MEMANG KEMBANG JALANAN
35
(Tien Kumalasari)
“Tidak jualan?” tanya Haryo ketika tidak melihat Nina
menggelar dagangannya.
“Aku bosan, tidak laku, hanya capek yang didapat.”
“Oo.”
“Jangan mengejekku, anak-anak sudah bekerja, mereka
akan memberi aku uang dan bisa mencukupi kebutuhannya.”
“Begitu yakin kamu,” gumam Haryo sambil masuk kedalam,
lalu duduk di ruang tengah.
“Mas tidak bekerja?”
“Tidak.”
“Masih sakit?”
“Tidak, memang aku tidak ingin bekerja lagi.”
“Maksudnya Mas pensiun?”
Haryo tak menjawab. Ia menyalakan televisi.
“Mas punya janji sama aku. Mas tidak lupa kan?”
“Janji apa?”
“Mas akan menikahi aku secara resmi kalau Mas sudah
pensiun.”
Haryo tak menjawab.
“Mas lupa? Atau Mas ingkar?”
“Aku tidak akan menikah lagi.”
“Apa maksudnya? Mas akan tetap menjadikan aku simpanan
dan memperlakukan aku dengan semena-mena?”
“Aku kecewa sama kamu.”
“Mas pembohong.”
“Kamu yang pembohong, bukan?”
“Apa?”
“Kamu menutupi banyak hal dari aku. Kamu berhutang
untuk belanja dan bersenang-senang, lalu ketika kamu tidak mampu membayarnya
maka kamu menjual cincin kamu, dan untuk menutupi kebohongan itu, kamu
menggantikannya dengan cincin imitasi,” kata Haryo dengan menatap tajam Nina.
Nina menundukkan wajahnya, tak menjawab sepatah katapun.
“Mengapa diam? Pasti masih ada kebohongan yang lain kan?"
Tiba-tiba timbullah keberanian Nina. Apa yang dia
takutkan? Kalau Endah dan Ana akan segera memberikan uang berlimpah kepadanya maka dia tak perlu bergantung pada Haryo.
“Ya sudah, mulai sekarang aku tak akan minta apapun
dari Mas lagi. Aku yakin Endah dan Ana akan bisa mencukupi kebutuhan aku,”
katanya sambil berlalu.
Diam-diam Haryo berpikir. Pekerjaan apa gerangan yang
akan dijalani kedua anak Nina? Apa majikan tempat mereka bekerja sudah
menjanjikan sebuah penghasilan besar sebelum mereka bekerja, sehingga Nina
begitu percaya diri?.
***
Sementara itu Siska tidak langsung membawa Endah dan
Ana ke rumahnya. Ia masuk ke sebuah butik, dan melihat baju-baju yang apik
disana.
“Tante mau membeli baju? Kapan kami bekerja?” tanya
Endah yang keheranan ketika melihat Siska tampak memilih-milih baju.
“Baju-baju ini nanti untuk kalian. Ayo pilih mana yang
kalian suka. Ingat, bajunya harus sexy dan menarik,” kata Siska sambil menunjuk
ke arah boneka-boneka manekin yang berjajar sambil memamerkan baju-baju yang sangat
menawan.
Endah dan Ana terpana.
“Benarkah? Tante mau membeli baju-baju untuk kami?”
“Tentu saja. Ini penting untuk memperlancar pekerjaan
kalian nanti. Ayo, jangan banyak bertanya, pilih yang kalian suka.”
Endah dan Ana saling pandang, dengan wajah berseri.
Baju-baju itu bagus semua, Harganya tak boleh dibilang murah. Mereka tak
menyangka sang tante yang pernah mereka maki-maki ternyata begitu royal dan
baik hati.
“Yang mana? Ini? Jangan, ini saja, lebih cocok dengan
kulit kalian yang hitam manis.”
“Baiklah.”
“Ingin mencobanya dulu? Aku kira tidak perlu, ini all
size, akan cocok untuk semua ukuran. Nanti dicoba di rumah saja.”
Endah dan Ana mengangguk setuju. Alangkah girangnya,
Siska membelikan masing-masing dua baju. Agak terbuka sih, tapi kenapa tidak? Jamannya
gadis-gadis tampil modis, dan tidak usah malu memperlihatkan sedikit kulit
mulus mereka.
“Sekarang kita pulang,” ajak Siska sambil menggandeng
mereka, yang telah menentang paper bag berisi pakaian-pakaian bagus.
Siska juga mengajak mereka makan di sebuah restoran,
dan mereka diijinkan memesan apapun yang mereka inginkan.
“Terima kasih ya tante, tante telah membuat kami
senang.”
“Lain kali kalian akan bisa membelinya sendiri.
Pakaian bagus, makan enak, jalan-jalan, belanja apa saja yang kalian suka,”
kata Siska sambil tertawa.
“Benarkah?”
“Tentu saja benar. Bekerjalah dengan baik, maka kamu
akan mendapatkan uang yang sangat banyak.”
“Dulu pak Haryo sering mengajak makan di restoran
juga, tapi akhir-akhir ini dia sangat pelit,” gerutu Ana.
“Mulai sekarang jangan lagi bergantung pada pemberian
orang. Kamu bisa melakukannya.”
“Terima kasih tante,” kata mereka serempak.
***
Di rumahnya,
Siska mengajari mereka berdandan. Mereka senang karena Siska menyediakan
seperangkat alat make up yang diletakkan di sebuah kamar, yang diperuntukkan
bagi mereka berdua. Kamar itu lumayan besar untuk ukuran mereka, dibandingkan dengan
kamarnya sendiri di rumah kontrakan orang tuanya. Lagi pula kamar itu sangat bersih
dan bagus, lengkap dengan almari dan segala perlengkapan yang mewah. Mereka
tidak menyangka Siska sekaya itu.
Saat ini mereka asyik memoles wajah mereka, Siska
mengajarinya.
“Wah, aku tidak sepintar mbak Endah kalau berdandan,
lihat, alisku terlalu tebal,” seru Ana.
“Tidak, itu bagus Ana, sudah, biarkan begitu saja.
Kamu tinggal merapikan supaya kiri dan kanannya sama,” kata Siska yang
menunggui mereka belajar berdandan.
“Sebenarnya apakah pekerjaan kami nanti tante?”
“Kamu akan bekerja di sebuah rumah makan, eh tepatnya
rumah minum.”
“Jadi kami akan jadi pelayan di rumah minum? Apakah rumah minum itu sebuah bar?" tanya Endah.
“Benar, sebuah bar. Tapi bukan sembarang pelayan, pelayan yang bayarannya
tinggi, sangat tinggi dan tak terbayangkan oleh kamu.”
“Kami bekerja malam?”
“Ya, untuk kali ini malam. Kamu akan tante perkenalkan
dengan seorang pengusaha muda yang sangat ganteng.”
“Asyiiik…. “ sorak mereka.
“Dia pemilik rumah minum itu?”
“Bukan, dia pelanggannya.”
“Apa yang harus kami lakukan?”
“Kamu hanya melayaninya. Dan ingat, jangan membuatnya
kecewa, atau kamu tak akan mendapat bayaran sepeserpun.”
“Wah, melayani bos ganteng, pastilah menyenangkan,”
seru Endah.
“Kamu akan menyukai pekerjaan kamu nanti.”
“Setelah selesai belajar dandannya, kamu boleh istirahat
disini, seranjang berdua tidak apa-apa kan? Ranjangnya lebar kok.”
“Iya tante, ini cukup besar.”
“Dan kalau perlu kamu tidak usah pulang, kalau capek
bekerja, tidur di sini saja.”
“Wah, menyenangkan sekali,” seru mereka.
“Ya sudah, tante tinggal dulu,” kata Siska sambil
berlalu, karena ia harus menjawab panggilan telpon yang sejak tadi berdering
tak henti-hentinya,
***
“Hallo, dokter muda yang cantik,” sapaan itu mengejutkan Desy saat hendak istirahat siang.
“Pasti deh,” kesal Desy sambil bersungut.
“Pasti apa sih?”
“Pasti mengejutkan aku.”
Danarto terbahak.
“Sudah makan?”
“Baru mau makan.”
“Ayo makan bareng aku.”
“Di kantin saja ya? Aku pernah makan disitu, masakannya
lumayan enak kok.”
“Boleh saja, asalkan bersama kamu, makan apapun pasti
enak.”
“Ah ….”
“Hmm … ini juga enak,” katanya sambil melangkah
disamping Desy saat menuju kantin.
“Yang mana ?”
“Yang ‘ah’ tadi.”
Desy menutup mulutnya. Ia ingin mencubit dokter
ganteng di sampingnya, tapi diurungkannya.
“Kalau sudah di Jakarta, aku akan sering menelpon
kamu.”
“Belum juga berangkat, sudah dirancang-rancang.”
“Tidak apa-apa, itu namanya rencana yang tersusun
rapi. Mengapa begitu, karena aku tak ingin kehilangan kamu.”
“Ah ….”
Danarto menatap gadis disampingnya, yang berjalan
dengan langkah manis. Kata ‘ah’ itu, kenapa ya sangat menggemaskan?
“Oh ya, aku lupa cerita,” kata Danarto ketika mereka
sudah duduk di kantin dan memesan nasi rames serta es jeruk.
“Cerita apa?”
“Kemarin pak Haryo kemari.”
“Bapak sakit lagi?” mata Desy terbelalak.
“Tidak. Beliau pulang dari bandara.”
“Pulang dari bandara?” tanya Desy heran.
“Kamu tidak melihat ayah kamu datang ke sana?”
“Tidak. Rupanya Bapak ingin melepas kepergian mbak
Lala juga? Dimana ya Bapak waktu itu, sungguh aku tidak melihatnya.”
“Pastilah menyamar. Tampaknya pak Haryo tak ingin ibu
Tindy melihatnya.
“Ya ampuun, sama
sekali tak terpikirkan. Memang sih, saat awal kedatangan kami, aku sempat
menengok ke sana ke mari, barangkali Bapak mau memenuhi permintaan aku untuk mengantarkan
mbak Lala. Tapi aku sama sekali tak melihatnya.”
“Iya sih, memang Bapak tak ingin kalian melihatnya.”
“Mengapa sepulang dari bandara Bapak langsung kemari?”
“Hanya ingin punya teman ngobrol. Aku kasihan pada pak
Haryo, tampaknya beliau kesepian.”
Desy mendesah sedih.
“Apa yang harus aku lakukan? Aku minta agar Bapak
pulang, tapi Bapak nggak mau.”
“Biarkan Bapak memilih yang terbaik.”
Desy terdiam, lalu meraih gelas minum yang disodorkan
pelayan kantin di mejanya.
“Mungkin Bapak takut kalau bu Tindy tidak mau
menerimanya kembali,” kata Danarto.
“Entahlah, aku juga belum pernah bicara sama Ibu
tentang keadaan Bapak. Aku takut membuat Ibu terluka.”
“Barangkali pelan-pelan kamu bisa bicara sama Ibu,”
kata Danarto sambil mulai menyendok makanannya.
“Kamu bawa mobil?” tanya Danarto mengalihkan
pembicaraan.
“Ya. Setelah mbak Lala pergi, mobilnya aku yang bawa.”
“Mulai besok kamu nggak usah bawa mobil.”
“Lalu?”
“Aku akan nyamperin kamu setiap pagi.”
“Ah ….”
“Kok ‘ah’ sih.”
“Aku kan harus berangkat pagi-pagi, banyak yang harus
aku kerjakan, tahu.”
“Iya, aku tahu, bahkan kamu juga terkadang bisa pulang
malam kalau mendapat jatah jaga.”
“Naa, itu.”
“Tapi aku tidak keberatan kok. Menjemput kamu pagi-pagi,
bahkan menunggui kamu sampai selesai tugas.”
“Ah ….
“Hiih, jangan ‘ah’ terus. Itu benar. Pokoknya sebelum
aku berangkat ke Jakarta, aku harus menjemput dan mengantar kamu setiap hari. Awas, jangan bilang ‘ah’ lagi.”
“Kasihan kamu dong mas.”
“Dilarang membantah. Setelah subuh aku akan berangkat untuk
menjemput kamu. Hayo, mau bilang ‘ah’ lagi kan?”
Keduanya makan dengan nikmat. Begitulah kalau cinta
ikut bicara. Tak ada lelah tak ada desah. Semuanya tampak indah. Desy
memejamkan matanya, mencoba bertanya kepada hatinya, adakah cinta seperti yang
dimiliki Danarto kepadanya?”
***
“Mbok, rumah ini mengapa menjadi sepi?” tanya Tutut
ketika tiba paling awal di rumah.
“Ya sepi Mbak, kan belum pada pulang. Nanti kalau Ibu
sama Mbak Desy pulang pasti ramai deh,” kata Simbok sambil menata makanan di
meja makan.
“Tapi rasanya berbeda ya Mbok.”
“Berbeda bagaimana sih Mbak?”
“Nanti yang pulang cuma Ibu. Mbak Desy bilang, pulang
malam.”
“O iya, katanya sudah praktek dokter ya Mbak ?”
‘Ya belum praktek dokter sepenuhnya Mbok, seperti … apa ya …
seperti latihan jadi dokter lah.”
“Berarti latihan menyuntik orang sakit, sebangsa itu
ya Mbak?”
“Ya, menghadapi pasien, mendata sakitnya pasien,
belajar banyak hal tentang tugas seorang dokter.”
“Hebat ya Mbak, kalau Simbok itu paling takut di suntik.”
“Kok takut sih mbok? Nggak sakit kok, cuma seperti
digigit semut.”
“Ngelihat jarumnya saja sudah ngeri Mbak.”
“Nggak usah ngelihat dong Mbok. Lagian jangan berharap
sakit ah, kalau Simbok sakit, siapa yang masak-masak?”
“Mbak Tutut dong,” goda Simbok.
Tutut tertawa keras.
“Aku tuh, bisanya goreng-goreng Mbok. Sama bikin mie
instan. Kan sering tuh, Mbak Desy ngledekin aku. Tapi lain kali aku mau belajar
masak ah. Ajarin ya mbok.”
“Iya, kalau Mbak Tutut liburan, nanti Simbok ajarin.”
“Yang paling gampang masak apa Mbok?”
“Paling gampang itu ya masak sayur bening. Tinggal
ngrebus air, bumbu-bumbu dimasukkan, kalau udah baru sayurnya, trus tambahin
gula, tambahin garam.”
“Sepertinya gampang. Tapi lain kali Tutut mau nyoba
deh.”
“Waaah, Tutut mau belajar masak ya sama Simbok?”
tiba-tiba Tindy sudah ada di ruang makan.
“Ibu sudah pulang? Kok nggak dengar suara mobilnya
sih?”
“Ibu naik taksi, turun di depan sana.”
“Lha mobil Ibu kemana?”
“Di bengkel, sudah lama nggak di servis.”
“Oo, pantesan nggak dengar kalau Ibu datang.”
“Sudah dari tadi Ibu datang, nih sudah ganti pakaian
juga.”
“Kalau begitu kita makan yuk, hanya kita berdua ditambah
Simbok lho Bu, Mbak Desy bilang pulang malam.”
“Iya, Ibu tahu. Tidak apa-apa, mbak Desy mu sedang
berjuang meraih cita-citanya.”
“Iya Bu, barusan Tutut bilang sama Simbok, rumah ini jadi
sepi.”
“Tidak apa-apa, memang ada saat dimana kita harus begini. Biar sepi, tapi kalau kita menjalaninya
dengan senang hati, ya jadi nggak sepi. Ayo Mbok, ikut makan bersama kami,”
perintah Tindy kepada Simbok.
“Jangan Bu, Simbok nanti saja,” kata Simbok sungkan.
“Tidak apa-apa Mbok, kita kan keluarga, nah kalau ada
Simbok di sini jadi nggak sepi. Ayo mBok, ambil piring,” ajak Tutut sambil
menarik lengan Simbok.
Karena dipaksa, Simbok terpaksa ikut makan semeja
bersama majikannya.
“Besok Minggu kita belanja bareng-bareng ya Mbok,” kata
Tindy.
“Iya Bu, Simbok baru mau bilang kalau beberapa bahan
dapur ada yang habis.”
“Asyyiiiik, besok Minggu belanja sama Simbok juga,”
sorak Tutut gembira.
***
Hari mulai gelap. Siska memasuki kamar dimana Endah
dan Ana berada.
“Kalian sudah mandi?”
“Sudah tante.”
“Kalau sudah, kalian harus dandan yang cantik. Pakai
pakaian yang tadi kita beli. Tamu kita akan segera datang kemari.
“Wauw, datang kemari?”
“Iya, dia akan langsung mengajak kalian jalan-jalan.”
“Horee… jalan-jalan.”
“Cepatlah, dia sudah dalam perjalanan,” kata Siska.
Endah dan Ana segera berganti pakaian yang siang tadi
dibelikan oleh Siska. Mereka memoles wajah mereka seperti Siska mengajarkannya.
Mereka berputar-putar di cermin besar dan merasa puas melihat penampilannya.
Tak lama kemudian Siska masuk lagi ke kamar dan
menarik keduanya untuk keluar. Siska mengajaknya
ke ruang tamu, dimana telah duduk dua orang pria muda, yang kemudian melahap
keduanya dengan mata garang.
“Inikah?”
“Iya. Bos tak akan kecewa.
Endah terpana. Kedua orang itu memang betul-betul
ganteng. Ia tak peduli arti tatapan mata dua orang itu yang menurutnya
memandang dengan aneh.
***
Besok lagi ya.
Hore...
ReplyDeleteYees
DeleteTrmksh mb Tien, smgsehat sll
Hore.. bu dokter juaraaa..
DeleteAlhamdulillah
Alhamdulillah... sdh tayang MKJ_35-nya
DeleteTrus piye ya cah loro kuwi, langsung dadi korban hidung belang???
Matur nuwun bu Tien, tetap sehat dan tetap berkarya......
Salam ADUHAI.
Selamat jebg dr. Dewiyana juara 1.
Jian gasik tenin iki blm jam 20.00 sdh mengudara.
Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien... sehat selalu njih bunda 😍
DeleteSelamat bu dokter, juara........ Danar & Desy smkn...ahh..
DeleteSuwun bu Tien MKJ35 tayang
Jeng dr Dewi... Selamat juara 1
DeleteWaaah ada 2 gadis yg siap kerja
Alhamdulillah, bu dokter juara
ReplyDeletemanusang bu Tien, slm sehat tetap cemungud
Sami2 pak.Djoni
DeleteSalam sehat
Terimakasih bunda Tien.. salam sehat penuh rasa sayang dan Aduhaaaai ❤️😍😘
ReplyDeleteAlhamdulillah..... terima kasih bunda, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteWah luar biasa Bunda, sore2 dah keluar.Makasih Bun
ReplyDeleteSalam sehat dan tetap semangat
Baca soal sayur bening, dulu saya ter heran-heran bu Tien nulis (maaf lupa cerita yang mana) masak soto pagi-pagi untuk sarapan. Koq bisa? Tapi akhirnya jadi penasaran. Ternyata sekarang jadi bisa masak soto buat sarapan juga... hore... ter inspirasi dari cerita bu Tien. Makasih ya bu...
ReplyDeleteHoreee.. jeng dokter masak soto
DeleteMau dong..
ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam Aduhai
Wah, Endah n Ana sdh masuk perangkap Siska.
ReplyDeleteSugeng dalu mb Tien
Salam sehat nan aduhai.
Yuli Semarang
Alhamdulillah ,MKJ 35 sudah hadir ,terimakasih bunda Tien ,salam Aduhai dari jkt
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang lebih awal.. Matur nuwun bu Tien..slam sehat dan semangat
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien. MKJ nya tayang lebih awal. Semakin ADUHAI
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien atas tayangnya MKJ~35 yg lebih awal..🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah. Ibu
ReplyDeleteSuwun....mugi tansah sehat...
Alhamdulilah suwun² mbak Tienkumalasari sampun tayang , sehat² selalu injih, salam kangen dan aduhaai dari Cibubur
ReplyDelete𝐖𝐚𝐡..𝐰𝐚𝐡 ..𝐠𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐍𝐢𝐧𝐚 𝐝𝐢𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧...𝐤𝐢𝐫𝐚2 𝐥𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐲𝐚 𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚..𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐬𝐞𝐫𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧...
ReplyDelete𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀🙏🙏🙏👍👍👍
Alhamdulillah, maturnuwun... Salam sehat...
ReplyDeleteAlhamdulillah.Maturnuwun
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteadauhai.. b Tien
salam dari b nanik baturetno
maturnuwun
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
ReplyDeleteHhhmmm...wedhus" melihat daun muda, pada ngilerrr. Tapi apakah Endah dan Ana sudah menyadari, mantab demi duit mau menjual mahkota ??? Silakan besuk lagi ya...
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah... Terima kayh Bu Tien telah kirim MKK gasik... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteMKJ 35nya gasik.
ReplyDeleteAlhamdulillah, mtr nuwun bunda Tien
ReplyDeleteSelalu sehat njih
Salam aduhai dari Yogya
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
Semoga kita semua sehat Aamiin.
Gasik Bu Tien trims..,sudah menghibur
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 35 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Wow.. top markotop Bu cantik.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏 mr wien
ReplyDeleteKasihan anak2 Nina.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat selalu.Aduhai
He he he ,,,Endah sama ,,Ana ,,,akan dibawa kemana ya kira²aduh bahaya nih,,,Tapi mungkin mereka berdua malah menikmati pekerjaan itu,,,Begitu ya jeng Tien he he he
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,
Matur nuwun bu Tien👍👍🙏
ReplyDeleteSalam aduhai❤❤
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
"Ah"....sdh selesai baca. Salam sehat kagem mbk Tien
ReplyDeleteSalam 'ah' dan ADUHAI IBU Wiwik
DeleteSlhamdulillah masih sore dah tayang
ReplyDeleteMakadih bunda salam sehat dan aduhai
Sami2 Ibu Engkas
DeleteADUHAI
Maturnuwun mbak Gien MKJ35nya..
ReplyDeleteSepertinya Hatyo mau hidup sendiri..dan lepas aja Nina..apalagi klo tau kerjaan anak2 Nina..
Dua gadis udh masuk kuasa Siska..n didatengin pelanggan..waduuh jd jgn2 KJ ni..
Nina malah yakin dgn kerjaan anak2nya..apa ga peka sebagai ibu..😒
Sampai jumpa besook lagii..
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹
Maaf mbak Tien..🙏🙏
DeleteSalah nunul..😘
Sampai jumpa nanti Ibu Maria
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MKJ35 sdh tayang.
ReplyDeleteterima kasih mbak Tien.
semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.
Sami2 ibu Pudya
DeleteAamiin
Terima kasih mbu Tien... ceritanya seru dsn penasaran trs.... shat² mbu Tien dan keluarga ya ..
ReplyDeleteSami2 pak Zimi
DeleteAamiin
Terimakasih MKJ35 sudah tayang, ah. Nina kan tahu apa kerja yang ditawarkan Siska to.teganya..😢😢😢
ReplyDeleteSalam aduhai mbak Tien, sehat selalu.🙏
Sami2 Mbah Ti
DeleteAlhamdulillah.. matur nuwun mbak Tien, MKJ eps 35 sudah tayang gasik.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat dan selalu dlm lindungan Allah SWT. Aamiin YRA
Sami2 mas Dudut
DeleteAamiin YRA
Alhamdulillah, smg sehat selalu . Salam dari bekti
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun Ibu Umi Bekti
Alhamdulilah..MKJ sudah terbit matur nuwun Ibu Tien...
ReplyDeleteNina melepas anaknya kepada Sisca...jadi ingat episode Mengais Cinta Yang Terserak....bagaimana Endah n Ana?..
Episode berikutnya pasti seru...
Mugi Ibu Tien tansah sehat..
Sami2 Ibu Moedjiati
DeleteAamiin
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteHoreeee ...tayang gasik
Salam sehat mbak Tien
Salam Aduhaiii
Salam sehat dan ADUHAI ibu Yulie
DeleteTerima kasih ... Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAamiin
Wah sdh tyg gasik nih MKJ,mtr nwn sanget mb Tien K,slm sht njih,eh p Nanang halo2,kok mendlep lg nih..
ReplyDeleteSami2 Ibu Eni
DeleteTumben nih muncul disini
ADUHAI
𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteTerima kasih bu tien.... kasian endah dan anna gak mengerti jurang kehancuran sdh didepan mata...gak tanggap dan cuma ingin senang saja ....
ReplyDeleteSalam sehat dan salam aduhai dari pondok gede
Sami2 Ibu Sri
DeleteSehat dan ADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih MKJ nya bunda Tien
Salam sehat dan aduhai
Sami2 ibu Salamah
DeleteADUHAI
Wah endah dan ana tidak merasa terjebak hanya melihat gantengnya. Terima kasih bu tien, salam sehat
ReplyDeleteSami2 pak Anton
DeleteSalam sehat
Terima kasih mbak Tien. Semoga sehat² selalu.
ReplyDeleteEndah dan Ana, fresh from the oven. He5x.
Sami2 pak Andrew
DeleteMasih hangat ya pak
ADUHAI
Alhamdulillah MKJ 35 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan sukses selalu.
Salam ADUHAI selalu
Sami2 ibu Ting
DeleteADUHAI selalu
ADUHAI .... makin seru ceritanya.
ReplyDeleteMatur nuwun, mbak Tien
Salam sehat selalu ....
Sami2 ibu Purwani
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Trimakasih bu Tien.salam aduhai
ReplyDeleteYah, memang benar apa kata pepatah.
ReplyDeleteBuah jatuh, tak jauh ddari pohonnya.
Aduhai ana, endah. Kasihan kalian berdua.
Akibat kurangnya pendidikan akhlak dan moral, gampang sekali untuk menyeret kalian dalam lembah dosa.
Aduhai, miris bacanya.
Terima kasih bun.
Sami2 ibu Echi
DeleteADUHAI
Berilah makanan pada anak kita makanan dari hasil yang halal, maka akan mengalir di darah mereka tentang kebaikan. *Benar juga*
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien.
Salam aduhai dan sehat selalu.
Sami2 ibu Sri
DeleteBenar sekali
ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Waduh gawat, klo ibunya tdk berpendidikan dan yg ada dipikirannya hanya uang dan uang..maka Nina tdk merasa ditipu oleh syetan Siska yg jelas jelas akan menjual anak gadis Nina. Astaghfirullah kejam nian dan tdk mengenal dosa sama sekali perbuatan syetan Siska dan Nina. Mudah mudahan kedua gadis yg sangat lugu tsb, terselamatkan dgn kehadiran Haryo yg tiba tiba yg tdk di sangka oleh syetan Siska dan kedua tamunya. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin ra Robbal alamin
Matur nuwun pak Mashudi
Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien untuk MKJnya,,Makin asyik & seru nih mau Cerita lanjutannya ttg Endah n Ana,,apakah mereka menyadari ttg pekerjaannya,,,pokoke Aduhaaii 👍👍👍
ReplyDeleteBu Tien Salam Sehat wal'afiat 🤗💖
Sami2 ibu Ika Laksmi
DeleteAamiin
Mulai cari yang adem adem, biar berasa diguyur embun di pagi hari, lelah ketuaan memaksa Haryo harus berdamai dengan yang ada, namanya berpengalaman; tahu bagaimana berharap agar angan ini tersampaikan sebagai pesan harapan, memang dari awal pertemuan dengan Danarto membuat kesan tersendiri, rasa risi sewaktu Endah berusaha nempel Danarto sungguh sebel, masa masa berkabung nyatanya Endah enggak piaway mengambil peran.
ReplyDeleteUntung sebelum audisi Endah sudah tereliminasi.
Sudah terlepas semua beban yang ada, pak tua agak lega; keterpurukan yang ditemui kini ternyata hanya terjadi karena emosional belaka.
Danarto pun memberi tanda sebelum pergi ke Jakarta bersedia menjadi 'tempat sampah', atau menemani bicara.
Gelombang emosional sudah berpindah ke Nina; saat menemui kebuntuan teman akrab datang memberi solusi; sempat bengong, tapi digaris bawahi bukankah selama ini kamu yang berusaha memenuhi kebutuhan mereka sendirian.
Pelajaran lama yang namanya berhitung mulai; untung rugi pun diperhitungkan nggak mikir nantinya, begitulah yang terjadi.
Yang penting bebas tanpa beban, masihkah pak tua ada dan merasa perlu melindungi anak yang terlanjur masuk kedunia kuota yang selalu mudah menguap mengejar kesenangan.
ADUHAI
Bagaimana Desi bernegosiasi dengan sang Empu yang anggun bahkan jadi idola; sampai terbawa mimpi hingga tindy-ên.
Semoga berhasil
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh lima sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaaang, Aduhai deh.
DeleteAamiin atas doanya
Salam ADUHAI lewat angin lalu ya
Terimakasih banyak banyak;
DeleteSembribit
Waduhh... Celaka 12, kayaknya si Siska itu sebenarnya mucikari-kah.?
ReplyDeleteDan si Nina tidak sadar 2orang anak gadisnya akan masuk perangkap Siska.?!🤔😓
Semoga Endah dan Ana punya filing dan sebagai mahasiswi punya naluri tinggi akan jebakan badman yg akan mencelakan mereka berdua.🤞
Semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat dan dalam Lindungan Keberkahan Allah SWT. Dan tetap bisa berkarya mencerdaskan anak bangsa. Aaminn YRA.☘️
Aamiin Allahumma aamiin
ReplyDeleteTerimakasih perhatiannya, pak Rusman
Sami2 Ibu Sari
ReplyDeleteADUHAI
Selamat siaang bynda Tien.. Terimaksih mkj 35 nya.. Smgbunda, shtsll dan berkarya terus.. Slmseroja dri skbmi🥰🥰🙏🙏
ReplyDeleteSoreee ibu Farida
DeleteAamiin
Sami2
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ...
ReplyDeleteSehat selalu..,Aamiin.