SANG PUTRI 50
(Tien Kumalasari)
“Bagaimana keadaannya?” tanya Pri kepada Tanti ketika dalam perjalanan untuk belanja.
“Baik, aku rasa dia sudah normal.”
“Bagaimana tanggapannya ketika melihat kamu?”
“Juga baik, dia bicara lancar, bahkan menangis ketika saya merangkulnya.”
“Syukurlah.. aku ikut senang.”
“Dia juga minta, ketika saya menikah nanti, saya mengundangnya.”
“Kamu ingin mengundangnya?”
“Iya paklik, supaya dia merasa bahwa saya benar-benar menganggapnya teman. Bukankah selama ini dia merasa dikucilkan karena pernah hilang ingatan?”
“Benar, kamu keponakan paklik yang luar biasa..”
“Ah, paklik bisa saja. Itu kan juga karena paklik yang mengajarinya.”
“Itu karena mbakyuku.. “
“Paklik, saya merasa beruntung memiliki ibu seperti ibuku. Dia sabar dan tekun mengerjakan pekerjan apa saja, demi saya, tidak takut orang mengatakan dia tidak punya derajat karena hanya sebagai pembantu. Hebat mbakyunya paklik. “
“Nyatanya kamu menemukan orang-orang yang punya derajat tinggi tapi berhati mulia, tidak membedakan sesama.”
“Saya sangat mensyukuri hidup ini. Banyak hal-hal tak terduga, yang membuat saya bahagia, dan pastinya ibu juga sangat bahagia.”
“Aku juga bahagia Tanti.”
“Terimakasih paklik.”
“Ayo turun sebentar, tolong bantu aku memilih kain dan baju untuk dik Mirah ya.”
“Siap paklik. Tapi apa sekarang mbak Mirah sudah ada disini?”
“Sudah, dua hari setelah lamaran dia sudah kembali ke rumah pak Handoko. Katanya kangen sekali sama Bintang.”
“Oh iya, mereka sangat dekat.”
“Besok kalau dik Mirah sudah bersama aku, semoga mas Bintang tidak rewel.”
“Pasti bapak ibunya sudah memberi dia pengertian.”
“Iya, ayo turun.”
“Nanti mas Danang juga mau mengajak belanja, sama bu Ismoyo juga.”
“Kalau begitu kita tidak bisa berlama-lama.”
***
“Mau kemana pakne?” tanya mbok Dimin melihat suaminya dandan rapi.
“Mau ke kelurahan .”
“O, mau janjian sama pak Carik yang mau mencarikan isteri muda itu?” kata mbok Dimin sengit.
“Lho, mbokne kok gitu. Aku kan sudah bilang bahwa pak Carik itu cuma ngoceh.”
“Siapa tahu bener.”
Pak Dimin tertawa.
“Orang itu kalau ngomong ya jangan asal ngomong, terus marah-marah berhari-hari.”
“Aku kan mendengar sendiri, Carike ngomong begitu.”
“Lha kan aku sudah bilang kalau itu cuma ngoceh. mBok ya dipikir, aku ini orang miskin, kok cari isteri muda itu apa ya ada yang mau. Isteriku ini sudah cantik, dimakan puluhan tahun nggak bakal habis,” katanya sambil tertawa. Tak urung mbok Dimin juga ikut tertawa.
“Naa, tertawa gitu kan manis mbokne.. kalau cemberut kan hilang manisnya.”
“Ya sudah, sana, mau ngurus surat-surat untuk nikahnya Mirah kan?”
“Iya, mau apa lagi? Nak Pri penginnya segera. Ya sudah, nggak apa-apa, dengan begitu kan kita juga merasa lega bisa mengentaskan anak.”
“Iya , ya sudah sana, aku juga mau masak dulu.”
“Jangan lupa masak gudeg tuntut ya mbokne, sama ikan asin bakar.”
“Iya, beres pakne..
"Sambelnya jangan lupa."
***
Tapi dikelurahan itu pak Dimin tidak diacuhkan sama pak Carik.
Pak Dimin yang menyapa lebih dulu tidak digubrisnya.
“Pak Carik, kenapa itu kepalanya? Kok banyak luka-luka , “
“Sudah, nggak usah banyak tanya. Mau apa kemari? Jangan bilang kamu mau minta ma’af karena telah memanas-manasi aku.”
“Oh, nggak pak Carik.. saya cuma mau mengurus surat-surat untuk pernikahan Mirah bulan depan.”
“Apa? Bulan depan? Mengapa cepat sekali?”
Adduh, pak Dimin merasa sangat kesal. Pertanyaan pak Carik sungguh tidak pada tempatnya. Tapi dia menahan kekesalan itu dan berusaha sabar.
“Maunya mereka begitu pak. Ini suratnya, katanya harus segera selesai.”
“Tidak bisa tergesa-gesa, surat ini nanti rampungnya bisa sebulan lebih,” kata pak Carik ketus.
“Sebulan ? Masa cuma buat surat pengantar nikah saja sampai sebulan?”
“Lha kalau mau ya begitu, kalau nggak mau ya sudah.”
"Kok gitu sih pak.”
“Ini pak lurahnya juga tidak ada.. Orang butuh ya harus sabar..”
Dengan kesal pak Dimin berdiri dari yang semula duduk menghadap pak Carik, lalu tanpa bicara apa-apa langsung keluar dari kantor kelurahan itu.
Pak Carik membiarkannya. Bahkan ia tak peduli ketika salah seorang staf kelurahan menegurnya.
“Pak Carik kok begitu, harusnya diterima dulu, nanti biar saya kerjakan tidak apa-apa.”
“Biarkan saja, aku sebel sama dia. Dia menyakiti hatiku, tahu.”
“Tapi ini kan tidak ada hubungannya dengan sakit hati pak, tugas kita melayani warga.”
“Pak Carik sakit hati karena urung menjadi menantunya Dimin,” celetuk yang lain.
“Diam kamu !!” hardik pak Carik, membuat semuanya diam, beruntung memang hari itu pak lurah absen, sehingga pak Carik bisa bicara semaunya tanpa ada yang disegani.
Pak Dimin yang merasa kesal kemudian pulang, tapi ketika melewati rumahnya pak lurah, ia melihat pak lurah sedang berjemur. Pak Dimin berbelok memasuki pekarangan pak lurah.
“Pak lurah..”
“Eh, Min.. darimana kamu?”
“Dari kantor kelurahan pak, memang pak lurah nggak ke kantor hari ini?”
“Sudah dua hari aku sakit Min, ini mencoba berjemur, so’alnya rasanya kok dingin terus.”
“Memang ini lagi musim bediding pak, kalau pagi sama malam dingin, kalau siang panasnya bukan main.”
“Iya sih. Ada apa ke kelurahan?”
“Mau mengurus surat-surat untuk menikahkan Mirah pak.”
“Sudah kamu bawa berkasnya ke kelurahan?”
“Ini saya bawa pulang, habisnya pak Carik seperti marah sama saya, katanya mengurus surat pengantar nikah bisa sebulan.”
“Kata siapa?”
“Pak Carik.”
“O, dasar dia itu, mana suratnya, serahkan aku saja Min, besok agak siang kamu bisa mengambilnya di kelurahan, langsung menemui aku.”
“Oh, baiklah, terimakasih banyak pak lurah.”
“Dia itu kan sakit hati, sudah teriak dimana-mana akan mengambil isteri si Mirah, tapi kabarnya anakmu sudah dilamar orang kota. Benar itu Min?”
“Iya pak Lurah, atas do’a pak lurah.”
“Syukurlah, ketika mendengar anakmu akan jadi isteri si tua itu, aku juga kecewa, mau mengingatkan kamu ya sungkan. Untunglah tidak jadi. Pak Carik sudah terlanjur ngomong ke setiap orang.”
“Iya pak Lurah, ya sudah saya permisi dulu. Ini berkasnya.”
“Ya, biar aku bawa, besok kamu ambil agak siang ya. Langsung ketemu aku. Nanti aku tegur dia. Bulan depan sudah mau pensiun, banyak ulahnya,” omel pak lurah.
“Terimakasih banyak pak lurah.”
Pak Dimin melangkah pulang dengan langkah ringan.
***
Hari terus berjalan. Malam hari itu disebuah gedung pertemuan yang semarak dengan hiasan yang megah, sudah dipenuhi para tamu undangan. Ada dua pasang pengantin yang duduk berdampingan di pelaminan, yang berjajar di kiri dan kanan di atas panggung. Tak ada yang tak berdecak kagum. Kedua pengantin tampak seperti dua pasang dewa dewi yang baru turun dari kahyangan. Cantik-cantik, dan ganteng-ganteng.
Senyum-senyum bahagia tersungging pada dua pasang mempelai, yang masing-masing diapit oleh keluarganya. Bu Ismoyo dan Handoko mengapit Danang dan Tanti, sedangkan pak Tarman mengapit Widi dan Ryan, didampingi salah seorang kerabatnya.
“Apakah bapak juga jadi pengantin?” tanya Bintang kepada ibunya, yang ketika itu perutnya sudah mulai membuncit.
“Tidak Bintang, bapak hanya menemani eyang disana.”
“Bapak tidak jadi pengantin?”
“Tidak sayang, bapak sudah pernah jadi pengantin, bersama ibu.”
“Mengapa Bintang tidak tahu?”
“Tentu saja Bintang tidak tahu. Waktu itu Bintang belum lahir.”
“Oh, Bintang belum lahir ?”
“Belum sayang.”
“Nanti yu Mirah juga akan begitu?”
“Oh iya, yu MIrah juga, sebentar lagi. Bintang sudah janji ya, nanti kalau yu Mirah tidak ada lagi dirumah, tidak boleh rewel ya?”
“Iya ibu, tapi kita akan pergi kerumah yu Mirah kan?”
“Iya benar. Sudah diam, itu ada es krim.. mau nggak?” kata Palupi ketika ada pelayan mengedarkan es krim.
“Mauu..”
Ketika para tamu bubaran dan menyalami kedua pasang mempelai, tiba-tiba seseorang memeluk Tanti erat sekali.
“Selamat ya Tanti.. selamat..”
“Riri, terimakasih sudah mau datang ke pernikahan ini. “
“Iyalah, aku datang, aku ikut berbahagia,” kata Riri dengan berlinang air mata bahagia.
“Terimakasih Riri.”
“Buat anak yang banyak ya,” bisiknya disambut tawa Tanti .
“Ada-ada saja kamu nih. Tapi ngomong-ngomong kamu cantik sekali malam ini. Semoga segera menyusul aku ya?”
“Do’akan aku ya Tan.”
Dan Danang tersenyum ketika Riri menyalaminya dan mencium pipinya.
“Aku mencium sedikit saja Tan, jangan marah ya.”
Tanti mengacungkan jempolnya , tersenyum cerah, sambil menyalami undangan yang lain.
“Riri sudah sehat benar ya,” kata Danang ketika tamu sudah mulai surut.
“Iya mas, kita harus bersyukur.”
“Tapi siapa ya, yang mengundang dia?” tanya Danang heran.
“Aku.”
“Kamu?”
“Beberapa hari yang lalu aku main kerumahnya, ngobrol banyak, dan dia senang. Aku memberinya semangat agar dia melanjutkan hidupnya dengan suka cita.”
“Syukurlah, aku senang dia tampak sangat sehat.”
“Dan bersemangat.”
“mBak Tanti.. mas Danang, selamat ya..” itu suara Mirah yang menggandeng Nanda. Priyambodo berdiri dibelakangnya, menunggu giliran.
“Nah, ini bakal jadi bulik aku mas..” seru Tanti riang.
“Iya, jadi bulik aku juga dong Mirah. Eh, bulik Mirah,” kata Danang yang menerima salam Mirah dan Pri.
“Ini ibuku, bukan?” kata Nanda tiba-tiba.
“Iya Nanda ini ibu Nanda, cantik bukan?”
“Kata bude, nanti ibu Mirah juga akan berdandan seperti tante Tanti.”
“Tentu saja nak, nanti ibu Mirah akan secantik bidadari.”
Nanda menatap Mirah yang kemudian menggandeng tangan Nanda untuk segera turun setelah menyalami Widi juga.
‘Mbak Widi, selamat ya.”
“Terimakasih yu Mirah, duuh.. sebentar lagi menyusul nih..”
“Do’akan ya mbak..”
“Iya, pasti aku do’akan. Mas Pri, yu Mirah ini wanita hebat. Dia pintar masak juga. Masakannya enak luar biasa,” kata Widi ketika Pri menyalaminya.
“Mohon do’anya, mbak Widi, mas Ryan..”
“Saling mendo’akan mas Pri.”
“Semoga segera dapat momongan.”
“Aamiin.. terimakasih.”
Tapi ketika turun dari atas panggung itu, tiba-tiba Bintang mendekat.
“Yu Miraaah..”
“Eh, mas Bintang, ganteng sekali pakai pakaian Jawa,” seru Mirah.
“Apa yu Mirah akan jadi ibunya Nanda?”
“Iya mas Bintang, tidak apa-apa kan? Jadi mas Bintang punya ibu, mas Nanda juga punya ibu. Nanti tidak boleh berebut lagi ya.”
“Aku mau ke ibu dulu..” kata Nanda yang kemudian lari mendekati Palupi.
“Eeh.. itu ibuku...” Bintang segera lari mengejarnya.
“Ibuuu...”
“Kamu kan sudah punya ibu,” sergah Bintang..”
“Nanda... seru Palupi sambil merangkul Nanda.”
“Ini ibunya Bintang...” kata Bintang sengit.
“Bintang tidak boleh begitu, boleh saja Nanda memanggil ibu.”
“Bukankah Nanda sudah punya ibu yu Mirah?”
“Benar, nanti yu Mirah akan jadi ibunya Nanda, tapi boleh saja kok memanggil ibu sama ibu ini.”
Bintang merengut.
“Tidak apa-apa.. kalian masing-masing punya ibu dua. Ibu.. ibunya Bintang, juga ibunya Nanda. Yu Mirah, ibunya Nanda, juga ibunya Bintang.” Kata Palupi.
Bintang dan Nanda saling berpandangan. Sedikit puas menerima menjelasan Palupi.
“Duh, Mirah sama mas Pri juga siap-siap ini.”
“Iya mbak Palupi, terimakasih telah banyak membantu kami, ikut memeriahkan syukuran kami nanti, padahal sebenarnya saya ingin yang sederhana saja.”
“Jangan difikirkan mas Pri, ini adalah balas budi saya dan keluarga saya untuk Mirah. Dia sudah berbuat banyak untuk kami. Menyayangi kami suami isteri dan anak kami. Saya sudah bilang Mirah, bahwa kalau Mirah menikah, saya akan ikut merayakannya. Biarlah ini menjadi hadiah terindah untuk Mirah.”
“Terimakasih banyak bu,” kata Mirah sambil berlinang air mata.
“Kamu jangan cengeng lagi Rah. Dulu sedikit-sedikit nangis, sekarang sudah mau punya pelindung, kamu harus kuat.”
“Iya bu. Mirah kan menangis karena bahagia.”
***
Dan pengantinnya Mirah juga sangat luar biasa. Keluarga Handoko menyewakan gedung pertemuan untuk Mirah dan Pri, walau tidak sebesar gedung yang dipakai dua pasang pengantin sebelumnya, tapi dihias juga dengan sangat apik. Suprih sangat terharu, karena keluarga Handoko sangat peduli kepada keluarganya.
Mirah yang didandani cantik, tampak bak puteri dari negeri awang-awang. Pri tampak sangat bahagia, sebentar-sebentar meiirik kearah isterinya yang biasanya dandan sangat sederhana, tapi malam itu benar-benar membuatnya hampir tak mengenalinya.
“Lihat, itu ibuku, cantik kan?”
“Itu yu Mirah.. kata ibu juga boleh jadi ibuku.”
“Tapi itu ibuku. Dia cantik sekali. Kata bude, dia seperti putri dari istana.”
“Istana mana ?”
“Istana itu kata bude tempatnya raja-raja.”
“Bohong !”
"Itu benar, coba tanya ibu.”
Lalu keduanya lari kehadapan Palupi.
“Ibu.. bukankah istana itu rumahnya raja-raja?” Nanda mendahului bertanya.
“Iya benar Nanda.”
“Kata Nanda, yu Mirah seperti putri dari istana, benar bu?” sambung Bintang.
“Iya benar, ibu Mirah cantik seperti Sang Putri.”
“Wweee.. benar kan?” kata Nanda yang kemudian meleletkan lidahnya.
Bintang yang merasa kesal kemudian menubruk ke pangkuan bapaknya yang sejak tadi tersenyum-senyum melihat kedua anak yang selalu bersaing.
“Ee.. tidak boleh berantem dong, kalian sama-sama anaknya ibu Mirah juga,” kata Palupi menenangkan keduanya.
Heran, kedua anak selalu bersaing, bahkan kelak, ketika mereka sudah dewasa, siapa tahu.
***
T A M A T
Besok lagi ya
A Y N A,
Secantik namanya, secantik orangnya, secantik pekertinya. Ia goreskan sebuah kata cinta, diantara kerdipan bintang. Ada satu kerdipan yang jatuh diantara dua pemimpi yang merindukannya. Hanya satu, karena Ayna hanya punya sebuah cinta. Aduhai...
--------- yuk, tungguin...
Matur nuwun sdh terbit sp50
ReplyDeleteTadi sdh no 2
DeleteTapi
Kliknya lama
Maklum..
Wahaha...bapak Latief juara 1....horeee👏👏👏🤝
DeleteTerima kasih mbak Tien ... atas hadirnya SP 50 episode terakhir.
DeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Mtnuwun mbk Tien
DeleteBagus sekali, aq menunggu cerbung batunya
DeleteTerima kasih Bu Tien. Episode 50 udah tayang. Salam sehat selalu buat Bu Tien.... 🙏
ReplyDeleteHoreee
ReplyDeleteBhwa...dpt no ga ya?
ReplyDeleteTerimakasih mBak Tien Sang Putri 50 sudah tayang, terima kasih banyak
ReplyDeletesehat sehat selalu doaku
Lho........ kok wis Tamat
ReplyDeleteBaru ditinggal bntr kok yo wes telat yaaa
ReplyDeleteAlhamdulillah.......
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
.
Alhamdulillah SP-50 sudah tayang dan TAMAT.
ReplyDeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Mari Kita tunggu si cantik ANYA
Hatur nuwun bunda Tien, sampun medal SP 50, smoga bunda sehat selalu injih, wassalam dari Lampung
ReplyDeleteSugeng dalu bu Tien ....
ReplyDeleteMaturnuwun SP sampun terbit ....
Salam saking malang ...
Semua bahagia akhirnya. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteTdk smua. Lha pak carik?
DeleteAlhamdulillah, sampun saget kangge Batur malming.
ReplyDeleteSayang sampun cuthel.
Nanging Alhamdulillah badhe sinambing carios candhakipun.
Matur nuwun Bu Tien, mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng.
Aamiin Yaa Rabbal alamiin
Matur nuwun mbak Tien..SP 50. Tlah hadir..Salam Sehat bahagia selalu..🙏.
ReplyDeleteAlhamdulillah Happy ending utk semuanya. Trimakasih yg tiada terhingga utk Bu Tien, yg dgn penuh semangat, tdk mengenal lelah sllu hadir memberi keceriaan utk para pembaca semua.. Semoga kesehatan serta limpahan rezeki, berkah sllu beserta Bu Tien tercinta. Salam sehat bahagia dr Cahya di Madiun yg sllu setia hadir.
ReplyDeleteWah sdh tamat tapi endingnya hapoy. Terima kasih jeng tien, salam sehat
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien. Happy endingnya bagus sekali.
ReplyDeleteMudah mudahan cerita barunya lebih bagus lagi
Iyalah. Siapa dulu penulisnya.
DeleteMantulll..
DeleteMirip drama Turkey HERCAI 😁😁😁
Whadao hepy ending siipp....🙏
ReplyDeleteSuwun mb Tien....🙏
Terima kasih Bu Tien, lega sudah rasanya berakhir bagus siip banget
ReplyDeleteLembar koreksi:
ReplyDelete1. “Nyatanya kamu menemukan orang-orang yang punya derajat tinggai tapi berhati mulia, tidak membedakan sesama.”
# “Nyatanya kamu menemukan orang-orang yang punya derajat tinggi tapi berhati mulia, tidak membedakan sesama.” #
2. “Benar, nanti yu MIrah akan jadi ibunya Nanda, tapi boleh saja kok memanggil ibu sama ibu ini.”
# “Benar, nanti yu Mirah akan jadi ibunya Nanda, tapi boleh saja kok memanggil ibu sama ibu ini.”#
3. “Ibu.. bukankah istana itu rumahnya raja-raja?” Nanda mendahului beranya.
# “Ibu.. bukankah istana itu rumahnya raja-raja?” Nanda mendahului bertanya. #
Matur nuwun bu Tien sudah menghibur kita-2 dimasa Pandemi Covid-19..... membuat kita betah dirumah dan tidak hanya sekali bacanya.
Apalagi sekarang ada WAG PCTK..... semakin gayeng ngobrolnya sesama blogger jika malam pagi, siang sore dan malam pindah saling sapa, saling salam, tukar berbagai info, ada masakan, ada tanaman hias, ada lagu-2 lawas, ada cerbung pendamping siang, pendamping sore dan malam..... pokoknya heppy dech di WAG PCTK..... Hayu yang belum bergabung saya tunggu di 0851 0177 6038 atau Ibu Nani Nur'aini 0821 1667 7789
Saya undang jeng dokter Dewiyana bergabung.
Selamat malam bu Tien..... selamat malam semuanya sampai ketemu besok malam disini..... jika mau ngobrol lagi D I S A N A..... WAG PCTK......
Alhamdulillah....trmksh semua berakhir bahagia....mbak Tien sdh memberikan gambaran mengenai Bintang dan Nanda yg selalu bersaing...mungkin kelak smpi dewasa...tiada yg tahu...mungkinkah dara cantik Aina yg akan diperebutkan oleh Bintang dab Nanda yg sdh tumbuh menjadi laki2 gagah dan ganteng....hanya sang pemilik cerita yg tau....salam sehat untuk mbak Tien dan keluarga
ReplyDeleteHallo juga mbak Tien.... seneng aku ....Happy ending.... Matur nuwun
ReplyDeleteHwuaaaa.... klu Bintang dewasa jd bersaing sama Nanda seru loh mbak.... Tak tunggu episode ini
Semoga mbak Tien beserta keluarga senantiasa sehat bahagia... Doaku selalu mbak....
Salam sayang dari Surabaya
Kutunggu A Y N A kehadiranmu besok
ReplyDeleteMakasih Bunda untuk SP 50.
ReplyDeleteSemoga Bunda selalu sehat dan sukses buat Bunda.
Alhamdulillah sudah tayang episode 50 dan sudah tamat
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Kutunggu cerita yang lain Semoga bu Tien selalu mendapatkan rindho Allah SWT aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya
Alhamdulillah, semua bahagia....
ReplyDeleteYang baca juga bahagia....
Terima kasih Bu Tien, semoga juga berbahagia, salam sehat selalu....
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMatur nuwun Bun....
Akhir yg bahagia....
Mugi2 tansah rahayu sedoyonipun...
Trimakasih mbak Tien...
ReplyDeleteSP 50... T A M A T...dan hepiiiiii semuaaa...senangnyaaa...
Kutunggu A Y N A..
Salam sehat buat mbak Tien dan terus berkarya...Tuhan memberkati..🙏🙏
Akhirnya....happy end 😍
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien,kami tunggu karya2 bunda selanjutnya.
Semoga bunda diparingi sehat selalu.
Salam dari kota Malang..🙏
Semoga selalu sehat mbak tien-ku... Dapat menghibur kami dengan karya"nya, dalam bentuk tulisan.
ReplyDeleteKami tunggu dengan sabar tulisan mbak Tien Kumalasari Widayat .
Selamat malam, good nite, wilujeng aso sakura.
Aso salira.
ReplyDeleteHalow mbak Tien smg sehat selalu.. maturnuwun happy ending semua bahagia. Ditunggu cerita selanjutnya smg makin menggigit..salam sehat dari Pejaten, Pasar Minggu
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien... Salam sehat selalu dan ditunggu cerita berikut nya... Tuhan memberkati dlm hidup dan karya nya ya... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 50 sdh hadir dan happy ending...
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan bahagia selalu
Salam hangat dari Bekasi
tamaaat alhamdulilah
ReplyDeleteAina ya mb? bukan Aini,namaku...
ReplyDeleteAina,Bintang,Nanda....sdh menjadi remaja yg saling jatuh cinta
setia menunggu....
Matur nuwun...mbak tien, akhirnya semua bahagia...Semangat dan sehat selalu mbak tien!
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien..SP 50 diakhiri dengan happy ending. Salam sehat dan semangat berkarya
ReplyDeleteAlhamdulillah berakhir dengan kebahagiaan semua tokohnya semoga sang penulis dan seluruh pembaca akan mendapat kebahagiaan juga
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien
Alhamdulillah sudah tayang dan ternyt sudah tamat. Salam seroja dari Magelang bu Tien.
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb.. Slmtpgii mba Tiensayang.. AlhirnyaSP 1-50 sdh berakhir dgn happy ending.. Semuanyabahagia.. Suwunmba tien.. Ditgucerbung berikutnya.. Salamseroja dan slm silaturahmi sll dri farida sukabumi unk mba Tien sekeluarga daan unk semua penggemar cerbung karya mba Tien Komaladari salam kenal jg y dri sukabumi.. Muuuaahhh🥰🥰🙏🙏
ReplyDeleteSalam kenal kembali Farida di Sukabumi
DeleteSalam.aduhai. dari Solo
Akhamdulillah, happy ending makasih mbak Tien, brasa kesetrum bahagia .. menungkatkan imun 150° .. 🥰🥰🥰💐💐💐💐
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien...sudah tamat SP nya..
ReplyDeleteKu kan setia menunggu yg baru...
Matur nuwun Ibu Tien, semoga selalu pinaringan sehat. Aamiin yra.
ReplyDeleteTamat...
ReplyDeleteKutunggu judul baru
Makasih bunda tien...
Salam sehat dari Tasikmalaya
Matur sembah nuwun Bu Tien SP telah tamat dan kita tetap menunggu Ayna cerbung terbaru... Salam sehat selalu untuk Bu Tien dan Keluarrga
ReplyDeleteAlhamdulilah akhirnya SP50 episode terakhir..happy end baik para pelaku maupun pembaca... Trmksh mb Tien utk berbagi crt... Smg sll seroja shg Ayna dinanti pembacanya...kira2 pembc Ayna juga berebut kaya Bintang dan Nanda tdk ya? utk menjd komentator ke-1? Ditunggu....
ReplyDeleteTks.. Bu. Tien.. Salam sehat dari Bdg..tetap semangat..
ReplyDeleteHappy ending... Trm ksh bu Tien.. Salam sehat
ReplyDeletePg , smua ...sugeng enjang mb Tien . Maturnuwun cerita yg santun , walau penuh liku ....smua menjadi Sang Putri smua bahagia tanpa melihat derajat .....kami tunggu cerita selanjutnya. Salam Yuli Smrg
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien,semoga selalu sehat dan bahagia
ReplyDeleteANYA.. kutunggu
Sorry,AYNA
DeleteAlhamdulillah sang puteri eps 50 sudah tayang dan diakhiri dengan happy ending yg melegakan , semuanya bahagia kecuali p.carik yg sakit hati, yg blm legowo dgn keadaannya ...... terimakasih bu tien atas karyanya yg memberi contoh perilaku baik dan buruk yg semuanya akan menuai hasil dari perilakunya masing2
ReplyDeleteSemoga bu tien sekelg sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT agar terus bisa berkarya
Assalamu'alaikum untuk semuanya
Alhamdulillah tamat.... Bagus ceritanya ibu Tien. Ditggu cerita berikutnya ya.. #dariBengkulu
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tamat.... terimakasih Bu Tien
ReplyDeleteAkhir yg mekegajan semua......
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Kita siap menunggu Ayna...
Alhamdulillah, terima kasih mbak Tien.
ReplyDeleteAdegan yang mengharukan, ketika Riri memeluk Tanti dipelaminan.
Alhamdulillah tamat sudah cerita yg menarik dari Bu Tien. Maturnuwun Bu Tien,semoga karya berikutnya lebih banyak lagi pembacanya. Aamiin..
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien... akhirnya happy ending semua... lega rasanya. Ditunggu dengan tidak sabar cerbung barunya ya Mbak.
ReplyDeleteSemoga Mbak Tien selalu sehat diusia senja spt saya. Salam seroja selalu dari Semarang.
Alhamdulillah, Sang Putri happy ending. TERIMA KASIH, Bunda Tien untuk CerBung Sang Putri-nya, juga CerBung baru-nya Ayna. Ayna pilihan nama yang cantik.
ReplyDeleteDitunggu kelanjutan-nya ya, Bunda.
Semoga Bunda Tien senantiasa selalu sehal wal'afiat dan bahagia lahir batin. ♥️������
Terima kasih bunda..... AYNA, duh AYNA....
ReplyDeleteTks mbak Tien akirnya selesai jg SP yang membawa kebahagiaan bagi semuanya termasuk saya dan semua pembaca.Proficiat ya mbak Tien smoga sukses selalu.
ReplyDeleteDitunggu cerbung baru nya Ayna nama yg cantik,Salam seroja buat mbak Tien dr Neni Tegal dan teman2 YAPHAR Semarang yg hobby baca cerbungnya mbak Tien.
Berkah Dalem.
Bu Tien sayaaaang .....seroja sll y bu dan lunamaya (lanjut usia namun masih gaya) tp bu Tien blm lanjut, hanya senior yg super energik...mtrswn SP nys...bungah kt dgbheppy ending semua 👍👍👍🙏🙏🙏
ReplyDeleteMaturnuwun bu tien.. Happy ending, bikin yg baca ikutan happy.. Salam hormat dr Yogya.. 🙏
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wbr.
ReplyDeleteTerima kasieh mbak Tien, yang telah memberi hiburan selama pandemi.
Alhamdulillah, cerbung *Sang Putri* sudah berakhir.
Walaupun hanya ceritera karangan semata, namun apakah yang bisa kita *petik hikmahnya* dari cerbung tersebut ?
1. Orang baik, insya Allah akan berakhir baik.
2. Walapun pernah berbuat kesalahan, manakala kita sadar akan kesalahan kita dan kita segera memperbaikinya, maka Allah niscaya akan mengampuni kesalahannya itu (Palupi, Danang, pak Sardimin).
3. Seandainya Handoko imannya tipis, pasti sudah tergoda kehadiran Mirah, ceriteranya menjadi lain.
4. Kesempurnaan ?
Manusia tidak ada yang sempurna, bila menjadi *terlihat sempurna*, karena *disempurnakan oleh Allah*.
5. Seandainya tidak ada masalah dengan Palupi, tidak mungkin hadir yu Suprih.
6. Semua terlihat seperti kebetulan, namun sesungguhnya tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.
Allah Yang Maha Mengatur dan Menentukan.
Aamiin Allahuma Aamiin🤲
Terima kasih teman² yang telah setia memberi komentar cerbung ini.
Namun apakah semuanya akan terhenti ?
Tidak...!
Kehidupan terus berlanjut, sampai Sang Khalik memanggil kita untuk kembali kepadaNya.
Akhir kata
Wassalamualaikum wr wbr.
Kita nantikan cerbung berikutnya
Salam sehat .......
Terimakasih banyak mas Hadi.
DeleteSalam ADUHAI..
Rata2 menulis hapy end. Coba kalo dr pak carik. Tentu komentr beda. Ha.. ha...
ReplyDeleteSmoga allaah beri kesehtn bu tien n kluarga jg pembaca yg slalu menanti, besok lagi ya.
Happy ending, ditunggu kisah berikutnya bunda...
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih mba ceritanya dah selesai. Masih tetap slalu ditunggu karya" berikutnya yang slalu keren- keren. Salam dari kuningan, semoga sehat slalu🙏🏻
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien selalu sehat, semangat, produktip shg SP50 hadir dg melegakan hati semua penggandrung.
ReplyDelete50 eps sdh sy baca tuntas yg akhirnya happy ending kecuali pak carik yg mengikuti kemauan nafsu belaka.
Pesan moral yg bisa dipetik banyak sekali, misalnya menyadari perbuatan yg kurang baik kemudian bertobat dan merasakan kebahagiaan (Danang dan Palupi,pak Sandimin)
Kehidupan sederhana dan penuh cinta kasih. Walaupun kaya tetap rendah hati bahkan sangat peduli (pengendara mobil yg disetop Mirah, menolong, berkomunikasi, membawa ke rs, menghubungi pak Handoko, membayar biaya di Rs, bpk ibu Handoko,Widi,Ryan,Pri, bu Suprih dan semuanya yg sangat kental dg sifat kasih, kepedulian, keterlibatan shg semuanya bahagia.
Alangkah indahnya bila sifat2 baik itu ada pada semua insan. Wah...terasa hdp damai bahagia di surga.
Mari kita hdp semakin mengasihi, semakin terlibat dan semakin menjadi Berkat.
Matur nuwun ibu Tien yg luar biasa... Karya ibu selalu kami dambakan.
Berkah Dalem..
Maturswn mbak Tien...cerbung yg menginspirasi bagus ceritanya...
ReplyDeleteBakalan ketagihaaaan...😀😀
Salam sehat kagem mbak Tien
Always YulieslemanSendowo
Bapak...sdh saya coba utk bisa tertulis nama saya...biar tdk Unknown...tapi tetap tdk bisaaa...gaptek😄😄😄
ReplyDeleteTlg no hp nya kirim ke 081548802149
DeleteNanti sj jelaskan dan kirim tutorialnya
Kutunggu Aina yg cantik..
ReplyDeleteBunda Tien sehat selalu..
AYNA pakdhe.
ReplyDeleteSP 50. Ternyata sampai disini.
ReplyDeleteDuh rasanya masih ingin berada diantara.... suasana SP.
Salam sehat selalu. Semoga diundang lagi di Cerita yang lain. Terima kasih mbak Tien tetap semangat untuk berkarya.
Alhamdulillah....tamat sudah, ditunggu cerita selanjutnya, selalu sehat njih bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah tamat bahagia semuanya kecuali p.carik.
ReplyDeleteSambil nunggu cerita baru malam ini b.Tien...
Salam hangat dari Bojonegoro.
Menunggu Ayna
ReplyDeleteAkhirnya .... lengkap sudah kebahagiaan mereka.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Salam sehat dari Batang
Akhirnya happy ending. Mbak tien mantu sekaligus 3 pasang.
ReplyDeleteTerima kasih banyak atas kiriman cerbungnya.
Didoakan semoga mbak tien sehat² selalu. Salam sejahtera bersama keluarga.
Alhamdulillah happy ending
ReplyDeleteNgintip Aina sampai pkl 22.44 belum datang juga....
ReplyDeleteKami sabar menunggu walau sambil tiduran. Mungkin libur apa ya...
Gpp ibu Tien, sumonggo kerso... Santai aja...
Nuwun
Ngintip Aina sampai pkl 22.44 belum datang juga....
ReplyDeleteKami sabar menunggu walau sambil tiduran. Mungkin libur apa ya...
Gpp ibu Tien, sumonggo kerso... Santai aja...
Nuwun
Ada selingan kok. Kalau berkenan.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien. Happy ending. Sehat selalu ya
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien,salam sehat dari Kediri.
ReplyDeleteMatur sembah nuwun Mbak Tien, mugi panjenengan tansah dipun ganjar kesehatan. Amin🙏
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien. Sangat menghibur tulisannya
ReplyDeleteCeritanya Bagus TOP
ReplyDeleteMakasih Mb Tien, semangat bacanya, bagus ceritanya . 🙏🙏🙏
ReplyDelete