Wednesday, February 16, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 41

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  41

(Tien Kumalasari)

 

Desy tak berani berucap. Ia sungguh khawatir Ibunya akan teringat kembali luka yang pernah menyakitinya. Beberapa saat mereka terdiam, lalu Desy beranjak berdiri.

“Ibu, maafkan Desy ya.”

Tindy tersenyum lembut, lalu mengangguk.

Desy beranjak kebelakang.

“Mbak Desy, minumnya Simbok taruh di ruang tengah, soalnya tadi pas kedepan, Mbak Desy sedang bicara serius sama Ibu,” kata Simbok dari arah belakang.

“Iya Mbok, nanti aku minum. Sekarang mau mandi dulu,” kata Desy yang langsung masuk ke dalam kamarnya.

Belum adanya jawaban dari Ibunya, membuatnya sedikit kecewa. Seandainya Tindy berkata ‘ya’ maka Desy akan terus merayu ayahnya agar mau pulang ke rumah. Tapi tak ada jawaban itu bukan berarti tidak. Ya kan? Desy masuk ke kamar mandi dengan perasaan masih berharap.

Sementara itu Tindy masih terpaku di teras. Ia bukanlah seorang yang berhati buruk. Alangkah mudah untuk memaafkan, dan dia sudah memaafkan suaminya. Namun luka yang ditorehkannya ternyata masih meninggalkan perih dan nyeri.

“Aku masih manusia,” bisiknya lirih.

Tindy turun dari teras, berdiri di halaman. Dilihatnya langit berlatar biru yang dipenuhi bintang-bintang. Dan bintang-bintang itu adalah saksi ketika janji-janji manis dibisikkan ke telinganya. Ketika keduanya berayun dalam alunan cinta yang membara. Ketika angin dingin yang menyapa tak membuat mereka beku menggigil. Bukankah cinta itu hangat dan menghanyutkan? Tapi janji adalah janji. Tak ada halangan ketika seseorang mengingkarinya. Yang ada adalah pedih perih karena keingkaran itu menggoreskan luka yang berdarah-darah.

“Hai, apa katamu ketika janji-janji itu ternyata palsu?” sapanya kepada bintang-bintang yang terus saja berkedip tanpa lelah.

Tindy membalikkan tubuhnya, karena kali ini angin malam yang dingin itu benar-benar membuatnya menggigil. Ia naik ke teras, lalu masuk ke dalam rumah.

Lalu ia duduk di ruang tengah. Dilihatnya secangkir teh yang masih hangat, utuh belum disentuh.

Ketika Desy keluar setelah mandi dan berganti pakaian, Tindy masih duduk merenung.

“Ini minuman Desy bukan Bu?”

“Sepertinya iya. Minumlah.”

Desy meneguk minumannya.

“Tutut kok lama ya?” gumam Tindy.

“Tutut ada di rumah sakit bu,” Desy meletakkan cangkirnya yang telah kosong.

Tindy menatap Desy.

“Maaf Bu, Desy yang memintanya, agar dia menggantikan Desy. Sekarang Desy akan menjemputnya.”

“O ….”

“Jadi tadi Tutut berbohong. Bilang mau ke rumah temannya, ternyata ke rumah sakit,” kata batin Tindy, tapi tak ada rona marah di wajahnya. Ia mengerti kenapa anak-anaknya melakukannya. Hal itu mereka lakukan hanya untuk menjaga perasaan ibunya.

“Mas Danarto akan pulang sebentar untuk mengambil baju ganti setelah Desy kembali ke sana. Malam ini mas Danarto akan tidur di rumah sakit,” terang Desy tanpa ditanya.

Tindy hanya mengangguk pelan.

“Desy berangkat ya Bu, nanti pulang bersama Tutut,” pamitnya sambil mencium tangan Ibunya.

Lagi-lagi Tindy hanya mengangguk. Ada yang ingin dikatakannya, tapi hanya terhenti di bibirnya. Ia berdiri dan beranjak ke teras, dan tetap tak mampu berucap, sampai mobil Desy menghilang di balik pagar.

Tindy kembali masuk ke rumah, dengan perasaan yang tiba-tiba menjadi gelisah.

***

Ketika Desy kembali memasuki ruang rawat ayahnya, dilihatnya Tutut masih berbincang dengan Danarto. Lalu Desy menyesal, mengapa Danarto tidak dimintanya pulang saja sementara ada Tutut yang menunggui ayahnya.

“Sudah mandi ?” tanya Danarto.

“Sudah dong, sekarang mas Danar boleh pulang.”

“Baiklah, aku tak akan lama. Hanya mengambil baju ganti.”

“Lama juga nggak apa-apa, kan disini ada aku sama Tutut?” kata Desy.

“Jangan lupa mandi juga,” sela Tutut.

“Aku bau asem ya?” tanya Danar sambil mencium bajunya.

“Bukan asem. Apek,” canda Tutut.

“Tutut!” Desy mencubit lengan adiknya.

“Auww, sakit tahu."

“Kamu bercandanya sering kelewatan.”

“Nggak apa-apa, namanya juga bercanda. Ya kan Tut. Baiklah, aku cabut, dan janji, saat kembali aku pasti sudah wangi,” kata Danarto sambil tersenyum.

Tutut tersenyum sambil mengacungkan kedua jempolnya.

“Dia itu menyenangkan,” kata Tutut setelah Danarto pergi.

“Apa dari tadi Bapak masih tertidur juga?” Desy mengalihkan pembicaraan.

“Tadi bangun sebentar, minta minum, lalu tidur lagi. Kata perawat yang tadi kesini untuk menggantikan infus, itu memang pengaruh dari obatnya. Efeknya ngantuk.”

“Iya. Tapi dengan tidur bisa mengurangi rasa sakitnya juga.”

“Bagaimana Ibu? Mbak sudah bicara tentang sakitnya Bapak?”

“Sudah.”

“Apa kata Ibu?”

“Tidak banyak. Ketika aku bertanya, apakah boleh seandainya Bapak pulang ke rumah, Ibu juga tidak menjawab.”

“Ibu sangat benci sama Bapak.”

“Barangkali bukan benci, tapi masih terluka. Kita tak bisa memaksa Ibu, kita harus bersabar.”

Ketika Danarto datang, ia juga membawa makanan yang dibelinya dari warung.

“Wah, benar-benar sudah wangi,” celetuk Tutut sambil mengacungkan jempolnya.

Danarto tersenyum sambil membalas dengan acungan jempol juga.

“Ini apa mas? Kok bawa macam-macam?”

“Ini makanan, ayo kita makan dulu, aku mampir beli di warung tadi.”

“Ya ampun Mas, untuk mas Danar saja, aku sama Tutut kan bisa makan di rumah.”

“Masa cuma buat aku segini banyak? Ya enggak lah, aku sudah beli, ayo di santap.”

“Wah, ini masakan padang. Ayo Mbak, dimakan dulu, kasihan mas Danar sudah susah-susah beli untuk kita,” kata Tutut sambil membuka bungkusannya.

“Nah, gitu dong.”

“Baiklah, ayo kita makan,” kata Desy pada akhirnya.

Merekapun makan, sambil sekali-sekali melihat ke arah Haryo yang masih terbaring sambil memejamkan mata.

“Mas Danar, sebenarnya aku sungkan, masa Mas Danar yang nungguin Bapak disini?”

“Mengapa harus sungkan? Ini kan aku yang mau. Sudah, kalian pulang saja sana. Ini sudah malam, nanti Ibu menunggu,” kata Danarto setelah mereka selesai makan.

“Terima kasih banyak ya Mas, besok pagi-pagi sekali aku pasti sudah datang kemari.”

“Aku setelah kuliah juga akan kemari. Semoga Bapak sudah semakin membaik,” sambung Tutut.

***

Sudah empat hari Haryo dirawat, lebam-lebam di wajahnya sudah hampir tak kelihatan. Hanya terlihat samar, tapi mata sebelah kirinya tidak bisa melihat sempurna. Dokter mata yang memeriksanya mengatakan bahwa ada luka didalamnya. Tampaknya ada benda keras mengenai matanya. Menurut dokter, mata Haryo harus di operasi. Tapi dokter itu mengatakan bahwa kemungkinan untuk pulih sangat sulit, karena kornea matanya rusak. Karena itulah Haryo tidak mau dioperasi.

Desy sangat sedih mendengarnya.

“Apakah tidak ada cara lain untuk memulihkan penglihatan Bapak?”

“Bisa, kalau ada yang mau mendonorkan matanya.  Tapi donor mata hanya bisa didapat dari orang yang sudah meninggal,” kata sang  dokter dengan tatapan prihatin.

 Haryo tak tampak sedih mendengarnya. Ia justru meminta agar Desy dan saudara-saudaranya tak usah bersedih.

“Jangan memikirkan Bapak. Biarlah mata Bapak buta sebelah. Masih ada satu mata lagi yang bisa melihat. Untuk apa kalian bersedih?”

Air mata Desy berlinang. Tutut menubruk ayahnya dan menangis didadanya. Betapapun jahat kelakuan ayahnya, tapi mereka adalah darah dagingnya. Sedikitpun luka mereka akan tetap merasakan perihnya.

“Mengapa kalian ini? Biarlah semua ini menjadikan hukuman bagi Bapak. Kaki lumpuh, mata buta, itu kan tidak seberapa? Bapakmu ini masih hidup, bukankah harus disyukuri?  Bapak merasa berdosa pada kalian. Bapak tidak peduli pada kalian. Dan satu lagi, Bapak juga berdosa kepada Ibu kamu. Tolong katakan, Bapak minta maaf,” kata Haryo sambil mengelus kepala Desy dan Tutut bergantian. Tak urung mata tua itu juga tergenangi oleh air mata. Ada haru yang menyesak, menyadari betapa anak-anaknya masih menyayanginya. 

Terbayang kembali saat ia meninggalkan rumah, mata-mata mereka menatapnya dengan penuh amarah dan kebencian. Namun ternyata, cinta dihati mereka masih ada. Haryo merasa dirinya begitu kecil dimata anak-anaknya. Tapi penyesalan selalu datang terlambat. Ia merasa tak ada yang bisa memperbaiki semuanya. Hidupnya sudah hancur. Namun begitu, ia tak ingin terlihat lemah dihadapan anak-anaknya. Ia selalu berusaha tabah, dan terlihat kuat menghadapi semuanya.

***

Hari itu Danarto harus berangkat ke Jakarta. Walau terasa berat meninggalkan Desy yang disayanginya, dan berat karena tidak lagi bisa ikut menemani Haryo, tapi dia harus berangkat. Desy selalu memberi semangat agar kejadian tentang ayahnya tidak menghambat kepergiannya demi memperdalam ilmunya.

“Mas jangan memikirkan Bapak, karena masa depan Mas sangat penting untuk diraih, bukan?” katanya ketika mengantarkan Danarto ke bandara.

“Baiklah. Kamu harus hati-hati, dan merawat Bapak dengan baik.”

“Tentu mas. Doakan ya, agar Bapak segera pulih.”

“Aku selalu mendoakannya. Dan satu yang tak kalah penting adalah, bahwa kamu harus tahu bahwa aku selalu menunggu terbukanya hati kamu.” Katanya sambil menatap Desy penuh arti.

“Ah ….”

“Aku serius.”

“Iya, aku tahu.”

“Saat malam tiba, carilah sepotong rembulan , tataplah rembulan itu, aku akan menatap rembulan yang sama. Kita akan berbicara, rembulan itu yang akan menyampaikannya.”

“Ah ….”

Ingin rasanya Danarto mendekap gadis yang dicintainya, merengkuhnya erat dan tak ingin melepaskannya. Tapi rupanya ia memang harus menunggu sampai saat itu tiba. Saat ada pintu terbuka dan dia diijinkan masuk ke dalamnya.

***

“Danarto sudah berangkat?” tanya Haryo ketika Tutut berada di sampingnya.

“Sudah, hari ini, Mbak Desy mengantarkannya.”

“Bapak senang, kalau mas Danarto menjadi  menantu Bapak?” lanjut Tutut.

“Danarto laki-laki yang baik. Tapi kakakmu belum membukakan hati untuknya.”

“Mbak Desy hanya ketakutan.”

“Bapak tahu. Dia berkaca pada kelakuan Bapak.”

“Apakah semua laki-laki akan melakukan hal yang sama?”

“Kamu harus tahu, itu tidak benar. Ada orang yang terperosok karena melangkah melalui jalan yang berlubang dan kotor. Tapi ada orang yang berjalan dengan aman, karena melalui jalan yang lurus dan tertata. Kamu tahu maksud Bapak?”

Tutut mengangguk. Sungguh ia kasihan sekali melihat penderitaan ayahnya. Benarkah ayahnya begitu kuat dan tabah seperti yang selalu diperlihatkannya?

“Kamu tidak usah menunggui Bapak setiap hari. Kakakmu setiap hari ada disini, dan terkadang dia juga jaga malam. Keadaan Bapak sudah semakin membaik.”

“Bapak akan segera sembuh. Bapak akan pulang ke rumah Ibu bukan?”

Haryo tersenyum. Mengelus kepala Tutut dengan lembut.

“Mau kan?”

Haryo menggeleng lemah.

“Bapak punya rumah.”

“Siapa yang akan merawat Bapak? Perempuan itu sudah tidak peduli sama Bapak bukan?”

“Bapak bukan anak kecil, jangan menghawatirkan Bapak.”

“Bapak akan berjalan dengan kursi roda, bapak tidak bisa sendiri.”

“Mengapa tidak? Percayalah Bapak akan bisa.”

“Bapak ….” Tutut kembali menitikkan air mata.

“Bapak bisa. Sudah, tangis kamu malah membuat Bapak sedih. Bapak tidak apa-apa.”

Dan selalu begitu setiap kali Desy dan Tutut membujuknya. Mereka selalu membujuk ayahnya, walau sang Ibu belum memberikan lampu hijau, atau belum menjawab apapun saat mereka membicarakannya.

***

“Ini pengalaman Ana yang paling buruk,” keluh Ana ketika pulang ke rumah ibunya.

“Kamu tidak boleh berhenti hanya karena pengalaman itu.”

“Ana takut Bu. Kemarin harus berurusan dengan polisi, karena orang-orang yang melakukan penganiayaan sama pak Haryo itu sudah tertangkap.

“Apa majikannya juga ditangkap?”

“Tidak, tampaknya mereka tidak menyebut nama majikan mereka, dan itu adalah perjanjian diantara mereka. Aku dibayar untuk bungkam, dengan harus mengatakan tidak mengenal laki-laki tua itu. Aku kan memang tidak mengenalnya?”

“Jadi orang-orang itu rela dihukum, dengan menutupi nama majikan mereka?”

“Mereka mengaku tukang pukul bayaran yang tidak mengenal siapa yang membayar mereka. Dia itu orang berharta yang bisa melakukan apa saja. Aku bahkan tidak tahu namanya, dan dia hanya menyuruh aku memanggilnya ‘tuan’.

“Ya sudah, lain kali kamu harus berhati-hati.”

“Kejadian itu membuat aku selalu was-was.”

“Kamu tidak boleh berhenti. Ingat, tabungan kamu belum banyak.”

“Mbak Endah berkenalan dengan orang kaya, yang katanya akan menjadikannya isteri, dan melarangnya melayani laki-laki lain.”

“Apa? Dan kakakmu menyanggupinya?”

“Entahlah, setiap hari mbak Endah bersamanya. Tapi menurut aku, lebih baik begitu.”

“Apa laki-laki itu akan menjamin hidup kakakmu?”

“Kalau aku pasti akan langsung mau. Soalnya dia menjanjikan rumah, mobil, pokoknya semuanya menyenangkan.”

“Nanti kakakmu pasti akan bicara sama Ibu. Terserah saja, asal bisa hidup enak dan tidak kekurangan. Dan yang penting, harus memikirkan Ibu juga.”

“Kalau Mbak Endah dinikahi laki-laki itu, aku mau berhenti saja.”

“Kamu tidak boleh berhenti, kecuali ada yang akan menjadikanmu isteri. Dan dia harus kaya. Jangan sampai hidup kamu kekurangan.”

***

Sebulan lamanya Haryo dirawat. Hari itu Haryo boleh pulang. Ia bangun dan dengan kursi roda yang sudah siap di dekatnya, berjalan ke arah kasir. Dia heran karena tak pernah ada tagihan atas perawatannya, sementara anak-anaknya juga merasa belum pernah membayarnya. Barangkali karena anaknya co-ass disitu, lalu mereka membiarkannya sampai saat dia pulang. Itulah yang dipikirkan Haryo.

Tapi ketika Haryo sampai di depan loket kasir, mereka menjawab bahwa semua beaya perawatannya telah dibayar lunas. Haryo tertegun.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

81 comments:

  1. Replies
    1. Juaranya jeng Wiwik, sementara saya lagi cari info dakitnya pa Christnamurti...
      Selxmat ya....

      Delete


    2. Alhamdulillah MKJ_41 sudah tayang.
      Matur nuwun bu Tien..
      Salam SEROJA dan tetap berkarya. Sehat terus dan terus sehat ya bunda ...
      Salam ADUHAI...

      Delete
    3. Manusang bu Tien, MKJ sdh tayang slm sehat tetap cemungud.

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah datang.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah
    Syukron Mbak Tien ๐Ÿ˜Š๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

    ReplyDelete
  4. Yang kutunggu hadir juga…๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah MKJ41 sdh tayang.
    terima kasih mbak Tien.
    semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  6. Alhamsulillah MKJ 41 dah tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda sekeluarga selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk MKJnya
    Segera dibaca,,,

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, Terima kasih mbak Tien dan sehat selalu Alloh SWT senantiasa melindungi kita semua Aamiin...
    Salam ADUHAI..

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah MKJ 41 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun bunda Tien MKJ 41.
    Bunda Tien sehat selalu nggih.
    Salam ADUHAI saking Klaten.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah...
    Suwun ibu.
    Semoga bu Tien tansah pinaringan sehat dan tetap menghibur

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien senantiasa sehat... Salam... ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah.... gasik, slmt malam bu Tien, sehat2 selalu njih... salam aduhai

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah.. yang ditunggu sudah datang, mksh bunda Tien. Salam sehat selalu dan ah.. aduhai

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah tayang awal. Alhamdulillah Haryo sudah bisa pulang..dan sepertinya Tindy yg membayar. Syukur alhamdulillah, bu Tien selalu setia membuat cerita.

    ReplyDelete
  16. Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah MKJ~41 sudah hadir... maturnuwun Bu Tien ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah
    Terimakasi bunda Tien

    Aduhai

    ReplyDelete
  19. Orang menabur akan menuai..top markotop Bu cantik salam sehat selalu Amin YRA ๐Ÿ™ mr wien

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah … terima kasih bu Tien
    Salam sehat selalu …

    ReplyDelete
  21. Anak" sangat sayang dg ortunya usaha mengajak pa Haryo plg kerumah blm ada kepastian dari Tindy siapakah yg melunasi biaya RS Tindy terluka hatinya karena beliau tetaplah manusia.Sementara Nina dan anaknya tetap merasa bahwa mereka hrs mencari uang dg cara apapun

    ReplyDelete
  22. Yg byr siapa ya Bu tindy atau Danarto woii bikin penisirin Bu Tien
    Trims Bu Tien sudah menghibur
    Sehat2 Bu Tien

    ReplyDelete
  23. Alhamdullilah MKJ sdh tayang.. Terimaksih y bunda.. Slmsayang dan sehat sll dr sukabumi๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿฅฐ๐Ÿฅฐ

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  25. Alhamdulilah tks bu tien, met .slam met istirahat ...kasian pak haryo mendapatkan pelajaran agar insyaf dan jembali ke keluarga...salam ah dan aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah. Mtr nuwun bunda Tien.
    Semangat sehat
    Salam aduhai dari Jogjakarta

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillaah MKJ 41 tayang
    Pastinya yg membayar biaya haryo danarto, ayo mas danarto semangat gaet desinya sampai dapat

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya
    Salam sehat selalu dr bekti

    ReplyDelete
  29. Makasih bu Tien.. Aduhai,yg bilang aku masih manusia sesungguhnya berhati malaikat. Pasti Tindy yg mem
    bayar RS

    ReplyDelete
  30. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik,

    ReplyDelete
  31. Maturnuwun mkj41 sudah tayang, sehat selalu, salam aduhai ah.

    ReplyDelete
  32. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI AH ....

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah..yg di tunggu sdh hadir. Terima kasih Ibu Tien.. Sehat selalu.. Salam Ah Aduhai... Dari Mbu Nina di Karawang..

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah MKJ 41 sdh hadir
    semakin penasaran cerita lanjutannya
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan sukses selalu.
    Aamiin
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  35. Endah akan mengikuti jejak ibunya ya, dipersunting orang kaya. Ayo Ana, ikuti langkah kakakmu, biar hidup mewah berkecukupan. Begitu kan cita"mu...Ah.
    Siapa ya yang telah membayar biaya rumah sakit, istrinya apa calon menantu...AH.
    Salam sehat Ah untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  36. Selamat malam, mb Tien. Maturnuwun..
    Bisa tidur nyenyak
    Salam sehat nan aduhai mb Tien
    Yuli Semarang
    .

    ReplyDelete
  37. Maturnuwun mbak Tien
    Salam sehat sll

    ReplyDelete
  38. Matur nuwun sanget bu Tien MKJ sampun tayang.
    Mugi Ibu tansah sehat..
    Episode yang sangat bagus...
    Haryo telah sadar bahwa ini adalah hukuman atas perbuatannya...
    Akankah Tindy bisa menerima Haryo kembali..dia mohon maaf melalui putrinya...
    Salam aduhai..

    ReplyDelete
  39. Yaa klu anak ttp lah klu istri yg sakit wajar malah hra๐Ÿคญ๐Ÿคญ๐Ÿคญ๐Ÿคฒlaki2 salah klu sdh tua br mikir ya... wah gak semua juga gitu kok ya..banyak yg setia ..walau๐Ÿคญtrima kasih Bu Tien...sehat selalu๐Ÿคญ๐Ÿคญ๐Ÿคญ☝️

    ReplyDelete
  40. Alhamdulllah MKJ Eps 41 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tgr.

    ReplyDelete
  41. ๐€๐ฅ๐ก๐š๐ฆ๐๐ฎ๐ฅ๐ข๐ฅ๐ฅ๐š๐ก ๐Œ๐Š๐‰ 41 ๐ญ๐š๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ฆ๐š๐ญ๐ฎ๐ซ ๐ฌ๐ฎ๐ฐ๐ฎ๐ง ๐๐ฎ ๐“๐ข๐ž๐ง ๐ฌ๐ž๐ฆ๐จ๐ ๐š ๐ˆ๐›๐ฎ ๐ฌ๐ž๐ฅ๐š๐ฅ๐ฎ ๐๐ข๐ค๐š๐ซ๐ฎ๐ง๐ข๐š๐ข ๐ค๐ž๐ฌ๐ž๐ก๐š๐ญ๐š๐ง ๐๐š๐ง ๐ค๐ž๐›๐š๐ก๐š๐ ๐ข๐š๐ง ๐จ๐ฅ๐ž๐ก ๐€๐ฅ๐ฅ๐š๐ก ๐’๐–๐“.

    ๐Š๐ข๐ญ๐š ๐ญ๐ฎ๐ง๐ ๐ ๐ฎ ๐ฌ๐š๐ฃ๐š ๐ค๐ž๐ฅ๐š๐ง๐ฃ๐ฎ๐ญ๐š๐ง๐ง๐ฒ๐š ๐š๐ฉ๐š๐ค๐š๐ก ๐‡๐š๐ซ๐ฒ๐จ ๐š๐ค๐š๐ง ๐›๐š๐ฅ๐ข๐ค ๐ค๐ž๐ฆ๐›๐š๐ฅ๐ข ๐ค๐ž๐ซ๐ฎ๐ฆ๐š๐ก ๐ง๐ฒ๐š ๐›๐ž๐ซ๐ฌ๐š๐ฆ๐š ๐“๐ข๐ง๐๐ฒ ๐š๐ญ๐š๐ฎ ๐ญ๐ข๐๐š๐ค...๐Ÿ™๐Ÿ‘

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah,
    Suwun Bu Tien..,salam sehat selalu. ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  43. Wow kambing hitam di tangkapin, sudah sebulan bener-bener di jorkan saja, kemungkinan dhuwit nya yang mewakili hadir.
    Keluar rumah sakit sendirian saja, tanpa ada yang tahu, tak ada lambaian selamat jalan, hanya dibungkus plastik obat yang dibawakan ada tertulis semoga cepat sembuh.
    Adakah kejutan yang akan Haryo temui, dihari kebebasan bersyarat, karena akan datang kembali bila ada keluhan lanjutan, yang didapat hanya ada pesan cara minum obat yang dibawakan.

    Danar tetep pada harapan nya, berharap Desy membuka hati untuk nya.
    Sungguh pun ada tanda-tanda dia menerima, masih samar tanda itu.

    ADUHAI

    Tersampaikan kah permintaan maaf seorang Haryo, akankah petualangan nya berhenti.

    Pencari pesugihan masih merasa belum cukup, instruksi bertahan dalam posisi masing-masing sudah diperintahkan.
    Strategi pengelakan mulai di tata, demi keamanan kandang bรจbรจk beserta kru nya.
    Walau was was tapi harus berlanjut.

    Begitu lah bunyinya.


    Terimakasih Bu Tien;

    Memang Kembang Jalanan yang ke empat puluh satu sudah tayang.

    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  44. Terima kasih Ibu, salam aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  45. Ah...Danar kali ya yg bayar.
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu. Aduhai

    ReplyDelete
  46. Maturnuwun mbak Tien MKJ41nya..

    Duuuh...aduhai bangeeeet..
    Percakapan anak2 dengan bapaknya yg sakit..

    Tindy betuu...'aku masih manusia' yg punya perasaan..๐Ÿ˜ฐ

    Siapa yg membayar biaya RS?..Danarkah..?

    Lanjuut besok lagii..

    Salam sehat selalu dan aduhaiii mbak Tien..๐Ÿ™๐Ÿ’Ÿ๐ŸŒน

    ReplyDelete
  47. Makasih BUNDA MKJ nya yg selalu ditunggu dah tayang.
    Met malam dan met istirahat
    Sehat selalu Bunda sekeluarga dan salam ADUHAI

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  49. Matur nuwun, mbak Tien.
    Salam sehat selalu, nggih ...

    ReplyDelete
  50. ๐‘ป๐’†๐’“๐’Š๐’Ž๐’‚ ๐’Œ๐’‚๐’”๐’Š๐’‰ ๐’Ž๐’ƒ๐’‚๐’Œ ๐‘ป๐’Š๐’†๐’. . .

    ReplyDelete
  51. Trmksh mb Tien sdh memberikan hiburan pada para pctk.. semakin aduhai penasarannya.
    siapa yg membyr biaya rs bisa :
    1. bpjs sbg tenaga pengajar pasti punya jaminan kesehatan
    2. calon mantu danarto wlu blm dpt lampu hijau dr desy br sinyalnya sj
    3. tindy? istri sah yg disia siakan tp kata org tega larane ora tega patine apa terbalik ya?

    yg pasti tunggu sj kmn mb Tien membw mkj ini apakah kembali kpd keluarga inti? hanya mb Tien yg tahu? ditunggu... slmt tidur ditemani hjn yg blm berhenti sejak sore td๐Ÿ™

    ReplyDelete
  52. Apa kabar jeng Sapti ?
    ADUHAI AH, Lama sekali nggak komen

    ReplyDelete
  53. Matur suwun bu Tien, MKJ sdh tayang semakin penasaran. Apayg akan terjadi selanjutnya. Sehat selalu dan salam ADUHAI.

    ReplyDelete
  54. Matur nuwun bunda Tien...mohon maaf agak lama tidak hadir di blok.
    lagi meng-umekkan diri ini bun..๐Ÿ™

    Salam sehat selalu dan makin ADUHAI njih bun..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Ibu Padmasari
      Ikut umek dong.. masak enak ya?

      Delete
  55. Assalamualaikum wr wb. Siapakah yg melunasi beaya perawatan Haryo di RS....Ana hampir kena batunya dan Endah berada di tepi jurang (kebahagiaankah...kesengsaraankah...), saya sabar menunggu kelanjutannya, dgn rasa penasaran....Maturnuwun Bu Tien ceritanya apik, seru, berkelana tentang jalan hidup dan kehidupan tiap orang yg berbeda satu dgn lainnya dan bisa dijadikan pelajaran hidup. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin karya Bu Tien menjadi amal ibadah yg berpahala. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Aamiin ya Robb
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  56. Desi kemana Tutut tidak tahu kl.pa Haryo hari ini pungan? Pa Haryo kok plg sendirian naik kursi rosa

    ReplyDelete
  57. Woow....sdh seri 41..
    Hampir sebulan gak sowan dimari ngikuti cerita pak Haryo, b Tindy dll...
    Jadinya agak ngelembur juga bacanya.... hehehe...
    Salam sehat penuh semangat dari Rewwin, bu Tien...๐ŸŒฟ

    ReplyDelete
  58. Matur trngkiu,.mbak Tien, salam.ADUHAI

    ReplyDelete