Friday, February 11, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 37

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  37

(Tien Kumalasari)

 

“Siapa Mbok?” Desy bertanya lagi.

Tapi Tindy sudah tahu. Seorang temannya pernah mengirimkan foto perempuan bernama Nina itu ketika melaporkan perselingkuhan suaminya.

Tindy kembali menikmati makanannya, sementara Desy dan Tutut tampak geram melihat tingkah ketiganya yang tak tahu malu. Mereka berbicara keras dan tertawa tanpa mengenal malu suaranya didengar hampir semua orang di ruangan itu.

“Itu, yang tua itu kan yang dulu Simbok pernah ketemu ketika Simbok belanja sendiri. Dan kelihatannya dia itu yang isteri mudanya pak Haryo.”

“Ooo, dia? Dan itu anak-anaknya?” tanya Tutut sambil terus menatap mereka.

“Benar-benar urakan. Seperti tak berpendidikan, dan_ ….”

“Desy !” Tindy menegur anaknya sambil menatapnya tajam.

“Gerah Bu mendengar suara bicara dan ngomongnya,” protes Desy.

“Tidak usah didengarkan, segera selesaikan makan kita lalu segera pergi dari sini,” kata Tindy tajam. Ia sudah khawatir Desy akan melabrak mereka karena geram.

Desy kembali menikmati makanannya sambil  bersungut.

Mereka memang Nina dan kedua anaknya yang sedang bersenang-senang. Mereka menyempatkan pulang di hari Minggu itu dan mengajak ibunya jalan-jalan. Mereka sudah belanja pakaian dan saat itu sedang menikmati makan siang di sebuah restoran yang sama di mana Tindy dan keluarganya juga sedang makan

“Dengan demikian, kita tak usah lagi membutuhkan si tua itu Bu, uangnya hanya sedikit,”  kata Endah.

“Dia juga sudah beberapa hari tidak pulang, pasti pulang ke rumah isterinya lagi,” kata Nina

“Untuk apa memikirkan pak Haryo? Tanpa dia kita hidup berkecukupan,” ini suara Ana.

“Iya, bukankah Ibu pernah bilang bahwa Ibu hanya menyukai uangnya?”

“Tapi sebenarnya dia kan ganteng,” sergah Nina.

“Aduuuh, makan tuh ganteng, nggak penting juga kan. Yang penting kita sudah punya banyak uang, dan itu baru beberapa hari aku sama Ana bekerja,” kata Endah.

Tiba-tiba tanpa bisa ditahan lagi Desy berdiri. Ia ingin mendamprat ketiga perempuan yang sedang membicarakan ayahnya dan merendahkannya. Tapi Tindy menarik tangannya keras sekali sehingga Desy kembali duduk.

“Perempuan-perempuan rendah,” geram Desy.

“Kalau kamu melakukan keributan didepan umum, maka kamu juga akan tampak rendah seperti mereka.”

“Ibu, yang mereka bicarakan itu ayahku,” Desy hampir berteriak.

“Tutut, segera bayar makanan kita, Mbok, kita pulang,” perintah Tindy sambil berdiri dan menggandeng lengan Desy keluar.

“Aduh, es krimku belum aku makan,” keluh Tutut yang dengan kesal  pergi ke arah kasir.

Tapi belum lama setelah Tindy dan anak-anaknya masuk ke dalam mobil, seseorang melihatnya. Ia adalah Danarto yang sedang ingin makan siang juga.

“Aduh, aku terlambat, jadi tidak bisa ketemu mereka dong,” keluh Danarto yang gagal mengejarnya karena mobil Tindy sudah berlalu. Danarto ingin menelpon Desy tapi diurungkannya.

“Nggak usah ah, nanti malah mengganggu, lebih baik sore nanti saja aku kerumahnya,” gumamnya pelan sambil memasuki rumah makan itu.

Tapi ketika ia duduk, ia merasa terganggu karena ada seseorang tiba-tiba mendekatinya.

“Hallo, mas dokter ganteng,”  suara kemayu itu seperti dikenalnya. Tapi Danarto harus mengingat-ingat siapa dia, karena penampilannya yang berbeda.

“Mas dokter lupa? Aku Endah.”

Danarto mengangguk, ia baru ingat. Tapi ia heran melihat sosok gadis didepannya yang sangat berbeda. Ia memakai rok di atas lutut, memakai kaos teng top yang memperlihatkan sebagian dadanya, dan dandanannya itu, aduh … ada bulu mata palsu menggantung disana, diantara matanya yang berkedip genit.

“Lupa ya?” katanya yang kemudian duduk begitu saja di depan Danarto.

Danarto merasa enek. Ia kurang suka melihat gadis berpakaian minim, apalagi mendengar suaranya yang kemayu dan manja. Ini berbeda ketika dia melihatnya di rumah sakit, dan tampak kesal karena dia tidak mau memeriksa walau dia mengeluh sakit.

“Agak lupa.”

“Hm, gitu ya, eh mau makan apa? Boleh aku temani?”

“Tidak, tidak, aku hanya akan membeli makanan yang dibungkus,” katanya sambil melambaikan tangan ke arah pelayan restoran.

Pelayan mencatat pesanan Danarto, kemudian berlalu.

“Kok dibungkus sih mas? Nggak mau makan disini, biar aku temani.”

“Tidak, aku sedang terburu-buru.”

Danarto berdiri ke arah kasir, membayar, sambil menunggu pesanannya siap. Tak ingin dia kembali duduk sementara gadis genit itu masih menunggunya di sana.

Ia kemudian berdiri ketika ibunya memanggil dengan melambaikan tangannya.

“Apa sih Bu?” dengusnya kesal.

“Ngapain kamu bengong disitu?”

“Itu Bu, nungguin mas dokter ganteng.”

“Orang dia nggak perhatian juga sama kamu, ngapain kamu nyosor sampai segitunya?” kesal Ana.

“Biasalah kalau orang ganteng itu jual mahal,”  bela Endah.

“Nggak usah, buat apa ganteng, kalau nggak keluar duitnya, ayo kita pergi, bukankah sore nanti kita harus kembali?” kata Ana.

“Yaaah, mengapa kalian nggak tidur dirumah saja? Setiap hari Ibu sendirian.”

“Nggak bisa Bu, tante Siska berpesan kalau malam nanti akan ada tamu penting, kami sudah harus disana sore ini.”

“Ya sudah, terserah kalian saja, yang penting duitnya mengalir terus,” kata Nina tanpa rasa malu.

***

Desy duduk di samping kemudi sambil membanting-banting kakinya. Tindy yang berada dibelakang setir segera menjalankan mobilnya setelah Simbok dan Tutut masuk ke dalam.

“Es krimkuu ….” kesal Tutut yang masih membayangkan es krimnya tergeletak tanpa sempat disentuhnya.

“Kita berhenti di toko es krim langganan kita,” kata Tindy yang tak sampai hati melihat bungsunya kecewa.

“Mereka itu harus dihajar Bu. Bukan hanya kelakuannya yang rusak, tapi mulutnya juga,” omel  Desy.

“Desy !” tegur Tindy keras.

“Benar-benar perempuan jalanan.”

“Desy !! Jaga mulut kamu.”

“Mengapa Ibu tidak sakit hati mendengar Bapak direndahkan oleh mereka?”

“Ibu tidak perlu mengutarakan apa yang ada di dalam hati Ibu. Kemarahan yang meledak-ledak akan membakar hati kita dan membuat kita lupa diri. Tidak semua orang didunia ini baik dan sempurna. Ada kekurangan, ada cacat cela, mungkin memalukan, mungkin membuat orang marah dan tersinggung. Tapi kalau kita bisa menata perilaku kita, maka kita akan bisa menyadari, inilah warna dan ragam dari kehidupan yang kita jalani. Mau protes kepada siapa? Itu kan kembang kehidupan. Ada yang buruk, ada yang cantik, ada yang harum dan ada yang busuk baunya. Kita adalah salah satu dari kembang-kembang itu. Jadilah kembang cantik dan wangi, agar semua orang menyukainya. Bukankah menjadi yang disukai itu menyenangkan? Coba kalau kita dibenci, betapa sakitnya, betapa sedihnya.”

Desy luluh dalam senyum tulus ibunya, yang menatapnya lembut. Jadilah kembang cantik dan wangi. Aduhai. Itu adalah ibunya.

“Bagaimana ada wanita sesempurna Ibu?” kata Desy yang mulai bisa menata batinnya.

Tindy tersenyum lebar, sebelah tangannya membelai pundak Desy lembut.

“Ibu bukan wanita sempurna. Ibu juga punya cacat dan cela. Ibu menjalani kehidupan ini dengan selalu belajar, dan belajar. Dan yang namanya belajar itu, adalah meninggalkan yang salah, menjalani yang betul. Kalau salah, nilainya rendah, kalau betul, kita lulus deh.”

Desy meraih tangan ibunya dan menciumnya bertubi-tubi dengan air mata berlinang.

“Dimana Ibu akan berhenti beli es krim?” tanya Tutut untuk mengalihkan suasana haru itu. Sungguh iapun ingin menangis mendengar ibunya menuturkan hal-hal baik yang sangat mengena di hati mereka.

“Oh, iya. Ibu hampir lupa. Kita beli dan dibawa pulang saja. Okey?”

“Tapi Bu,” rupanya Desy masih ingin kembali ke topik awal, tentang ayahnya.

Tindy menoleh ke arah Desy.

“Tadi Desy mendengar bahwa Bapak tidak lagi bersama mereka. Berarti Bapak di mana ya?”

“Iya, mereka mengira Bapak pulang, padahal tidak,” kata Tutut.

“Entahlah, tapi ayahmu bukan anak kecil. Dia tahu apa yang harus dilakukannya,” kata Tindy sambil berhenti di sebuah rumah makan yang hanya menjual es krim saja. Tutut bersorak kegirangan.

“Bu, enaknya kita turun, makan disini sebentar, lalu sebagian dibawa pulang. Bagaimana?” tawar Tutut.

Tindy mengangguk setuju. Jarang mereka bisa bersama-sama kecuali di hari Minggu. Itupun kalau Desy libur. Karena itulah kemudian dia turun, setelah mengajak semuanya turun.

“Nanti mbak Tutut kesenangan makan es krim, Ibu lupa beli berasnya,” celetuk Simbok, lalu semuanya tertawa.

“Iya, aduh. Baiklah Mbok, setelah ini kita ke warung beras ya,” kata Tindy sambil menggandeng lengan Simbok.

***

Tapi ketika mereka selesai membeli beras di toko langganan Simbok, seorang laki-laki setengah tua menatap mereka dari balik kaca mobilnya. Laki-laki itu hampir turun untuk membeli sesuatu di toko itu, tapi diurungkannya. Ia melihat mobil isterinya. Ada Tindy  dan anak-anaknya, lalu melihat Simbok turun untuk belanja. 

Tak lama kemudian, seorang pegawai toko membantu mengangkat sekarung beras keatas mobil, lalu Simbok yang membawa tas kresek mengikutinya, kemudian naik keatas mobil itu juga, dan merekapun berlalu.

Laki-laki itu Haryo. Ia menatap keluarganya dan pandangan sendu. Setelah mereka jauh, Haryo turun dari mobil, mendekat ke arah toko.

“Bapak mau beli apa? Rokok Pak?” tanya pelayan toko.

“Tidak, saya tidak merokok. Saya hanya mau membeli kopi.”

“Yang mana pak? Ini?”

“Ya itu.”

“Gula juga?”

“Tidak. Kopi saja.”

Haryo mengeluarkan uang untuk membayar, ketika tiba-tiba dilihatnya sebuah dompet tergeletak diatas gundukan beras.

“Mbak, ini dompet siapa?”

“Ya ampuun, itu dompetnya ibu yang tadi membeli beras. Waduh, bagaimana cara menghubunginya?”

Haryo memegangi dompet itu, hanya sedetik keinginannya untuk membawa dompet yang diyakini punya Simbok, tapi kemudian diletakkannya kembali. Mana mungkin dia akan mengantarkan dompet itu ke rumahnya.

“Biar saya simpan saja Pak, nanti kalau dia  merasa kehilangan pasti kembali,” kata pelayan toko itu yang segera mengambil dompetnya dan meletakkannya di rak barang-barang.

Haryo menerima kembalian dari pelayan toko itu, kemudian berlalu. Tapi ketika ia sudah naik ke mobilnya, dia melihat mobil Tindy kembali. Pasti Simbok sudah mengatakan kalau dompetnya ketinggalan sehingga mereka kembali untuk mengambilnya.

“Untunglah aku sudah selesai,” kata Haryo yang kemudian memacu mobilnya pergi. Ia benar-benar tak ingin bertemu dengan keluarganya.

Tapi sambil menunggu Simbok turun untuk mengambil dompetnya, Desy melihat mobil ayahnya.

“Bukankah itu mobil Bapak?” teriaknya.

“Iya, mobil Bapak.” Sambung Tutut.

“Ibu, ayo kita mengejarnya,” pinta Desy.

Tapi Tindy menggelengkan kepalanya.

“Bu ….”

“Kalau dia tidak ingin bertemu kita, untuk apa kita menemuinya?” kata Tindy.

“Desy ingin tahu dimana Bapak tinggal. Kata perempuan itu Bapak tidak lagi pulang ke rumah mereka.”

Simbok sudah kembali naik ke atas mobil, lalu Tindy menjalankan mobilnya. Ia melongok ke arah depan, dan mobil Haryo tak tampak lagi.

“Dia sudah nggak kelihatan lagi,” gumam Tindy, Entah itu disyukurinya, atau tak peduli, entahlah. Tapi Desy tampak kecewa.

***

Sore hari itu Danarto datang ke rumah Tindy. Walau capek hampir seharian jalan-jalan bersama ibunya, tapi Desy gembira melihat kedatangannya.

“Kelihatan capek begitu?” tanya Danarto ketika Desy menemuinya.

“Masa? Padahal aku sudah mandi lhoh.”

“Iya, tapi kelihatan kalau capek.”

“Bohong,” sergah Desy.

“Bener tidak, kamu tadi jalan-jalan kan, itu sebabnya aku tahu bahwa kamu capek.”

“Kok tahu sih?”

“Aku melihat ketika kalian keluar dari rumah makan.”

“Oh ya? Berarti ketemu dong sama orang-orang itu?”

“Kamu juga melihatnya?”

“Hampir aku hajar mereka,” geram Desy.

“Aduh, bener galak yah?”

“Siapa yang nggak kesal, dia ngomongin ayahku dengan seenaknya. Kalau tidak ada ibu aku sudah pasti mendekati mereka dan membalas kata-kata kasarnya.”

“Beruntung ya, punya ibu yang sabar dan lembut.”

“Iya, sayangnya aku belum bisa seperti ibu.”

“Kamu harus belajar dong Desy, memang susah menjadi sabar.”

“Iya, aku harus banyak belajar.”

“Kalau kamu sudah menjadi dokter, kamu galakin pasien-pasien kamu, kabur semua dong,”

“Enak saja. Aku tuh kalau nggak disakiti nggak bakalan marah dong. Lihat saja bagaimana aku melayani pasien di rumah sakit. Aku sangat manis dan telaten lho menghadapi mereka biarpun terkadang mereka bawel.”

“Iya, aku tahu.”

“Tapi sebenarnya aku ingin tahu, sekarang ini Bapak tinggal di mana ya? Mereka tadi bilang bahwa Bapak sudah lama tidak pulang.”

“Oh ya? Nanti aku cari tahu, terkadang beliau menelpon aku,”

“Tapi tidak pernah mengangkat kalau aku yang menelponnya.”

“Semoga Bapak mau mengatakannya. Ayuk jalan-jalan?” ajak Danarto.

“Kemana ?”

“Jalan-jalan saja, rasanya pengin selalu bisa jalan sama kamu.”

“Ah_ ….”

“Aku tungguin dari tadi kata itu,”

“Kita kan sudah berduaan.”

“Penginnya jalan, dibawah bintang yang bertaburan di atas sana, memandangi sepotong bulan yang mengambang,”

“Ah_ ….”

“Desy, kita akan jalan-jalan disebuah taman, dimana kita bisa memandangi semua itu. Kamu tidak lupa kan, minggu depan aku sudah pergi ke Jakarta.”

“Aku ingat. Tapi berjalan-jalan di taman, memandangi bintang dan bulan, duuh, kayak orang lagi pacaran saja.”

“Aku ingin kita seperti orang pacaran, siapa tahu tidak lama lagi kita akan jadi pacar beneran. Awas, jangan bilang ‘ah’ lagi ya.”

Desy tertawa renyah, tapi kemudian masuk ke dalam untuk berganti pakaian.

***

Malam itu memang cerah. Bintang berkedip tanpa lelah, bertaburan diatas permadani biru yang digelar dengan cantik. Bulan sepotong yang berpendar, menambah gemerlapnya malam yang sungguh tampak mempesona.

Danarto mengentikan mobilnya ditepi taman itu, ia nyaris mengajak Desy turun katika melihat sepasang manusia sedang berasyik masyuk di sebuah bangku.

“Wah, pemandangan itu mengotori malam yang sangat indah ini,” gumam Danarto.

Ia ingin menjalankan mobilnya menjauhi tempat itu, ketika Desy tiba-tiba berteriak.

“Perempuan itu !!”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

95 comments:

  1. Replies
    1. Jeng dokter.... 3hari berturut-turut jadi juara 1
      Selamat..... setia jaga gawang

      Delete
    2. Ah,.. Bu dokter Dewi juara.... Tapi g galak spt Desy ya mas Danar? Suwun bu Tien MKJ nya.

      Delete
  2. Alhamdulillah MKJ hadir gasik lagi.. maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  3. _“Itu Bu, kalau tidak salah, isteri muda pak Haryo,” kata Simbok pelan._

    _Tindy menoleh, demikian juga Desy dan Tutut. (eMKaJe_36)_

    *****
    Alhamdulillah....
    Memang Kembang Jalanan_37 sdh tayang. Monggo maca bareng-bareng.

    Terima kasih bu Tien
    Salam sehat dan tetap semangat.
    Tetap ADUHAI menghibur kita semua.......

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, gasik terbitnya....

    ReplyDelete
  5. Makasih Bunda, MKJ tayang sore.
    Sehat selalu dan bahagia bersama keluarga.
    Met malam dan met istirahat

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Terimakadih bunda Tien
    Aduhai

    ReplyDelete
  7. Maturnuwun,mb Tien. Salam sehat nan aduhai.
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  8. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir gasik
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap.

      Delete
  9. Sepertinya ada yang typo, kok Desy jadi anaknya Nina?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf dan terimakasih koreksinya.
      Salam hangat pak Henrinurcahyo

      Delete
    2. Salam kembali Bu Nina, saya ikuti sejak Melani. Tetap semangat

      Delete
    3. Saya bukan bu Nina
      Balas dendam nih? Heheee

      Delete
  10. Alhamdulillah...salam aduhai buTien sukses selalu

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk MKJnya,,
    Kasihan Haryo,,,

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    🤗💖

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah ... matur nuwun bu tien
    salam aduhai
    b nanik baturetno

    ReplyDelete
  13. Slmt mlm bunda Tien.. Terimakasih MKJ nys.. Salamsehat sll dri sukabumi🥰🥰🙏

    ReplyDelete
  14. Tks bu Tien...ceritanya semakin oke

    ReplyDelete
  15. Alhamdulilah, salam sehat utk semuanya

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah MKJ37 sdh tayang.
    terima kasih mbak Tien.
    Salam sehat dan Aduhai

    ReplyDelete
  17. Matur nuwun, bu Tien. MKJ nya sudah muncul. Salam sehat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  18. Jadilah kembang cantik dan wangi ...
    Alhamdulillah ... syukron mbak Tien atas wejangannya lewat bu Dosen Tyndy ...

    ReplyDelete
  19. 𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 ...𝐌𝐊𝐉 37 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠.
    𝐒𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐢𝐛𝐮 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚...🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  20. alhamdulillah sudah muncul. Saya salut dengan Tindy yang bisa mengatasi suatu masalah dengan kesabaran. Susah juga lho jadi Tindy, semoga Haryo segera sadar dan pulang ke rumah. wah siapa ya yang dilihat Desy..apakah Endah atau Ana dan gebetan barunya? Amit amit deh, Nina koq ya bisa bisanya menikmati uang haram dari kerja haram anak anaknya. Salam sehat bu Tien,, ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah... matur nuwun bu Tien, salam sehat bugar dan salam aduhaaaaai

    ReplyDelete
  23. Yes.... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  24. ahh PasarKembang.Maturnuwun Mbak tetep semangat&sehat

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah gasik bener tayang,a,,,👏👏👏


    Mksh Bunda Tien 🥰

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah MKJ 37 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  27. Terimakasih mbak Tien mkj dah tayang. Salam Seroja penuh semangat dan aduhai.selamat istirahat 🙏

    ReplyDelete
  28. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
    Apa Desy melihat salah satu kembang itu keluyuran ya, mudah"an tidak terjadi apa-apa.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  29. Ya ampun....
    Endah atau Anakah yg sedang berasyik masyuk disebuah bangku ditaman...
    Benar2 sudah menjadi kembang jalanan...

    Semoga pak Haryo segera ditemukan alamatnya dan mau diajak pulang...
    Monggo ibu Tien, dilanjut aja, penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  30. Besok gasik lagi ya mbak Tien...
    Ga sabar menunggu cerita selanjutnya..

    ReplyDelete
  31. Terima kasih mbak Tien. Salam sehat selalu.
    Ah, hari ini no comment. Bingung lihat kelakuan Nina.

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  33. Tks bu tien ....pak haryo sdg galau dan nina dan anaknya semakin terperosok kejurang... smg bu tien sll sehat salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  34. Trimakasih Bu Tien ..... makin seru aja critanya.... semoga Bu Tien selalu sehat

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah MKJ Eps 37 sudah hadir.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  36. Trimskasih bu Tien. Semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Sehat selalu...,Aamiin.

    ReplyDelete
  38. Ah...bikin penasaran aja

    Kutunggu besok lagi
    Salam sehat selalu mbak Tien 😍🥰

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah
    Terimakadih MKJ nya bunda Tien
    Soga bunda selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah.. yang ditunggu tayang awal, mksh bunda Tien, asyik dr.Danarto dapat tugas mencari info alamat pak Haryo semoga segera dapat... Salam sehat selalu dan aduhai buat bunda Tien

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah,
    Matursuwun mbak Tien MKJnya
    Salam sehat selalu dari bekti

    ReplyDelete
  42. Endang apa Ana?
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu.
    Ah..

    ReplyDelete
  43. Bukan main, indahnya kata² seorang Ibu seperti Tindy, patut dicontoh oleh ibu² yang ada diblogspot bu Tien.
    Bu Tien memang ADUHAI, dalam merangkai kata² bijaknya....

    “Ibu tidak perlu mengutarakan apa yang ada di dalam hati Ibu. Kemarahan yang meledak-ledak akan membakar hati kita dan membuat kita lupa diri. Tidak semua orang didunia ini baik dan sempurna. Ada kekurangan, ada cacat cela, mungkin memalukan, mungkin membuat orang marah dan tersinggung. Tapi kalau kita bisa menata perilaku kita, maka kita akan bisa menyadari, inilah warna dan ragam dari kehidupan yang kita jalani. Mau protes kepada siapa? Itu kan kembang kehidupan. Ada yang buruk, ada yang cantik, ada yang harum dan ada yang busuk baunya. Kita adalah salah satu dari kembang-kembang itu. Jadilah kembang cantik dan wangi, agar semua orang menyukainya. Bukankah menjadi yang disukai itu menyenangkan? Coba kalau kita dibenci, betapa sakitnya, betapa sedihnya.”

    Dedy harus banyak belajar dari bu dosen Tindy.....
    Memang bu Tien "hebat & ADUHAI"
    SUGENG DALU.

    ReplyDelete
  44. Alhamdulilah.. MKJ sdh hadir
    Terimakasih bunda Tien
    Aduhaiii... Tindy sabaaaarr bgt
    Semoga bunda sehat selalu dan bahagia
    Salam hangat dan teraduhai.. dari sukabumi 🙏🙏❤

    ReplyDelete
  45. Trims Bu Tien sudah menghibur sehat sehat Bu tien

    ReplyDelete
  46. Maturnuwun mbak Tien..MKJ37nyaa..

    Saluuut dgn sikap Tindy...tak tahu hatinya..pasti jg periih..
    Beruntung Desy.mau mendengarkan nasehat ibunyaa...

    Bertigaa ibu n anak2 perempuan..memang benar2 senang berfoya2..ga tau duit hasil apa..😏😏

    Haryo apa ngontrak sendiri yaa..

    Jwbnya besok lagiii..

    Salam sehat selalu dan aduhaiii banget mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  47. 𝑷𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏

    ReplyDelete
  48. Kesempatan itu akan berakhir karena sopir antar jemput ada tugas lain yang menjanjikan demi peningkatan karirnya, naik satu level diatas, tentu akan lebih dipercaya memegang satu unit layanan khusus.
    Tentu bukan masalah transportasi, itulah dr Danarto seorang yang merasa punya perhatian lebih dan tertarik pada co-ass, menjadi kan diri sopir pribadi selama jeda waktu mendapatkan kesempatan mengambil spesialisasi penyakit dalam.

    Desy bener-bener bakalan belajar mengendalikan diri, setelah sesaat tadi mendapatkan briefing dari sang Empu kehidupan. Semoga bisa mengambil inti pesan.

    Rupanya dia yang paling; galak bila mendapatkan hal yang nggak bener, walaupun Haryo pernah digalakin tapi kini juga yang paling dibelain, karena baru siang tadi mendengar celoteh tiga wanita di rumah makan, dari mereka; jadi tahu Haryo sudah pergi entah kemana.
    Itulah yang bikin penasaran akan dicari keberadaanya.

    Apakah di waktu yang pendek ini Danarto berhasil menemui Haryo, yang katanya; kadang menelpon nya.

    Kaya kucing Tom sama tikus Jerry, selalu kejar kejaran bila jumpa, apalagi terlihat kelebat keberadaan nya. Perempuan itu..

    ADUHAI

    Kaya bikin status di wa aja, cepat sekali berubah status;
    dari penjual gado gado menjadi peternak bèbèk, mungkin efek pandemi.




    Terimakasih Bu Tien;

    Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh tujuh sudah tayang.

    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tersayang 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Nanang
      Peternak bebek ? Hahaa..
      ADUHAI AH
      Aamiin

      Delete
  49. Terimakasih bu Tien, nasehatnya mengena sekali, jadi terharu. Membaca episode ini air mataku netes karena nasehat bu Tindy

    ReplyDelete
  50. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien MKJ nya....
    Terima kasih juga nasehat Bu Tien yg sdh disampaikan melalui Tindy...
    Salam sehat selalu....🙏😊

    ReplyDelete
  52. Assalamualaikum wr wb. Perempuan itu, siapa lagi kalau bukan Endah ya Ana, yg memang kembang jalanan. Tapi ini hanya dugaan saya saja. Maturnuwun Bu Tien yg sdh banyak memberikan masukan bagaimana menjadi orang baik dan berguna bagi orang lain, sabar, sopan, santun, selalu menjaga lisan dan perilakunya. Semoga Bu Tien beserta keluarga tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam wr wb.
      Aamiin ya robbal alamin
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  53. Sami2 Pak Suyanto.
    Salam sehat ADUHAI AH

    ReplyDelete
  54. Sami2 Ibu Hermina
    Salam hangat ADUHAI AH

    ReplyDelete