Saturday, September 4, 2021

ROTI CINTA 20

 

ROTI CINTA 20

(Tien Kumalasari)

 

Dina meletakkan minuman untuk Abian dimeja, kemudian dengan riang dia mengulangi pertanyaannya.

“Boleh kan aku ikut, Bian?”

“Dita?” Bian justru memandang kearah Dita yang masih bingung dengan ajakan Bian yang tiba-tiba.

“Aku? Apa maksudnya? Mm.. kalau mbak Dina mau ikut, ya nggak apa-apa kan?” akhirnya jawab Dita.

Abian menelan rasa kecewa yang menghimpitnya. Inginnya berduaan sama Dita, e.. kakaknya ikut. Tapi menolak juga sungkan.

“Asyiik, aku ganti pakaian dulu ya..” kata Dina sambil masuk kedalam.

Abian saling pandang dengan Dita.

“Aku tidak usah ganti pakaian kan? Apakah ini kurang bagus ?”

“Bagus, tidak usah ganti juga tidak apa-apa.”

“Mengapa tiba-tiba mengajak keluar? Tadi nggak ngomong apa-apa..”

“Mau buat kejutan saja,” kata Bian sekenanya. Padahal tadinya dia mau mengajak Dita untuk menghindari Dina. Lha sekarang kok malah ikut. Tapi mau bagaimana lagi?

“Aku sudah siaaap,” kata Dina ringan, dan sudah berganti dengan seteah jean ketat dan kaos casual berwarna putih. Cantik memang, tapi kemudian Abian berdiri.

“Ayo kita berangkat, tapi pamit dulu sama bapak sama ibu.

Setelah berpamit, mereka bertiga turun dan menghampiri mobil Abian.

“Aku didepan ya?” kata Dina seenaknya.

Tuh kan. Siapa yang bisa menolak ? Toh tanpa dipersilahkan Dina sudah lebih dulu masuk dari pintu depan dan membiarkan Dita duduk di belakang.

Dita tak tampak mengeluh. Dia sudah bertekat untuk mengalah, dan menunggu apa sebenarnya maksud kakaknya. Bukankah kalau kakaknya senang dia juga akan ikut senang? Tapi benarkah? Bagaimana kalau seseorang tiba-tiba merenggut cinta dan kebahagiaannya? Ikhlas? Bohong barangkali. Tapi entahlah, Dita yang kalem mungkin bisa melakukannya, siapa tahu.

“Kemana kita?” tanya Abian sambil melongok ke arah spion agar bisa menatap wajah kekasihnya.

“Aku ingin makan masakan Jepang..” pekik Dina tiba-tiba.

“Dita ?” tanya Abian lagi dengan kembali melongok ke arah spion.

“Aku ? Terserah saja.”

“Tapi Dita lebih suka masakan Jawa kan? Kita ke warung tempat kita makan dulu saja ya Dit?”

Dan tanpa peduli pada sinar mata Dina yang kecewa, Abian membawa mobilnya melaju ke arah warung yang dimaksud.

“Adduuh.. masakan Jawa kan setiap hari ibu sudah memasaknya,” keluh Dina.

“mBak Dina mau dimana?” tanya Dita, tulus.

“Nggak usah, terserah Bian saja,” kata Dina yang muai kesal, mengapa Abian seakan akan hanya memperhatikan Dita saja.

“Oh ya Bian, kata om Iskandar minggu depan aku sudah boleh mulai kerja,” kata Dina lagi.

“Oh ya sudah, kalau bapak sudah mengijinkan ya terserah bapak saja.”

“Bukankah kamu pimpinan perusahaan itu?”

“Bukan, aku hanya kepanjangan tangan dari bapak, jadi bukan siapa-siapa, dan bukan yang bisa menentukan.”

“Tapi kata om Iskandar, pimpinannya adalah kamu.”

“Aku, mewakili bapak.”

“Apakah karyawan disitu harus memakai seragam?”

“Aku belum memikirkannya. Aku kan sudah bilang bahwa disini perusahaan itu baru mulai.”

“Ooh. Beri tahu aku apa yang harus aku lakukan.”

Abian tak menjawab, karena mereka sudah sampai di warung makan yang dimaksud.

***

“Aku tidak yakin Dina bisa menjalani pekerjaan itu dengan baik,” kata Rina.

“Sama, aku juga begitu. Anak itu tidak pernah ingin bekerja kantoran. Aku sudah menyiapkan sedikit modal seandainya dia ingin membuka usaha apa, gitu.”

“Nah, itu kan cita-citanya sejak semula, cuma katanya belum ketemu usaha apa yang dirasa cocok dengan seleranya.”

“Benar. Masa sih, bekerja di kantor ayahnya saja tidak mau, mengapa harus bekerja di perusahaan orang lain?” kata Leo kesal.

“Kita sudah memperingatkannya. Bukan hanya sekali dua kali, tapi dia nekat ingin bekerja disitu. Ada apa anak itu.”

“Nanti kalau pekerjaannya mengecewakan, kita juga yang malu sama mas Iskandar.”

“Aku juga sudah mengingatkan hal itu. Ya sudah lah, itu pilihannya, kita harus bagaimana lagi. Pusing aku. Ngomong-ngomong, Abian itu serius suka sama Dita?”

“Tampaknya begitu. Tadi juga sebenarnya Bian mengajak Dita, tapi Dina yang merengek ingin ikut.”

“Jangan-jangan Dina juga suka sama Bian,” kata Rina khawatir.

“Kacau kalau begitu. Masa kakak adik menyukai satu cowok?”

“Ternyata setelah anak-anak dewasa kita masih dipusingkan urusan anak,” keluh Rina.

“Benar, tugas kita belum selesai. Tolong kamu ingatkan kalau ada tanda-tanda ada perasaan itu pada Dina. Kan Abian sudah memilih biarpun Dita lebih muda.”

“Kalau kesempatan itu ada, aku akan mencoba bicara.”

***

“Dari tadi aku nggak ngelihat Dian, apa dia pergi?” tanya Baskoro malam itu.

“Dia ada di toko. Membantu kasir,” jawab Yanti.

“Mengapa tiba-tiba dia rajin membantu kasir? Biasanya dia duduk manis di kantor membaca laporan-laporan, tadi aku tak melihat dia ada disana.”

“Mas Dian sedang mendekati mbak Witri,” tiba-tiba kata Arin.

Baskoro dan Yanti saling pandang.

“Apa itu benar?”

“Benar pak, lihat saja, sekarang dikasir ada sepasang petugas yang saling bantu, dan tampak mesra.”

Baskoro dan Yanti tertawa, karena Arin bicara sambil mengerucutkan mulutnya.

“Kamu jangan mengada-ada Arin..”

“Itu benar, Arin melihatnya kok.”

“Bukankah Dian selalu baik kepada para karyawan?”

“Yang ini beda bu. Arin merasa mas Dian suka sama Witri. Bapak harus mengingatkannya lho, sebelum terlambat.”

“Mengapa bapak harus mengingatkannya?” tanya Baskoro.

“Masa bapak rela kalau mas Dian suka sama mbak Witri?”

“Kamu tidak suka ya, kalau masmu suka sama Witri?” tanya Yanti.

“Aduh bu, Witri itu kan hanya kasir, dan dari keluarga tidak mampu pula,” kata Arin dengan wajah cemberut.

Baskoro dan Yanti mengerutkan keningnya. Terbayang kembali oleh mereka tentang kisah cintanya yang menyala bagai lautan api. Susah dipadamkan. Yanti hanya seorang penjual sayur, yang cantik dan keibuan, bahkan sudah punya seorang anak. Tapi Baskoro mengejarnya dengan menempuh segala cara. Bahkan dia rela menjadi penjual roti keliling demi bisa mendekati Yanti. Dan roti buatannya itu dinamakan dengan Roti Cinta, karena dia menjadi penjual roti karena ingin mengejar cintanya. Nama itu juga yang menginspirasi dirinya sehingga ketika memiliki usaha juga dinamakan Roti Cinta. 

Sekarang anak gadis mereka, Arini, menentang Dian seandainya kakaknya jatuh cinta kepada Witri, seorang kasir dan dari keluarga tak mampu.

“Arin, kamu harus tahu, bahwa menilai seseorang jangan karena kedudukannya. Jangan karena hartanya, tapi karena budi pekertinya,” kata Baskoro.

“Apa maksud bapak ?”

“Kamu bilang Witri hanya seorang kasir dan dari keluarga tidak mampu. Apakah ada perilaku Witri yang mengecewakan?”

Arin mengangkat bahu masih dengan wajah kurang suka.

“Dia sih memang baik pak, tapi apa sepadan kalau nanti berdampingan dengan mas Dian?”

“Bagaimana kamu melihat seseorang itu sepadan dengan pendampingnya atau tidak?”

“Ya beda lah pak, masa bapak harus bertanya.”

“Karena kaya dan miskin itu?”

Arin tak menjawab. Matanya membulat menatap ayahnya, tak mengerti mengapa ayahnya seperti tidak akan menentang seandainya Dian suka sama Witri.”

“Kamu tahu dulu ibumu itu seperti apa?”

Arin belum pernah mendengar secara utuh tentang masa lalu ayah dan ibunya.

“Dengar, akan bapak ceritakan sebuah kisah cinta yang luar biasa dari ayah dan ibumu ini,” kata Baskoro sambil menarik Arin agar duduk lebih dekat dengannya, sedangkan Yanti hanya terdiam, mendengarkan sambil tersenyum-senyum kecil. Ia teringat ketika melihat si tukang roti membuka helmnya dan ternyata dia adalah Baskoro.

Lalu Baskoro bercerita tentang masa lalunya, tentang kisah cintanya yang disebutnya sangat unik, seperti kisah cinta disebuah sinetron di televisi.

Arin menatap ayahnya tak percaya.

“Benarkah ibu dulu menjadi tukang sayur keliling?” tanya Arin sambil menatap ibunya.

Yanti mengangguk masih dengan tersenyum. Ingatan itu selalu membuatnya tersenyum-senyum sendiri. Baskoro memang pecinta yang konyol.

“Iih, bapak norak deh, bisa menjadi tukang roti keliling juga..” kata Arin sambil tertawa.

“Cinta itu bisa menjadi sesuatu yang indah ketika kita bisa meraihnya.”

***

“Mas Dian, sudah, saya nggak usah dibantu, nanti mas Dian capek.”

“Kan toko lagi rame, aku kan cuma bantu bungkus-bungkus belanjaan setelah mereka membayar.”

“Petugasnya kan sudah ada sih mas.”

“Dia aku suruh membantu di resto, disana kan juga lagi rame. Ini malam Minggu, memang biasanya rame kan?”

“Saya jadi nggak enak sama ibu Yanti.”

“Yang ingin membantu kan aku, bukannya kamu yang minta bantuan.”

“Iih mas Dian.”

“Nanti pulangnya aku antar ya.”

“Eeeh, nggak mas, kan saya mau langsung ke rumah sakit?”

“Nanti kamu dibawa penjahat lagi, gimana?”

“Mas Dian malah ngedoain saya dibawa penjahat.”

“Bukan, aku hanya khawatir.”

“Nanti apa kata yang lain, kalau mas Dian mengantarkan saya pulang.”

“Biasanya kamu tugas pagi, ini tugas malam, wajar kalau aku harus mengantar kamu.”

Pembicaraan terhenti, karena beberapa pembeli sedang ngantri didepan kasir. Dian juga heran, mengapa hari ini dia begitu rajin membantu Witri. Benarkah karena toko dan resto sedang ramai? Ia duduk disamping Witri, menyiapkan barang pembeli yang sudah diletakkan berjejer disampingnya. Tapi rasanya dia lebih suka memandangi wajah Witri yang sangat serius melayani para pelanggan. Iya sih, harus serius, soalnya ini urusan uang, kalau sambil ngelantur seperti dirinya, bisa-bisa dua ribuah dikira duapuluhan ribu.

Dian tak merasa, Baskoro mengawasinya dari jauh. Ia belum yakin benar, apakah Dian menyukai Witri seperti perkiraan Arin.

“Tuh pak, benar kan. Dia itu bukan hanya membantu disamping kasir, tapi juga memandanginya sambil senyum-senyum gitu,” kata Arin yang tiba-tiba sudah ada disampingnya.

Baskoro hanya tertawa.

“Benar, bapak tidak keberatan kalau mas Dian suka sama Witri?”

“Apa kamu keberatan kalau kakak kamu suka sama Witri ?”

Arin hanya mengangkat bahu. Biarpun ayahnya sudah cerita panjang lebar tentang sebuah kisah cinta ‘lintas derajat’, tapi dia belum sepenuhnya setuju. Entah mengapa, ia ingin kakaknya mendapatkan gadis yang ‘lebih’ daripada Witri. Barangkali Arin ingin menjodohkan kakaknya dengan seseorang, siapa tahu.

“Bapak, aku akan segera pulang minggu depan ya?”

“Lho, liburan kamu kan belum habis?”

“Ibu Risma menelpon berkali-kali, kangen sama Arin katanya.”

“Yaah, ibu Yanti kan juga masih kangen sama kamu.”

“Kasihan ibu Risma nggak ada temannya kalau om Broto lagi sibuk. Disini ibu sudah punya mas Dian, sedangkan ibu Risma belum punya siapa-siapa.”

“Iya sih, kasihan juga. Ya sudah terserah kamu saja, nanti bilang sama ibu.”

Baskoro tahu, karena kakaknya belum juga dikaruniai seorang anakpun, maka Arin diangkatnya sebagai anak. Itu sebabnya Risma tak bisa berpisah terlalu lama dengan Arin. Itu sebabnya pula Baskoro tak bisa terlalu lama menahan Arin di Indonesia.

***

“Pak, bolehkan Dian mengatakan sesuatu ?” tanya Dian ketika Baskoro ada di kantornya.

“Katakan saja, kenapa tidak boleh..?”

“Sepertinya Dian jatuh cinta..”

“Wouw… itu bagus sekali. Sudah lama bapak menunggu kata-kata ini. Kapan bapak sama ibu boleh melamar?”

“Bapak… Dian kan belum mengatakan mana gadis yang Dian cintai..”

“Soalnya bapak percaya bahwa kamu akan memilih yang terbaik untuk diri kamu.”

“Benarkah?”

Baskoro mengangguk. Tentu saja dia sudah menduga gadis mana yang akan disebutkan anaknya karena sudah mendapat laporan dari Arin.

“Katakan kapan bapak boleh melamar..?”

“Bapak bercanda melulu,” kata Dian sambil menempelkan kepalanya di pundak Baskoro. Memang sejak lama Baskoro sudah bersahabat dengan Dian, bukan hanya menjadi bapaknya tapi juga bersikap seperti teman, dan itu membuat Dian merasa nyaman. Ia tahu Baskoro juga amat mencintainya seperti orang tuanya sendiri.

Baskoro tertawa.

“Bapak tidak bercanda, bapak seriuuuss.”

“Apa bapak tahu siapa dia?”

“Tentu saja belum tahu, kan kamu belum mengatakannya?”

“Kok bapak sudah buru-buru mau melamar?”

“Bapak kan sudah bilang bahwa pilihanmu pasti oke. Cantik, pintar, baik hati dan tidak sombong.”

“Bapak pasti terkejut kalau Dian bilang siapa gadis itu.”

“Masa sih?

“Tapi bapak jangan marah ya?”

“Maksudnya jangan melarang.. gitu ?”

Dian tertawa, teringat ketika dia mati-matian mencintai Dina dan ditentang oleh orang tuanya gara-gara masih sedarah.

“Iya, lebih kurangnya begitu, pak.”

“Tidak, kan bapak yakin pada pilihan kamu.”

“Mas Diaaan… “ tiba-tiba Arin datang menghentikan pembicaraan itu.

“Apa sih, kamu membuat orang terkejut saja,” gerutu Dian.

“Mas Diaan, aku minggu depan jadi balik ke luar negeri.”

“Minggu depan?”

“Iya, ibu Risma kangen sama Arin, kasihan dia. Ikut yuk.”

“Ikut ?”

“Iya, nanti Arin kenalin sama teman Arin, namanya Nita.”

“Apa?”

“Dia cantik, bapaknya Jawa, ibunya orang Amerika.”

“Ngapain aku ikut kalau hanya ingin kenalan sama teman kamu?”

“Siapa tahu mas Dian cocok. Aku sudah pernah bilang sama dia bahwa aku punya kakak ganteng,” kata Arin seenaknya.

“Tuh kan, jangan bingung Dian,” canda Baskoro.

***

Besok lagi ya

111 comments:

  1. Replies
    1. Terima kasih atas kirimannya ROTI CINTA 20.

      Salam ADUHAI Mbak Tien.

      Delete
    2. Alhamdulillah, sdh mau tidur datang Rocin hangat, jadi melek lagi, Manusang (matur nuwun sanget) bu Tien, slm sehat tetap semangat, Aduhai Barvo

      Delete
    3. Matur nuwun Mbak Tien Rocin 20 sudah hadir. Salam Aduhai selalu

      Delete
    4. 𝕎𝕒𝕕𝕦𝕙 𝕁𝕒𝕕𝕚 𝕣𝕒𝕞𝕖 𝕚𝕟𝕚 𝕜𝕒𝕝𝕒𝕦 𝔸𝕣𝕚𝕟 𝕞𝕒𝕦 𝕞𝕖𝕟𝕘𝕖𝕟𝕒𝕝𝕜𝕒𝕟 𝕥𝕖𝕞𝕒𝕟 𝕟𝕪𝕒 𝕪𝕘 𝕕𝕚 𝔸𝕞𝕖𝕣𝕚𝕜𝕒 𝕤𝕒𝕞𝕒 𝔻𝕚𝕒𝕟..𝔸𝕡𝕒𝕜𝕒𝕙 𝔻𝕚𝕒𝕟 𝕞𝕒𝕦 ?? 𝕂𝕚𝕥𝕒 𝕥𝕦𝕟𝕘𝕘𝕦 𝕤𝕒𝕛𝕒 𝕜𝕖𝕝𝕒𝕟𝕛𝕦𝕥𝕒𝕟𝕟𝕪𝕒 𝕞𝕦𝕟𝕘𝕜𝕚𝕟 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟 𝕡𝕦𝕟𝕪𝕒 𝕚𝕕𝕖 𝕪𝕘 𝕓𝕒𝕣𝕦..𝕞𝕖𝕞𝕒𝕟𝕘 𝔸𝔻𝕌ℍ𝔸𝕀.

      Delete
    5. Selamat juara 1, lga saya pikir belum ternyata 20.50 sdh tayang
      Matur nuwun bu Tien

      Delete
    6. Mbak Tien sayang, maturnuwun ya...rotinya sudah terhidang. Semoga mbak Tien sehat selalu, dan mas Widayat juga semoga makin sehat, kembali pulih.
      Mbak...wah..memang mbakyuku ini juara mempermainkan perasaan pembaca. Rasanya gemes, gregetan sama Dina yang nggak pangertèn sama adiknya, cenderung egois. Belum habis gemesnya sama Dina, eh..Arini juga mau bikin gara-gara nih..jadi ganjalan di antara cinta Dian kepada Witri. Guemez aku...ugh

      Delete
  2. Alhamdulillah Roti Cinta~20 telah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  3. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik

    ReplyDelete
  4. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih, cerita semakin aduhai
      Semoga Ibu Tien sehat selalu

      Delete
    2. Alhamdulillah ROCIN_20 sudah hadir. Sugeng dalu bu Tien, semoga kondisi kesehatan pak Widayat semakin membaik. Aamiin.
      Salam SEROJA dan ADUHAI selalu.

      Delete
  5. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  6. Alhamdululah terima kasih bu tien ...sehat sehat terus ya bu ...salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah ROCIN 20 sampun tayang.

    Matur nuwun Bunda Tien

    Salam ADUHAI.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah Rocin 20 sdh tayang

    Suwun mb Tien...

    Smg sehat sll dan salam ADUHAI

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah
    Alhamdulillah bunda tien semoga sehat walafiat

    Salam sehat penuh semangat 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, makasih Bu Tien roti cintanya....
    Salam sehat selalu....🙏

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien ROTI CINTA 20 nya,,,mantab sekali Dian sedang jatuh cinta ,,tp kok jd bingung
    Jd Aduhaaii deh

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien,🙏

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun... Roti Cinta 20 sdh tersedia... Msh menunggu lanjutan cerita cinta Dina dan Dita

    ReplyDelete
  13. Yes Roti cinta dah tayang.
    Makasih Bunda, sehat dan tetap semangat.

    ReplyDelete
  14. Terima kasih bu Tien, sehat selalu…..
    semoga Dian tidak tertarik dengan Nita …. Terap pada witri

    ReplyDelete
  15. Terimakasih mba Tien...semakin seru...
    ROCIN 20 membuat samkin penasaran
    Sehat2 selalu mbak Tien
    salam aduhaiii

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah RC 20 sdh tayang, tksbbu tien sehat selalu

    ReplyDelete
  17. Wow tambah seru.... Terma kasih Bu Tien, salam aduhai dari Tasikmalaya

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah ritcin 20 sdh tayang.,
    Tks bu tien. Sehat selalu..

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah sampai di alamat.
    Dian tinggal membiasakan diri saja dengan Witri. Soal adiknya akan mencarikan jodoh sebaiknya tidak usah terlalu dipikirkan.
    Cuma Dina makin ngebet saja yaaa, sedangkan Dita sepertinya akan mengalah saja. Ayo Ferry, tampil lebih agresif .
    Salam sehat penuh semangat mbak Tien, selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah, RC.20. telah tayang, terima kasih bu Tien. semoga selalu diridhoi Allah SWT Tuhan YME.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  21. Alhamdulilah Rocin 20 sudah bisa kita nikmati untuk malam mingguan. Mksh Bunda Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  22. Semoga dengan sikap Bian..Dina akan sadar bahwa Bian lebih suka Dita..dan Dina mau berhati besar seperti adiknya yg mau mengalah untuk sebuah kebahagiaan...Aduhai...

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda senantiasa sejat walafiat bersama keluarga tercinta aamiin
    Salam srhat dan aduhai.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..sehat- sehat selalu,Aamiin.

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, sudah tayang, makasih bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  26. Mbak Tien pintar mengatur cerita.
    Terima kasih mbak Tien.

    ReplyDelete
  27. Terima kasih bu Tien, sehat selalu…..
    semoga Dian tidak tertarik dengan Nita …. Terap pada witri, salam aduhai

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah RC20 sdh hadir ceritanya semakin seru, mksh mbak Tien selamat berakhir pekan... Aduhai

    ReplyDelete
  29. Seru...makin seru ceritanya
    Alhamdulillah suwun mbak Tien, semoga berkah
    salam aduhai...

    ReplyDelete
  30. Wow..makin keren Bu cantik..kisah satu belum jelar muncul kisah baru..makin menggelitik mengikuti alurnya..lama2 aku bisa nulis juga wkwkwk..Bu cantik memang Aduhai..makasih ya.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam sehat unknown.. aduh panggil apa ya.. namanya unknown.. 🤩🤩

      Delete
  31. Slmt mlm mbsk Tien.. Terimaksih RC 20 nya.. Makin asik.. Slmtseroja dan makiin aduhai .. 🥰🥰

    ReplyDelete
  32. Trimakasih mbak Tien RC20nya..

    Duuh piawainya mbak Tien menuliskan cerita..sampe pembaca bs gembreget sm Dian yg ngotot gt..jd iba liat Dita..itu yg menjadikan cibta Bian makin besar pd Dita...semoga Dina segra sadar..jgn ngrecokin teruus..🤨🤨

    Klo bapak ibunya tau gelagat Dina knp ga segra kasih teguran mumpung blm kebacut..nt nyanyi deh....'baruu kusadari cintaku bertepuk sebelah tangaan..'...🤭🤭..hehe..

    Lanjuut mbak Tien...
    Salam sehat selalu dan aduhaii..🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  33. Trima kasih mba Tien...Roti Cinta makin seru...
    Dina yg agresif pingin jd sekretaris suatu hari akan sadar kl Bian jodohnya Dita...
    Dina sadar enakan jadi pengusaha bakso dr pada jd karyawan...
    semoga Baskoro secepatnya bs melamar Witri dan menikahkan Dian dengan mengundang kl PPKM sd di cabut sama pak Gibran...
    semoga mba Tien dan keluarga besar di berikan kesehatan dan ksejahteraan...
    Aamiin Ya Robbal Aalamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Allahumma aamiin.
      Hahaa..Papa Wisnu lucu tenan
      ADUHAI

      Delete
  34. Dina kok ndak tahu malu banget ya...
    Sepertinya kekhawatiran bu Rina akan terjadi deh
    Dua bersaudara mencintai orang yg sama.Terlalu....siapa yg harus ngalah....
    Smg semua dpt dicari jln keluarnya,dan mendapatkan jodohnya masing"

    Btw Dian moga mulus jlnnya unt mendapatkan tambatan hatimu, Witri gadis yg baik.
    Semangat Dian..
    Jangan ambil hati omongan Arini
    Toh pak Baskoro dan bu Yanti sdh setuju.
    Aduhai
    Trimakasih bunda
    episode ke 20nya...
    Moga bunda sehat sll
    Salam dari Bojonegoro

    ReplyDelete
  35. Terima kasih Bu Tien...makin seru perjodohan nya .... semoga sehat selalu Bu Tien

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah.. Bu Tien.. ROCIN 20.. maturnuwun 🙏 salam ADUHAI,semoga sehat,semakin seru dina nya bikin deg " an

    ReplyDelete
  37. Matursuwun cerbungnya lgsg aku rapel...kmren ditengaknyengok blom nongol
    Ceritanya makin seru...persaingan
    Tapi hati tidak bisa bohong...pasti akan ketempat yang tepat dihati yang satunya
    Lanjutttt
    Salam sehat kagem mbak Tien..
    Salam Aduhaiii selalu..

    ReplyDelete
  38. Terima kasih, mbak Tien....buat semangat lembur...salam aduhai..

    ReplyDelete
  39. Trmksh mb Tien Rocin 20 sdh hadir.. kisah cinta yg tdk sll berjln mulus.. tp smg msg2 menemukan jodohnya... Slm seroja utk mb Tien dan seluruh pctk🤲🙏🤗

    ReplyDelete
  40. RC 20 sdh tanyang .sambil ngantuk baca hahaha..sehat selalu u bu Tien

    ReplyDelete
  41. Mba Tien selalu penuh kejutan. Makasih mba. Salam sehat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah, RC20 hadir penuh kejutan. Makasih mbak Tien, Salam sehat dan selalu ADUHAI

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillaah.... roti cinta 20 sudah hadir,
    Ceritanya makin menarik,
    Trima kasih ibu Tien, semoga ibu Tien dan keluarga sehat selalu,
    Aamiin yaa Robbal’alamiin...
    Salam SeRoJa..... ADUHAI...

    ReplyDelete
  44. Matur nuwun bu Tien Rocinnya.. Jadi ramai ya kisah vinta anak muda mengingatkan saya di
    masa lalu ehm. Wah Dina memang orangnya agresif bener.sq saja nanti dengan kedatagan Dian ke Solo dapat memberikan pengertian bahwa cinta harus pakai logika. Ternyata Arini juga mau menjodohkan Dian dengan temannyq..Jangan sampai ya bu Tien..biarlah Dian nanti dengan Witei saja toh bpk dan ibunya sudah merestui
    Salam sehat semoga bu Tien senantiasa dapat hadir menyapa penggemarnya.aamiin

    ReplyDelete
  45. Matur nuwun Bu Tien. Salam sehat selalu kagem Ibu dan pecinta Roti Cinta semuanya.....

    ReplyDelete
  46. Salam hormat kami sekeluarga buat Bu Tien, dan Terima kasih Roti terus saya nikmati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 pak Tugiman. Lama sekali nggak muncul. Apa kabar

      Delete
  47. Alhamdulillah, ngrapel lagi bacanya .. makasih mbak Tien Aduhai .. salam sehat berkah

    ReplyDelete
  48. Salam sehat penuh berkah Aduhai pak Pri

    ReplyDelete
  49. Assalamualaikum wr wb. Nah, Dian bingung, mau ke Amrik, memenuhi permintaan Arin atau mengutarakan siapa gadis yg di pilih kpd ayahnya...
    Biarlah Bu Tien saja yg menceritakan keputusan Dian...makin seru saja.. Maturnuwun Bu Tien elok, indah alur ceritanya. Semoga Bu Tien dan keluarga dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Allahumma Aamiin
      Salam sehat dan ADUHAI, PAK Mashudi

      Delete
  50. Terima kasih Roti cinta nya, apakah khusus hari Senin roti cinta libur? Salam aduhai

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun...

    ReplyDelete
  52. Menunggumu ...Roti Cinta
    Salam sehat bunda Tien
    Salam Aduhai...

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  48 (Tien Kumalasari)   Satria tertegun. Tentu saja dia mengenal penjual kain batik itu. Ia hanya heran, ba...