MEMANG KEMBANG JALANAN
36
(Tien Kumalasari)
Kedua laki-laki muda itu terus menatap Endah dan Ana,
seperti ingin menelannya bulat-bulat.
“Masih ori ?” tanya salah satu dari laki-laki itu.
“Seperti janji saya bos.”
“Endah, Ana, ini adalah pak Tomy, dan satunya pak
Darko. Kalian layani mereka baik-baik ya?” kata Siska ketika kedua laki-laki
itu berdiri. Siska mendorong tubuh Endah dan Ana agar mengikuti mereka, yang
kemudian masuk ke dalam mobil.
Siska tersenyum lebar, batinnya menghitung-hitung
pendapatan yang akan diperolehnya setelah mereka puas dengan pelayanan yang
dihidangkan oleh gadis-gadis polos itu.
Endah dan Ana duduk terpisah. Endah ada di depan
bersama Tomy yang menyetir mobilnya, sedangkan Ana duduk dibelakang bersama
Darko. Keduanya tak banyak bicara, tapi Ana terkejut ketika tiba-tiba tangan
Darko memeluk pundaknya.
“Umurmu berapa?” bisik Darko.
“Sembilanbelas,” jawab Ana lirih, agak gemetar karena
dia belum pernah bersentuhan dengan laki-laki.
“Ranum …. Tubuhmu juga bagus,” dan Ana lebih gemetar
lagi melihat pandangan laki-laki itu. Dari kaca spion didepannya, Tomy
tersenyum penuh arti melihat ulah temannya. Ia tak melakukan apa-apa, hanya
fokus menyetir.
Tomy memberhentikan mobilnya di sebuah halama hotel.
“Ke hotel?” seru Endah.
“Kami dari luar kota, menginap disini,” terang Tomy
yang kemudian turun, sambil sebelumnya menyuruh Endahpun turun.
Mereka duduk di lobi, lalu Tomy mengambil sebotol
minuman yang entah apa namanya, dan beberapa gelas. Ia menuang minuman itu pada
gelas-gelas kecil.
“Minumlah,” perintah Tomy sambil menyodorkan gelas ke
arah Endah. Demikian juga Darko yang memberikan minuman itu kepada Ana.
“Ini apa?” seru keduanya serempak.
“Minuman, enak. Cobalah.”
“Baunya menyengat,” kata Endah.
“Jangan dicium, langsung saja minum.”
Endah dan Ana meneguknya, kemudian terbatuk-batuk.
“Nggak enak,” teriak Ana.
Tapi Tomy menuangkannya lagi setelah dirinya sendiri
juga meminumnya.
Ia memaksa Endah dan Ana minum.
“Ingat, tugas kaliyan adalah menemani kami. Jangan
membantah,” kata Darko.
Endah dan Ana menurutinya, walau kepala mereka terasa
berdenyut, dan sangat berdenyut. Yang dipikirkannya adalah, mereka tak akan
mendapat bayaran kalau mengecewakan tamunya.
“Aduh, laki-laki tampan itu seperti tak mengenal belas
kasihan,” batin Endah sambil memegangi kepalanya.
Beberapa teguk sudah masuk ke mulut mereka, dan
keduanya merasa tubuhnya seperti melayang-layang.
“Ayo bawa mereka masuk,” kata Tomy yang kemudian
memapah Endah untuk masuk ke kamar mereka. Mereka memasuki lift dan berhenti di
lantai lima. Didalam lift Endah dan Ana merasa tubuhnya sangat aneh. Ada rasa
panas menjalar. Mereka pasrah ketika Tomy dan Darko membawanya ke kamar yang
berbeda.
***
Tengah hari pada keesokannya, Endah membuka matanya.
Ia heran ketika menyadari dirinya terbaring pada sebuah kamar yang asing. Ia juga merasa tubuhnya sakit semua.
“Dimana Ana?” bisiknya.
Matanya mencari-cari, dan tak mendapatkan adiknya di
kamar itu. Ia menyingkapkan selimut yang semula menutupi tubuhnya, dan sangat
terkejut melihat keadaannya yang tak selembar pakaianpun dikenakannya. Dengan
tubuh terasa ngilu Endah bangkit, dan melihat pakaiannya terserak di lantai.
“Haahhh? Dia memperkosa aku?” jeritnya.
“Anaaa, dimana kamu ?”
Endah bangkit, dan dengan tubuh nyeri ia melangkah ke
kamar mandi. Air matanya bercucuran. Ia baru sadar apa yang terjadi. Ia
bukannya jalan-jalan bersama laki-laki ganteng yang membawanya, tapi dia
diperkosa setelah mereka mencekokinya dengan minuman keras.
Endah mengguyur tubuhnya lama sekali, dari ujung
kepala sampai ke kaki sambil terus meneteskan air mata.
Rupanya Ana yang berada di kamar lain juga mengalami
dan merasakan hal yang sama. Ana bahkan berteriak-teriak penuh penyesalan.
“Bodoh! Ternyata kamu hanya mau memperkosa aku. Mbak
Endah, mana dia? Apa dia mengalami hal yang sama?”
Ana pun mandi sambil menguras air matanya.
Ketika selesai berpakaian, Ana melihat setumpuk uang
di atas nakas di samping tempat tidur yang berantakan.
“Uang? Jadi ini bayaranku?”
Ana menimang-nimang uang itu, lalu meletakkannya
kembali. Uang itu begitu banyak, dan tak pernah dibayangkannya.
“Ternyata aku harus menjual tubuhku,” desisnya pelan.
Ketika ia merenungi nasibnya, tiba-tiba ia mendengar
pintu diketuk dari luar. Dengan langkah gontai Ana membukanya, dan muncullah
tante Siska bersama Endah.
Melihat mata kakaknya juga memerah, Ana sudah
mengetahui jawabannya. Nasib mereka sama.
“Ada apa kalian menangis?” tanya Siska serasa tak
berdosa.
“Ternyata begini ….” ucap Ana lirih.
Siska mengajak mereka duduk.
"Dengar. Itu uang bayaran kalian. Ambillah,” kata Siska
yang kemudian mengambil uang di atas nakas itu, dan menyerahkannya pada Ana.
“Endah juga sudah menerima bayarannya,” kata Siska
enteng.
Keduanya tak menjawab.
“Pengorbanan itu tak seberapa. Rasa sakit itu juga
bukan hal yang akan terus menyakiti, nanti kalian akan melupakannya. Ingat, kamu
hanya merasa kehilangan sesuatu, tapi dengan itu kamu bisa mendapatkan uang
yang banyak. Di kali lain, kamu akan terus mendapatkannya, dan kamu akan hidup
senang. Bukankah dalam hidup, uang itu sangatlah penting? Apa kamu bersedia
hidup melarat dan setiap hari selalu kebingungan setiap kali membutuhkan
sesuatu? Apa tidak kesal kalau setiap hari mendengar keluhan ibu kamu ketika
uang sudah menipis sementara kebutuhan masih banyak?”
Endah dan Ana masih terdiam, dan mencoba mencerna apa
yang dikatakan Siska. Sesaat mereka menyesal, tapi di saat lain ia mengakui
bahwa apa yang dikatakan Siska itu benar adanya. Benar bukan bahwa uang itu
sangat penting? Tapi Siska tidak mengajarkan bahwa uang bisa dicari dengan
jalan yang bersih dan halal. Bagaimana dia bisa mengajarkannya kalau dirinya
saja tidak mengerti? Menurutnya yang namanya uang itu amatlah manis untuk
dinikmati, apapun caranya. Aduhai.
***
Nina merasa malas melakukan apapun di hari itu. Ia
hanya membuatkan sarapan untuk Haryo, karena kedua anaknya tidak pulang
semalam.
Walau katanya tidak lagi mengajar, tapi Haryo selalu
pergi entah kemana setiap hari. Bisa sehabis sarapan, atau agak siang ketika
dia sudah bosan menonton televisi.
“Anak-anakmu tidak pulang?”
“Tidak, Siska sudah mengatakan kalau dia tidak akan
pulang,” jawab Nina tanpa beban.
“Bekerja apa sebenarnya?”
“Entahlah, Siska yang akan memberinya pekerjaan.
Mungkin malam ini mereka tidur di rumah Siska.”
“Harusnya kamu tahu pekerjaan apa yang diberikan Siska.
Bagaimana kamu bisa tidak tahu?”
“Yang penting Siska itu mau menolong aku, agar aku
tidak kekurangan.”
“Tapi setiap pekerjaan itu kan ada namanya?
Sekretaris, pelayan toko, atau bahkan pelayan di sebuah rumah tangga.”
Nina terdiam. Mana mungkin dia mau mengatakannya.
“Jangan-jangan anak-anak kamu dijadikan pelayan
dirumah Siska.”
“Tidak mungkin. Mana tega Siska memperlakukan anakku
begitu?”
Haryo terdiam, dia tak ingin berdebat tanpa bisa
menemukan jawab dari pertanyaannya. Lalu Haryo pergi keluar.
“Mau kemana?” tanya Nina.
“Jalan-jalan saja.”
“Ke rumah Tindy?”
Haryo tak menjawab, ia naik ke atas mobilnya dan
menjalankannya keluar dari halaman.
Nina membanting-banting kakinya.
“Kelakuannya semakin menyebalkan,” geramnya.
Ia masuk ke rumah dan mencoba menelpon Siska.
“Ya ampuun Nina, ada apa?” sambut Siska ketika
menerima telpon dari Nina.
“Bagaimana anak-anakku? Apakah ada kendala?”
“Tidak, jangan khawatir. Pokoknya kamu tahu beres
saja.”
“Kenapa tidak pulang?”
“Sabar Nina, saat ini mereka sedang menenangkan diri,
aku mengajaknya pulang ke rumahku dulu, tapi ini lagi mampir makan siang.”
“Jadi ini kamu bersama anak-anakku?”
“Iya, sudah jangan mengganggunya lagi. Kirim nomor rekening
kamu, agar mereka bisa mengirimi kamu uang yang banyak.”
“Benarkah?” wajah Nina langsung berseri.
“Ya benar lah, tapi jangan hari ini. Biarlah
pendapatannya yang pertama mereka pergunakan untuk bersenang-senang dulu.”
“Lalu kapan mereka pulang?”
“Mereka akan pulang sesekali, tapi kalau siang biarlah
istirahat dirumahku.”
“Mereka baik-baik saja kan?”
“Pastilah baik. Kamu tidak perlu khawatir. Hari ini
biarlah mereka beristirahat, atau kalau ingin jalan-jalan biarlah mereka
jalan-jalan. Besok dia akan bekerja lagi.”
“Mereka tidak mengeluh kan?”
“Ya tidak, walau pertama kalinya mereka agak terkejut.
Sudahlah, jangan mengganggu saja, kami sedang makan nih.”
“Aku ingin mendengar suara mereka, sedikit saja.”
“Aduuh, baiklah. Endah, Ana, ini ibumu, sapa dia
dengan manis,” kata Siska sambil mendekatkan ponselnya ke mulut Endah.
“Hallo ibu …”
“Endah, kamu baik-baik saja?”
“Baik ibu.”
Lalu kepada Ana.
“Hallo ibu ..”
“Ana? Kamu baik-baik saja kan?”
“Iya Bu, kami baik, ini sedang makan, aku lapar
sekali.”
Nina merasa lega mendengar suara anak-anaknya,
senyumnya merekah.
“Ya sudah ya Nin, jangan lupa mengirimkan nomor
rekening kamu.”
“Mereka sudah tahu kok.”
"Oh, baguslah, nanti kami akan mampir ke bank juga.
Mereka harus punya M Banking supaya gampang kalau ingin mengirimi kamu uang.”
“Seperti di luar kota saja,” gerutu Nina.
“Ya nggak apa-apa Nin, barangkali ingin mengirim uang
tapi belum sempat pulang.”
“Baiklah, jaga anakku. Carikan uang yang banyak ya.”
“Tenanglah.”
Lalu Siska menutup ponselnya. Nina tersenyum lebar.
Diam-diam ada perasaan bangga, lalu ia tahu bahwa pada suatu hari ia tak memerlukan Haryo lagi.
***
Sudah berhari-hari Haryo tidak pulang ke rumah Nina.
Dan Nina tidak peduli. Hari itu ia pergi ke bank untuk mengambil uang, karena
Endah dan Ana bilang kalau mereka sudah mengiriminya uang.
Nina melihat saldo dan terkejut uangnya bertambah
banyak.
“Ya ampuun, baru beberapa hari mereka sudah
menghasilkan uang begini banyak? Aduh, aku jadi bingung mau beli apa. Pakaian
ya, nggak ah, itu nanti saja. Aku mau makan di restoran. Nggak apa-apa makan
sendirian. Aku harus memilih menu yang paling mahal. Baiklah, diambil dulu sebagian untuk
mengenyangkan perutku.
Lalu Nina mencari sebuah rumah makan, dan duduk
sendirian di sebuah bangku yang kosong. Seorang pelayan menyodorkan buku menu,
lalu matanya melihat-lihat deretan menu yang tampaknya menarik. Lalu ditulisnya
di lembar pesanan, makanan paling mahal yang ada disana.
“Mm.. lobster … ini enak sekali. Aku mau pesan dua
porsi, lobster asam manis, hm.. yang satu aku makan disini, satunya lagi aku
bawa pulang. Lalu minum .. apa ya … harus
yang berbeda. Bukan es teh, es jeruk … aduuh, itu makanan orang nggak punya
duit, sebentar … apa ya … jus saja ya, jus alpukat .. ah … biasa itu, aku sudah
sering. Harus berbeda untuk hari ini, ini apa ya, aku belum pernah tahu, es
boba tea. Enak barangkali, aku mau mencobanya.”
Setelah selesai memilih, ia memberikan pesanan itu
kepada pelayan. Nina tersenyum senang. Hidupnya bakal bergelimang kemewahan. Ia
harus lebih baik dari Siska. Nanti dia akan membeli mobil bagus, bukan cuma
seperti mobilnya Haryo. Itu kan sudah termasuk mobil lama, enam atau tujuh
tahun yang lalu. Baguslah, tapi aku harus berterima kasih pada Siska. Dia
memberiku jalan kehidupan yang sangat cemerlang.
***
Hari Minggu itu Tindy bersama Desy dan Tutut mengajak
Simbok untuk berbelanja di sebuah mal. Banyak catatan Simbok tentang
barang-barang yang habis, dan Tutut dengan gembira membantu Simbok memilih
barang-barang yang diperlukan.
“Pilih daging yang bagus untuk membuat soto, Mbok,
jangan yang ada lemaknya. Sekali-sekali buat soto daging, bukan soto ayam,”
perintah Tindy.
“Iya Bu, saya akan memilih yang terbaik.”
“Ibu, Tutut ingin membuat puding nanti,” kata Tutut.
“Baiklah, bilang sama Simbok, apakah di rumah sudah
ada bahannya. Beli yang dibutuhkan.”
Mereka belanja banyak sekali, maklum sebagian besar
untuk keperluan sebulan.
“Beli berasnya di toko langganan saja Bu, Simbok tidak
bisa memilih kalau disini,” usul Simbok.
“Baiklah, nanti saja pulangnya kita mampir.”
“Ibu, kita beli es krim ya,” pinta Tutut.
“Pasti deh, nggak pernah ketinggalan,” ejek Desy.
“Yeee, Mbak Desy juga suka kan?”
Selesai belanja mereka makan di sebuah rumah makan.
Ketika asyik makan itulah tiba-tiba Simbok melihat
tiga orang wanita, dan salah satu diantaranya Simbok mengenalnya. Mereka sedang
makan sambil tertawa-tawa, dan bahkan tawanya sangat keras sehingga menarik perhatian
bagi pengunjung lainnya.
“Itu kan perempuan yang itu ….” Gumam Simbok.
“Perempuan apa Mbok?” tanya Tindy.
“Itu Bu, kalau tidak salah, isteri muda pak Haryo,”
kata Simbok pelan.
Tindy menoleh, demikian juga Desy dan Tutut.
***
Besok lagi ya
Hore
ReplyDelete_Endah terpana. Kedua orang itu memang betul-betul ganteng. Ia tak peduli arti tatapan mata dua orang itu yang menurutnya memandang dengan aneh. (eMKaJe_35)_
Delete******
Waduh.. benar² tega euy Siska, menjadikan dua gadis anak Nina jadi KEMBANG JALANAN.... ADUHAI..
Matur nuwun bu Tien, salam SEROJA, tetap sehat dan terus berkarya......
Selamat bu Dewi,
DeleteAlhamdulillah, matur nuwun bu Tien sayang 😍😍
DeleteSelamat bu dokter. Ma kasih bu Tien MKJ 36.
DeleteTrimakasih bu Tien MKJ dah tayang.
ReplyDeleteAduhai
Juara lagi
ReplyDeleteHallowww.. JUARA
DeleteADUHAI
Yes
ReplyDeleteAlhmdulillah... terima kasih
ReplyDeleteAlhamdulillah, sudah terbit Terima kasih, salam aduhai...
ReplyDeleteAlhamdulullah
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien mkj36 tayangsudah.salam sehat selalu aduhai.
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,
Alhamdulillah sdh tayang. Salam sehat selalu bu Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Aduhai
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Selamat malam Bunda Tien....terima kasih sudah hadir dan salam Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ36 sdh tayang.
ReplyDeleteterima kasih mbak Tien.
semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien MKJ 36 hadir lebih awal... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteTks bu Tien
ReplyDeleteYa Allah, ternyata benar dugaan saya,, Endah dan Ana dijual keperawanannya lepada lelaki hidung belang. amit amit. Koq tega teganya Nina menjual anaknya demi uang.. Semoga Haryo menyadari siapa istri siri dan anak tirinya yang seperti Lala bilang adalah kembang jalanan yang bisa dipungut dan dibuang sewaktu waktu.. Matur nuwun bu Tien, pelajaran berharga buat kita semua dalam menyikapi hidup.
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteSelalu sehat dan bahagia bersama keluarga
Salam aduhai dari Yogya
Anak penjual gado2 itu kena perangkap... weleh2.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien.
Sugeng dalu mb Tien. Maturnuwun cerita semakin asyik. Aduh Endah n Ana kok malah kesenengen ya.
ReplyDeleteSalam hangat n aduhai mb Tien.
Yuli Semarang.
𝑾𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂 𝒏𝒈𝒈𝒆𝒏𝒂𝒉 𝒃𝒍𝒂𝒔 𝒊𝒌𝒊 𝒔𝒊 𝑵𝒊𝒏𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒔𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒄𝒂𝒓𝒊 𝒅𝒖𝒊𝒕 𝒅𝒈𝒏 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒚𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒍𝒂𝒍.. 𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑𝒂𝒏 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝑺𝑾𝑻.??
ReplyDelete𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂..🙏🙏🙏
Yeeees.....
ReplyDeleteTrima kasih Bu Tien semoga selalu sehat dan tetap semangat salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah.. jumpa kembali bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏, salam sehat semangat dan ADUHAI, sehat selalu beserta keluarga
ReplyDeleteHoreeee...
ReplyDeleteAku bacanya gasik..
Makacih mbak Tien 😍
Salam Aduhaiii
Besok lanjuttt lagi😀
Wis kejegur jurang tenan Endah Karo ana Matur nuwun jeng Tien tayang gasik langsung maca Salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien ... Semoga Berkah dan Ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu melindungi kita semua Aamiin😊🌹
Alhamdulillah MKJ 36 dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoha bunda sehat selalu
Salam sehat dan aduhai
Maturnuwun mbak Tien, atas cerbung nya, semoga kita selalu sehat2 dan Allah selalu melindungi kita beserta keluarga
ReplyDeleteAamiin3x Ya Robbal Alamin
𝐈𝐧𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐲𝐚 𝐦𝐛𝐚𝐤?
ReplyDelete𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐦𝐛𝐚𝐤 𝐓𝐢𝐞𝐧...
Alhamdulillah Om Haryonsdh tayang..matur nuwun bu Tien ..sehat dan semangat selalu
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien... Baru terpikir klo judul cerbung ini menyangkut endah dan ana.. mudah2 an gak salah. Salam sehat sll
ReplyDeleteAwal mula menjadi kembang Jalanan. Kasihan ya...
ReplyDeleteApakah 3 perempuan di rumah makan itu Nina, Endah dan Ana?
Monggo ibu dilanjut aja, tambah penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Teringat jaman dulu pernah ikut memberi pelajaran ketrampilan di lokalisasi...
Maturnuwun mbak Tien MKJ36nya..
ReplyDeleteWadooh tenan to...Endah n Ana..udh masuk perangkap Siska..
Lakok mbokne malah seneng..
Tapiii..
Siapa 3 wanita yg di restoran yaa..klo Nina kan makan sendiri..tp simbok mengenali salah satunya..
Jwbnya besok lagiii..
Salam sehat selalu dan aduhaiii banget mbak Tien..🙏💟🌹
Alhamdulillah MKJ 36 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah.. terima kasih mbak Tien, MKJ Eps 36 sudah hadir menghibur.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat, njih...
Alhamdullilah MKJ 36 sdh hadir.. Terimaksih bunda Tien.. Slmsehat dan tetap aduhai.. 🥰🙏
ReplyDeleteMemang gila tuh Nina.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat dan selalu sehat mba Tien.
Aduhai
matur nuwun bu tien🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 36 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
Alhamdulillah.. Trm ksh bu Tien MKJ sdh tayang. Salam Aduhai....
ReplyDeleteAlhamdulilah..MKJ sudah terbit matur nuwun Ibu Tien...
ReplyDeleteSisca ternyata mucikari, Nina belum tahu....pikirannya yang penting uwng
Simbok...masih ingat....Nina...
Episode berikutnya pasti lebih seru...
Mugi Ibu Tien tansah sehat..
Nina, endah dan Ana. Tanpa sadar mulai masuk ke lembah dosa.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien. Salam sehat utk keluarga.
Sami2 pak Andrew
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.
Sami2 Ibu Sri
DeleteAamiin
Terimma kasih bu tien...mkj tambah seru ... smf bu tien sehat selalu..salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 Ibu Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Rupanya ada weekend juga, waktunya rehat di hari Minggu menikmati korban keserakahan mak der yang diterpa gelombang emosional terperosok gelimang pundi-pundi yang menggiyurkan.
ReplyDeleteAdakah rasa kecewa, setelah mengerti 'pekerjaannya', yang dengan pengawalan ketat Tante, tentu tidak berani menentang, jaringan Tante terlalu kuat untuk dirobohkan, yang ada dua anak asuh Tante nurut, demi kelegaan mak der meraih cita cita; bebas finansial.
Kenyataan mereka bertiga berpesta menyambut 'keberhasilan' menumpuk dana.
Tawa lepas tak peduli sekitarnya, ya memang sepertinya itu; terngiang ada teman Tindy yang pernah menceritakan sebagian ciri-ciri yang ada, rupanya memang itu.
Seperti kembali dalam kesendirian mencari sesuatu yang bisa; mengisi hari-hari agar cepat berlalu pak tua mengisi waktu, kini dia merasa tidak ada yang perhatian padanya.
Kelelahan yang sia sia, mungkin kah pak tua parkir di panti wreda?
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh enam sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tersayang 🙏
Sami2 Nanaaaaang
DeleteAamiin doanya
Salam crigis dan ADUHAI
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSenantiasa sehat,Aamiin.
Sami2 Ibu Rini
DeleteAamiin
Alhamdulillah baca dah mlm🥰🙏👍👍👍☝️
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
DeleteSungguh aduhai....
ReplyDeleteAlhamdulillah....terima kasih Bu Tien MKJ nya....🙏
Sami2 Pak Siyanto
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, pagi baru buka
ReplyDeleteAduhai...salam subuh salam sehat selalu
Salam sehat dan ADUHAI Ibu Umi
DeleteAssalamualaikum wr wb. Siapa tiga wanita itu... Apakah Nina bersama kedua anaknya.. Astaghfirullah...bisa bisanya Nina tdk tahu pekerjaan teman akrab nya yaitu syetan Siska, yg ternyata mucikari.. Nina dan syetan Siska menikmati uang hasil jerih payah Endah dan Ana..yg ternyata di jual Siska kpd lelaki pezinah. Na'udzubillah... Maturnuwun Bu Tien, Endah dan Ana kah yg dimaksud kembang jalanan.. Makin seru saja nih ceritanya. Semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAamiin ya robbal alamin
Matur nuwun pak Mashudi
Alhamdulillah,matur nuwun bu Tien untuk MKJnya,,serem,tp mereka butuh uang atau ,, hny bu Tien yg tahu ,, Aduhaaii penasaran nya. Nina,,Nina hny mau uangnya tdk Ada rasa sebagai ibu
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat semua bu Tien 🤗💖
Sami2 Ibu Ika Laksmi
ReplyDeleteAamiin
Baru bisa baca sianh íni....tadi malam udah tepar...trims bu tien sudàh menghibur
ReplyDeleteKasian banget Endah sana Ana,,, Terima kasih Bu Tien salam sehat tuk njenengan
ReplyDeleteAstaghfirullah nina! Emang kok ya, kalau orang yang udah biasa makan dari uang yang tak halal ya begini.
ReplyDeleteBukannya mikir malah membayangkan jadi orang kaya.
Tanpa sadar bahwa untuk mencapainya dengan menjual keperawanan kedua anak gadisnya.
Aduhai! Miris aku bun.