Wednesday, February 9, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 35

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  35

(Tien Kumalasari)

 

“Tidak jualan?” tanya Haryo ketika tidak melihat Nina menggelar dagangannya.

“Aku bosan, tidak laku, hanya capek yang didapat.”

“Oo.”

“Jangan mengejekku, anak-anak sudah bekerja, mereka akan memberi aku uang dan bisa mencukupi kebutuhannya.”

“Begitu yakin kamu,” gumam Haryo sambil masuk kedalam, lalu duduk di ruang tengah.

“Mas tidak bekerja?”

“Tidak.”

“Masih sakit?”

“Tidak, memang aku tidak ingin bekerja lagi.”

“Maksudnya Mas pensiun?”

Haryo tak menjawab. Ia menyalakan televisi.

“Mas punya janji sama aku. Mas tidak lupa kan?”

“Janji apa?”

“Mas akan menikahi aku secara resmi kalau Mas sudah pensiun.”

Haryo tak menjawab.

“Mas lupa? Atau Mas ingkar?”

“Aku tidak akan menikah lagi.”

“Apa maksudnya? Mas akan tetap menjadikan aku simpanan dan memperlakukan aku dengan semena-mena?”

“Aku kecewa sama kamu.”

“Mas pembohong.”

“Kamu yang pembohong, bukan?”

“Apa?”

“Kamu menutupi banyak hal dari aku. Kamu berhutang untuk belanja dan bersenang-senang, lalu ketika kamu tidak mampu membayarnya maka kamu menjual cincin kamu, dan untuk menutupi kebohongan itu, kamu menggantikannya dengan cincin imitasi,” kata Haryo dengan menatap tajam Nina.

Nina menundukkan wajahnya, tak menjawab sepatah katapun.

“Mengapa diam? Pasti masih ada kebohongan yang lain kan?"

Tiba-tiba timbullah keberanian Nina. Apa yang dia takutkan? Kalau Endah dan Ana akan segera memberikan uang berlimpah kepadanya maka dia tak perlu bergantung pada Haryo.

“Ya sudah, mulai sekarang aku tak akan minta apapun dari Mas lagi. Aku yakin Endah dan Ana akan bisa mencukupi kebutuhan aku,” katanya sambil berlalu.

Diam-diam Haryo berpikir. Pekerjaan apa gerangan yang akan dijalani kedua anak Nina? Apa majikan tempat mereka bekerja sudah menjanjikan sebuah penghasilan besar sebelum mereka bekerja, sehingga Nina begitu percaya diri?.

***

Sementara itu Siska tidak langsung membawa Endah dan Ana ke rumahnya. Ia masuk ke sebuah butik, dan melihat baju-baju yang apik disana.

“Tante mau membeli baju? Kapan kami bekerja?” tanya Endah yang keheranan ketika melihat Siska tampak memilih-milih baju.

“Baju-baju ini nanti untuk kalian. Ayo pilih mana yang kalian suka. Ingat, bajunya harus sexy dan menarik,” kata Siska sambil menunjuk ke arah boneka-boneka manekin yang berjajar sambil memamerkan baju-baju yang sangat menawan.

Endah dan Ana terpana.

“Benarkah? Tante mau membeli baju-baju untuk kami?”

“Tentu saja. Ini penting untuk memperlancar pekerjaan kalian nanti. Ayo, jangan banyak bertanya, pilih yang kalian suka.”

Endah dan Ana saling pandang, dengan wajah berseri. Baju-baju itu bagus semua, Harganya tak boleh dibilang murah. Mereka tak menyangka sang tante yang pernah mereka maki-maki ternyata begitu royal dan baik hati.

“Yang mana? Ini? Jangan, ini saja, lebih cocok dengan kulit kalian yang hitam manis.”

“Baiklah.”

“Ingin mencobanya dulu? Aku kira tidak perlu, ini all size, akan cocok untuk semua ukuran. Nanti dicoba di rumah saja.”

Endah dan Ana mengangguk setuju. Alangkah girangnya, Siska membelikan masing-masing dua baju. Agak terbuka sih, tapi kenapa tidak? Jamannya gadis-gadis tampil modis, dan tidak usah malu memperlihatkan sedikit kulit mulus mereka.

“Sekarang kita pulang,” ajak Siska sambil menggandeng mereka, yang telah menentang paper bag berisi pakaian-pakaian bagus.

Siska juga mengajak mereka makan di sebuah restoran, dan mereka diijinkan memesan apapun yang mereka inginkan.

“Terima kasih ya tante, tante telah membuat kami senang.”

“Lain kali kalian akan bisa membelinya sendiri. Pakaian bagus, makan enak, jalan-jalan, belanja apa saja yang kalian suka,” kata Siska sambil tertawa.

“Benarkah?”

“Tentu saja benar. Bekerjalah dengan baik, maka kamu akan mendapatkan uang yang sangat banyak.”

“Dulu pak Haryo sering mengajak makan di restoran juga, tapi akhir-akhir ini dia sangat pelit,” gerutu Ana.

“Mulai sekarang jangan lagi bergantung pada pemberian orang. Kamu bisa melakukannya.”

“Terima kasih tante,” kata mereka serempak.

***

 Di rumahnya, Siska mengajari mereka berdandan. Mereka senang karena Siska menyediakan seperangkat alat make up yang diletakkan di sebuah kamar, yang diperuntukkan bagi mereka berdua. Kamar itu lumayan besar untuk ukuran mereka, dibandingkan dengan kamarnya sendiri di rumah kontrakan orang tuanya. Lagi pula kamar itu sangat bersih dan bagus, lengkap dengan almari dan segala perlengkapan yang mewah. Mereka tidak menyangka Siska sekaya itu.

Saat ini mereka asyik memoles wajah mereka, Siska mengajarinya.

“Wah, aku tidak sepintar mbak Endah kalau berdandan, lihat, alisku terlalu tebal,” seru Ana.

“Tidak, itu bagus Ana, sudah, biarkan begitu saja. Kamu tinggal merapikan supaya kiri dan kanannya sama,” kata Siska yang menunggui mereka belajar berdandan.

“Sebenarnya apakah pekerjaan kami nanti tante?”

“Kamu akan bekerja di sebuah rumah makan, eh tepatnya rumah minum.”

“Jadi kami akan jadi pelayan di rumah minum? Apakah rumah minum itu sebuah bar?" tanya Endah.

“Benar, sebuah bar. Tapi bukan sembarang pelayan, pelayan yang bayarannya tinggi, sangat tinggi dan tak terbayangkan oleh kamu.”

“Kami bekerja malam?”

“Ya, untuk kali ini malam. Kamu akan tante perkenalkan dengan seorang pengusaha muda yang sangat ganteng.”

“Asyiiik…. “ sorak mereka.

“Dia pemilik rumah minum itu?”

“Bukan, dia pelanggannya.”

“Apa yang harus kami lakukan?”

“Kamu hanya melayaninya. Dan ingat, jangan membuatnya kecewa, atau kamu tak akan mendapat bayaran sepeserpun.”

“Wah, melayani bos ganteng, pastilah menyenangkan,” seru Endah.

“Kamu akan menyukai pekerjaan kamu nanti.”

“Setelah selesai belajar dandannya, kamu boleh istirahat disini, seranjang berdua tidak apa-apa kan? Ranjangnya lebar kok.”

“Iya tante, ini cukup besar.”

“Dan kalau perlu kamu tidak usah pulang, kalau capek bekerja, tidur di sini saja.”

“Wah, menyenangkan sekali,” seru mereka.

“Ya sudah, tante tinggal dulu,” kata Siska sambil berlalu, karena ia harus menjawab panggilan telpon yang sejak tadi berdering tak henti-hentinya,

***

“Hallo, dokter muda yang cantik,” sapaan itu  mengejutkan Desy saat hendak istirahat siang.

“Pasti deh,” kesal Desy sambil bersungut.

“Pasti apa sih?”

“Pasti mengejutkan aku.”

Danarto terbahak.

“Sudah makan?”

“Baru mau makan.”

“Ayo makan bareng aku.”

“Di kantin saja ya? Aku pernah makan disitu, masakannya lumayan enak kok.”

“Boleh saja, asalkan bersama kamu, makan apapun pasti enak.”

“Ah ….”

“Hmm … ini juga enak,” katanya sambil melangkah disamping Desy saat menuju kantin.

“Yang mana ?”

“Yang ‘ah’ tadi.”

Desy menutup mulutnya. Ia ingin mencubit dokter ganteng di sampingnya, tapi diurungkannya.

“Kalau sudah di Jakarta, aku akan sering menelpon kamu.”

“Belum juga berangkat, sudah dirancang-rancang.”

“Tidak apa-apa, itu namanya rencana yang tersusun rapi. Mengapa begitu, karena aku tak ingin kehilangan kamu.”

“Ah ….”

Danarto menatap gadis disampingnya, yang berjalan dengan langkah manis. Kata ‘ah’ itu, kenapa ya sangat menggemaskan?

“Oh ya, aku lupa cerita,” kata Danarto ketika mereka sudah duduk di kantin dan memesan nasi rames serta es jeruk.

“Cerita apa?”

“Kemarin pak Haryo kemari.”

“Bapak sakit lagi?” mata Desy terbelalak.

“Tidak. Beliau pulang dari bandara.”

“Pulang dari bandara?” tanya Desy heran.

“Kamu tidak melihat ayah kamu datang ke sana?”

“Tidak. Rupanya Bapak ingin melepas kepergian mbak Lala juga? Dimana ya Bapak  waktu itu, sungguh aku tidak melihatnya.”

“Pastilah menyamar. Tampaknya pak Haryo tak ingin ibu Tindy melihatnya.

“Ya ampuun, sama sekali tak terpikirkan. Memang sih, saat awal kedatangan kami, aku sempat menengok ke sana ke mari, barangkali Bapak mau memenuhi permintaan aku untuk mengantarkan mbak Lala. Tapi aku sama sekali tak melihatnya.”

“Iya sih, memang Bapak tak ingin kalian melihatnya.”

“Mengapa sepulang dari bandara Bapak langsung kemari?”

“Hanya ingin punya teman ngobrol. Aku kasihan pada pak Haryo, tampaknya beliau kesepian.”

Desy mendesah sedih.

“Apa yang harus aku lakukan? Aku minta agar Bapak pulang, tapi Bapak nggak mau.”

“Biarkan Bapak memilih yang terbaik.”

Desy terdiam, lalu meraih gelas minum yang disodorkan pelayan kantin di mejanya.

“Mungkin Bapak takut kalau bu Tindy tidak mau menerimanya kembali,” kata Danarto.

“Entahlah, aku juga belum pernah bicara sama Ibu tentang keadaan Bapak. Aku takut membuat Ibu terluka.”

“Barangkali pelan-pelan kamu bisa bicara sama Ibu,” kata Danarto sambil mulai menyendok makanannya.

“Kamu bawa mobil?” tanya Danarto mengalihkan pembicaraan.

“Ya. Setelah mbak Lala pergi, mobilnya aku yang bawa.”

“Mulai besok kamu nggak usah bawa mobil.”

“Lalu?”

“Aku akan nyamperin kamu setiap pagi.”

“Ah ….”

“Kok ‘ah’ sih.”

“Aku kan harus berangkat pagi-pagi, banyak yang harus aku kerjakan, tahu.”

“Iya, aku tahu, bahkan kamu juga terkadang bisa pulang malam kalau mendapat jatah jaga.”

“Naa, itu.”

“Tapi aku tidak keberatan kok. Menjemput kamu pagi-pagi, bahkan menunggui kamu sampai selesai tugas.”

“Ah ….

“Hiih, jangan ‘ah’ terus. Itu benar. Pokoknya sebelum aku berangkat ke Jakarta, aku harus menjemput dan mengantar kamu setiap hari. Awas, jangan bilang ‘ah’ lagi.”

“Kasihan kamu dong mas.”

“Dilarang membantah. Setelah subuh aku akan berangkat untuk menjemput kamu. Hayo, mau bilang ‘ah’ lagi kan?”

Keduanya makan dengan nikmat. Begitulah kalau cinta ikut bicara. Tak ada lelah tak ada desah. Semuanya tampak indah. Desy memejamkan matanya, mencoba bertanya kepada hatinya, adakah cinta seperti yang dimiliki Danarto kepadanya?”

***

“Mbok, rumah ini mengapa menjadi sepi?” tanya Tutut ketika tiba paling awal di rumah.

“Ya sepi Mbak, kan belum pada pulang. Nanti kalau Ibu sama Mbak Desy pulang pasti ramai deh,” kata Simbok sambil menata makanan di meja makan.

“Tapi rasanya berbeda ya Mbok.”

“Berbeda bagaimana sih Mbak?”

“Nanti yang pulang cuma Ibu. Mbak Desy bilang, pulang malam.”

“O iya, katanya sudah praktek dokter ya Mbak ?”

‘Ya belum praktek dokter sepenuhnya Mbok, seperti … apa ya … seperti latihan jadi dokter lah.”

“Berarti latihan menyuntik orang sakit, sebangsa itu ya Mbak?”

“Ya, menghadapi pasien, mendata sakitnya pasien, belajar banyak hal tentang tugas seorang dokter.”

“Hebat ya Mbak, kalau Simbok itu paling takut di suntik.”

“Kok takut sih mbok? Nggak sakit kok, cuma seperti digigit semut.”

“Ngelihat jarumnya saja sudah ngeri Mbak.”

“Nggak usah ngelihat dong Mbok. Lagian jangan berharap sakit ah, kalau Simbok sakit, siapa yang masak-masak?”

“Mbak Tutut dong,” goda Simbok.

Tutut tertawa keras.

“Aku tuh, bisanya goreng-goreng Mbok. Sama bikin mie instan. Kan sering tuh, Mbak Desy ngledekin aku. Tapi lain kali aku mau belajar masak ah. Ajarin ya mbok.”

“Iya, kalau Mbak Tutut liburan, nanti Simbok ajarin.”

“Yang paling gampang masak apa Mbok?”

“Paling gampang itu ya masak sayur bening. Tinggal ngrebus air, bumbu-bumbu dimasukkan, kalau udah baru sayurnya, trus tambahin gula, tambahin garam.”

“Sepertinya gampang. Tapi lain kali Tutut mau nyoba deh.”

“Waaah, Tutut mau belajar masak ya sama Simbok?” tiba-tiba Tindy sudah ada di ruang makan.

“Ibu sudah pulang? Kok nggak dengar suara mobilnya sih?”

“Ibu naik taksi, turun di depan sana.”

“Lha mobil Ibu kemana?”

“Di bengkel, sudah lama nggak di servis.”

“Oo, pantesan nggak dengar kalau Ibu datang.”

“Sudah dari tadi Ibu datang, nih sudah ganti pakaian juga.”

“Kalau begitu kita makan yuk, hanya kita berdua ditambah Simbok lho Bu, Mbak Desy bilang pulang malam.”

“Iya, Ibu tahu. Tidak apa-apa, mbak Desy mu sedang berjuang meraih cita-citanya.”

“Iya Bu, barusan Tutut bilang sama Simbok, rumah ini jadi sepi.”

“Tidak apa-apa, memang ada saat dimana kita harus begini.  Biar sepi, tapi kalau kita menjalaninya dengan senang hati, ya jadi nggak sepi. Ayo Mbok, ikut makan bersama kami,” perintah Tindy kepada Simbok.

“Jangan Bu, Simbok nanti saja,” kata Simbok sungkan.

“Tidak apa-apa Mbok, kita kan keluarga, nah kalau ada Simbok di sini jadi nggak sepi. Ayo mBok, ambil piring,” ajak Tutut sambil menarik lengan Simbok.

Karena dipaksa, Simbok terpaksa ikut makan semeja bersama majikannya.

“Besok Minggu kita belanja bareng-bareng ya Mbok,” kata Tindy.

“Iya Bu, Simbok baru mau bilang kalau beberapa bahan dapur ada yang habis.”

“Asyyiiiik, besok Minggu belanja sama Simbok juga,” sorak Tutut gembira.

***

Hari mulai gelap. Siska memasuki kamar dimana Endah dan Ana berada.

“Kalian sudah mandi?”

“Sudah tante.”

“Kalau sudah, kalian harus dandan yang cantik. Pakai pakaian yang tadi kita beli. Tamu kita akan segera datang kemari.

“Wauw, datang kemari?”

“Iya, dia akan langsung mengajak kalian jalan-jalan.”

“Horee… jalan-jalan.”

“Cepatlah, dia sudah dalam perjalanan,” kata Siska.

Endah dan Ana segera berganti pakaian yang siang tadi dibelikan oleh Siska. Mereka memoles wajah mereka seperti Siska mengajarkannya. Mereka berputar-putar di cermin besar dan merasa puas melihat penampilannya.

Tak lama kemudian Siska masuk lagi ke kamar dan menarik keduanya untuk keluar.  Siska mengajaknya ke ruang tamu, dimana telah duduk dua orang pria muda, yang kemudian melahap keduanya dengan mata garang.

“Inikah?”

“Iya. Bos tak akan kecewa.

Endah terpana. Kedua orang itu memang betul-betul ganteng. Ia tak peduli arti tatapan mata dua orang itu yang menurutnya memandang dengan aneh.

***

Besok lagi ya.

 

 



99 comments:

  1. Replies
    1. Yees
      Trmksh mb Tien, smgsehat sll

      Delete
    2. Hore.. bu dokter juaraaa..
      Alhamdulillah

      Delete
    3. Alhamdulillah... sdh tayang MKJ_35-nya
      Trus piye ya cah loro kuwi, langsung dadi korban hidung belang???

      Matur nuwun bu Tien, tetap sehat dan tetap berkarya......
      Salam ADUHAI.

      Selamat jebg dr. Dewiyana juara 1.
      Jian gasik tenin iki blm jam 20.00 sdh mengudara.

      Delete
    4. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien... sehat selalu njih bunda 😍

      Delete
    5. Selamat bu dokter, juara........ Danar & Desy smkn...ahh..
      Suwun bu Tien MKJ35 tayang

      Delete
    6. Jeng dr Dewi... Selamat juara 1



      Waaah ada 2 gadis yg siap kerja

      Delete
  2. Alhamdulillah, bu dokter juara
    manusang bu Tien, slm sehat tetap cemungud

    ReplyDelete
  3. Terimakasih bunda Tien.. salam sehat penuh rasa sayang dan Aduhaaaai ❤️😍😘

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah..... terima kasih bunda, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  5. Wah luar biasa Bunda, sore2 dah keluar.Makasih Bun
    Salam sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  6. Baca soal sayur bening, dulu saya ter heran-heran bu Tien nulis (maaf lupa cerita yang mana) masak soto pagi-pagi untuk sarapan. Koq bisa? Tapi akhirnya jadi penasaran. Ternyata sekarang jadi bisa masak soto buat sarapan juga... hore... ter inspirasi dari cerita bu Tien. Makasih ya bu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Horeee.. jeng dokter masak soto
      Mau dong..
      ADUHAI

      Delete
  7. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  8. Wah, Endah n Ana sdh masuk perangkap Siska.
    Sugeng dalu mb Tien
    Salam sehat nan aduhai.
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah ,MKJ 35 sudah hadir ,terimakasih bunda Tien ,salam Aduhai dari jkt

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah tayang lebih awal.. Matur nuwun bu Tien..slam sehat dan semangat

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun, bu Tien. MKJ nya tayang lebih awal. Semakin ADUHAI

    ReplyDelete
  12. Maturnuwun bu Tien atas tayangnya MKJ~35 yg lebih awal..🙏

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah. Ibu
    Suwun....mugi tansah sehat...

    ReplyDelete
  14. Alhamdulilah suwun² mbak Tienkumalasari sampun tayang , sehat² selalu injih, salam kangen dan aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  15. 𝐖𝐚𝐡..𝐰𝐚𝐡 ..𝐠𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐍𝐢𝐧𝐚 𝐝𝐢𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧...𝐤𝐢𝐫𝐚2 𝐥𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐲𝐚 𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚..𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐬𝐞𝐫𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧...

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀🙏🙏🙏👍👍👍

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, maturnuwun... Salam sehat...

    ReplyDelete
  17. alhamdulillah
    adauhai.. b Tien
    salam dari b nanik baturetno
    maturnuwun

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
    Hhhmmm...wedhus" melihat daun muda, pada ngilerrr. Tapi apakah Endah dan Ana sudah menyadari, mantab demi duit mau menjual mahkota ??? Silakan besuk lagi ya...
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah... Terima kayh Bu Tien telah kirim MKK gasik... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah, mtr nuwun bunda Tien
    Selalu sehat njih
    Salam aduhai dari Yogya

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah
    Syukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
    Semoga kita semua sehat Aamiin.

    ReplyDelete
  22. Gasik Bu Tien trims..,sudah menghibur

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah MKJ 35 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  24. Wow.. top markotop Bu cantik.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  25. Kasihan anak2 Nina.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu.Aduhai

    ReplyDelete
  26. He he he ,,,Endah sama ,,Ana ,,,akan dibawa kemana ya kira²aduh bahaya nih,,,Tapi mungkin mereka berdua malah menikmati pekerjaan itu,,,Begitu ya jeng Tien he he he

    ReplyDelete
  27. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,

    ReplyDelete
  28. Matur nuwun bu Tien👍👍🙏
    Salam aduhai❤❤

    ReplyDelete
  29. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  30. "Ah"....sdh selesai baca. Salam sehat kagem mbk Tien

    ReplyDelete
  31. Slhamdulillah masih sore dah tayang
    Makadih bunda salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  32. Maturnuwun mbak Gien MKJ35nya..

    Sepertinya Hatyo mau hidup sendiri..dan lepas aja Nina..apalagi klo tau kerjaan anak2 Nina..
    Dua gadis udh masuk kuasa Siska..n didatengin pelanggan..waduuh jd jgn2 KJ ni..
    Nina malah yakin dgn kerjaan anak2nya..apa ga peka sebagai ibu..😒

    Sampai jumpa besook lagii..

    Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah MKJ35 sdh tayang.
    terima kasih mbak Tien.
    semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  34. Terima kasih mbu Tien... ceritanya seru dsn penasaran trs.... shat² mbu Tien dan keluarga ya ..

    ReplyDelete
  35. Terimakasih MKJ35 sudah tayang, ah. Nina kan tahu apa kerja yang ditawarkan Siska to.teganya..😢😢😢
    Salam aduhai mbak Tien, sehat selalu.🙏

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah.. matur nuwun mbak Tien, MKJ eps 35 sudah tayang gasik.
    Semoga mbak Tien tetap sehat dan selalu dlm lindungan Allah SWT. Aamiin YRA

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah, smg sehat selalu . Salam dari bekti

    ReplyDelete
  38. Alhamdulilah..MKJ sudah terbit matur nuwun Ibu Tien...
    Nina melepas anaknya kepada Sisca...jadi ingat episode Mengais Cinta Yang Terserak....bagaimana Endah n Ana?..
    Episode berikutnya pasti seru...
    Mugi Ibu Tien tansah sehat..

    ReplyDelete
  39. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah
    Horeeee ...tayang gasik
    Salam sehat mbak Tien
    Salam Aduhaiii

    ReplyDelete
  41. Terima kasih ... Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  42. Wah sdh tyg gasik nih MKJ,mtr nwn sanget mb Tien K,slm sht njih,eh p Nanang halo2,kok mendlep lg nih..

    ReplyDelete
  43. 𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣

    ReplyDelete
  44. Terima kasih bu tien.... kasian endah dan anna gak mengerti jurang kehancuran sdh didepan mata...gak tanggap dan cuma ingin senang saja ....
    Salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  46. Alhamdulillah
    Terimakasih MKJ nya bunda Tien
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  47. Wah endah dan ana tidak merasa terjebak hanya melihat gantengnya. Terima kasih bu tien, salam sehat

    ReplyDelete
  48. Terima kasih mbak Tien. Semoga sehat² selalu.

    Endah dan Ana, fresh from the oven. He5x.

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah MKJ 35 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan sukses selalu.
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  50. ADUHAI .... makin seru ceritanya.
    Matur nuwun, mbak Tien
    Salam sehat selalu ....

    ReplyDelete
  51. Yah, memang benar apa kata pepatah.
    Buah jatuh, tak jauh ddari pohonnya.
    Aduhai ana, endah. Kasihan kalian berdua.
    Akibat kurangnya pendidikan akhlak dan moral, gampang sekali untuk menyeret kalian dalam lembah dosa.
    Aduhai, miris bacanya.
    Terima kasih bun.

    ReplyDelete
  52. Berilah makanan pada anak kita makanan dari hasil yang halal, maka akan mengalir di darah mereka tentang kebaikan. *Benar juga*
    Terimakasih bu Tien.
    Salam aduhai dan sehat selalu.

    ReplyDelete
  53. Assalamualaikum wr wb. Waduh gawat, klo ibunya tdk berpendidikan dan yg ada dipikirannya hanya uang dan uang..maka Nina tdk merasa ditipu oleh syetan Siska yg jelas jelas akan menjual anak gadis Nina. Astaghfirullah kejam nian dan tdk mengenal dosa sama sekali perbuatan syetan Siska dan Nina. Mudah mudahan kedua gadis yg sangat lugu tsb, terselamatkan dgn kehadiran Haryo yg tiba tiba yg tdk di sangka oleh syetan Siska dan kedua tamunya. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Aamiin ra Robbal alamin
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  54. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien untuk MKJnya,,Makin asyik & seru nih mau Cerita lanjutannya ttg Endah n Ana,,apakah mereka menyadari ttg pekerjaannya,,,pokoke Aduhaaii 👍👍👍

    Bu Tien Salam Sehat wal'afiat 🤗💖

    ReplyDelete
  55. Mulai cari yang adem adem, biar berasa diguyur embun di pagi hari, lelah ketuaan memaksa Haryo harus berdamai dengan yang ada, namanya berpengalaman; tahu bagaimana berharap agar angan ini tersampaikan sebagai pesan harapan, memang dari awal pertemuan dengan Danarto membuat kesan tersendiri, rasa risi sewaktu Endah berusaha nempel Danarto sungguh sebel, masa masa berkabung nyatanya Endah enggak piaway mengambil peran.
    Untung sebelum audisi Endah sudah tereliminasi.
    Sudah terlepas semua beban yang ada, pak tua agak lega; keterpurukan yang ditemui kini ternyata hanya terjadi karena emosional belaka.
    Danarto pun memberi tanda sebelum pergi ke Jakarta bersedia menjadi 'tempat sampah', atau menemani bicara.
    Gelombang emosional sudah berpindah ke Nina; saat menemui kebuntuan teman akrab datang memberi solusi; sempat bengong, tapi digaris bawahi bukankah selama ini kamu yang berusaha memenuhi kebutuhan mereka sendirian.

    Pelajaran lama yang namanya berhitung mulai; untung rugi pun diperhitungkan nggak mikir nantinya, begitulah yang terjadi.
    Yang penting bebas tanpa beban, masihkah pak tua ada dan merasa perlu melindungi anak yang terlanjur masuk kedunia kuota yang selalu mudah menguap mengejar kesenangan.

    ADUHAI

    Bagaimana Desi bernegosiasi dengan sang Empu yang anggun bahkan jadi idola; sampai terbawa mimpi hingga tindy-ên.
    Semoga berhasil


    Terimakasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh lima sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanaaaang, Aduhai deh.
      Aamiin atas doanya
      Salam ADUHAI lewat angin lalu ya

      Delete
  56. Waduhh... Celaka 12, kayaknya si Siska itu sebenarnya mucikari-kah.?
    Dan si Nina tidak sadar 2orang anak gadisnya akan masuk perangkap Siska.?!🤔😓
    Semoga Endah dan Ana punya filing dan sebagai mahasiswi punya naluri tinggi akan jebakan badman yg akan mencelakan mereka berdua.🤞
    Semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat dan dalam Lindungan Keberkahan Allah SWT. Dan tetap bisa berkarya mencerdaskan anak bangsa. Aaminn YRA.☘️

    ReplyDelete
  57. Aamiin Allahumma aamiin
    Terimakasih perhatiannya, pak Rusman

    ReplyDelete
  58. Selamat siaang bynda Tien.. Terimaksih mkj 35 nya.. Smgbunda, shtsll dan berkarya terus.. Slmseroja dri skbmi🥰🥰🙏🙏

    ReplyDelete
  59. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ...
    Sehat selalu..,Aamiin.

    ReplyDelete