, jadi lebih baik biarlah dia di belakang saja.”

“Maksudmu isterimu itu tidak gampang mengerti kalau diajak bicara?”

“Nah, begitulah pak. Dia kan tadinya orang desa, nanti jadi malah membuat malu saya kalau menanggapi pembicaraan kita.”

“Tapi kan dia tahu bahwa Retno akan jadi menantuku?”

“Iya, tahu Pak. Saya sudah mengajaknya bicara.”

“Baiklah, itu tidak penting bagiku. Lalu kapan anakmu pulang?”

“Ini sedang mau menghadapi ujian katanya. Jadi biarlah dulu Pak. Ketika dia pulang, rumah ini sudah bagus, jadi dia pasti akan senang.”

“Baiklah, secepatnya harus dinikahkan. Soalnya Sapto bilang, ia melihat Retno pergi ke kampusnya dengan diboncengkan seorang laki-laki.”

Pak Kartomo terkejut. Ia menduga pastilah laki-laki itu Wahyudi. Ia menyesal tidak menolaknya sejak awal kedatangan pak Siwanto.  Tapi ia menemukan jawabannya.

“Masa sih Pak, mungkin teman kuliahnya yang kebetulan rumahnya dekat.”

“Tapi laki-laki itu tidak ikut masuk ke kampus. Sapto juga mengikuti kepergian laki-laki itu, yang ternyata dia bekerja di tempat yang jauh dari kampus itu.”

“Bapak jangan khawatir apapun. Retno tidak akan berani bertindak macam-macam. Kalau ada yang nyamperin, mungkin ada keperluan lain. Yang penting Retno segera kembali dan akan menjadi menantu Bapak.”

“Aku pegang janji kamu,” katanya sambil pergi begitu saja.

Pak Kartomo menatapnya sambil menahan debar jantungnya.

“Aduh, untung dia tidak mendesak lagi. Pasti Wahyudi masih sering nyamperin Retno di tempat kost nya,” gumamnya sambil masuk ke dalam rumah melewati pintu samping, karena bagian depan rumah sedang ada kesibukan para tukang yang mengecat rumahnya. Tapi di sebuah bangku yang ada di samping rumah itu ia melihat isterinya sedang menangis. Pak Kartomo berhenti di depan isterinya.

“Kamu ini kenapa sih, sedikit-sedikit menangis, sedikit-sedikit menangis. Lihat tuh, sebentar lagi rumah kita akan kelihatan bagus. Ayo lihatlah,” kata pak Kartomo sambil menarik lengan isterinya.

“Ogah. Kenapa memaksa sih?”

“Kamu ini orang aneh. Kamu ingin membuat malu aku? Nanti saat anak kamu menikah, apakah kamu juga akan menangisinya terus?”

Bu Kartomo berdiri, lalu meninggalkan pak Kartomo yang masih berdiri tegak disana sambil berkacak pinggang. Lalu ia mengikuti isterinya sambil berteriak keras.

“Dengar ya Bu, apapun yang terjadi, hal itu memang harus terjadi. Jangan sampai air matamu habis karena menangis setiap hari. Jadi satu-satunya jalan adalah mengikuti apa yang menjadi kemauan aku.”

Bu Kartomo tak menjawab, ia masuk ke dalam kamar Retno, dimana akhir-akhir ini dia selalu tidur di sana, lalu mengunci pintunya.

“Terserah !” teriak pak Kartomo terdengar lantang.

***

Hari terus berjalan. Pembangunan rumah sudah selesai beberapa minggu yang lalu, dan Retno sudah menjalani ujian dan berhasil lulus.

Yudi menyambut kelulusan itu, tak kalah gembiranya dengan Retno sendiri yang dengan suka cita mengabarkannya kepada kekasihnya.

“Mas, besok aku pulang ya,” kata Retno ketika Yudi mengajaknya makan siang setelah kelulusan itu.

“Besok? Tapi aku akan tugas ke luar Jawa selama seminggu. Tidak apa-apa kan kalau kamu pulang sendiri?”

“Iya mas, aku pulang sendiri saja.”

“Sepulang dari tugas aku akan langsung pulang dan melamar kamu,” katanya sambil menatap kekasihnya mesra.

“Tak sabar aku menunggu saat itu Mas,” kata Retno sambil membalas tatapan kekasihnya, lalu menundukkan wajahnya karena malu.

“Kenapa sih kalau aku menatap kamu pasti kamu menundukkan wajah kamu?”

“Takut.”

“Kok takut?”

“Mas itu kalau menatap aku seperti ingin menelan aku bulat-bulat. Itu sebabnya aku takut.”

“Baiklah, aku tidak akan lagi melakukannya, soalnya tak lama lagi aku benar-benar akan menelan kamu bulat-bulat.”

“Memangnya Mas itu raksasa ya, suka menelan manusia bulat-bulat.”

“Ya, aku bisa jadi raksasa, tapi aku juga bisa jadi Arjuna.”

“Wouh, aku nggak mau Mas jadi Arjuna.”

“Arjuna itu tampan, ganteng, dipuja setiap wanita.”

“Itu yang aku tidak mau. Dipuja sih boleh-boleh saja, tapi Arjuna itu isterinya banyak.”

Wahyudi terbahak.

“Baiklah, aku jadi Gatotkaca saja.”

“Nggak pantas, Gatotkaca itu berkumis dan Mas enggak.”

“Jadi apa dong kalau begitu.”

“Jadilah seperti diri Mas sekarang ini. Baik, lembut, penuh kasih sayang, dan sangat mencintai aku.”

“Baiklah. Itu memang aku.”

Pembicaraan dua insan yang sedang dimabuk cinta itu tampak sangat penuh dengan rona bahagia. Tawa renyah, tatapan manis dan mesra, seakan tak peduli kalau banyak orang terkadang meliriknya. Tak ada yang aneh kalau sepasang anak manusia sedang tenggelam dalam aroma cinta. Mereka hanya menatapnya dengan senyum mengerti. Toh mereka hanya bercanda dan tak melakukan hal-hal yang melewati batas susila.

***

Hari itu Retno pulang sendiri, karena Wahyudi sedang bertugas ke luar Jawa. Tidak apa-apa bagi Retno, toh kekasihnya sudah berjanji akan melamarnya sepulang tugas nanti.

Retno turun dari taksi, dan melangkah ringan memasuki halaman rumahnya. Tapi kemudian dia tertegun melihat pemandangan yang sama sekali membuatnya heran. Ia menoleh ke samping, merasa bahwa dia salah masuk.

“Benarkah ini rumahku?” Retno ingin membalikkan tubuhnya, ketika terdengar suara memanggilnya.

“Retno, kamu sudah pulang?” itu suara ayahnya.

Retno melanjutkan langkahnya.

“Bapak? Rumah ini rumah kita?”

“Iya sayang, ini rumah kita, ayo masuk,” kata pak Kartomo sambil menggandeng tangan anaknya.

“Bapak membangunnya?”

“Tentu saja nak, untuk menyambut pernikahan kamu nanti,” kata pak Kartomo dengan wajah berseri.

Retno memeluk ayahnya dengan gembira.

“Aduh Bapak, terima kasih banyak,” pekiknya riang.

***

Besok lagi ya.

 

99 comments:

  1. Replies
    1. Bener kan tebakanku. Juara 2 nya tdk jauh² dari prediksi saya.
      Selamat jeng dr. Dewiyana.

      Delete
  2. Asyeeekkkk sudah tayang 😍

    Terima kasih bunda Tien, semoga bunda sehat selalu 🥰

    ReplyDelete
  3. Makasih Bunda untuk BM nya met malam dan met istirahat.
    Salam ADUHAI.....

    ReplyDelete
  4. Aduhai bu Tien tayang gasik, salam sehat

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah BM 4 telah hadir , terimakasih Bu Tien ,salam sehat selalu

    ReplyDelete
  6. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat
    Salam sehat fan aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, BM4 telah hadir,
    Trm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah... BM sdh hadir
    Terimakasih bunda Tien..
    Salam sehat selalu dan salam aduhai 🙏🙏❤

    ReplyDelete
  9. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap...

      Delete
  10. Alhamdulillah BM 04 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  11. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita,

    ReplyDelete
  12. Waduh rumah baru.Alhamdulillah Turnuwun Mbak.salam sehat tetep semangat

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Sehat selalu ya bunda
    Aduhai

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah BeeM_04 sudah tayang.
    Matur nuwun bu Tien, sugeng dalu, salam ADUHAI

    Doa untuk sahabat²ku yang kedatangan tamu tidak diundang, namanya Om Ikron, cuekin saja, jadilah tuan rumah/nyonyah rumah yang tidak baik, sehingga dia cepat hengkang tidak harus serumah ISOMAN terus. Cepat sehat sahabat²ku, tetap sabar, tawakal, ikhlas, menerima ujianNya.
    Semoga menjadi kifarat dosa masa lalu Anda semua yang terpapar. Aamiin 3x Yaa Robbal'Aalamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ya robbal alamiin.
      Salam sehat dan selalu semangat buat semuanya.
      Matur nuwun Mas Kakek

      Delete
  15. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  16. Terima kasih buTien salam aduhai

    ReplyDelete
  17. Terimakasih mbak Tien agak gasik munculnya smoga sll sehat

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah BMnya sdh tayang. Matursuwun mbak Tien
    ADUHAI ... salam sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah berkunjung.
    Ealah Retno, pulang" rumah bagus, ternyata tidak membuat bahagia, justru membawa ke penderitaan. Yang tabah ya menghadapi rintangan hidup.
    Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun, bu Tien. Sehat selalu nggih.

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun sanget Ibu Tien, Bukan Milikmu sampun tayang, makin penasaran aja, Salam sehat Ibu

    ReplyDelete
  22. Maturnuwun bu Tien BM04nya sudah tayang...

    Duuuh...Retno ga tau yg dismaksud bapaknya..menikahnya dgn Sapto..
    Betapa hancurnya dua sejoli yg lg dimabuk cinta dan cita² rumah tanhga bahagia..
    Tolooong bu Tien...gimana caranya jangan sampai rencana bapaknya Retno dilaksanakan..ibunya jd udh sediiih...duuh ikut dheg²an...Yudis dianhgap apa yg udh membiayai Retno kuliah...😰😰😰

    Lanjuut besook..smoga kabar baiknya..

    Salam sehat selalu bu Tien..dan aduhaii bangeet..🙏💟🌷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Ibu Maria
      Lontooong ... eh toloong.. hahaa
      ADUHAI

      Delete
  23. Terima kasih Ibu Tien... Yg di tunggu sdh hadir..
    Sehat selalu ya,Buu...salam *ADUHAI*

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah BM 04 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga tercinta
    Aamiin
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  25. Retno belum tau aja...
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat dan sehat selalu mba.
    Aduhai

    ReplyDelete
  26. Terima kasih mbak Tien, ceritanya memang menarik...

    ReplyDelete
  27. Terima kasih bu tien ..semoga bu tien sehat selalu ..salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah Cerbung Bukan Milikku Eps 04 sudah hadir menghibur. Matur nuwun mbak Tien Kumalasari. Salam hangat dan Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah. Terima kasih b. Tien.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, maturnuwun bunda Tien.

    ReplyDelete
  31. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah BM~04 sudah hadir, maturnuwun bu Tien

    ReplyDelete
  33. Puji Tuhan, ibu Tien selalu sehat, semangat dan produktip sehingga Bukan Milikku 04 hadir bagi kami para penggandrungnya.

    Semoga yg bilang "BUKAN MILIKKU" adalah anak pak Sis karena kegigihan Yudi dan penolakan Retno sehingga Sapto mundur.

    Monggo ibu, dilanjut aja penasaran. Matur Nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  34. wadhuuuh .... Retno terlalu positif thinking

    ReplyDelete
  35. Trimakasih bu Tien.... salam aduhai

    ReplyDelete
  36. Matur nuwun Bu Tien. Salam sehat untuk semuanya...

    ReplyDelete
  37. Maturnuwun bu Tien,sugeng dalu....salam sehat dari Yk

    ReplyDelete
  38. Matur nuwun Ibu Tien, sampun tayang...mugi Ibu tansah sehat
    Ayo..Yudi..maju terus....untuk merebut cinta...
    Pasti seru..
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  39. Mo..kartomo....aduhai..bikin gemes aja....
    Suwun Bu Tien, salam sehat selalu...🙏🙏

    ReplyDelete
  40. Selamat pagii bunda Tien.. Yerimakasih BM 4 nya sdh hadir.. Salamseroja dan tetap semangat unk bunda dri sukabumi.. Aduhaaidan penasaran sll bund.. 🙏🙏🥰🥰

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas semoga dilancarkan segala sesuatunya... Salam sehat penuh semangat tuk semuanya... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  42. Makin menarik dan bikin gemes saja ....
    Terimakasih bu Tien, salam sehat dan aduhai selalu 🙏

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk BMnya
    Waduh Retno,,,kamu blm tauu kl mau dijodohkan dg Sapto,,bisa nangis tuh
    Aduhaaii deh bu Tien

    Salam sehat wal'afiat semua bu Tien 🤗💖🙏

    ReplyDelete
  44. Assalamu'alaikum wr wb. Pernikahan itu bukan jamu Retno dgn Wahyudi, tapi kamu dinikahkan dgn Sapto, jadi kamu dijual bapakmu, krn keegoisan bapakmu. Kasihan Retno... Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok gede..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Aamiin ya Robb
      Matur nuwun pak Wahyudi

      Delete
  45. Akan ada banyak tangisan kayak nya dicerita bunda Tien kali ini

    ReplyDelete
  46. Hehe... yang baca jangan ikut nangis ya.
    ADUHAI ibu Swissti

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah...baru buka
    telat buka blog...ternyata...
    Ngebutt lgsg bbrpa episode
    Terimakasih mb Tien
    Salam sehat selalu mbak Tien

    Baca terakhir aku sedihh mbak😥

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah.
    Terimakasih bu Tien. Semoga ibu beserta keluarga sehat selalu aamiin.

    ReplyDelete
  49. Alhandulillah
    Semoga Retno tdk minggat dan nikah lari dan kabur kembali ke kota dgn Wahyudi ,tdk tahu berterima kasih ya bpk e...Sehat selalu u bu Tien...

    ReplyDelete