Thursday, February 10, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 36

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  36

(Tien Kumalasari)

 

Kedua laki-laki muda itu terus menatap Endah dan Ana, seperti ingin menelannya bulat-bulat.

“Masih ori ?” tanya salah satu dari laki-laki itu.

“Seperti janji saya bos.”

“Endah, Ana, ini adalah pak Tomy, dan satunya pak Darko. Kalian layani mereka  baik-baik ya?” kata Siska ketika kedua laki-laki itu berdiri. Siska mendorong tubuh Endah dan Ana agar mengikuti mereka, yang kemudian masuk ke dalam mobil.

Siska tersenyum lebar, batinnya menghitung-hitung pendapatan yang akan diperolehnya setelah mereka puas dengan pelayanan yang dihidangkan oleh gadis-gadis polos itu.

Endah dan Ana duduk terpisah. Endah ada di depan bersama Tomy yang menyetir mobilnya, sedangkan Ana duduk dibelakang bersama Darko. Keduanya tak banyak bicara, tapi Ana terkejut ketika tiba-tiba tangan Darko memeluk pundaknya.

“Umurmu berapa?” bisik Darko.

“Sembilanbelas,” jawab Ana lirih, agak gemetar karena dia belum pernah bersentuhan dengan laki-laki.

“Ranum …. Tubuhmu juga bagus,” dan Ana lebih gemetar lagi melihat pandangan laki-laki itu. Dari kaca spion didepannya, Tomy tersenyum penuh arti melihat ulah temannya. Ia tak melakukan apa-apa, hanya fokus menyetir.

Tomy memberhentikan mobilnya di sebuah halama hotel.

“Ke hotel?” seru Endah.

“Kami dari luar kota, menginap disini,” terang Tomy yang kemudian turun, sambil sebelumnya menyuruh Endahpun turun.

Mereka duduk di lobi, lalu Tomy mengambil sebotol minuman yang entah apa namanya, dan beberapa gelas. Ia menuang minuman itu pada gelas-gelas kecil.

“Minumlah,” perintah Tomy sambil menyodorkan gelas ke arah Endah. Demikian juga Darko yang memberikan minuman itu kepada Ana.

“Ini apa?” seru keduanya serempak.

“Minuman, enak. Cobalah.”

“Baunya menyengat,” kata Endah.

“Jangan dicium, langsung saja minum.”

Endah dan Ana meneguknya, kemudian terbatuk-batuk.

“Nggak enak,” teriak Ana.

Tapi Tomy menuangkannya lagi setelah dirinya sendiri juga meminumnya.

Ia memaksa Endah dan Ana minum.

“Ingat, tugas kaliyan adalah menemani kami. Jangan membantah,” kata Darko.

Endah dan Ana menurutinya, walau kepala mereka terasa berdenyut, dan sangat berdenyut. Yang dipikirkannya adalah, mereka tak akan mendapat bayaran kalau mengecewakan tamunya.

“Aduh, laki-laki tampan itu seperti tak mengenal belas kasihan,” batin Endah sambil memegangi kepalanya.

Beberapa teguk sudah masuk ke mulut mereka, dan keduanya merasa tubuhnya seperti melayang-layang.

“Ayo bawa mereka masuk,” kata Tomy yang kemudian memapah Endah untuk masuk ke kamar mereka. Mereka memasuki lift dan berhenti di lantai lima. Didalam lift Endah dan Ana merasa tubuhnya sangat aneh. Ada rasa panas menjalar. Mereka pasrah ketika Tomy dan Darko membawanya ke kamar yang berbeda.

***

Tengah hari pada keesokannya, Endah membuka matanya. Ia heran ketika menyadari dirinya terbaring pada sebuah kamar yang asing.  Ia juga merasa tubuhnya sakit semua.

“Dimana Ana?” bisiknya.

Matanya mencari-cari, dan tak mendapatkan adiknya di kamar itu. Ia menyingkapkan selimut yang semula menutupi tubuhnya, dan sangat terkejut melihat keadaannya yang tak selembar pakaianpun dikenakannya. Dengan tubuh terasa ngilu Endah bangkit, dan melihat pakaiannya terserak di lantai.

“Haahhh? Dia memperkosa aku?” jeritnya.

“Anaaa, dimana kamu ?”

Endah bangkit, dan dengan tubuh nyeri ia melangkah ke kamar mandi. Air matanya bercucuran. Ia baru sadar apa yang terjadi. Ia bukannya jalan-jalan bersama laki-laki ganteng yang membawanya, tapi dia diperkosa setelah mereka mencekokinya dengan minuman keras.

Endah mengguyur tubuhnya lama sekali, dari ujung kepala sampai ke kaki sambil terus meneteskan air mata.

Rupanya Ana yang berada di kamar lain juga mengalami dan merasakan hal yang sama. Ana bahkan berteriak-teriak penuh penyesalan.

“Bodoh! Ternyata kamu hanya mau memperkosa aku. Mbak Endah, mana dia? Apa dia mengalami hal yang sama?”

Ana pun mandi sambil menguras air matanya.

Ketika selesai berpakaian, Ana melihat setumpuk uang di atas nakas di samping tempat tidur yang berantakan.

“Uang? Jadi ini bayaranku?”

Ana menimang-nimang uang itu, lalu meletakkannya kembali. Uang itu begitu banyak, dan tak pernah dibayangkannya.

“Ternyata aku harus menjual tubuhku,” desisnya pelan.

Ketika ia merenungi nasibnya, tiba-tiba ia mendengar pintu diketuk dari luar. Dengan langkah gontai Ana membukanya, dan muncullah tante Siska bersama Endah.

Melihat mata kakaknya juga memerah, Ana sudah mengetahui jawabannya. Nasib mereka sama.

“Ada apa kalian menangis?” tanya Siska serasa tak berdosa.

“Ternyata begini ….” ucap Ana lirih.

Siska mengajak mereka duduk.

"Dengar. Itu uang bayaran kalian. Ambillah,” kata Siska yang kemudian mengambil uang di atas nakas itu, dan menyerahkannya pada Ana.

“Endah juga sudah menerima bayarannya,” kata Siska enteng.

Keduanya tak menjawab.

“Pengorbanan itu tak seberapa. Rasa sakit itu juga bukan hal yang akan terus menyakiti, nanti kalian akan melupakannya. Ingat, kamu hanya merasa kehilangan sesuatu, tapi dengan itu kamu bisa mendapatkan uang yang banyak. Di kali lain, kamu akan terus mendapatkannya, dan kamu akan hidup senang. Bukankah dalam hidup, uang itu sangatlah penting? Apa kamu bersedia hidup melarat dan setiap hari selalu kebingungan setiap kali membutuhkan sesuatu? Apa tidak kesal kalau setiap hari mendengar keluhan ibu kamu ketika uang sudah menipis sementara kebutuhan masih banyak?”

Endah dan Ana masih terdiam, dan mencoba mencerna apa yang dikatakan Siska. Sesaat mereka menyesal, tapi di saat lain ia mengakui bahwa apa yang dikatakan Siska itu benar adanya. Benar bukan bahwa uang itu sangat penting? Tapi Siska tidak mengajarkan bahwa uang bisa dicari dengan jalan yang bersih dan halal. Bagaimana dia bisa mengajarkannya kalau dirinya saja tidak mengerti? Menurutnya yang namanya uang itu amatlah manis untuk dinikmati, apapun caranya. Aduhai.

***

Nina merasa malas melakukan apapun di hari itu. Ia hanya membuatkan sarapan untuk Haryo, karena kedua anaknya tidak pulang semalam.

Walau katanya tidak lagi mengajar, tapi Haryo selalu pergi entah kemana setiap hari. Bisa sehabis sarapan, atau agak siang ketika dia sudah bosan menonton televisi.

“Anak-anakmu tidak pulang?”

“Tidak, Siska sudah mengatakan kalau dia tidak akan pulang,” jawab Nina tanpa beban.

“Bekerja apa sebenarnya?”

“Entahlah, Siska yang akan memberinya pekerjaan. Mungkin malam ini mereka tidur di rumah Siska.”

“Harusnya kamu tahu pekerjaan apa yang diberikan Siska. Bagaimana kamu bisa tidak tahu?”

“Yang penting Siska itu mau menolong aku, agar aku tidak kekurangan.”

“Tapi setiap pekerjaan itu kan ada namanya? Sekretaris, pelayan toko, atau bahkan pelayan di sebuah rumah tangga.”

Nina terdiam. Mana mungkin dia mau mengatakannya.

“Jangan-jangan anak-anak kamu dijadikan pelayan dirumah Siska.”

“Tidak mungkin. Mana tega Siska memperlakukan anakku begitu?”

Haryo terdiam, dia tak ingin berdebat tanpa bisa menemukan jawab dari pertanyaannya. Lalu Haryo pergi keluar.

“Mau kemana?” tanya Nina.

“Jalan-jalan saja.”

“Ke rumah Tindy?”

Haryo tak menjawab, ia naik ke atas mobilnya dan menjalankannya keluar dari halaman.

Nina membanting-banting kakinya.

“Kelakuannya semakin menyebalkan,” geramnya.

Ia masuk ke rumah dan mencoba menelpon Siska.

“Ya ampuun Nina, ada apa?” sambut Siska ketika menerima telpon dari Nina.

“Bagaimana anak-anakku? Apakah ada kendala?”

“Tidak, jangan khawatir. Pokoknya kamu tahu beres saja.”

“Kenapa tidak pulang?”

“Sabar Nina, saat ini mereka sedang menenangkan diri, aku mengajaknya pulang ke rumahku dulu, tapi ini lagi mampir makan siang.”

“Jadi ini kamu bersama anak-anakku?”

“Iya, sudah jangan mengganggunya lagi. Kirim nomor rekening kamu, agar mereka bisa mengirimi kamu uang yang banyak.”

“Benarkah?” wajah Nina langsung berseri.

“Ya benar lah, tapi jangan hari ini. Biarlah pendapatannya yang pertama mereka pergunakan untuk bersenang-senang dulu.”

“Lalu kapan mereka pulang?”

“Mereka akan pulang sesekali, tapi kalau siang biarlah istirahat dirumahku.”

“Mereka baik-baik saja kan?”

“Pastilah baik. Kamu tidak perlu khawatir. Hari ini biarlah mereka beristirahat, atau kalau ingin jalan-jalan biarlah mereka jalan-jalan. Besok dia akan bekerja lagi.”

“Mereka tidak mengeluh kan?”

“Ya tidak, walau pertama kalinya mereka  agak terkejut. Sudahlah, jangan mengganggu saja, kami sedang makan nih.”

“Aku ingin mendengar suara mereka, sedikit saja.”

“Aduuh, baiklah. Endah, Ana, ini ibumu, sapa dia dengan manis,” kata Siska sambil mendekatkan ponselnya ke mulut Endah.

“Hallo ibu …”

“Endah, kamu baik-baik saja?”

“Baik ibu.”

Lalu kepada Ana.

“Hallo ibu ..”

“Ana? Kamu baik-baik saja kan?”

“Iya Bu, kami baik, ini sedang makan, aku lapar sekali.”

Nina merasa lega mendengar suara anak-anaknya, senyumnya merekah.

“Ya sudah ya Nin, jangan lupa mengirimkan nomor rekening kamu.”

“Mereka sudah tahu kok.”

"Oh, baguslah, nanti kami akan mampir ke bank juga. Mereka harus punya M Banking supaya gampang kalau ingin mengirimi kamu uang.”

“Seperti di luar kota saja,” gerutu Nina.

“Ya nggak apa-apa Nin, barangkali ingin mengirim uang tapi belum sempat pulang.”

“Baiklah, jaga anakku. Carikan uang yang banyak ya.”

“Tenanglah.”

Lalu Siska menutup ponselnya. Nina  tersenyum lebar. Diam-diam ada perasaan bangga, lalu ia tahu bahwa  pada suatu hari ia tak memerlukan Haryo lagi.

***

Sudah berhari-hari Haryo tidak pulang ke rumah Nina. Dan Nina tidak peduli. Hari itu ia pergi ke bank untuk mengambil uang, karena Endah dan Ana bilang kalau mereka sudah mengiriminya uang.

Nina melihat saldo dan terkejut uangnya bertambah banyak.

“Ya ampuun, baru beberapa hari mereka sudah menghasilkan uang begini banyak? Aduh, aku jadi bingung mau beli apa. Pakaian ya, nggak ah, itu nanti saja. Aku mau makan di restoran. Nggak apa-apa makan sendirian. Aku harus memilih menu yang paling mahal.  Baiklah, diambil dulu sebagian untuk mengenyangkan perutku.

Lalu Nina mencari sebuah rumah makan, dan duduk sendirian di sebuah bangku yang kosong. Seorang pelayan menyodorkan buku menu, lalu matanya melihat-lihat deretan menu yang tampaknya menarik. Lalu ditulisnya di lembar pesanan, makanan paling mahal yang ada disana.

“Mm.. lobster … ini enak sekali. Aku mau pesan dua porsi, lobster asam manis, hm.. yang satu aku makan disini, satunya lagi aku bawa pulang.  Lalu minum .. apa ya … harus yang berbeda. Bukan es teh, es jeruk … aduuh, itu makanan orang nggak punya duit, sebentar … apa ya … jus saja ya, jus alpukat .. ah … biasa itu, aku sudah sering. Harus berbeda untuk hari ini, ini apa ya, aku belum pernah tahu, es boba tea. Enak barangkali, aku mau mencobanya.”

Setelah selesai memilih, ia memberikan pesanan itu kepada pelayan. Nina tersenyum senang. Hidupnya bakal bergelimang kemewahan. Ia harus lebih baik dari Siska. Nanti dia akan membeli mobil bagus, bukan cuma seperti mobilnya Haryo. Itu kan sudah termasuk mobil lama, enam atau tujuh tahun yang lalu. Baguslah, tapi aku harus berterima kasih pada Siska. Dia memberiku jalan kehidupan yang sangat cemerlang.

***

Hari Minggu itu Tindy bersama Desy dan Tutut mengajak Simbok untuk berbelanja di sebuah mal. Banyak catatan Simbok tentang barang-barang yang habis, dan Tutut dengan gembira membantu Simbok memilih barang-barang yang diperlukan.

“Pilih daging yang bagus untuk membuat soto, Mbok, jangan yang ada lemaknya. Sekali-sekali buat soto daging, bukan soto ayam,” perintah Tindy.

“Iya Bu, saya akan memilih yang terbaik.”

“Ibu, Tutut ingin membuat puding nanti,” kata Tutut.

“Baiklah, bilang sama Simbok, apakah di rumah sudah ada bahannya. Beli yang dibutuhkan.”

Mereka belanja banyak sekali, maklum sebagian besar untuk keperluan sebulan.

“Beli berasnya di toko langganan saja Bu, Simbok tidak bisa memilih kalau disini,” usul Simbok.

“Baiklah, nanti saja pulangnya kita mampir.”

“Ibu, kita beli es krim ya,” pinta Tutut.

“Pasti deh, nggak pernah ketinggalan,” ejek Desy.

“Yeee, Mbak Desy juga suka kan?”

Selesai belanja mereka makan di sebuah rumah makan.

Ketika asyik makan itulah tiba-tiba Simbok melihat tiga orang wanita, dan salah satu diantaranya Simbok mengenalnya. Mereka sedang makan sambil tertawa-tawa, dan bahkan tawanya sangat keras sehingga menarik perhatian bagi pengunjung lainnya.

“Itu kan perempuan yang itu ….” Gumam Simbok.

“Perempuan apa Mbok?” tanya Tindy.

“Itu Bu, kalau tidak salah, isteri muda pak Haryo,” kata Simbok pelan.

Tindy menoleh, demikian juga Desy dan Tutut.

***

Besok lagi ya

 

 

73 comments:

  1. Replies
    1. _Endah terpana. Kedua orang itu memang betul-betul ganteng. Ia tak peduli arti tatapan mata dua orang itu yang menurutnya memandang dengan aneh. (eMKaJe_35)_

      ******
      Waduh.. benar² tega euy Siska, menjadikan dua gadis anak Nina jadi KEMBANG JALANAN.... ADUHAI..
      Matur nuwun bu Tien, salam SEROJA, tetap sehat dan terus berkarya......

      Delete
    2. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien sayang 😍😍

      Delete
    3. Selamat bu dokter. Ma kasih bu Tien MKJ 36.

      Delete
  2. Trimakasih bu Tien MKJ dah tayang.
    Aduhai

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, sudah terbit Terima kasih, salam aduhai...

    ReplyDelete
  4. Maturnuwun mbak Tien mkj36 tayangsudah.salam sehat selalu aduhai.

    ReplyDelete
  5. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah sdh tayang. Salam sehat selalu bu Tien.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Aduhai

    ReplyDelete
  8. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  9. Selamat malam Bunda Tien....terima kasih sudah hadir dan salam Aduhai

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah MKJ36 sdh tayang.
    terima kasih mbak Tien.
    semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien MKJ 36 hadir lebih awal... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  12. Ya Allah, ternyata benar dugaan saya,, Endah dan Ana dijual keperawanannya lepada lelaki hidung belang. amit amit. Koq tega teganya Nina menjual anaknya demi uang.. Semoga Haryo menyadari siapa istri siri dan anak tirinya yang seperti Lala bilang adalah kembang jalanan yang bisa dipungut dan dibuang sewaktu waktu.. Matur nuwun bu Tien, pelajaran berharga buat kita semua dalam menyikapi hidup.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien
    Selalu sehat dan bahagia bersama keluarga
    Salam aduhai dari Yogya

    ReplyDelete
  14. Anak penjual gado2 itu kena perangkap... weleh2.
    Matur nuwun bu Tien.

    ReplyDelete
  15. Sugeng dalu mb Tien. Maturnuwun cerita semakin asyik. Aduh Endah n Ana kok malah kesenengen ya.
    Salam hangat n aduhai mb Tien.
    Yuli Semarang.

    ReplyDelete
  16. 𝑾𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂 𝒏𝒈𝒈𝒆𝒏𝒂𝒉 𝒃𝒍𝒂𝒔 𝒊𝒌𝒊 𝒔𝒊 𝑵𝒊𝒏𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒔𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒄𝒂𝒓𝒊 𝒅𝒖𝒊𝒕 𝒅𝒈𝒏 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒚𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒍𝒂𝒍.. 𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑𝒂𝒏 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝑺𝑾𝑻.??

    𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  17. Trima kasih Bu Tien semoga selalu sehat dan tetap semangat salam aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah.. jumpa kembali bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai

    ReplyDelete
  19. Maturnuwun Bu Tien 🙏, salam sehat semangat dan ADUHAI, sehat selalu beserta keluarga

    ReplyDelete
  20. Horeeee...
    Aku bacanya gasik..
    Makacih mbak Tien 😍
    Salam Aduhaiii
    Besok lanjuttt lagi😀

    ReplyDelete
  21. Wis kejegur jurang tenan Endah Karo ana Matur nuwun jeng Tien tayang gasik langsung maca Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah.
    Matur nuwun Mbak Tien ... Semoga Berkah dan Ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu melindungi kita semua Aamiin😊🌹

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah MKJ 36 dah tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoha bunda sehat selalu
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  24. Maturnuwun mbak Tien, atas cerbung nya, semoga kita selalu sehat2 dan Allah selalu melindungi kita beserta keluarga
    Aamiin3x Ya Robbal Alamin

    ReplyDelete
  25. 𝐈𝐧𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐲𝐚 𝐦𝐛𝐚𝐤?
    𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐦𝐛𝐚𝐤 𝐓𝐢𝐞𝐧...

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah Om Haryonsdh tayang..matur nuwun bu Tien ..sehat dan semangat selalu

    ReplyDelete
  27. Maturnuwun mbak Tien... Baru terpikir klo judul cerbung ini menyangkut endah dan ana.. mudah2 an gak salah. Salam sehat sll

    ReplyDelete
  28. Awal mula menjadi kembang Jalanan. Kasihan ya...

    Apakah 3 perempuan di rumah makan itu Nina, Endah dan Ana?

    Monggo ibu dilanjut aja, tambah penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    Teringat jaman dulu pernah ikut memberi pelajaran ketrampilan di lokalisasi...

    ReplyDelete
  29. Maturnuwun mbak Tien MKJ36nya..

    Wadooh tenan to...Endah n Ana..udh masuk perangkap Siska..
    Lakok mbokne malah seneng..
    Tapiii..
    Siapa 3 wanita yg di restoran yaa..klo Nina kan makan sendiri..tp simbok mengenali salah satunya..

    Jwbnya besok lagiii..

    Salam sehat selalu dan aduhaiii banget mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah MKJ 36 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah.. terima kasih mbak Tien, MKJ Eps 36 sudah hadir menghibur.
    Salam sehat dan salam hangat, njih...

    ReplyDelete
  32. Alhamdullilah MKJ 36 sdh hadir.. Terimaksih bunda Tien.. Slmsehat dan tetap aduhai.. 🥰🙏

    ReplyDelete
  33. Memang gila tuh Nina.
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat dan selalu sehat mba Tien.
    Aduhai

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah MKJ 36 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah.. Trm ksh bu Tien MKJ sdh tayang. Salam Aduhai....

    ReplyDelete
  36. Alhamdulilah..MKJ sudah terbit matur nuwun Ibu Tien...
    Sisca ternyata mucikari, Nina belum tahu....pikirannya yang penting uwng
    Simbok...masih ingat....Nina...
    Episode berikutnya pasti lebih seru...
    Mugi Ibu Tien tansah sehat..

    ReplyDelete
  37. Nina, endah dan Ana. Tanpa sadar mulai masuk ke lembah dosa.
    Terima kasih mbak Tien. Salam sehat utk keluarga.

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah
    Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  39. Terimma kasih bu tien...mkj tambah seru ... smf bu tien sehat selalu..salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  41. Rupanya ada weekend juga, waktunya rehat di hari Minggu menikmati korban keserakahan mak der yang diterpa gelombang emosional terperosok gelimang pundi-pundi yang menggiyurkan.
    Adakah rasa kecewa, setelah mengerti 'pekerjaannya', yang dengan pengawalan ketat Tante, tentu tidak berani menentang, jaringan Tante terlalu kuat untuk dirobohkan, yang ada dua anak asuh Tante nurut, demi kelegaan mak der meraih cita cita; bebas finansial.
    Kenyataan mereka bertiga berpesta menyambut 'keberhasilan' menumpuk dana.
    Tawa lepas tak peduli sekitarnya, ya memang sepertinya itu; terngiang ada teman Tindy yang pernah menceritakan sebagian ciri-ciri yang ada, rupanya memang itu.

    Seperti kembali dalam kesendirian mencari sesuatu yang bisa; mengisi hari-hari agar cepat berlalu pak tua mengisi waktu, kini dia merasa tidak ada yang perhatian padanya.
    Kelelahan yang sia sia, mungkin kah pak tua parkir di panti wreda?


    Terimakasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh enam sudah muncul.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tersayang 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Nanaaaaang
      Aamiin doanya
      Salam crigis dan ADUHAI

      Delete
  42. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Senantiasa sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah baca dah mlm🥰🙏👍👍👍☝️

    ReplyDelete
  44. Sungguh aduhai....
    Alhamdulillah....terima kasih Bu Tien MKJ nya....🙏

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah, pagi baru buka
    Aduhai...salam subuh salam sehat selalu

    ReplyDelete
  46. Assalamualaikum wr wb. Siapa tiga wanita itu... Apakah Nina bersama kedua anaknya.. Astaghfirullah...bisa bisanya Nina tdk tahu pekerjaan teman akrab nya yaitu syetan Siska, yg ternyata mucikari.. Nina dan syetan Siska menikmati uang hasil jerih payah Endah dan Ana..yg ternyata di jual Siska kpd lelaki pezinah. Na'udzubillah... Maturnuwun Bu Tien, Endah dan Ana kah yg dimaksud kembang jalanan.. Makin seru saja nih ceritanya. Semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  47. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
    Aamiin ya robbal alamin
    Matur nuwun pak Mashudi

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah,matur nuwun bu Tien untuk MKJnya,,serem,tp mereka butuh uang atau ,, hny bu Tien yg tahu ,, Aduhaaii penasaran nya. Nina,,Nina hny mau uangnya tdk Ada rasa sebagai ibu

    Salam sehat wal'afiat semua bu Tien 🤗💖

    ReplyDelete
  49. Baru bisa baca sianh íni....tadi malam udah tepar...trims bu tien sudàh menghibur

    ReplyDelete
  50. Kasian banget Endah sana Ana,,, Terima kasih Bu Tien salam sehat tuk njenengan

    ReplyDelete
  51. Astaghfirullah nina! Emang kok ya, kalau orang yang udah biasa makan dari uang yang tak halal ya begini.
    Bukannya mikir malah membayangkan jadi orang kaya.
    Tanpa sadar bahwa untuk mencapainya dengan menjual keperawanan kedua anak gadisnya.
    Aduhai! Miris aku bun.

    ReplyDelete