Wednesday, September 8, 2021

ROTI CINTA 23.

 

ROTI CINTA  23

(Tien Kumalasari)

 

Sesaat Dian tak bisa berkata apapun. Kata-kata bu Narti sama sekali tak diduganya. Selama ini tak ada tanda-tanda Witri punya pacar, apalagi calon, karena tak pernah kelihatan ada yang menjemput Witri, atau peduli ketika ibunya sakit.

“Nak Dian, maafkanlah saya karena harus mengatakan ini,” kata bu Narti sambil menatap Dian yang diam terpaku di sebelahnya.

“Tidak apa-apa bu, ibu tak perlu minta maaf. Rupanya saya harus mundur kalau memang Witri sudah punya calon.”

“Sebenarnya itu baru saya saja yang berbicara dengan dia. Witri belum saya beri tahu.”

“Maksudnya bagaimana bu? Mengapa ibu belum memberitahu pada Witri ?”

“Dia itu, yang punya rumah yang saya tempati itu nak. Namanya Nurdin. Dia bekerja di luar Jawa, disebuah pabrik, entah apa namanya. Beberapa bulan yang lalu Nurdin bilang, rumah itu tidak usah dibayar saja, kalau Witri boleh diambil sebagai isterinya.”

“Oo.. begitu?”

“Saya menyanggupinya, karena kasihan pada Witri yang harus membayar sewa rumah setiap bulan. Sudah tiga bulan ini Nurdin tidak menagih uang sewa.”

“Apakah Nurdin itu masih bujang? Maksudnya belum punya isteri?”

“Entahlah nak, saya tidak menanyakannya. Lagi pula dia kan tinggalnya di Lampung sana, jadi ibu tidak tahu tentang hal itu. Tapi mestinya masih bujang nak, karena waktu pindah ke sana dia memang belum punya isteri.”

“Baiklah bu, saya juga belum mengatakan apa-apa pada Witri. Maksud saya mau bilang dulu pada ibu.”

“Ya itulah nak keadaannya. Sebenarnya sebuah anugerah kalau nak Dian mau menjadi menantu saya, tapi mau bagaimana lagi, saya sudah terlanjur meng iya kan.”

“Tapi ada baiknya ibu juga bicara sama Witri bu, karena kan yang mau menjalani itu Witri.”

“Iya, nanti kalau saya sudah pulang saya bilang saja pada Witri. Saya memang salah tidak membicarakannya dulu sama Witri.

***

Ketika keluar dari rumah sakit, langkah Dian begitu gontai dan lemas, seperti prajurit kalah perang. Harapannya pupus sudah, dan tiba-tiba ia teringat kata ayahnya. Bersiaplah untuk patah hati.

Dan ternyata dia tidak siap, buktinya dia sekarang merasa lemas dan lunglai, seperti terlepas semua tulang ditubuhnya.

Sambil naik keatas mobilnya, dikibaskannya bayangan cantik lugu yang selalu mengganggu disetiap jaga dan tidurnya.

“Bukan jodohku,” gumamnya lirih sambil menjalankan mobilnya.

Sampai dirumah dia tidak melewati toko seperti biasa dilakukannya, hanya sekedar ingin menyapa Witri, atau bahkan membantunya di kasir. Ia langsung ke rumah dan masuk ke kamarnya. Rumah itu sepi karena ayah ibunya sedang ada di kantor mengawasi usahanya, sedangkan Arini sudah kembali ke luar negri beberapa hari yang lalu.

Ia berganti baju dan membaringkan tubuhnya di ranjang dengan perasaan letih. Letih mengejar cintanya, dan ternyata terbang ditiup angin.

Ketika tiba-tiba ibunya masuk kekamar, Dian memejamkan matanya.

“Tumben jam segini tidur Dian?”

Dian membuka matanya, menatap ibunya yang berdiri disamping tempat tidur. Dian mencoba tersenyum, tak ingin memperlihatkan kegundahan hatinya.

“Kamu sakit?”

“Tidak bu, nggak tahu kenapa, ngantuk nih.”

“Kamu dari mana tadi?”

“Cuma jalan-jalan saja.”

“Ya sudah kalau cuma ngantuk. Tidur saja, nanti ibu bangunkan saat makan siang.”

“Bu, besok aku ke Solo ya?”

“Ke Solo ?”

“Iya, mungkin beberapa hari.”

“Kamu sudah beli ticketnya?”

“Belum, baru mau bilang sama ibu dulu.”

“Nanti bilang juga sama bapak.”

***
“Bu, besok Witri minta ijin boleh?”

“Boleh saja kalau memang ada keperluan.”

“Ibu ternyata sudah boleh pulang besok, jadi saya mau menjemput ibu.”

“Oh ya, syukurlah kalau begitu, iya Wit, nggak apa-apa. Tapi aduh harusnya ada yang menjemput ya, cuma saja besok Dian mau ke Solo.”

“Tidak usah bu, saya bisa naik taksi saja.”

“Baiklah, dan soal pembayaran kamu tidak usah memikirkannya, pihak rumah sakit pasti akan menghubungi bapak.”

“Terimakasih banyak bu, saya sudah menyusahkan bapak dan ibu.”

“Sudah, jangan dipikirkan. Yang penting ibu kamu sehat dan kamu tidak usah memikirkan apa-apa kecuali merawat ibu sebaik-baiknya.”

“Iya bu.”

“Tapi ngomong-ngomong kamu itu sudah punya pacar belum sih Wit ?”

Witri tertunduk malu.

“Belum bu, saya belum memikirkannya.”

“Kamu kan sudah dewasa, pastinya ibu kamu juga ingin segera menimang cucu.”

“Iya bu, nanti saja gampang. Sekarang saya permisi dulu.”

“Oh ya Witri, ini sekedar untuk ongkos taksi besok,” kata Yanti

“Bu, ibu sudah banyak memberi, utang saya nanti bagaimana membayarnya?”

“Witri, kami tidak menghutangkan apa-apa, sudah, terima saja, barangkali juga ada obat yang harus dibeli saat rawat jalan.”

“Terimakasih banyak ibu,” kata Witri yang terpaksa menerimanya karena Yanti menggenggamkannya pada telapak tangannya.

***

“Kok tiba-tiba kepengin ke Solo ?” tanya Baskoro heran.

“Kan sudah lama Dian bilang suatu hari nanti ingin ke Solo?”

“Iya, tapi tidak kemarin-kemarin bilang begitu..”

“Nggak apa-apa, duh.. bapak ini curigaan amat. Ya kangen sama Dina, sama Dita, sama bu Rina, sama bapak Leo lah..”

“Baiklah, nanti tugas kamu biar bapak yang gantikan. Kecuali tugas ngebantuin kasir lho..” canda Baskoro.

“Ah, bapak..”

“Ada berita baik nih Dian, ibu sudah tahu sesuatu.”

“Apa tuh bu ?”

“Ibu sudah menanyai Witri.”

“Tentang apa?”

“Apa dia sudah punya pacar atau belum..”

“Ah, ibu, untuk apa tanya segala?”

“Ibumu mau jadi detektif..” canda Baskoro.

“Dan jawabannya adalah, bahwa dia belum punya pacar…” kata Yanti dengan wajah sumringah.”

Tapi Dian menerimanya dengan wajah dingin. Ia tersenyum saja, dan itu membuat heran ibu dan ayahnya.

“Kok nggak kelihatan gembira sih ?”

“Ibu itu aneh, mengapa aku harus gembira, belum tentu dia suka sama Dian kan?”

“Lhoh, kok tiba-tiba semangatnya jadi loyo begitu,” tegur Baskoro.

“Kan dia juga belum tentu suka sama Dian..”

“Tapi kan satu langkah sudah ada tanda baik, tinggal bagaimana cara kamu merayunya supaya dia suka sama kamu,” kata Baskoro yang disambut anggukan kepala oleh Yanti.

“Nanti saja ngomongnya, Dian ke Solo dulu, tiba-tiba kangen sama bapak Leo.”

“Iya baiklah, nanti biar ibu siapkan oleh-oleh ya bu,” kata Baskoro kepada Yanti.

“Siap, bapak,” jawab Yanti.

“Dian pesen dulu ticketnya ya pak.”

“Ya, dan kabari keluarga Solo kalau kamu mau kesana.”

“Nggak usah pak,  biar mereka terkejut,” kata Dian sambil tertawa.

***

“Bagimana mbak Dina? Sudah bisa melakukan tugas dengan baik?” kata Dita ketika Abian menjemputnya.”

“Masih belajar, biarkan saja.”

“Mas, aku mau bicara.”

“Lhoh, kan sudah bicara dari tadi ?”

“Suatu masalah yang penting.”

“Minta segera dilamar?” canda Abian.

“Jangan bercanda dong mas..”

“Baiklah, katakan ada apa?”

“Bagaimana kalau mas melamar mbak Dina saja..?”

Abian terkejut. Serta merta ia menghentikan mobilnya dipinggir trotoar begitu saja.

“Kamu sendiri yang bercanda kan?”

“Aku serius. mBak Dina kan sudah siap dilamar, sedangkan aku masih lama.”

“Aku kan tidak tergesa-gesa?”

“mBak Dina sepertinya suka sama mas Bian. Aku tidak mau mbak Dina membenci aku.”

“Tidak bisa begitu. Ini urusan cinta, bukan barang. Aku sukanya sama kamu, bukan Dina. Mana mungkin cinta bisa berpindah begitu saja?”

“Bukankah mbak Dina lebih cantik ?”

“Ini bukan masalah cantik atau tidak, tapi masalah rasa.”

“Aku kasihan sama mbak Dina.”

“Kamu tidak kasihan sama aku.”

“Mas kan tidak apa-apa?”

“Dita, berjanjilah untuk tidak mengulangi perkataan itu tadi.”

“Mas Bian..”

“Berjanjilah Dita, kecuali kalau kamu tidak lagi suka sama aku, tidak cinta sama aku.”

Dita terdiam. Memang tidak mudah menghapus cinta, dan dirinya sungguh sangat mencintai Abian. Tapi rasa kasihan terhadap kakaknya masih menghantuinya.

Abian menjalankan mobilnya kembali untuk makan siang bersama seperti setiap kali dilakukannya setelah menjemput Dita.

“Kamu jangan terlalu memikirkan kakak kamu, suatu hari dia akan sadar, dan tahu apa yang harus dilakukannya.”

***

Dina berada di kantornya sendirian. Sudah beberapa hari ini Abian tidak berada di kantornya sendiri, tapi di ruangan pak Iskandar.

“Bian, mengapa tidak ngantor di ruangan kamu sendiri?” tanya Dina ketika tak tahan untuk bertanya, lalu menghampirinya.

“Banyak berkas yang harus aku lihat di almarinya bapak, jadi daripada aku bolak balik, lebih baik ngantor disini dulu,” jawab Abian memberi alasan.

“Apakah tidak ada lagi pekerjaan untuk aku?”

“Semua sudah aku serahkan pada Rita, nanti Rita yang akan memberi tahu.”

Dina kembali ke ruangannya dengan perasaan tak menentu. Sangat susah mendekati Abian, yang tampaknya perhatiannya selalu tertuju pada Dita.

Tiba-tiba ia teringat pada Eny yang mengajaknya mengadakan acara reuni. Barangkali acara itu akan membuatnya terhibur.

“Hallo Din, akhirnya kamu menghubungi aku juga,” jawab Eny ketika Dina menelponnya.

“Maaf, aku selalu sibuk dengan pekerjaanku, dan pulang sore dalam keadaan lelah. Tapi aku ingin ketemu kamu nih.”

“Bagus, aku sudah bicara sama yang lain, dan sudah menentukan tempat untuk pertemuan itu. Nanti kita akan bicarakan menu untuk hidangan.”

“Ya, aku ada gambaran satu menu yang pasti anak-anak muda pada suka.”

“Apa tuh ?”

“Bakso..”

“Wauw… bakso, aku suka itu.. lalu apa lagi?”

“Nanti saja aku langsung ke rumah kamu dan membicarakannya lebih detail.”

“Baik, jam berapa kamu pulang?”

“Jam tiga an lah, langsung ke rumah kamu.”

“Siap menunggu tuan puteri.”

Dina meletakkan ponselnya dengan perasaan lebih ringan. Ia heran dengan perasaannya akhir-akhir ini. Dengan bekerja ternyata tak membuatnya bahagia. Ia merasa seperti mengejar angin. Setiap hari hanya rasa gelisah yang menggayutinya. Sekarang, begitu berjanji bertemu teman, ternyata ia merasa lebih nyaman. Apalagi dengan adanya acara yang akan diadakannya, yang semula ditanggapinya dengan acuh.

“Pasti menyenangkan.. tak sabar aku menunggu saat itu.”

“mBak Dina, ini hanya surat penawaran, mbak Dina sudah sering membuatnya,” tiba-tiba kata Rita yang sudah masuk keruangannya.

“Oh,  ya.. baiklah, aku akan coba membuatnya, kalau salah tolong di betulkan ya.”

“Baik,” kata Rita sambil keluar dari ruangan.

Dina mengerjakannya dengan senyuman, ia harus bekerja dan bukan menginginkan yang lain. Tapi saat itu sebenarnya dia belum yakin, benarkah pekerjaan ini yang dia inginkan?

“Baru kusadari, ternyata tidak mudah, semuanya susah.. “ gumamnya tak jelas, mana yang susah, pekerjaannya atau mengais cintanya Bian.

***

Rina terkejut ketika tiba-tiba Dian muncul dihadapannya.

“Ya ampun Dian, mengapa tidak mengabari sehingga bapak Leo bisa menjemput kamu?”

“Dian memang ingin membuat kejutan bu Rina..” kata Dian sambil mencium tangan Rina.

“Aduuh.. kenapa ya, orang suka membuat kejutan, ayo duduklah, ibu buatkan minum untuk kamu, ibu baru saja membuat jus sirsat.”

“Wah, pasti segar. Tapi kok sepi, mana Dina, Dita?”

“Dina kan sudah bekerja, Dita ke kampus. Tapi sebentar lagi Dita pasti pulang. Biasanya kalau Bian nggak sibuk pasti mengantarnya pulang.”

“Saya tidak pernah mendengar tentang Dina, ternyata sudah bekerja, dan Abian sudah semakin dekat dengan Dita. Senang nanti kalau ketemu Bian.”

Dian duduk dan sibuk mengeluarkan oleh-oleh yang dibawanya, dan menyisihkannya untuk Abian.

“Dian, ini jusnya, diminum dulu, nanti bapak Leo juga sebentar lagi pasti datang, saatnya makan siang.”

“Iya bu. Ini oleh-oleh yang dibawakan ibu,” kata Dian sambil menyerahkan bungkusan oleh-oleh.

“Wah, pasti deh Roti Cinta. Terimakasih Dian. Kamu harus menginap lebih lama, karena kami semua masih kangen sama kamu.”

“Ya, mungkin beberapa hari bu, Dian kangen suasana kota Solo, sudah lama tidak kemari.”

“Iya tentu saja. Biar ibu siapkan kamar untuk kamu, sementara kamu habiskan dulu jusnya sambil menunggu bapak Leo pulang.”

“Terimakasih bu, hm.. segar sekali,” kata Dian, sementara bu Rina ke kamar tamu untuk membereskan kamar untuk Dian.

“Rupanya Dina jadi bekerja di kantornya Bian. Aduh, apa yang dicari anak itu,” kata Dian dalam hati. Sekilas Bian pernah bercerita tentang keinginan dan sikap Dina kepada Bian, yang diduga karena Dina suka sama Bian. Dia harus bicara. Aduh.. bakal ketemu sepasang anak muda yang patah hati dong. Dian diam-diam tersenyum, kecut sekali.

“Haaa.. kamu Dian? Bapak tidak bermimpi?” teriak Leo ketika masuk keruang tamu.

Dian berdiri dan memeluk bapak Leo dengan erat.

“Dian kangen sama bapak,” katanya sendu.

“Bapak juga kangen sama kamu, nak. Eh, mana ibu?”

“Sebentar mas, baru mberesin kamar untuk Dian,” Rina berteriak dari dalam ketika mendengar suaminya pulang.

***

Bu Narti sudah pulang dan tidur dirumah. Witri sudah menyiapkan kamar agar ibunya bisa tidur dengan nyaman. Walau sudah pulang, bu Narti belum boleh banyak beraktifitas.

Ketika Witri melayaninya makan bubur siang itu, bu Narti teringat akan Dian dan bermaksud berterus terang tentang pembicaraannya dengan Nurdin.

Sambil makan itu bu Narti mengatakan semuanya, dan membuat Witri sangat terkejut.

“Ibu, mengapa ibu tidak mengatakannya pada Witri?”

“Ibu belum sempat mengatakannya. Ibu hanya kasihan sama kamu yang setiap bulan membayar sewa rumah ini,” kata bu Narti hati-hati.

“Tidak bu, Witri lebih baik membayar sewa rumah, Witri tidak mau menjadi isteri mas Nurdin,” kata Witri tandas.

***

Besok lagi ya

113 comments:

  1. Replies
    1. Selamat jeng Triniel.....
      Sak jane durung wayahe tayang...durung diwaos bu Tien....muga2 gak banyak yang "TIPO"

      Delete
    2. Alhamdulillah Roti Cinta hadir seblm tidur, Abian bingung dg dita , Dita gak mau Dina membecinya, tapi aku suka Roti Cinta hadir .manusan bu Tien.salam sehat tetap semangat.Aduhai Bravo

      Delete
    3. Matur nuwun mbak Tien, bisa baca sambil senyum2.

      Delete
    4. Mb Wiwik juara 1 tuh
      Mb Trienil smntra left dulu
      Bsk kl hp udah normal biar masuk lg

      Delete
  2. Alhamdulilah terima kasih bu tien rc 23 sdh tayang...salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah.....
    ROCIN_23 sdh tayang.
    Matur nuwun, bu Tien.
    Salam ADUHAI.

    Yang di Solo, Sragen, gabung yukk, bezoek ke Babar Layar 30, lanjut ke Sragen, rumah bu Nani (admin PCTK)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hari Jum'at 10 September 2021, yang berminat gabung, silahkan hubungi pa Yowa 081904085115 ...SWADAYA ya....
      Bezoek bpk. Widayat (suami bu Tien) dan takziyah ke Sragen, mewakili WAG PCYK.

      Delete
  4. Alhamdulillah Rocin 23 tayang...yes

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    Jazaakillah khpiron katsiiron Mbak Tien yg ceritanya semakin ADUHAI

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah Rocin 23 sdh datang.... terimakasih bu tien

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah Rocin 23 sudah tayang...salam aduhai mb Tien

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, RC23 tayang sudah.
    Matur nuwun bu Tien..

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah akhirnya tayang jg...

    Ngintip setiap detik eeeee.... tau2 sdh njedul hehehe

    Trmksh mb Tien, smg sehat sll

    Salam setoja ADUHAI BUANGET

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun Bu Tien, RC 23 sampun tayang, semoga selalu sehat dan tetap semangat menghibur kami semua, Salam aduhai selalu

    ReplyDelete
  11. Membaca komentar pembaca tidak kalah asyik dengan membaca ceritanya.
    Komentatornya hebat2... matur nuwun.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah Rocin 23 sdh datang. Smg mbak Tien sklg sehat semangat selalu. Salam aduhai ....

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah terimakasih bu tien semoga sehat walafiat..salam sehat penuh semangat dari wonosobo

    ReplyDelete
  14. Rocin sekarang sering tayang awal ...terima kasih bu Tien...semangat dan sehat selalu

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah sudah tayang,matur nuwun mbak Tien, mugi2 sami sehat wal 'afiat.
    Salam ADUHAI selalu.

    Wah mbak Triniel nomer wahid

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah rocin ny sdh tayang... cintanya berlarian trs, saling mengejar... terima kasih Mbu Tien.. sehat² selamanya

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah,dapat menikmati roti cinta lebih awal..,terima kasih Bu Tien..senantiasa sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  18. Makasih Rocin,a Bunda Tien.

    Salam Aduhai
    Salam sehat selalu untuk kita semua,,🤗☺️

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah ....
    Yang ditunggu tunggu telah hadir.....
    Matur nuwun bu Tien..
    Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
    Aamiin..... .

    Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
    .

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah diantar langsung ke alamat.
    Kalo Dina menyadari bahwa dirinya tidak akan diterima oleh Bian adalah sangat baik. Mudah-mudahan nanti dalam reuni akan ketemu dengan jodoh maupun pekerjaannya.
    Hallo Dian.. jangan patah semangat dulu, kejar terus Witri-mu, pasti dapat.
    Salam sehat , semangat, mantap, selamat berkarya mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun bu Tien Rocin 23 sudah tayang
    Mugi Ibu tansah sehat
    Dian ada harapan....
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah.Terimakasih Mbak Tien

    ReplyDelete
  23. Terimakasih mbak Tien Rocin 23 sdh tayang...semakin seru...semakin penasaran menunggu rocin hr esok

    Sehat selalu mba Tien...
    Selalu aduhaiii....🙏😘

    ReplyDelete
  24. Alhamdulilah. Matur nuwun Bunda Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien.... Roti cintanya.
    Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah Rocin dah tayang
    Terimakasih bunda Tiwn
    Semoga bunda Tien Sekeluarga selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah.. RC 23 sudah siap dinikmati keseruannya menjadi hiburan yang selalu dinanti.. Makasih mbak Tien, selamat beristirahat, salam Aduhaiii...

    ReplyDelete
  28. Replies
    1. Salam sehat dan ADUHAI pak Wignyo, lama tidak muncul nih

      Delete
  29. Hai..Bu cantik..cinta memang indah..namun cinta bisa mengubah suasana hati jadi resah..gundah..senang..gembira..memang benar hati2 bila jatuh cinta siap2 patah hati..bahagia dan senang selalu mengikuti cerita Bu cantik..makasih ya.. salam sehat selalu untuk Bu cantik Amin YRA 🙏 Mr.Wien.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah RC.23. telah tayang, makasih bu Tien, salam sehat dan bahagia selalu.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  31. Lembar koreksi :

    1. “Nanti saja ngomongnya, _Dina ke Solo dulu,_ tiba-tiba kangen sama bapak Leo.”
    # “Nanti saja ngomongnya, *_Dian ke Solo dulu,_* tiba-tiba kangen sama bapak Leo.” #

    2. _Yanti terkejut ketika tiba-tiba Dian muncul dihadapannya._
    # *_Rina terkejut ketika tiba-tiba Dian muncul dihadapannya._* #

    3. “Dian memang ingin membuat kejutan bu Rina..” _kata Rina sambil mencium tangan Rina_.
    # “Dian memang ingin membuat kejutan bu Rina..” *_kata Dian sambil mencium tangan Rina._* #

    4. “Terimakasih bu, hm.. segar sekali,” kata Dian, sementara _bu Yanti ke kamar tamu untuk membereskan kamar untuk Dian._
    # “Terimakasih bu, hm.. segar sekali,” kata Dian, sementara *_bu Rina ke kamar tamu untuk membereskan kamar untuk Dian._* #

    Ya ta.....ada 4 "tipo"
    Nenuka bu bahan koreksinipun.

    ReplyDelete
  32. Mlm ..terima kasih Rocan 23 sdh hadir..salam aduhai u bu Tien dan selamat mlm

    ReplyDelete
  33. Wouw... Semakin rumit dan bikin penasaran...

    Monggo dilanjut aja ibu Tien..

    Matur nuwun, Berkah Dalem. Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  34. Ayo Dian stlh bu Narni terus terang soal Nurdin ke witri .. pakai pepatah jawa dek karo mek.. menang mek krn Dian lbh dekat...frekwensi ketemu lbh sering dibanding yg ldr an.. klu jd dg nurdin...janur blm melengkung dan tambah 1/3 mlm Dian in syaa Allah witri akan luluh.. trmksh mb Tien slm seroja sll utk mb Tien dan pctk..🤗

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah sudah muncul Rocin 23..Patah hati deh Dian .Untung Witri punya hargadiri lebih baik bayar kontrakan daripada diperistri Nurdin yg puya kontrakan. Bagis deh..ada harapan buat Dian. Tolong bu Tien dicomblangi dong Witri dengan Dian

    ReplyDelete
  36. Matur nuwun... Mbak Tien.. Sehat selalu

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah, terimakasih Bu Tien...Roti cinta nya.
    Semoga sehat selalu..

    ReplyDelete
  38. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah.

    ReplyDelete
  39. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah ritcin 23 sdh up, trmksh bu tien.. Sehat selalu..

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah, roti cinta sudah tersedia.....terima kasih Bu Tien....
    Salam sehat salam aduhai....😊👍

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah..sdh tayang, maturnuwun Bu Tien sehat selalu...dan ADUHAI.....dita adik yg menyayangi kakaknya ..semakin seru ....hati bian untuk dita... ADUHAI....😀

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah akhirnya sampai juga Roti Cinta 23...
    Tadi jam 20 an aku intip 10 x ngga lewat2...
    Ya sudah tak tinggal tidur dulu...
    berbahagia yg tinggal di Solo bisa ketemu Dian...selamat berjuang Dian untuk mendapatkan cintanya Witri...
    kasih semangat Dina untuk menerima kenyataan hatinya Bian hanya untuk Dita...
    Trima kasih mba Tien semoga sehat semangat dan bahagia selalu untuk terus berkarya menghibur kami pecinta Roti Cinta...Aamiin

    ReplyDelete
  44. Matur nuwun Bu Tien...salam sehat selalu nggih

    ReplyDelete
  45. Terima kasih Mbak Tien , ROCIN 23 sdh tayang ... Salam sehat sll & salam Aduhai ...

    ReplyDelete
  46. Horee....Dian ke solo....kok gak mampir ke Boyolali ya? Salam sehat dan aduhai Mbak Tien....

    ReplyDelete
  47. Semakin cantik alur ceritanya.
    Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  48. Trimakasih mbak Tien..Rc23nya..

    Wah2 makin mbulet..jd msh lamaa...asiiik..😊

    Witri ternyata ga mau nerima lamaran Nurdin...jgn sampe Dian keburu dikenalin sm cewek indo..

    Berharap semua mendapat kebahagiaan..
    Dan..
    Besok lagii..

    Salam sehat selalu dan aduhaiii mbak Tien..🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  49. Semakin seru dan menarik ceritanya ROTI CINTA.
    Makasih Bunda ,sukses buat Bunda dan tetap semangat dalam berkarya.
    Met malam dan salam sehat buat Bunda.

    ReplyDelete
  50. Roti cintanya semakin sedaap.
    Makasih mba Tien. Sehat selalu dan tetap aduhai

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah tinggal nunggu waktu antara cinta Witri dan Bian karena Witri tak mau jadi istri Nurdin. Matur suwun ROCIN 23 nya Bu Tien memang ADUHAI...Kita tunggu kelanjutannya Dian ayo tetap semangat sebelum ada janur melengkung Witri masih boleh didekati..dan dapati cintamu.🙏🙏

    ReplyDelete
  52. Maturnuwun Bu Tien untuk Roti Cinta~23-nya..🙏
    Nyuwun pirsa nama ibunya Witri yg betul Narni apa Narti?
    Di episode sebelumnya (Rocin~22) namanya Narti kok sekarang jadi Narni.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf, iya Narti..
      Terimakasih koreksinya pak Djodhi,
      ADUHAI

      Delete
  53. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....

    ReplyDelete
  54. Alhamdulillaah... Roti Cinta 23 sudah tayang dan makin seru..
    Matur nuwun ibu Tien, semoga ibu Tien dan keluarga sehat dan bahagia selalu
    Aamiin yaa Robbal’alamiin
    Salam SeRoJa... ADUHAI...

    ReplyDelete
  55. Matur nuwun mbak Tien yg baik hati, kreatif, imajinatif .. langsung baca 2 seri .. salam dan doa Sehat berkah, ADUHAI

    ReplyDelete
  56. Assalamualaikum wr wb. Bener Witri, tunjukkan kepribadiannu yg tdk mudah terkecoh dgn seseorang yg belum jelas kedudukannya. Witri hrs tegas kpd ibunya, yg kawatir tdk bisa bayar uang kontrakan, kemudian menjual anak gadisnya. Kok masih ada ya ortu yg begitu.
    Semoga Dian dan Dina segera menemukan cintanya.. Maturnuwun Bu Tien alur ceritanya semakin membuat penasaran untuk mengikuti lanjutannya. Semoga Bu Tien beserta keluarga tansah pinaringan karahayon, sehat wal afiat. Aamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ya robbal alamiin
      Matur nuwun dan ADUHAI pak Mashudi

      Delete
  57. Diannn... jangan putus asa dulu ya...
    Sawitri menolak dijodohkan dengan Nurdin.
    Dian sepertinya kok lemah begitu sih hatinya
    Dikit dikit sedih
    Dulu saat dg Dina juga begitu
    Jadi cowok tu yg kuat.
    Kamu harus cari cara bagaimana untuk mendapatkan cintanya Sawitri.
    Moga berhasil Dian..

    Dari episode ke episode makin seru aja ceritanya
    Makasih bunda hiburannya, moga sehat sll
    Salam aduhai dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  58. Alhamdullilah.. Diaanjgn putus asa y.. Ternyatawitri g mau sm yg dijodohin ibunya.. Dandina smg sadar akan perasaannya ke ke bian.. Biansmg langgeng dgn dita.. MbakTien slm seroja dan aduhai dri sukabumi🥰🥰

    ReplyDelete
  59. Semoga Witri tertarik dan cinta nya untuk Dian
    Semoga mereka berdua akan menjadi pasangan kekasih
    So sweet...
    Salam sehat mbak Tien....
    Sehat selalu
    Salam Aduhaiii

    ReplyDelete
  60. Alhamdulillah rocin 22 sudah tayang ... aku penggemar berat, ditunggu episod selanjutnya, kalo bisa ending nya happy ya mba ..

    ReplyDelete
  61. Presensi...
    Terima kasih Mbak Tien, semoga selalu ada dalam ridho Allah SWT, Aamiin...

    ReplyDelete
  62. Bolehkah sebutkan nama supaya enak menyapa?
    Salam hangat

    ReplyDelete
  63. Mbak Tien sayang...hadeeeh..ikut dag dig dug merasakan kegalauan Dian. Kasihan Dian yang halus perasaannya, sangat berbudi sejak kecil. Tapi, cinta sejati memang harus diuji. Ayo Dian...masih ada harapan, karena ternyata Sawitri belum resmi dilamar, melainkan baru rasan-rasan antara Nurdin dengan bu Narni, dan Witripun menolak dinikahkan dengan Nurdin.
    Sabar, berdoa dan berusaha, cinta sejatimu akan bisa diraih...
    Sedangkan Dina...semoga reuni dengan teman-temannya akan membuka jendela hatinya. Jangan melukai adik sendiri ya cah ayu, itu bukan watakmu.
    Maturnuwun ya mbak Tien, sangat piawai bercerita...ihirrr...

    ReplyDelete
  64. Ehemm...jangan-jangan Nurdin sebetulnya sudah beristri di Lampung sana...

    ReplyDelete
  65. Pada seneng minta sponsor, keraguan ngadepin sendiri masalah asmara nya.
    Iya tuh anak² mbarepnya pak Leo, yang satu takut kalau terkena pencekalan; mungkin trauma, sayang sok suci baru denger sebagian kisah sudah nyender, mbarep yang satunya kepedean ada kakaknya saja naksir, jadi deh kaya pejuang benteng takeshi semangat! nggak apa² nyungsep juga, ini yang bumbunya susah, jangan² diajak reunian sama Dina; tuh Dian dikenalin temen sekolah Dina, anterin kerumah temen Dina takut nyasar kan lama nggak maen kesana wiw..
    Terimakasih Bu Tien dapat bagian cerita cinta berupa roti yang kini dinikmati generasi kedua mereka
    Selalu sehat Bu Tien sejahtera bahagia bersama keluarga tercinta

    ReplyDelete
  66. Terimakasih juga untuk pak Hastomo atas perhatiannya.
    Semoga ADUHAI

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...