Saturday, February 12, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 38

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  38

(Tien Kumalasari)

 

“Ada apa?” Danarto menoleh ke arah dua asyik masyuk yang tak tahu malu itu. Ketika terlihat wajahnya, Danarto pun terkejut.

“Dia?”

“Itu kan, anaknya Nina? Langganan di rumah sakit kamu Mas?”

“Aduh, itu Endah. Langganan apa, ketemu juga baru sekali. Dan ketika itu dia kan hanya pura-pura sakit.”

“Aneh. Saking tergodanya pada sang dokter, sampai pura-pura sakit,” ejek Desy.

Danarto hanya tertawa pelan, lalu menjalankan mobilnya.

“Mengapa dia melakukan hal yang tak sopan begitu di tempat umum pula? Padahal aku mau mengajak kamu makan di wedangan yang ada di dekat taman itu. Jadi rusak suasana indah malam ini,” gerutu Danarto.

“Benar-benar memalukan. Apakah orang tuanya tahu apa yang dilakukannya?”

“Kalau orang tuanya bener, ya pasti marah lah, nggak tahu mereka itu pacaran atau apa. Masa sih pacaran sampai seperti itu? Kalau ketahuan penjaga keamanan bisa diusir dia.”

“Jadi teringat Bapak. Apakah Bapak juga tahu kelakuan gadis itu? Bapak kan sangat mengenalnya.”

“Aku besok akan mencoba menghubungi pak Haryo, sekaligus minta alamat beliau tinggal sekarang ini.”

“Syukurlah kalau Bapak tidak lagi bersama mereka.”

“Iya, itu lebih baik.”

Mereka terdiam beberapa saat lamanya. Keinginannya untuk bersantai di taman gagal gara-gara pemandangan yang membuat mereka muak.

Akhirnya mereka hanya berjalan-jalan di sepanjang arena pertokoan, kemudian berhenti  di sebuah warung wedangan diantara keramaian kota.

“Suka makan di warung seperti ini? Ini namanya wedangan.”

“Ya suka lah, aku sering minum wedang jahe ditempat seperti ini, bersama teman-teman aku.”

“Jahe kencur jeruk, itu sedap sekali. Kita pesan itu ya?”

Desy mengangguk. Ia juga memesan jadah bakar dan tahu bacem yang dibakar.

“Ini enak. Mau yang lain?” tanya Danarto.

“Nanti saja, gampang.”

Dikota itu sudah banyak orang-orang membuka warung wedangan, yang menjual aneka minuman tradisional, dan makanan tradisional pula. Bukan yang mewah seperti makanan di restoran, tapi banyak penikmat kuliner yang menyukainya.

“Sebenarnya di dekat taman tadi juga ada warung seperti ini, lebih menyenangkan karena tempat duduknya ada di pelataran, sehingga kita bisa menikmati indahnya malam sambil minum wedang jahe atau beras kencur.

“Nggak apa-apa. Disekitar tempat itu suasananya remang-remang, jadi disalah gunakan oleh anak-anak muda yang sedang pacaran. Yang begitu itu kan malah merusak pemandangan."

“Kalau pacaran model  seperti itu namanya merusak.”

“Benar.”

“Kalau yang namanya cinta itu kan harus menjaga, bukannya merusak demi pelampiasan hawa nafsu.”

“Benar.”

“Tumben jawabnya ‘benar’, bukan ‘ah’.”

“Nanti kalau aku bilang begitu, pasti kamu ledekin aku deh.”

“Tapi aku suka.”

“Ah_ ….”

“Ahaaa, akhirnya dapat juga,” lalu Danarto tertawa pelan.

Mereka menikmati hidangan tradisional yang hangat dan segar itu dengan penuh canda.

“Tapi aku sebenarnya sedih,” gumam Danarto pelan.

“Kenapa?”

“Tidak lama lagi aku harus pergi,” katanya dengan menampakkan wajah sendu.

“Aduh, seperti mau pergi kemana saja. Kan cuma Jakarta?”

“Memangnya kamu nggak sedih, kalau aku pergi?”

“Kenapa aku harus sedih?”

“Tuh kan, cuma aku yang sedih.”

“Kamu itu aneh, memangnya kamu mau pergi berapa ratus tahun sih?”

“Sedetikpun, berpisah sama kamu itu menyedihkan.”

“Ah_ ….”

“Haaa, dapat lagi akhirnya. Nanti aku pasti akan sering menelpon kamu dan mendengar suara ‘ah’ saat menjawab telponku.”

Desy hanya tersenyum. Ada perasaan aneh, yang dia belum bisa memahami apakah itu cinta seperti apa yang dirasakan Danarto, atau bukan. Yang dia tahu, ialah ia selalu merasa senang berada didekatnya.

“Sepertinya dia itu hanya kakakku. Masa sih aku menerimanya sebagai kekasih? Cinta itu selalu membuat aku takut,” kata batin Desy.

“Eh, kok ngelamun sih, tuh, jadahnya mau jatuh dari bibir kamu,” goda Danarto.

Desy tertawa lebar, dan nyaris melempar Danarto dengan sepotong jadah yang masih ada di dalam pegangannya.

“Aduh, jangan dong. Itu gurih tahu, kalau di lempar maka kamu harus pesan lagi, tahu.”

“Ah ya, aku ingat Ibu suka jadah. Aku mau pesan lagi ah, yang dibakar, buat Ibu sama Tutut, eh … sama Simbok juga.”

“Satu kalimat saja ‘ah’ nya bisa banyak banget sih.”

“Mas Danar tuh, ayo dong pesenin sepuluh potong buat Ibu,” rengek Desy.

“Iya … iya … jangan khawatir.”

Dan memang jadah yang dibuat dari ketan itu terasa sangat lembut di mulut, dan gurihnya itu lho. Mungkin karena campuran kelapa parut dan sedikit garam di dalamnya, dari situlah rasa gurih itu berasal.

“Lain kali aku ingin mencoba membuatnya sendiri.”

“Emang bisa?”

“Bisa lah, kalau orang lain bisa, aku pasti juga bisa.”

"Kamu tahu nggak, membuat jadah itu memerlukan tenaga ekstra. Memangnya seperti membuat bubur yang tinggal diaduk-aduk? Nggak. Setelah ketan dibumbui dan dikukus, dia ditumbuk sampai halus. Naa, numbuknya itu yang berat karena bahannya liat dan sangat kenyal.”

“Gitu ya? Rupanya Mas Danar dulu jualan jadah?” goda Desy.

“Ya enggak, tapi  tetangga aku jualan jadah, dan aku sering melihat ketika mereka sedang membuatnya.”

“Berat ya numbuknya?”

“Kalau kamu ingin membuatnya, kamu harus membuat bersama aku, karena hanya aku yang kuat menumbuknya, tangan kecil kamu mana bisa.”

“Oke, boleh kita coba nanti.”

“Besok ya, sebelum aku berangkat, biar ada kenangan yang beda ketika aku jauh dari kamu.”

“Ah_ …”

Danarto tersenyum penuh arti. Desy memang selalu membuatnya gemas. Ia berharap, pada suatu hari akan benar-benar bisa memilikinya. Seumpama mawar, Desy adalah mawar berduri. Harus hati-hati memetiknya, supaya tidak terluka.

***

“Mengapa masih sore sudah pulang?” tanya Siska ketika melihat Endah sudah berada di rumahnya.

“Tante, dia itu hanyalah anak muda yang sedang belajar menghadapi perempuan. Dia hanya mengajak Endah jalan-jalan di taman, berbuat semau dia, dan selesai.”

“Oh ya? Dia itu anak orang kaya lhoh.”

“Tapi masih hijau tante. Kami hanya bermain sebentar, lalu dia pergi sambil meninggalkan uangnya.”

“Banyak kan uangnya?”

“Lumayan, dan beruntungnya saya, masih sore saya sudah bisa pulang,” kata Endah sambil beranjak ke kamarnya.

Ia melihat Ana belum pulang.

“Jangan mencari Ana, dia akan pulang lewat tengah malam, atau bahkan bisa pagi.”

“Tamu tante tadi yang bersama Ana sepertinya sudah setengah tua.”

“Iya, tapi jangan salah, dia langganan terbaik tante. Duitnya tak terhitung dan sangat royal. Bisa-bisa Ana dibawa sampai berhari-hari.”

“Hm, alangkah capeknya,” keluh Endah.

“Ketika sedang menghitung uangnya, rasa capek itu sudah hilang. Ya kan?”

“Ya sudah tante, saya mau mandi dulu.”

“Baiklah, beristirahatlah,” kata Siska sambil keluar dari kamar, tapi langkahnya terhenti ketika Endah memanggilnya.

“Tante, bolehkah setelah mandi saya ke rumah Ibu saya?”

“Terserah kamu saja, tapi kalau nanti tiba-tiba ada tamu, jangan sampai kamu tidak datang ketika aku memanggil kamu.”

“Iya tante, saya pikir mumpung saya pulang sore, ingin berbincang sama ibu.”

“Baiklah.”

***

Nina baru saja selesai makan malam dari makanan yang dipesannya melalui on line, ketika tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

“Hah, siapa itu malam-malam begini? Apa mas Haryo? Tumben dia ingat jalan pulang kemari. Pasti isterinya membuat dia marah lagi sehingga dia memilih pulang ke rumah ini,” gumamnya sambil melangkah ke arah pintu. Tapi ia kaget ketika yang berdiri didepan pintu adalah Endah.

“Kamu? Mengapa kemari? Mana Ana?”

“Endah sendirian Bu, Ana belum pulang. Ia menemani tamu yang lain.”

“Kamu? Sedang nggak ada tamu malam ini?”

“Ada, tapi masih sore dia sudah pergi.”

“Uangnya sedikit dong.”

“Sama saja. Beruntungnya aku, segera bisa beristirahat.”

“Wah, Ibu dapat bagiannya dong malam ini.”

“Ada Bu, pastilah ada. Endah pengin pulang karena Ana masih menemani tamu, nggak enak di kamar sendirian, makanya Endah memilih pulang.”

“Baguslah. Ibu senang kamu temani malam ini.”

“Pak tua itu belum juga pulang kemari?”

“Belum, biarkan saja. Tidak pulang juga tidak apa-apa. Kalau dia pulang bawaannya kan mengomelin Ibu.”

“Menyebalkan ya Bu? Lapar nih Bu. Ada makanan tidak?”

“Kamu lapar? Kasihan banyak uang bisa kelaparan.”

“Soalnya Endah langsung pulang tadi.”

“Masih ada tuh, sate lontong sisa Ibu tadi. Kamu mau?”

“Mau lah Bu, namanya juga lapar.”

Nina melayani Endah makan dengan riang. Setiap hari ia selalu memuji-muji Siska yang baik hati, sehingga membuat hidupnya dan anak-anaknya berkecukupan. Bukankah pekerjaan itu tidak berat dan justru menyenangkan? Pikir Nina setiap mengingat pekerjaan anak-anaknya. Karena itulah ia tak pernah merasa terbebani dengan keseharian Endah dan Ana yang bergantung pada lembaran-lembaran uang dari tamu-tamu yang harus dilayaninya.

***

“Waah, jadahnya ini enak sekali ya Bu.” Kata Tutut sambil mengunyah oleh-oleh jadah bakar yang dibawakan kakaknya.

“Iya, sangat enak karena masih hangat juga,” kata Tindy.

“Dulu waktu masih muda, Simbok jualan jadah,” seru Simbok yang ikut menikmatinya.

“Benarkah Mbok? Bukankah menunmbuk jadah itu berat?” tanya Desy karena Danarto mengatakannya seperti itu.

“Memang berat Mbak, lengannya harus kuat.”

“Simbok bisa?”

“Ya bisa lah, orang desa itu kan tangannya kuat-kuat.”

“Bukankah ketan itu liat?”

“Kalau menumbuknya sambil duduk ya berat, sehari nggak bakalan lembut.”

“Jadi Simbok menumbuknya sambil berdiri?”

“Sambil berdiri. Kalau sambil duduk nggak kelar-kelar”

“Desy pengin buat.”

“Besok Simbok buatin.”

“Bener ya Mbok, nanti kalau sudah jadi aku mau mengundang mas Danarto untuk mencicipi.”

“Waah, yang diingat cuma pacarnya. Masa cuma jadah saja mau dipamerin ke pacar sih?” ledek Tutut.

“Yaah, bukan pacar tahu.”

“O, calon pacar….”

“Tadi tuh ketika aku bilang sama dia bahwa pengin membuat jadah, mas Danar bilang bahwa aku tak akan kuat, jadi kalau mau membuat, harus mengundang dia untuk membantu menumbuknya. Nah karena Simbok bilang bisa, besok aku mau pamerkan jadah buatan Simbok tanpa dia ikut menumbuknya.”

Tindy tertawa.

“Kamu itu seperti anak kecil saja.”

“Iya tuh, cuma jadah saja mau dipamerin ke pacar.”

“Tutut, aku cubit bibirmu kalau nggak bisa berhenti ngeledekin aku,” geram Desy. Tapi Tutut keburu kabur ke dapur untuk mencuci tangannya yang lengket dan sedikit kehitaman karena jadah bakarnya.

***

Malam itu Haryo pulang ke rumah Nina. Bukan karena ingin pulang kesana, tapi ia ingin mengambil beberapa barang yang diperlukan. Beberapa baju, atau barang-barang yang diperlukan saat menjalani masa pensiunnya nanti. Ia memasukkan semuanya ke dalam sebuah kopor. Ketika itu Nina masih ada di ruang makan, ngobrol bersama Endah sambil terkadang diselingi tawa.

Ketika Haryo membawa kopor itu keluar, tiba-tiba Nina melihatnya.

“Ternyata kamu Mas, masih ingat rumah ini?”

“Aku mengambil beberapa barang yang aku perlukan,” katanya sambil memasukkan kopornya ke dalam bagasi mobil.

“Mas benar-benar mau kembali sama Tindy?

Pertanyaan yang satu itu tak pernah dijawab oleh Haryo. Biarlah Nina berasumsi sesuka hatinya. Keputusan Haryo sudah bulat. Ia tak ingin lagi tinggal di rumah itu. Kekecewaan demi kekecewaan membuatnya segera memutuskan apa yang dirasanya terbaik untuk hidupnya. Bukan ke rumah Tindy, walau keinginan itu ada.

“Mas benar-benar mau meninggalkan aku?”

Haryo menutup bagasi mobilnya, dan melihat Endah keluar serta berdiri di teras. Haryo heran melihat cara Endah berpakaian. Menurutnya itu terlalu seronok, walau ia sedang berada di rumah sekalipun. Ia hampir memasuki mobilnya ketika mendengar suara Endah yang terdengar lantang.

“Mengapa Ibu peduli sama dia? Kalau dia sudah tak lagi mau sama Ibu, apa yang Ibu takutkan? Biarkan saja dia pergi.”

Haryo tertegun. Tak pernah disangka Endah berani mengata-ngatainya seperti itu. Ada rasa marah yang menyentak, tapi ditahannya. Ia tak tahu mengapa Endah berani berkata seperti itu. Haryo langsung masuk ke dalam mobilnya, dan pergi begitu saja.

“Huh, pasti Tindy sudah berhasil merayunya,” geram Nina.

“Sudahlah Bu, masih cinta ya?” ejek Endah sambil menarik ibunya masuk ke dalam rumah.

***

Haryo tidak langsung kembali ke rumah yang sekarang dihuninya. Ia memang membeli sebuah rumah kecil yang agak jauh di pinggiran kota. Ia ingin menenangkan dirinya. Sendiri memang terasa sepi, tapi Haryo ingin menjalaninya. Merawat diri sendiri bukan hal yang mudah juga. Tapi sudah berhari-hari Haryo melewatinya. Menyeduh kopi, menikmati siaran televisi, dan itu membuatnya merasa lebih tenang.

Tapi Haryo sekarang merasa lapar. Sebelum pulang ia harus mengisi perutnya. Ia memberhentikan mobilnya di sebuah rumah makan, yang kemudian disesalinya setelah dia duduk disana.

“Harusnya aku makan di warung kecil saja. Rumah makan ini sangat ramai. Sudah lewat jam makan, tapi masih ramai. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur,” gumamnya pelan.

Lalu ia memesan makanan yang dipilihnya. Seporsi rawon iga dan segelas jeruk panas.

Sambil menunggu pesanannya datang, tiba-tiba mata Haryo terpaku pada sebuah meja, dimana duduk seorang laki-laki setengah tua dan seorang gadis. Gadis itu sangat dikenalnya karena dia adalah Ana. Kalau melihat Ana makan seperti yang lainnya, entah bersama siapa, itu dianggapnya biasa. Mungkin Ana makan bersama kerabatnya, atau om nya yang dia tidak mengenalnya. Tapi cara duduk Ana disamping laki-laki itu tidaklah pantas. Dengan pakaian yang terbuka dari bahu sampai ke dadanya, Ana bersandar di tubuh laki-laki setengah tua itu, yang sebentar-sebentar melakukan hal yang tidak pantas bagi norma susila yang harusnya ada di negeri ini.

Haryo berdiri. Bukan karena ia sayang pada anak Nina, tapi ia harus menghentikan perilaku tak pantas itu karena dia mengenalnya. Ia tiba di meja ke duanya, dan serta merta menarik Ana sehingga terlepas dari pelukan laki-laki itu.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

108 comments:

  1. Alhamdulillah MKJ~38 sudah hadir.
    Maturnuwun bu Tien ..🙏

    ReplyDelete
  2. 𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐮𝐧 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠.

    ReplyDelete
  3. Horeeeeee tayang
    Matur nuwun bu Tien.
    Sugeng dalu, salam sehat....

    ReplyDelete
  4. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir gasik
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap.

      Delete
  5. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah,

    ReplyDelete
  6. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  7. Tayang gasik ,,Matur nuwun jeng Tien ,,,salam sehat. Saiki aku tak.maca

    ReplyDelete
  8. Selamat malam bunda Tien.. Terimaksih MKJ nya.. Semogabunda sll sht walafiat y.. Slmaduhai dri sukabumi🥰🥰🙏🙏

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah
    Matur nuwun Mbak Tien ...🌷🌷🌷🌷🌷
    Ingat sandiwara radio PTPN ...pas buanget klo yg jadi dokter Danarto mas Jimmy Sandy Sutrisno , Desy-nya Mbak Iik ..☺☺☺

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah MKJ38 sdh tayang.
    terima kasih mbak Tien.
    semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  12. Beraninya Haryo mengganggu Ana, minta disemprot ramai" ya... Ana kan bukan anakmu, tapi anak Nina.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah MKJ dah tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah.
    Matur nuwun bunda Tien, mugi tansah sehat.

    ReplyDelete
  16. Mlm mb Tien lama tdk komen... smg mb Tien seroja adanya... tayang gasik pas buka hp tyt sdh on going.. trmksh mb Tien tambah aduhai crtnya... smg p Haryo bs me nyadarkan Ana dan Endah bhw uang bukan segalanya... terlambat tp drpd tdk hiraukan lbh baik... trmksh mb Tien slmt weekend dg putra mantu dan cucu2... 😘🙏🤲

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga sehat beserta keluarga,salam ADUHAI..

    ReplyDelete
  18. Selamat malam mbak Tien, terimakasih yg ditunggu sudah tayang.🙏🙏🙏
    Selamat istirahat, salam aduhai.👍👍

    ReplyDelete
  19. Selamat malam Bunda Semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta.Salam ADUHAI.....

    ReplyDelete
  20. Trims Bu Tien udah menghibur.,..sehat selalu Bu tien

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien
    Sehat selalu bunda Tien
    Salam aduhai dari Yogya

    ReplyDelete
  22. Wow... salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  23. Asalamualaikum...ibu Tien..
    Apa kabar ? Semoga sehat selalu

    Kangen ibu...
    Maaf jarang komen Bu...

    Terima kasih tuk MKJ..
    Dan salam sehat selalu tuk ibu dan keluarga..
    Salam Aduhai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam Ibu Putri
      Kangen juga nih
      ADUHAI AH

      Delete
  24. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat dan bahagia bersama
    Keluarga,Aamiin

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah... MKJ 38 hadir, kasihan pak Haryo menuai aoa yg sudah ia tanam, semoga tidak terjadi duel dgn teman kencan Ana... Salam sehat selalu dan afuhai buat bunda Tien

    ReplyDelete
  26. Met malam bu tien... makin seru aja mkj ...wah kacau kalau pak haryo marah malah kena batunya nanti ...sehat selalu ya bu...salam.aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah MKJ 38 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah, MKJ sdh tayang. Matursuwun mbak Tien
    Makin aduhai saja... salam sehat selalu

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillaah....MKJ38 sudah hadir...
    Trima kasih bu Tien...Semoga ibu Tien dan keluarga sehat selalu,
    Aamiin yaa Robbal’alamiin...
    Salam SeRoJa... ADUHAI...

    ReplyDelete
  30. Bacaan malam minggu.....gasik matur nuwun bu Tien. Sehat n bahagia sllu bwt panjenengan.... salam aduhai

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah Haryo sadar dan sudah meninggalkan Nina, tidak ada kata terlambat untuk kebaikan. Akhirnya satu persatu kedok Ninadan anaknya terkuak. Apakah Ana akan marah gara gara ditarik Haryo? Bisa terjadi kehebohan kalau Ana tidak dapat bayaran karena ulah Haryo. Dan Siska akan protes ke Nina. Matur nuwun bu Tien, ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  32. Ah” sudah deh bacana tinggal nunggu hari senin
    Mskasih bunda tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  33. Alhamdulilah.. MKJ sdh dtg
    Terimakasih bunda Tien
    Makin seruu saja..
    Salam sehat untuk bunda dan salam aduhaii.. ��������❤

    ReplyDelete
  34. Sami2 Ibu Hermina
    Salam sehat dan ADUHAI AH

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah.. matur nuwun mbak Tien, cerbung MKJ Eps 37 sudah hadir menghibur
    Salam sehat dan salam hangar dari Tangerang

    ReplyDelete
  36. Maturnuwun mbak Tien..MKJ38nya..

    Waah Haryo Blm tau klo itu kerjaan Ana skr...apa yg terjadi nanti dgn aksi Haryo....🤨

    Waah..lanjutan senin yaa..hehe..

    Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  37. Rumit ya kehidupan kembang jalanan. Mungkin teman makan Ana adalah teman baik Haryo.

    Monggo ibu, dilanjut aja penasaran lanjutnya. Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah

    Akan terjadi apakah selanjutnya
    Kita tunggu hari Senin
    Ah ...lamaa😀

    ReplyDelete
  39. Salam kenal untuk mbak Tien yang menggemaskan cerbungbe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga.
      Siapa ya namanya?

      Delete
    2. Salam Kenal bu Tien yg Baik dan Ramah, dulu waktu saya masih remaja Pendengar Setia Sandiwara Radio Kayu Manis dan bu Tien Penulis ceritanya dan skrng saya sdh mnjadi Simbah punya cucu 6🙏🏻🙏🏻🌹🌺🌺❤

      Delete
  40. Malming bersama MKJ. Betapa ADUHAI nya. Matur nuwun, bu Tien

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk MKJnya,,
    Ternyata Haryo marah juga lihat Ana,,,
    Bgm reaksi Ana ya...

    Salam sehat wal'afiat bu Tien 🤗💖

    ReplyDelete
  42. Masih aja nggak ngerti ada apa dengan tingkah Danarto yang selalu kepingin bersama dengannya, bisa juga karena dia kan sendirian di rumah, jadi sering minta ditemenin; ya nyamperinlah pergi keluar cari udara segar, gitu.. tinggal beberapa hari lagi bakalan harus jauh jauhan. Kata orang LDR nggak apa-apa sedikit nambah pulsa, kan kangen, boleh donk.

    Endah merasakan ada asyiknya juga ya, ikut play grupnya Tante. Kebetulan dapatnya yang ringan ringan aja, namanya juga menemani; temen temenan lah ngikut aja asal asyik. Kan mandi bola.
    Heran juga Haryo melihat seragam yang dipakai Endah, kalau anak motor bilang model custom; roda nya terlihat hampir utuh biar ukuran nya yang besar terlihat lebih gedhé, kesan ramping pun masih nampak.
    Kali ini suaranya yang anèh, selagi Haryo selesai mengemas barang yang di perlukan buat menikmati kesendirian yang lagi di jalani; suara itu memekakkan telinga agak tersinggung sih, tapi dibiarkan saja, dan segera meninggalkan rumah kontrakan.

    Eh di warung remang remang melihat lagi kali ini adiknya Ana bersama om om, waduh ini lebih lagi; pakai variasi lagi, kelihatan mencolok, pakai stiker yang berpendar kalau kena cahaya,
    aduh Haryo kok ya sok peduli; apa mau ikutan, padahal sudah satu putaran uji coba circuit, kontrak lembur lagi, waduh cilaka uang lembur jadi hangus dèh.. trus siapa yang harus bayar ganti rugi kalau begini.
    Haryo sok jadi pahlawan seeh, ambyar dèh, jadi kasus lagi bikin keributan ditempat umum ooh.. pak tua pak tua tanggung amat, mau ninggalin malah masih ada sisa sayang.
    Tuh di run teks tertulis jelas putaran kali ini di batalkan, nunggu cuaca kondusif.

    ADUHAI


    Terimakasih Bu Tien;

    Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh delapan sudah tayang

    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  43. Nah lho, pasti bakalan terjadi keributan nih.
    Aduhai! Penasaraaan.
    Terima kasih bun.
    Mkj-nya makin muantab!

    ReplyDelete
  44. 𝑯𝒂𝒓𝒚𝒐 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒌𝒆𝒏𝒂 𝒎𝒂𝒌𝒊 𝒏𝒊𝒉. ..
    𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏. . .

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah, MKJ sdh tayang....
    Jadi pengen nyoba jahe kencur jeruk....tp apa semua wedangan sedia ya.....😊
    Terima kasih Bu Tien....salam sehat selalu...🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Pak Suyanto
      Kalau di Solo banyak. Cobain deh

      Delete
  46. Haryo knp peduli sih....
    Wah apa selanjutnya yg akan terjadi. Mangga mb Tien
    Semoga kel bu Tindy tdk kena getahnya.
    Salam sehat nan aduhai mb Tien
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  47. Assalamualaikum wr wb. Tadi saat keluar rumah, Haryo dpt omelan dari Endah, tapi kmdn kok peduli dgn Ana yg saat itu bersama om om hidung belang... Bakalan ribut nggak ya; Maturnuwun Bu Tien, sambil nunggu lanjutan ceritanya, saya do'akan semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam wr wb.
      Aamiin Ya robbal alamiin
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  48. Haryo...Haryo.Cari perkara aja. ibunya sendiri menjual anaknya.
    Makasih mba Tien
    Salam sehat selalu. Ah..

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  50. ✍️ #Minggu, February 13, 2022 ...
    CATATANR S.Abrus (dlm FB), atas Cerbung ~MEMANG KEMBANG JALANAN part : 38
    By : Bu Tien Kumasari.

    👇 Kini 'Pak Haryo, sang dosen yg bagaikan arjuna jaman now ... or ... Play boy kesiangan (?), merenung sendiri hasil karyanya bersama 3orang wanita korban 'cinta & nafsu (?) nya, yaitu :

    1. Bu Tiny (istri sah), seorang dosen S3 yg bijak dan punya 3 orang kandung / ceweq. Anak2nya 'sangat berbudi & kwalitas tinggi.
    Si Lala, putri pertama yg telah lulus kuliah dan akan melanjutkan studynya ke LN. si Desy, adiknya putri ke-2 yg dokter muda cantik dan sedang prosesi coast ... dan si bontot Tutut yg masih dibangku kuliah dgn prestasi bagus.

    2. Bu Larsih (istri siri), seorang guru sekolah yg bijak dan cintanya dibawa mati serta punya 1orang anak cowok bernama 'Danarto yg dididiknya dgn baik dan sungguh2 hingga menjadi seorang dokter yg bijak dan santun.

    3. Bu Nina (istri siri), ibu rumah tangga biasa yg punya 2orang ceweq Endah dan Ana anaknya, walau sempat duduk di kampus jadi anak gadis makan kuliah. Namun wataknya persis ibunya, ber-prinsip bhw 'duit adalah se-gala2nya. Akhirnya dijerumuskan bu Siska (teman dekat ibunya) jadi 'kembang jalanan dan mulai bergelimang uang hasil jual diri pada sihidung belang, miris kita.
    👉
    Pesan yg ingin awak sampaikan adalah :
    👇 #Yakinlah bahwa "Sukses seorang anak adalah bukti sukses paripurna seorang ibu".🤞
    In Sha Allah.🙏

    ReplyDelete
  51. Terimakasih Bu Tien, karya mmg kisah biasa tapi maknanya terasa ruarr biasa. Dan semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat dan dalam Lindungan Keberkahan Allah SWT yang selalu bisa berkarya. Aamiin Allahumma Aamiinn.🙏☘️

    ReplyDelete
  52. Mhn info, kl ahad libur y MKJ...

    ReplyDelete
  53. Memang kembang jalanan yg ke 39 tidak ada ya hari ni

    ReplyDelete
  54. Ibu biasanya gasik hr ini tumben belum ada. Saya tnggu bu Tien

    ReplyDelete
  55. Sehat2 bu Tien eee intip2 blm juga kluar nih ..semangat U bu Tien

    ReplyDelete
  56. Ikutan ngintip ah... kok belum keluar juga ya...

    ReplyDelete
  57. 𝐇𝐨𝐨𝐫𝐞𝐞𝐞 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐲𝐠 𝐧𝐠𝐢𝐧𝐜𝐞𝐧𝐠 ..𝐬𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐮..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  58. Pada nginceng semua... timbilen embuh ya.

    ReplyDelete
  59. Assalamulaikum bu Tien.
    Semoga sehat selalu bersama keluarga.

    ReplyDelete
  60. 𝐃𝐢 𝐫𝐞𝐟𝐫𝐞𝐬𝐡 𝐦𝐚𝐧𝐞𝐡...👏👏😃

    ReplyDelete
  61. 𝐖𝐚𝐡 𝐛𝐨𝐥𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐫𝐚𝐦𝐞 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐧𝐢𝐡 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐚𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐢𝐣𝐚..👍

    ReplyDelete
  62. Alhamdulillah...
    Semakin kesini ceritanya semakin seru abiiisss..
    Semoga Tindy yang baik hati mau memaafkan kesalahan pak Harto untuk yg kesekian kalinya..

    Geemeshhh sama Nina dan anak2 nya....
    MEMANG KEMBANG JALANAN.....

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...