Sunday, December 20, 2020

SANG PUTRI 27

SANG PUTRI  27

(Tien Kumalasari)

 

Palupi menatap tak percaya. Priya ganteng itu berdiri dengan kedua tangan bersedakap, menatapnya tak berkedip. Gemetar tangan Palupi, lalu ayam yang sudah dientasnya jatuh ke lantai.

“Aduh...”

“Ambil lagi, belum lima menit,” tukas sang ganteng sambil tersenyum.                                   

Palupi berjongkok, dengan sebuah sapit diambilnya dua potong ayam yang jatuh, lalu dimasukkannya kembali ke wajan. Hanya sebentar lalu dientasnya.

Palupi masih meneruskan menggoreng, dengan degup jantung tak menentu. Aduhai, seperti ABG sedang jatuh cinta.

“Ehem..” Handoko berdehem. Ada rasa senang melihat Palupi menghadapi wajan. Rupanya dia benar-benar perempuan.

“Mengapa kemari?” Palupi justru  bertanya sambil merengut.

“Aku menjemput Bintang.”

“Ada di kamar, bukan di dapur.”

“Pengin melihat sang putri memasak. Luar biasa ..”

Palupi bertambah merengut. Pujian itu membuatnya senang, tapi ia lebih merasa sedang diejek oleh suaminya.

Handoko tersenyum. Ia membalikkan tubuhnya lalu memasuki sebuah kamar yang sedikit terbuka, dilihatnya Bintang masih terlelap.

Matanya merayapi seluruh ruangan. Begitu sederhana. Kamar yang tidak begitu besar, hanya ada satu tempat tidur dan almari lawas, dan meja kecil disamping ranjang. Handoko merasa tersentuh. Ia tak mengira isterinya bisa menjalani kehidupan yang sederhana dan merawat rumah yang juga sederhana ini dengan apik. Namun ia tak ingin segera memujinya. Ia menyimpannya didalam hati.

Handoko mengelus kepala Bintang, Ada sedih ketika menyadari bahwa anak semata wayangnya sangat merindukan ibunya. Kapan datangnya rindu itu? Biasanya Bintang tak peduli.

“Bapak kok duduk disitu?” tiba-tiba Mirah menjenguk ke dalam kamar, lalu melihat Handoko duduk di tepi ranjang.

Handoko tak menjawab. Tapi ia menyimpan beberapa rasa kesal atas sikap Mirah hari itu.

“Minum untuk bapak sudah saya taruh di meja.”

Tiba-tiba Bintang menggeliat, lalu membuka matanya. Terkejut melihat bapaknya duduk di sisinya.

“Bapaaak?” katanya lalu bangun dan memeluk bapaknya.

“Kok sudah bangun?”

Bukannya menjawab Bintang melepaskan pelukannya lalu berlari keluar.

“Ibuu... ibuu...” teriaknya.

“Ibu ada didapur mas Bintang,” kata Mirah sambil meletakkan sapu yang baru saja dipergunakan untuk membersihkan rumah.

“Ibuuu...” teriaknya menuju dapur.

“Sudah bangun nak?”

“Ibu.. ada bapak dikamar.. ayo ibu kesana..” katanya sambil menarik tangan ibunya, yang sedang menata ayam goreng dimeja makan.

“Lihat Bintang, ibu sedang menggoreng ayam. Lalu menata meja untuk makan kamu."

“Wauuw... ayam.. ayo kita makan sama bapak juga,” lalu Bintang berlari kearah depan. Dilihatnya ayahnya sedang menikmati coklat susu buatan Mirah.

“Bapak.. ayo kita makan, ibu menggoreng ayam.”

“Bapak sudah makan, ayo pulang.”

“Jangan bapak, ayo makan dulu..” rengek Bintang. Ia sangat bersemangat melihat bapaknya datang, dan bersemangat melihat ayam goreng kesukaannya.

“Tapi bapak masih kenyang.”

Lalu Bintang berlari lagi kebelakang.

“Ibuu.. ajak bapak makan..”

“Bapak tidak lapar. Kalau Bintang mau makan, makan saja,” kata Palupi.

“Tapi Bintang ingin makan sama bapak, sama ibu.”

Mirah tiba-tiba mendekati Handoko.

“Bapak, ibu minta agar bapak ikut makan.”

“Apa?”

“Ibu yang  minta.. jangan membuatnya kecewa. Ibu ingin agar bapak mencicipi masakan ibu.”

“Awas ya kamu Mirah, nanti sampai dirumah aku pasti memarahi kamu.”

“Lho.. bapak.. memangnya saya kenapa?”

“Nanti dirumah.”

“Baiklah, mari bapak, jangan mengecewakan ibu.”

“Apa dia yang minta?”

“Iya bapak.. masa saya..”

Handoko berdiri ragu, tapi perlahan melangkah kebelakang. Diruang makan dilihatnya Bintang sudah duduk di depan meja makan.

“Bapaaak.. duduk disini.. ibu disini...”

Handoko duduk ditempat yang ditunjuk Bintang, sudah siap piring disitu. Palupi ingin berdiri, tapi Mirah menahannya duduk.

“Ibu, bapak ingin makan bersama ibu.”

Handoko melotot. Mirah tersenyum senang karena Palupi mengurungkan niatnya. Mirah melayani mereka sambil tersenyum-senyum.

***

“Bapak, makanan disini nggak enak,” kata Nanda ketika mereka sedang makan disebuah warung.

“Ah, enak kok.. nih, bapak hampir habis.”

“Masih enak makanan dirumah ibu.”

“Nanda .. sudah .., habiskan makanannya.”

“Besok kerumah ibu lagi ya?”

Tiba-tiba Pri teringat kata-kata Mirah pagi tadi, bahwa Handoko akan menjemput isterinya. Ada sedih merayapi hatinya mengingat ia bakalan tak lagi pernah bertemu Palupi.

“Ya kan bapak?”

Pri yang semula berharap Palupi adalah janda, tiba-tiba kehilangan semua harapan itu. Keluarga yang sedang perang mendadak segera menjadi damai.

“Bapak...”

Pri harus menghilangkan semua perasaannya, tapi Nanda terus mengusiknya.

“Nanda kenyang,” tiba-tiba Nanda menyodorkan piringnya yang tersisa separo.

“Lho, itu kan cuma sedikit, mengapa tidak dihabiskan?”

“Nanda kan sudah bilang, nggak enak,” kata Nanda sambil merengut.

“Biasanya juga makan disini, tapi Nanda bilang enak.”

“Sekarang nggak enak. Sudah kenyang.”

“Nanda.. ayo sedikit lagi.”

“Tapi bapak janji ya, besok ke rumah ibu.”

“Ibu besok pergi.”

“Nggak, kata siapa?”

“Coba Nanda sekarang tilpon ibu, tapi makanannya dihabiskan dulu.”

Pri sesungguhnya ingin tahu apakah besok Palupi sudah tidak ada di rumah itu, atau sudah pergi bersama Handoko.

Janji yang diberikan Pri membuat Nanda bersemangat. Ia menarik kembali piringnya, dan melanjutkan makannya.

***

Handoko selesai makan. Bintang tampak senang bisa makan bersama bapak dan ibunya.

Mirah melayani dengan wajah sumringah. Tapi Palupi seperti merasa bahwa kemesraan itu seperti dibuat-buat.  Mungkin karena rengekan Bintang. Mungkin juga karena ulah Mirah.

“Bukankah masakan ibu enak pak?” Mirah mulai lagi memancing-mancing.

“Enak kok.. ya kan bapak?” justru Bintang menyela.

“Mm.. apa?” Handoko masih malu-malu mengakuinya.

“Kalau mas Bintang selalu bilang enak, coba bapak bilang apa?” kata Mirah sambil mengambil piring kotor dari atas meja, sementara Palupi diam-diam menunggu jawaban suaminya.

Handoko terbatuk-batuk.

“Tolong air putihnya...”

Mirah mengambilkan kan berisi air putih untuk menambah air di minuman Handoko.

“Pelan-pelan bapak.”

Handoko berdiri, berjalan kearah depan. Ia merasa sehari ini Mirah mengganggunya.

“Awas kamu Rah,” gumamnya pelan.

Palupi membantu membersihkan meja, tapi Mirah melarangnya.

“Jangan bu, biar saya, ibu kedepan saja menemani bapak.”

Palupi merengut, bukan ke depan untuk menemani Handoko tapi mau masuk ke kamarnya. Tapi tiba-tiba ponsel Palupi yang terletak di meja dimana Handoko duduk berdering. Palupi terpaksa mendekat untuk mengambilnya.

“Hallo, Nanda ?

“Ibu, apakah besok Nanda boleh kerumah ibu?” tanya Nanda dari seberang.

“Tentu saja boleh Nanda.”

“Ibu besok tidak pergi kan?”

“Tidak, besok ibu dirumah saja.  Kamu boleh datang setiap kamu ingin datang, sayang.”

“Horeee.. bapak, ibu tidak pergi kok,” suara Nanda kepada bapaknya, lalu pembicaraan terhenti.

Handoko mendengarkan pembicaraan itu lalu wajahnya  muram seketika. Padahal sebenarnya ia ingin bicara dengan isterinya.

“Miraaah..” teriaknya.

“Ya bapak, sebentar, baru mencuci piring bapak,” Mirah berteriak dari belakang.

“Miraaah...” Handoko mengulang teriakannya.

Palupi membalikkan tubuhnya, masuk kedalam kamar, ketika melihat wajah suaminya mendadak muram.

“Ya bapak..”

“Ayo kita pulang sekarang,” katanya tandas.

“Tapi..”

“Mirah, tinggalkan saja dapur, biar aku menyelesaikannya.

“Baiklah, tapi ini kurang sedikit. “

Mirah melanjutkan pekerjaannya, sementara Handoko mendekati Bintang yang sedang asyik menonton acara di televisi.

“Ayo pulang nak, sudah malam.”

“Ibuuu..apakah besok boleh kesini lagi?”

“Tidak Bintang, besok tidak boleh kesini.” kata Handoko sengit.

“Memangnya kenapa ?” Palupi protes.

“ Ada tamu istimewa dirumah ini, bukan?”

“Ooh.. iya... iya.. tamu istimewa, memangnya kenapa?” tantang Palupi.

Dan damai yang sudah hampir hinggap kemudian merayap jauh.

***

“Mirah, sini.” Panggil Handoko ketika Bintang sudah tidur dirumah.

“Ya bapak.”

“Kamu itu usil ya.. “

“Usil bagaimana bapak?”

“Tadi pagi, ketika ketemu Priyambodo,  kamu bilang kalau aku akan menjemput Palupi, lalu kamu meminta aku makan, katanya disuruh Palupi, lalu ketika makan, kamu bilang bahwa aku yang meminta agar Palupi ikut makan. “

Mirah nyengir, lalu menundukkan kepalanya.

“Apa maksudmu?”

“Ketika saya bilang bapak mau menjemput ibu, saya bermaksud menghalangi pak Pri yang tampaknya ingin mendekati ibu.”

“Berarti kamu bohong.”

“Ketika makan, saya memang bermaksud agar bapak sama ibu kembali bersatu. Bukankah membahagiakan bisa makan bersama ibu dan mas Bintang?”

Handoko menghela nafas.

“Kamu tahu bahwa dia tidak bahagia. Sikapnya sama aku ketus, lalu dengan manis dia menjawab telpon dari anak itu. Mempersilahkan dia datang setiap hari. Dan kalau datang itu kan pasti sama bapaknya?”

“‘kamu boleh datang kapan saja kamu ingin, sayang’.” Suara Palupi ketika Nanda menelpon itu terdengar sangat manis, dan itu membuat hati Handoko yang hampir melunak kembali mengeras.

“Kamu tidak tahu dia bersikap begitu manis ketika anak kecil itu menelponnya?”

“Bapak, anak kecil itu hanya merindukan ibunya yang sudah meninggal.”

“Dan bapaknya juga merindukan seorang isteri karena isterinya sudah meninggal kan?”

“Ma’af bapak, bapak boleh memarahi saya, tapi semua itu saya lakukan demi kembali  utuhnya keluarga ini.”

“Tapi aku tidak melihat gambaran itu.”

“Bapak jangan putus asa.  Perjuangkan cinta bapak, jangan biarkan orang lain merebutnya.” Kata Mirah tanpa takut.

“Kamu anak kecil tahu apa.”

Mirah menengadahkan wajahnya dengan kesal karena tuan gantengnya mengatakan dia anak kecil.

“Saya sudah tua, bapak.”

“Oo.. ahaa.. baiklah nenek..”

Mirah cemberut, lalu ia berdiri dan beranjak kebelakang.

Handoko menyandarkan tubuhnya, memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.

“Perjuangkan cinta bapak, jangan biarkan orang lain merebutnya.”

Ucapan pembantu setia itu terngiang terus ditelinganya. Tapi bagaimana kalau Palupi begitu angkuh? Dia  baru saja mengakui kalau Pri itu istimewa.

***

Hari itu Tanti sudah datang di perusahaan yang alamatnya dikatakan  Widi. Ia masuk perlahan, mencari ruang yang ada tulisannya  DIREKTUR.  

Seorang sekretaris yang duduk  di sebuah bangku menatap Tanti.

“mBak, mau mencari siapa?”

“Saya Tanti, bisa menghadap bapak direktur?”

“Oh, mbak Hartanti ? Kemarin bapak sudah berpesan”

“Oo..”

“Mari saya antar ke dalam, bapak sudah ada didalam.”

Tanti mengangguk, jantungnya berdegup kencang. Ia belum pernah melamar pekerjaan, dan belum pernah bekerja tentunya. Pertanyaan apa ya nanti yang akan diajukan, ia sedang mereka-reka  jawaban..seperti  yang sejak semalam difikirkannya, dan belum menemukan kata-kata yang menurutnya pas.

Begitu masuk ruangan, Tanti melihat seseorang sedang membelakangi mejanya karena sedang menelpon. Seketaris yang mengantarnya sudah meninggalkannya. Ia menunggu sambil masih berdiri. Begitu selesai menelpon, sang direktur memutar kursi kerjanya, lalu menatap Tanti. Tanti terkejut karena sudah mengenalnya.

“Tanti ?” sapa Handoko.

“Ya mas.. eh.. bapak.. saya tidak mengira bahwa..”

“Iya.. tidak apa-apa. Widi teman kamu yang nakal itu memang suka mengganggu. Apa kamu menyesal ternyata harus bekerja disini?”

Menyesal? Tanti sangat butuh uang, dan mendapat kesempatan bekerja, tentu saja dia suka.

“Menyesal?” Handoko mengulang pertanyaannya.

“Tidak, tentu tidak pak, karena saya membutuhkan uang untuk biaya kuliah saya yang hampir berakhir.”

“Widi bilang kamu hanya punya ibu karena bapak sudah meninggal?”

“Iya pak, ibu saya bekerja keras untuk membiayai kuliah saya.”

“Ibu kamu hebat. Bekerja dimana beliau?”

“Dia... bekerja.. sebagai.. pembantu rumah tangga,”  kata Tanti  lirih.

Handoko tertegun. Seorang pembantu rumah tangga, menyekolahkan anaknya sampai kuliahnya hampir selesai? Ia menatap Tanti lekat-lekat. Gadis sederhana yang cantik, dan pastinya pintar,  anak seorang pembantu rumah tangga.

“Ma’af pak, memang itulah kenyataannya,” kata Tanti takut-takut, khawatir Handoko menolaknya.

“Tidak, mengapa kamu minta ma’af? Aku kagum pada ibu kamu. Dia luar biasa.”

Tanti menundukkan mukanya, terharu ibunya mendapat pujian. Memang ibunya luar biasa. Tanti menyimpan kebanggaan didalam hatinya.

“Baiklah, saya akan memanggil kepala gudang dan mengatakan bahwa dia sudah punya anak buah yang akan membantunya.

Tapi tiba-tiba Danang muncul.

“Mas.. mana yang katanya mas sudah mendapat karyawan? Oh ini?”

“Ya, tolong antarkan dia ke bagian gudang,” kata Handoko sambil menahan senyumnya.

Danang mendekat, lalu memandang seorang gadis yang duduk didepan kakaknya sambil menundukkan mukanya. Tanti sudah sangat mengenal Danang, berdebar ketika nanti harus bertatap muka.

“Ayo ikut aku,” kata Danang. Tapi kemudian dia terkejut.

“Tanti? Astaga.. mas.. apa-apaan ini?” lalu Danang tertawa keras.

“Hei.. ini kantor, tahan ketawamu.”

“Ya.. ya.. aku tahu, mas mempermainkan aku, dan Tanti juga. Dia bilang sudah mendapat pekerjaan, dan mas bilang sudah dapat karyawan. Okey, tapi aku suka, ini hari terbaik untuk aku.”

“Awas Nang, jaga sikap kamu.”

“Iya.. iya.. aku tahu.”

Dan dengan wajah berseri Danang mengantarkan Tanti ke bagian gudang.

***

Pri mengantarkan Nanda yang pagi itu merengek ingin ketemu Palupi. Pri menurutinya karena ia punya keinginan yang sama. Ia harus tahu, bagaimana sebenarnya hubungan Palupi dengan suaminya.

Pri berjanji dalam hati, bahwa hari itu ia akan mengutarakan isi hatinya.

“Ayo silahkan masuk mas Pri, Nanda, disana ada teman kamu,” kata Paupi yang langsung menggandeng Nanda masuk kedalam.

Lalu Pri terkejut karena melihat Mirah menatapnya dari pintu masuk.

“Oh, pak Pri.. saya kira bapak.. so’alnya bapak bilang mau makan pagi disini,” kata Mirah asal.

***

Besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

86 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah.......

      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.


      Delete
    2. Matur nuwun, tujuane durung mancal selimut.

      Delete
    3. Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu & tetap semangat,, Aamiin 😍😍😍

      Delete
    4. Alhamdulillah SP 27 sdh muncul
      Mtnuwun mbk Tien
      Smg selalu sehat,Aamiin

      Delete
    5. Mirah lagi, mirah lagi,,, kamu baiiiik deh,, 😂😂😂😂😂

      Delete
    6. Hallo juga mbak Tien. Alhamdulillah SP 27 sudah muncul dengan apik. Sangat realistis, bahwa hubungan dan hati yang terluka memang tidak mudah pulih, terlebih jika dibumbui cemburu dan gengsi.
      Ahaa...makin seru.
      Begitulah kiranya..cinta sejati memang harus diperjuangkan.
      Selamat beristirahat mbak Tien sayang. Oh ya Lastri sudah tiba di rumah saya, melengkapi koleksi 3 buku yang sudah terbit sebelumnya.
      Asyik...

      Delete
    7. Trmkh mbak Tien syng....gemes ini bacanya....salam sehat dr Situnondo

      Delete
    8. Hallow juga mbak Tien...... matur nuwun sdh disapa.. Semoga senantiasa sehat bugar mbak dan semakin banyak ide2 yg menginspirasi cerita drama keluarga muda ini menjadi lebih dramatis, puitis dan penuh warna2 pelangi... bukankah letupan2 kecil dalam kehidupan berkeluarga itu adalah hal yg biasa utk meningkatkan romantisme hubungan suami istri.... aahaaaa... penginnya happy ending Handoko Palupi😍😍
      Doaku selalu utk kesehatan dan kebahagiaan mbak Tien sekeluarga.... Salam sayang dari Surabaya 🤗😚😚

      Delete
    9. Matur nuwun mbak tien-ku...sp27 sudah hadir.
      Pahlawannya yu Mirah ya...
      Masih setia nunggu lanjutannya.
      Salam sehat dari sragentina.

      Delete
    10. matur sembah nuwun mbak Tien, Sang Putri sungguh mendapat hidayah ... semoga tetap bersati bersama Handoko, dan Jodoh nya Mirah sm PriMBODO, Tanti sama Danang ... HOEREEE ...

      Delete
  2. Alhamdulillah sdh tayang yng ditunggu......suwun mb Tien smg sehat sll.....


    Salam hangat dr blora

    ReplyDelete
  3. Kepada para sahabat yang ingin memiliki novel LASTRI.. bisa japri ke 082226322364

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Novel LASTRI pesenanku sdh sy terima mbk.mtnuwun

      Delete
  4. Yeah.... makasih bu Tien cantik...

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Terima kasih mbak Tien ... SP 27 sdh hadir.

    Salam hangat kami dari Yogya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mbak Tien ... SP 27 sdh hadir.

      Salam hangat kami dari Yogya.

      Delete
  7. 😘😘😘🙏🙏sudah tayang..trimaksh ibu tien syang..salam hangat dari lampung..

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah SO~27 sudah hadir... Maturnuwun Bu Tien... semoga tetap sehat.. Aamiin..

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah sudah tayang episode 27
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo

    Mirah pembantu yang baik hati dan setia.....

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun ...mbak tien... Salam tahes komes kompresa...

    ReplyDelete
  11. Mirah memang ingin merukunkan handoko dan palupi, tapi kl yg bersangkutan jaga gengsi, susah juga. So, mirah jadian dgn handoko, dugaan saya. He5x.
    Salam sehat selalu utk mbak tien.

    ReplyDelete
  12. Matur suwun sanget Bu Tien salam saking lembah Tidar

    ReplyDelete
  13. Kasihan Handoko... di kala hatinya mulai melunak dan ingin mengakhiri masalah keluarganya...tapi sayang Palupi yang keras hati... tak mau menundukkan hatinya yang sombong dan dengan angkuhnya menjawab kata kata Handoko yang sebenarnya merasa cemburu...eh datang pula orang ketiga ...yang akan menyatakan isi hatinya. Duh penulis mempermainkan perasaan pemeran pemeran SP.
    Salam sehat mbak Tien dan tetap semangat berkarya. Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  14. Semoga berakhir bahagia untuk semua ya... Makasih mba Tien. Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  15. Akhirnya yg ditunggu muncul juga.
    Ucapan terima kasih yang tak terhingga buat Bunda Tien,ditengah kesibukan yg melelahkan masih menyempatkan untuk memuaskan para pecinta cerbungnya.
    Doa kami selalu agar Bunda selalu sehat tak kurang suatu apapun.
    Sukses selalu buat Bunda

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah ..... masih dore sp 27 sdh mengudara dengan palupi n handoko yg sama2 jaim , pura2 cemberut tapi hatinya mau, trimakasih bu tien semoga bu tien n kelg selalu sehat2 ..... aamiin yra
    Salaaam

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah SP27 sdh dateng. Suwun mbak Tien
    Salam sehat sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  18. Hallo jg mbak Tien..
    Semoga selalu sehat..

    Trimakasih SP-27...makin pelik menggelitik..itulah karya mbak Tien yg ngangeni ditunggu dgn setia..

    Ayo nduk mirah teruskan perjuanganmu..sebuah niat baik untuk membuat dua hati yg ego dan gengsi bersatu..semoga berhasil..

    Duh..danang bungah ketemu tanti..😄
    Lanjut mvak Tien...

    Salam sehat dari bandung..🙏

    ReplyDelete
  19. Untuk kakek Habi..
    Trimakasih..akhirnya berhasil muncul namaku..
    Maturnuwun..salam kenal jg utk semua penggemar cerbung mbak Tien..🙏👍

    ReplyDelete
  20. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Runyam... Runyam... Handoko Palupi sama2 gengsi...
    Pengin tahu lanjutnya... Gak bisa ditebak sih critanya...
    Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  21. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Runyam... Runyam... Handoko Palupi sama2 gengsi...
    Pengin tahu lanjutnya... Gak bisa ditebak sih critanya...
    Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  22. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Runyam... Runyam... Handoko Palupi sama2 gengsi...
    Pengin tahu lanjutnya... Gak bisa ditebak sih critanya...
    Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah ,SP yg ditunggu2 sdh hadir mksh Bu Tien

    ReplyDelete
  24. Sobat2..,
    Cara menghapus komen gimana ya kalau terlanjur kebanyakan tanpa kusadari.
    Nuwun...

    ReplyDelete
  25. Sobat2..,
    Cara menghapus komen gimana ya kalau terlanjur kebanyakan tanpa kusadari.
    Nuwun...

    ReplyDelete
  26. Smg keisengan Mirah membw berkah... Slm seroja mb Tien.

    ReplyDelete
  27. Alhdilah SP 27 sdh tayang... Mtr nuwun bu Tien selalu sehat dan terus berkarya
    Karya ibu kami tunggu

    ReplyDelete
  28. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Runyam... Runyam... Handoko Palupi sama2 gengsi...
    Pengin tahu lanjutnya... Gak bisa ditebak sih critanya...
    Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  29. Semoga mereka bisa saling sadar akan sikap keangkuhan hatinya

    ReplyDelete
  30. Wah Mirah semakin berani sekarang tetap sehat ya bu Tien

    ReplyDelete
  31. Begitu gigihnya Mirah berusaha membantu Handoko tuan ganteng merajut kembali mahligai rumah tangganya .
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah SANG PUTRI 27 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    Eng ing eng... Pri sama Mirah aja... Tapi Mirah kok nikah sama duda ya..?? Bagusnya sama jejaka yang ganteng, mungkin teman Danang, atau teman Tanti dan Widi... Ah.. terserah mBak Tien aja...
    Besok lagi ya...

    ReplyDelete
  33. Terima kasih bu Tien..

    Salam taklim dari kota Malang.

    🙏🙏

    ReplyDelete
  34. Assalamualaikum wr wb.. Slmtpgii mba Tiensayanv.. Wooowseruu.. Truskanperjuangan mu mirah unk mempersatukan handoko dan palupi demi putrany.. Slmshtslldri sukabumi.. Muuaacchh🥰🥰

    ReplyDelete
  35. Mirah ternyata banyak akalnya untuk menghalangi Pri mendekatiPalupi dan mendekatkanHandoko dg istrinya. Terima kasih bu Tien semoga kemelut ruah tangga segera berlalu.. aamiin

    ReplyDelete
  36. Alhamndulillah.... Terimakasih mbak tien
    Sehat dan bahagia selalu, Aamiin

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah jawaban Mirah sangat tepat untuk mempertahankan keutuhan keluarga Handoko dan Palupi...Moga2 Pri mulai menjaga jarak dengan Palupi...Salam sehat buat Bu Tien dan keluarga.

    ReplyDelete
  38. Mirah... hei... kamu pinter banget mbuat alasan... smoga Handoko segera bersatu lagi bersama Palupi ya.
    Terima kasih Mbak Tien, ditunggu selalu kelanjutannya. Semoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semanarang.

    ReplyDelete
  39. Waaaah... Miraah..
    Semoga kembali utuh handoki vs palupi.

    Trima kasih bu Tien
    Salam sehat tuk ibu n klg.

    ReplyDelete
  40. Maturnuwun ibu Tien...
    Handoko....ayo dong lembutkan hatimu,kalahkan egomu,jadilah pria sejati
    Salam sehat utk ibu Tien dan penggemar setia semua ,selalu menunggu kelanjutan critanya

    ReplyDelete
  41. Ahaaa..... Smakin seruuu perang Tanding.... Asyiikkk ayooo miraaahhh.... !, Salam SEROJA Buu Tien. Dr sby

    ReplyDelete
  42. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  43. Terima kasih Bu Tien lanjutan cerbung nya.....bisa aja ya pembantu ngerjain tuannya....😁

    ReplyDelete
  44. waahh,,,seruuu,,,matur swn bunda,,,semoga bunda ttp sehat dan semangaatt,,, salam seroja buat semuanya

    ReplyDelete
  45. Mirah....mirah pinter tenan bikin panas ati....
    Lanjut danang tambah semangat kerja
    Trims bu tien cerita tambah seru
    Salam dari jogja

    bah semangat kerja

    ReplyDelete
  46. Salam sehat selalu mbak Tien dr sawahlunto...

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah Sang Putri 27 sdh hadir
    Hebat Mirah..
    Duuh Danang senengnya Tanti kerja di perusahaannya
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  48. Mantull MB Tien...
    Suka sekali episode ini...lucuu
    Salam sehat mb Tien...
    YulieslemanSendowo

    ReplyDelete
  49. Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.

    ReplyDelete
  50. Dari sejak awal cerita, yg salah adalah Palupi. Dosanya sbg istri cukup banyak, tapi sampai saat ini yg sedikit turunkan ego baru Handoko, dan itupun balasannya menyakitkan. Rasanya ga adil istri spt itu spt diatas angin terus.jual mahal, semakin di awang2. Aaah...

    ReplyDelete
  51. Miraaaaah..... Lanjutkan perjuangan mu, satukan Handoko & sang putri 💖💖💖💖.... Terimakasih bunda Tien, smoga sll sehat 💖.... Salam dr Bekasi

    ReplyDelete
  52. Handoko kesal karena punya saingan, Priambodo. Dan Palupi pun dibuat kesal sama Handoko, karena sebetulnya sikap Handoko masih setengah-setengah ngejar Palupi.

    Ndak papa, Handoko. Biar setengah-setengah aja dulu. Supaya ceritanya semakin panjang dan semakin seru bikin penasaran.

    Mirah, ayo Miraaaah tetap semangat untuk nyambungin Handoko & Palupi lagi yaaaa..

    Duuuuuh... bahagia-nya Danang. Semoga Danang & Tanti jadian ah..

    TERIMA KASIH ya Bunda Tien. Semoga Bunda diparingi sehat dan bahagia selalu. ♥️������

    ReplyDelete
  53. Matur nuwun mbak Tien
    Semoga Mirah berjodoh dg Pri
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  54. Mulai ngintip....
    Ternyata belum muncul
    Menunggu dan menunggu lagi

    ReplyDelete
  55. Di tengok2 barangkali tayang gasik.... 😀😀

    ReplyDelete
  56. Setiap malam mau bobok selalu baca cerbungnya bu Tien...klo ketiduran subuh br baca...semakin seru ceritanya jadi penasaran deh...

    Sehat2 ya bun....salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  57. Palupi adalah seorg ibu dan istri yg lalai. Dan dialah yg sebenarnya pergi/minggat dari rumah. Ingat, Handoko tdk pernah mengusir. Itu adalah polah Palupi sendiri yg membangkang dan tdk bs diatur. Walau akhirnya mungkin dia jd baik, Dia tetap hrs minta maaf pd suaminya. Mudah mudahan Palupi Jd istri shalihah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kok belum dimunculakan ta pak/bu namanya. Bukannya dua hari yang lalu saya sdh kasih tahu caranya

      Delete
  58. Belum muncul...mata udah ngantuk...

    ReplyDelete
  59. Alhamdulillah...
    Mtur swun bun...
    Mugi2 tansah rahayu...

    ReplyDelete