ROTI CINTA 19
(Tien Kumalasari)
“Sudah, selesaikan saja tugas kamu, ini sudah bapak urus. Minggu depan bapak suruh dia masuk kerja,” lanjut pak Iskandar
Abian masih terpaku, memegangi ponsel tanpa menjawab apapun.
“Bian? Kamu masih disitu?”
“Oh.. eh.. ya pak.. baiklah, Bian akan bersiap-siap,” kata Bian sambil menutup ponselnya.
“Ada berita apa? Kok kelihatan sedih begitu?”
“Bukan sedih, aku bingung nih.”
“Memangnya kenapa ?”
“Dina ingin bekerja ditempatku, padahal aku belum butuh sekretaris, bapak memaksa menjadikannya sekretarisku.”
“Aku heran sama Dina, dulu dia bilang nggak ingin bekerja kantoran. Inginnya punya usaha sendiri. Dia juga bilang begitu sama bapakku, kok tiba-tiba ingin bekerja?”
“Entahlah, aku juga nggak ngerti.”
“Kok aku jadi berpikir, jangan-jangan yang dimaksud dia itu kamu Bian?”
“Yang dimaksud apanya?”
“Dia jatuh cinta sama orang, tapi orang itu sudah punya pacar. Orang itu kamu bukan?”
“Aku tidak tahu Dian, kan dia tidak mengatakan itu sama aku. Tapi memang sikapnya agak aneh.”
“Aneh gimana?”
“Ya aneh pokoknya, sepertinya kalau aku dekat sama Dita, dia kelihatan nggak suka, begitu.”
“Waduh, beruntung kamu Bian, dicintai dua gadis sekaligus, cantik-cantik pula.”
“Beruntung apa, aku bingung tahu. Apalagi tampaknya ayahku sudah menerima dia dan dijadikannya sekretarisku.”
“Asyik nih..”
“Gila kamu. Aku bingung, kamu bilang asyik.”
Dian hanya tertawa.
“Rumit ya urusan cinta? Kakak adik pula yang bersaing.”
“Tidak, aku mantap pilih Dita.”
“Baiklah, mungkin satu dua hari lagi aku mau ke Solo, aku mau bicara sama Dina.”
“Nah, gitu dong, bantuin kalau sahabat kamu yang ganteng ini lagi bingung. Sekarang aku lapar, trus jangan lupa roti untuk oleh-oleh.”
“Siap komandan. Ayo kita makan didepan saja,”
“Kalau didepan aku harus bayar dong,” canda Bian.
“Nggak, aku yang bayar, kasirnya baik kok.”
“Ya, aku tahu, baik dan cantik. Eh, jangan bilang kamu suka sama dia.”
“Kamu nih katanya lapar, ngomongnya jadi ngelantur kemana-mana.”
***
“Witri, kami mau makan, nanti bil nya ditagih ke aku ya, tamu aku ini biar wajahnya ganteng tapi nggak punya uang soalnya,” canda Dian ketika lewat didepan Witri.
“Iya mas..” kata Witri sambil tersenyum.
Bian hanya tertawa. Ia melirik ke arah Witri, dan benar-benar mengakui bahwa Witri memiliki kecantikan yang luar biasa.
“Itu kasir kamu yang kamu bela sehingga kamu digebukin penjahat?” tanya Bian ketika sudah mulai duduk dan menunggu pesanan.
“Iya.”
“Cantik..”
“Jangan lagi lirak-lirik kamu, sudah punya pacar masih suka melirik gadis cantik.”
“Aduuh.. kan cuma bilang cantik, kok kamu sewot, jangan-jangan kamu cemburu nih Dian?”
Dian hanya tertawa. Sejak bezoek ibunya Witri ia memang selalu memikirkan Witri, bahkan beberapa kali dia ikut membantu mendampingi kasir. Hal yang tidak biasa karena Witri sebenarnya sudah bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik.
“Kasihan gadis itu..” kata Dian pelan.
“Kenapa ?”
“Ibunya sakit dan sedang dirawat di rumah sakit, tapi dia ngotot tetap ingin bekerja. Kami sudah melarangnya tapi dia nekat.”
“Terlalu rajin ..”
“Bukan, dia merasa berhutang karena bapak yang membiayai sakit ibunya. Lalu dia ingin bekerja lebih keras. Terkadang waktunya istirahat dia masih juga bekerja.”
“Tampaknya kamu suka sama dia?”
Dian menghela napas panjang. Lalu menikmati hidangan makan yang sudah disajikan.
“Ayo makanlah.. kenapa malah menatap aku seperti itu?”
“Benarkah ?”
“Entahlah, aku belum yakin pada perasaanku.”
“Kamu jangan sampai jadi perjaka tua, kalau dia baik, kenapa tidak?”
“Doakan ya.”
“Iya, aku doakan. Kita akan berlomba, siapa yang akan menikah lebih dulu.”
Keduanya makan sambil tertawa-tawa. Sejenak Bian melupakan kegelisahan hatinya, karena saat pulang dan bertemu ayahnya, maka dia akan mendengarkan lagi berita bahwa ayahnya sudah menerima Dina bekerja di kantornya. Betapa akan kesal hatinya.
***
“Ditaa… dengar, aku punya berita baik,” kata Dina dengan gembira saat Dita pulang dari kampus. Abian tidak menjemputnya karena sedang ada di Jakarta. Tampaknya Dina juga baru pulang dari bepergian.
“Berita apa tuh?”
“Minggu depan aku sudah boleh mulai bekerja.”
“Bekerja?”
“Ya, menjadi sekretarisnya Bian,” katanya dengan senyum yang bagi Dita seperti menusuk perasaannya.
“Oh, syukurlah, aku ikut senang,” kata Dita yang bagaimanapun harus bisa menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, lalu dia langsung masuk kedalam kamarnya.
“Dina, kamu serius?” kata Rina yang baru keluar dari dapur.
“Iya bu, Dina serius. Ini tadi Dina dari kantornya, ketemu om Iskandar.
“Maksud ibu, kamu serius benar-benar mau bekerja?”
“Tentu saja bu.”
“Ibu ragu, soalnya dari dulu kamu bilang tidak ingin bekerja kantoran, ingin usaha sendiri, begitu kan?”
“Iya bu, tiba-tiba Dina berubah pikiran, ingin bekerja di kantornya om Iskandar. Soal ingin usaha sendiri sih sebenarnya keinginan itu masih ada.”
“Berarti pikiran kamu masih mendua. Segala sesuatu yang ingin diraih itu harus ditekuni salah satu, mana yang kamu paling mantap. Bukan mengerjakan yang ini tapi masih ingin yang itu. Pikiran kamu tidak akan bisa fokus pada satu pekerjaan. Itu tidak baik akibatnya nak.”
“Iya bu, biarlah ini Dina jalani dulu, soal usaha itu gampang.”
“Ya jangan begitu, bekerja ya bekerja. Kalau kamu setengah-setengah, pekerjaan kamu tidak akan memuaskan, dan sungkan dong sama om Iskandar kalau pekerjaanmu mengecewakan.”
“Iya bu, Dina akan berusaha fokus di pekerjaan itu. Menjadi sekretaris tampaknya menyenangkan.”
“Sekretaris itu pekerjaannya berat. Kamu harus bisa menguasai seluruh operasional perusahaan.”
“Ibu, Dina pasti akan belajar dong. Masa Bian tidak akan mengajari Dina dan membiarkannya begitu saja,” kata Dina sambil berlalu.
Rina geleng-geleng kepala. Sungguh ia tidak yakin akan kemampuan Dina, maupun keseriusannya.
“Heran aku, apa sih maunya Dina? Nanti kalau tiba-tiba dia bosan apa tidak malu sama mas Iskandar? Tapi dikasih tahu kok seperti nggak mau mendengarkan begitu,” omel Rina sambil melangkah lagi ke arah dapur.
***
Setelah makan siang Dita memilih masuk ke kamarnya dengan alasan belajar. Ada rasa tak senang mendengar kakaknya mau bekerja menjadi sekretaris Abian. Bukan karena dia jahat, tapi melihat sikap Dina, Dita merasa bahwa kakaknya juga tertarik pada Abian.
“Tahu begitu lebih baik aku mundur, tapi bagaimana ini, aku sudah terlanjur jatuh cinta sama mas Bian. Bisakah aku melupakannya? Membiarkan saja mbak Dina memiliki mas Abian?”
Dita terkejut ketika ponselnya berdering, dan berdebar malihat gambar Abian terpampang dilayar ponselnya.
“Hallo mas..”
“Dita, tumben cepet sekali ngangkat telponnya.”
“Iya, lagi ada di sampingku nih. Masih di Jakarta?”
“Ini sudah di bandara, sebentar lagi aku sampai, nanti sore mau langsung ke rumah kamu.”
“Baiklah, apa tidak capek sih mas, bukannya lebih baik besok saja?”
“Nggak dong, aku kangen, seharian nggak ketemu kamu.”
“Hm.. senengnya di kangenin…”
“Syukurlah kalau kamu seneng. Ini aku sudah bawa oleh-oleh buat kamu.”
“Waah, pasti bukan hanya aku yang seneng. Seisi rumah suka semua makan Roti Cinta.”
“Ini aku bawa banyak. Ibu Baskoro sendiri yang membawakannya.”
“Ibu Yanti memang baik. Entah kapan aku bisa bertemu lagi sama keluarganya mas Dian.”
“Dian bilang beberapa hari lagi akan datang ke Solo.”
“Benarkah? Dia sudah sembuh ya?”
“Sudah. Okey Dita, aku siap-siap dulu, sampai ketemu nanti ya.”
“Ya mas, hati-hati.”
Dita menunggu Abian mengatakan tentang calon sekretarisnya, tapi Bian tidak mengatakannya. Mungkin belum ada waktu, atau mungkin dia belum tahu. Bukankah dia ada di Jakarta? Ataukan dia sudah memberikan persetujuannya melalui telpon, atau berpesan kepada ayahnya sebelum berangkatB untuk menerimanya? Dita merasa seperti akan kehilangan. Abian akan bertemu Dina setiap hari, apalagi kalau se ruangan, lalu bisa saling pandang, lalu lama-lama Bian bisa jatuh hati juga pada kakaknya. Bukankah Dina sangat cantik? Laki-laki mana yang tidak tergoda oleh kecantikannya? Ia ingat saat kuliah banyak teman-teman pria yang ingin mendekatinya, tapi tak satupun ditanggapinya. Oh ya, seperti dirinya juga sih. Tapi mengapa ketika jatuh cinta lalu keduanya bisa menyukai pria yang sama?
“Ditaa…” suara kakaknya mengejutkannya. Dian menghentikan lamunannya, memandangi kakaknya yang mengenakan pakaian yang bukan pakaian kesehariannya.
“Ya.. “
“Lihat, apakah pakaian aku sudah pantas?”
“mBak Dina kan selalu pantas mengenakan pakaian apapun?”
“Maksudku pakaian untuk seorang sekretaris,” kata Dina sambil berputar-putar didepan cermin.
Dita berdebar. Ia merasa kakaknya bermaksud memanasinya. Ditatapnya Dina. Tampak sangat anggun dan mempesona. Bawahan ketat hijau muda, dengan blouse kembang-kembang dan blazer yang senada. Begitu elok dipandang.
“Baguskah?”
“mBak beli baju baru?”
“Tadi sepulang dari kantor om Iskandar aku beli beberapa setel baju. Baguskah, ada yang lain, sebentar aku perlihatkan.”
“Tidak.. tidak.. aku yakin semuanya bagus dan tidak mengecewakan.”
“Benarkah ?”
“Benar dong, kakakku memang cantik.”
“Terimakasih Dita,” kata Dina sambil mencium pipi adiknya yang masih berbaring di ranjangnya. Tapi ciuman itu tiba-tiba seperti sebuah sayatan pisau.
“Ya Tuhan, aku tidak boleh berprasangka buruk seperti ini. Dia adalah kakakku. Ditubuh kami mengalir darah yang sama. Kalau itu membuatnya bahagia, aku juga harus bahagia. Bukankah aku juga mencintai mbak Dina? Aku harus bisa mengibaskan perasaan yang tidak semestinya. Biarlah dia dekat dengan mas Bian. Biarlah, karena kekuatan cinta yang suci tidak akan tergoyahkan. Lebih baik aku berpasrah diri,” gumamnya sambil mencoba menenangkan hatinya.
***
“Mengapa bapak tiba-tiba sudah menerima Dina bekerja di perusahaan kita?” Abian menegur bapaknya begitu sampai dirumah.
“Anak itu bolak balik ke kantor, nggak enak aku sama Leo.”
“Tapi kan aku sudah bilang bahwa belum sangat membutuhkan. “
“Benar, tapi cobalah pekerjakan dia, kamu kan belum mencobanya.”
“Perusahaan kita ini disini kan masih baru, jadi yang menangani semua bagian harus orang yang sudah berpengalaman, sedangkan Dina punya pengalaman apa?”
“Kamu kan bisa mengajarinya Bian.”
“Aduuh, harus bekerja keras dan masih harus mengajari..”
“Bian, tolonglah, sekali lagi aku nggak enak sama Leo.”
Bian tak bisa berkata apa-apa lagi, karena bagaimanapun ayahnya sudah memutuskan. Dibantahpun dengan seribu satu macam alasan juga tidak akan berbeda keadaannya.
“Maaf kalau bapak lancang, tapi ingatlah arti sebuah persahabatan Bian.”
“Persahabatan dan bisnis kan harus berbeda bapak,” kata batin Bian karena tak berani lagi mengatakan apa-apa.”
“Ya sudah pak, sudah terlanjur, mau apa lagi.”
“Ini bungkusan buat siapa?”
“O, itu roti pesanan Dita, nanti sore Bian mau kesana.”
“Oh, baiklah, sampaikan salam bapak untuk om Leo ya. Dan ingatkan sekali lagi buat Dina, minggu depan boleh masuk kerja.”
Bian hanya mengangguk, sambil menata bungkusan roti didalam tas, yang akan dibawanya untuk keluarga Leo, terutama Dita.
***
Sore hari itu Dina sedang duduk diteras, dan sedang menerima telpon dari temannya.
“Apa? Reuni? Berapa yang mau hadir?” tanya Dina yang sedang melayani tel[on dari temannya.
“Iya, kecil-kecilan saja, sudah lama kita tidak bertemu, dan sebagian sudah pada kabur ke luar kota untuk bekerja.”
“Aku sih setuju saja, aturlah oleh kamu, apapun pasti beres kalau kamu yang menangani.”
“Enak saja, bantuin dong.”
“Maaf Eny, aku tidak bisa membantu. Minggu depan aku sudah bekerja.”
“Woouw.. sudah mau buka toko? Atau restoran, atau apa? Membuka lowongan kerja dong, aku mau ngelamar deh.”
“Jangan gila kamu, aku bekerja di perusahaan orang juga.”
“Bukankah dari dulu kamu ingin buka usaha sendiri?”
“Belum, aku lagi ingin bekerja.”
“Wadauw.. jadi aku harus bekerja sendiri nih?”
“Lha kamu yang punya ide.. mau gimana lagi.”
“Ya ampun Dina, kamu kan kerjanya bukan dari pagi sampai malam? Jadi sore harinya bisa dong ketemuan sama aku untuk ngomongin rencana reuni itu.”
“Baiklah, akan aku usahakan. Sebentar ya En, tampaknya ada tamu tuh.”
“Nanti kabari aku kapan kita bisa ketemu ya.”
Dina menutup ponselnya, dan berdiri menyambut kedatangan Bian.
“Bian.. sudah pulang dari Jakarta nih? Ini apa? Oh, Roti Cinta, aku suka.. aku suka..” kata Dina yang begitu saja mengambil tentengan yang dibawa Bian, sambil menggandengnya masuk.
“Sambutan yang sama sekali bukan yang aku harapkan,” kata hati Bian.
“Ditaaaa… lihat siapa yang datang..” teriak Dina sambil masih menggandeng Abian. Ingin sekali Abian mengibaskan tangan Dina, tapi sungkan, hingga Dita keluar dan melihat semuanya.
“Dita, Abian bawa oleh-oleh nih,” kata Dina.
“Dita, itu roti pesanan kamu,” kata Abian.
Dita hanya tersenyum risih. Tangan Dina itu, mengapa tidak juga melepaskan lengan Abian kekasihnya?
Dina baru melepaskannya setelah Leo dan Rina keluar ikut menyambut.
“Sama bapak ?” tanya Leo.
“Tidak om, tampaknya bapak kecapekan seharian ada di kantor. Tapi bapak titip salam untuk om Leo dan ibu.”
“Wa’alaikum salam, sampaikan pada bapak ya. Ya sudah, silahkan duduk dulu.”
“Iya om, terimakasih. Saya nanti boleh mengajak Dita jalan-jalan ya?”
“Oh, silahkan saja.”
Dita tertegun, tiba-tiba Abian mengajaknya jalan, padahal tadi tidak bilang apa-apa.
“Dita.. om Leo sudah mengijinkan,” kata Abian sambil tersenyum.
“Bolehkah aku ikut?” tiba-tiba teriak Dina dari dalam sambil membawa minuman untuk tamunya.
Abian terpaku ditempat duduknya.
***
Besok lagi ya.
Asyiik, suwun Bunda ….🤝🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah hadir Rocin masih hangat, makasih bu Tien, slm sehat tetap semangat, Aduhai Bravo
DeleteSelamat p. Wi juara 1
Delete𝕄𝕒𝕥𝕦𝕣 𝕤𝕦𝕨𝕦𝕟 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟 ℝ𝕠𝕔𝕚𝕟19 𝕤𝕕𝕙 𝕥𝕒𝕪𝕒𝕟𝕘.🙏❤
DeleteSelamat mbah Wi.....gitu dong ikutan balapan, biar bervariasi pemenangnya..... Jangan mau kalah sama yang muda-muda.. buktikan !!
DeleteMatur nuwun bu Tien saiki makin gasik ...makin gasik..jam tayangnya.
Aku malah kari terus.
𝕎𝕒𝕕𝕦𝕙 𝕥𝕖𝕣𝕟𝕪𝕒𝕥𝕒 𝔻𝕚𝕒𝕟 𝕟𝕘𝕖𝕓𝕖𝕥 𝕓𝕒𝕟𝕘𝕖𝕥 𝕞𝕒𝕦 𝕚𝕜𝕦𝕥 𝕛𝕒𝕝𝕒𝕟² 𝕤𝕒𝕞𝕒 𝔻𝕚𝕥𝕒 𝕕𝕒𝕟 𝔹𝕚𝕒𝕟...𝕟𝕒𝕙 𝕓𝕘𝕞𝕟 𝕟𝕚𝕙 𝔹𝕚𝕒𝕟 𝕞𝕒𝕦 𝕥𝕚𝕕𝕒𝕜 𝕜𝕒𝕝𝕒𝕦 𝔻𝕚𝕟𝕒 𝕚𝕜𝕦𝕥..? 𝕂𝕚𝕥𝕒 𝕥𝕦𝕟𝕘𝕘𝕦 𝕤𝕒𝕛𝕒 𝕪𝕒 𝕓𝕚𝕒𝕣 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟 𝕪𝕘 𝕞𝕖𝕞𝕦𝕥𝕦𝕤𝕜𝕒𝕟 𝕡𝕒𝕤𝕥𝕚 𝔸𝔻𝕌ℍ𝔸𝕀. 👍😃👍
DeleteAlhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTrimakasih Ibu...
ReplyDeleteSelamat malam bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Roti Cinta episode 18 sudah tayang.
Salam sehat penuh rahmat.
Episode 19
ReplyDeletePuji Tuhan RC sudah muncul gasik
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien .
ReplyDeleteSemoga sehat selalu
Alhamdulilah rc sdh tayang ... makin seru ...tks bunda tien sayang sehat sehat selalu ya bunda ...salam aduhai....dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda tien 🙏🙏🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteSugeng dalu Bu Tien, Roti cinta 19 sampung tayang , matur nuwun sanget, salam sehat n aduhai dr pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah Roti Cinta oleh2 dr Jakarta yg dibawa Bian sd sampai...
ReplyDeletetrima kasih mba Tien...semoga mba Tien dan keluarga besar selalu dalam keadaan sehat dan bahagia...Aamiin
Mukai ngrecokin nih.. Dina ... ooohhhh.. Dina...
ReplyDeleteTharara rocin 19 sdh tayang
ReplyDeleteSuwun mb Tien...
Salam seroja ADUHAI BUANGET..
baru mau baca yg 18 eh yg 19 udah tayang... Terimakasih banyak bu tien
ReplyDeleteSalam sehat selalu..
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik
Wuaduh telat maning
DeleteMatur nuwun bu Tien saiki makin gasik ...makin gasik..jam tayangnya.
Aku malah ketinggalan terus.
Terima kasih atas sapaannya mbak Tien..
DeleteSalam ADUHAI Sehat selalu..
Terima Kasih Mbak Tien...😊
DeleteSalam ADUHAI saking Sukabumi...
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien ....
Rc 19 sdh tayang, semoga bu tien sehat2 dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra
Salam aduhai
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
.
Matur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah muncul di alamat.
ReplyDeleteDina makin menggila, tidak mau tahu akan hati adiknya,trus gimana ya..
Dian makin mendekati Witri, suit suit .. semoga lancar ya...
Makin asyik saja ceritanya, salam sehat penuh semangat mbak Tien, selalu ADUHAI.
Knp Dina tdk peka? Apa krn Dina tahu ada Ferry yg naksir Dita? Jd acuh sj berusaha mendekati Abian? Drpd menduga2 lbh baik ikut sj alur crt dr mb Tien?🤗
ReplyDeleteAkhirnya yg ditunggu dah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah,roti cinta sudah ternikmati,..terima kasih Bu Tien..senantiasa sehat nggih,Aamiin.
ReplyDeleteAlhamdulillah RoCin 19 sudah tayang...sukses n sehat selalu mb Tien
ReplyDeleteSalam aduhai
Matur nuwun kintunan RC nya nggih bu Tien.
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Hem..wanita2.. kalau ada maunya rawe2 rantas malang2 putung wow..ngeri Bu cantik..rasa2nya nggak kuat hem..indah triknya top markotop.. salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏
ReplyDeleteHadeeh Dina kok nyebelin bngt deh
ReplyDeleteKesel skli ma tingkah mu
Caper amat,knp dulu sok jual mhl
Tega amat kau ma Dita yg jelas2 udah tau kl Bian sangat perhatian ma Dita
Dasar bikin kesel aj seh
Mksh bunda udah bikin penisirin bingitz
Yah ttp sehat aj deh bunda doaku dari Jogja nih dan ADUHAI
Alhamdulillah. Matur nuwun bu Tien, Roti Cita datang awal, tapi koq belum kenyang ya , nanggung sih bu Tien,,tiba tiba diputus saat lagi asyik baca. Dina orangnya nekat ya bu.. mbok diberi tahun buTien, Wah sepertinya Abian sulit untuk menolak, semoga Rina dan Leo bisa mencegah Dina untuk ikut. Ya pelik juga nih seorang Abian ditaksir kakak dan adik. Ayo bu Tien nanti siap yang jadian, dibocori dong.
ReplyDeleteAduhai..jadi gemes sama kak Dina....Dita berhati besar...Bu Tien.. bacanya sampai deg2an aku tuh..pintar mengaduk2 hati para pembaca.....
ReplyDeleteAlhamdulillah, sukses kemauan Dita … pilu hati Dita …. Gimana besok ya ….
ReplyDeleteSemoga bu Tien sehat selalu
Salam aduhaiii …
Wouw... Dina agresip banget..
ReplyDeleteSemoga semua baik2 tdk saling sakit hati...
Monggo dilanjut aja...
Matur nuwun Berkah Dalem.
Salam ADUHAU...
Salam ADUHAIibu Yustinhar
DeleteSalam aduh dah hadir
ReplyDeleteAduh Dina ...kok gak peka perasaannyya atau memang sengaja ya ....gemes jadinya
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien salam sehat dan aduhai selalu
Alhamdulilah Rocin 19 penghantar tidur selalu awal waktu. Mksh Bunda Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAamiin
DeleteTerimakasih ibu Rochmah
Alhamdulillah, roti cinta sudah tersaji....terima kasih Bu Tien, salam sehat selalu....🙏
ReplyDeleteSalam sehat pak Prim
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta Episode 18 sudah hadir, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Salam sehat hangat dan ADUHAI mas Dudut
DeleteHaduh jadi ikut dag dag dig saya bu Tien
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteSalam dag dig dug Bunda
DeleteAssalamualaikum.... Bu Tien..... Alhamdulillah Rocin 19nya sudah datang, terima kasih.... Dinaaaa apa maumu, semoga semuanya baik2 saja.
ReplyDeleteWa'alailum salam ibu Yati
DeleteRC19 sdh matang.. matur nuwun mbak Tien, salam sehat selalu dan salam Aduhai
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Komariyah
DeleteTrimakasih mbak Tien RC19nya...
ReplyDeleteIiih...Dina nyebelin amaaaat...ga peka bangeet siiih...kan Bian minta ijinnya ngajak jalan Dita..cari pacar aja sendiriiii...jgn ngrecokin adik loe...
Duuuh...ini hebatnya tulisan mbak Tien...baca sampe esmosis..
Jangan keterusan mbka Tieeen...cpt2 cariin pacar buat Dina yaaa..kasian liat Dita..malah ngalah sm mbakyunya yg mènthèl itu..🤨🤨
Salam sehat selalu mbak Tien dan aduhaii tenan..🙏🥰⚘
ADUHAI tenan ibu Maria
DeleteMatur nuwun Bu Tien. Semoga Ibu dan teman semuanya selalu sehat, aamiin.
ReplyDeleteAamiin ibu Reni ADUHAI
DeleteIni ni mau ngikut kerja, jadi satpam orang pacaran..
ReplyDeleteJadi obat nyamuk kali..
Kesempatan itu tidak datang dua kali; dulu dengan sengit kakak, menghindari om Iskandar dan Abian, yang jelas² kedatangan mereka mau berbesanan, tau orang nya cakep 'usaha mandiri' tapi usaha merebut pacar adek sendiri lagi ..
Ih nggak ada cakep² nya deh Dina; cenderung menjelaskan kalau dirimu itu masih kolokan..
Kalau berhasil juga lumrah..
Bila kalah malu²in nggak ada cakep²nya..
Terimakasih Bu Tien roti cinta yang ke sembilan belas sudah tayang, salam sehat selalu bahagia bersama keluarga.
Amin
Semakin seru
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Sami2 KP LOVER
DeleteIh... sebel banget sama Dina...bu Tien bisa aja bikin orang jumpalitan
ReplyDeleteADUHAI jeng dokter
DeleteDuh .. mbak Dina... Aq gemes deh .. kok gak mudeng2 sih ...😡😡😡
ReplyDeleteAku juga gemesss ibu Wening..
DeleteDina... jadi cewek jangan kecentilan gitu dong....
ReplyDeleteApa itu bentuk perjuanganmu untuk mendapatkan Abian..
Padahal dia tahu kalau Abian pacarnya Dita
Untung Dian mau ke Solo...
Biar nanti Dian yg jadi penengah dlm kasus ini.
Trimakasih bunda episode yg ke 19 ini.
Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro
ADUHAI jeng Wiwik
DeleteWah dina nggak mau kasih kesempatam untuk dita
ReplyDeleteTerima kadoh bu tien
ADUHAI mas Anton
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta 19 sdh datang, senakin seru nih...semakin ADUHAI
ReplyDeleteMbak Tien jiannnn lihai mengaduk perasaan penggemarnya.
Salam sehat dan semangat selalu mbak Tien...
ADUHAI ibu Umi
DeleteWadduh Dinaa...
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam sehat dan selalu Aduhai mba
Waduh ADUHAI ibu Sul
DeleteAlhamdulillah Rocin 19 sudah hadir
ReplyDeleteMakin seru dan panas
Terimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien Selalu sehat walafia aamiim
Salam sehat dan aduhai
Sehat dan ADUHAI
Deleteibu Salamah
Alhamdulillah RC 19 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat & bahagia selalu bersama keluarga dan juga kepada teman2 semua pembaca cerbung ROCIN.
ReplyDeleteUR.T411653L
Salam bahagia IBu Uchu
DeleteMb Tien, maturnuwun RC sdh hair. Semoga tdk ada yg tersakiti.
ReplyDeleteSalam manis nan aduhai.
Yuli Smrg
ADUHAI ibu Yuli.
DeleteLhoh kok jadi unknown ?
Alhamdullilah mbak Tien sdh hadir dan bc Rocin 19..makin lm makin gemes sm kelakuan tuh si Dina.. Kokg peka dgn perasaan Dita adiknya . Kita tgu pak bpk n buibu bgmn crt selanjutnya dri sang sutradara.. Smg kita tgu Dian ke Solo menasehatin Dina mempan tdksmg dina cpt dpt pasangan dan sadar. Slmseroja dan maki aduhaaii unk mbak Tien dri sukabumi🙏🥰🥰
ReplyDeleteADUHAI ibu Farida
DeleteAlhamdulillaah... Roti Cinta sudah hadir, makin menarik,
ReplyDeleteTrima kasih ibu Tien, Semoga ibu Tien sehat dan bahagia selalu,
Demikian juga saudara2 penggemar Roti Cinta, semoga semua sehat dan bshagia
Aamiin yaa Robbal’alamiin....
Salam SeRoJa..... ADUHAI...
Seroja dan ADUHAI IBU Nur
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta~19 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien ..🙏
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeleteTerima kasih Bu Tien ... Salam seroja tuk kita semua 👍👍👍🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteWaduh... Mbak Tien pinter sekali memainkan tokoh Dina sy kok jadi mangkel dgnya ,kakak gak tahu diri.Smg mbak tien sehat selaku
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI selalu
DeleteTerimakasih mbak Tien, Rocin 19 dah tayang semakin penasaran sambungannya...
ReplyDeletewadow...Dina kog PD abiez ya, adek kakak mencintai org yg sama, semoga ibunya bisa menetralkan...
Sehat2 selalu bunda Tien
Salam aduhaiii
Salam ADUHAI ibu Alfes
DeleteAduh.... Jd gemes deh sama dina, ikut gereget jdnya, btw mantap bu tien ceritanya, jadi penasaran dengan ceritanya salam dari sragen bu tien, mugi sehat selalu... Amin
ReplyDeleteSiapa ya.. Sragen
Delete.
Matur nuwun bunda Tien...RC telah hadir lagi...🙏
ReplyDeleteSehat selalu dan makin ADUHAI njih bun...😊
Makin ADUHAI ibu Padmasari
DeleteAssalamu'alaikum
ReplyDeletewarahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah,, jazaakillahu khairan bu Tien ROTI CINTA nya
Salam sehat wal'afiat semua n
Salam ADUHAAII 🙏
Matur nuwun
Wa'alaikum salam watahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin
Terimakasih dan ADUHAI Mbh put
Wah salut buat bu Tien .yang disapa makin panjaaaang. Terbukti bahawa pecinta cerber makin banyak. Semoga ibu sehat selalu sehingga selalu dapat menyapa kami. Aamiin
ReplyDeleteAamiin. ADUHAI ibu Noor
DeleteADUHAI Nanang
ReplyDeleteADUHAI persaingab yg seru niii ... trims mbak Tien .. salam sehat dn bahagia
ReplyDeleteAlhamdulillah...rocin nya buat oleh-oleh dita..(yg galau), maturnuwun Bu Tien,salam sehat semangat dan ADUHAI..
ReplyDeleteHmmm...heran, Dina kok jadi tega ya sama adiknya
ReplyDeleteCinta buta
DeleteYang tega penulisnya .. selalu menciptakan konflik baru...inilah ciri khas bu Tien sehingga para "pendemennya" penasaran dan setia menunggu lanjutannya. Walau sampai larut malam
DeleteMalam ini agak nalam tayang, bu Tien blm selesai menulisnya.
ReplyDeleteDemikian harap teman-2 sabar menunggu.
Okay...
DeleteSetia menanti
ReplyDelete𝕊𝕒𝕞𝕓𝕚𝕝 𝕟𝕦𝕟𝕘𝕘𝕦 ℝ𝕆ℂ𝕀ℕ20 𝕞𝕠𝕟𝕘𝕘𝕠 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕟𝕠𝕟𝕥𝕠𝕟 𝕌𝕊 𝕆𝕡𝕖𝕟...🙏👍
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Kok Dina tdk bisa menangkap bahasa tubuh Dita, ketika Bian mengajak pergi Dina. Tapi biarlah konflik itu ada, semakin seru untuk mengikuti lanjutan ceritanya. Maturnuwun Bu Tien, yg selalu bisa membuat penggemarnya penasaran
ReplyDeleteSemoga Bu Tien senantiasa sehat wal afiat, tetap semangat dlm berkarya. Aamiin...Salam sehat dari Pondok Gede...
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete