SANG PUTRI 02
(Tien Kumalasari)
Mirah menggeleng-gelengkan kepalanya agar bisa terlepas dari dekapan yang entah oleh siapa.
“Aduuh, siapa sih.. ini.. tangannya Mirah belepotan sabuun... nanti Mirah kasih sabun lho tangannya.”
Lalu terdengarlah suara tertawa keras. Dekapan itu terlepas.
“Ya ampuun.. mas Danang.. hiih.. Mirah siram air.. mau ?” kata Mirah sambil menadahkan tangannya di pancuran ledeng.
”Kamu itu lho Rah, mbok jangan galak-galak begitu, nanti cantiknya hilang lho.”
“Sudah, mas Danang kesana saja, tamu kok langsung masuk ke dapur.”
“Aku kan juga kangen sama kamu?”
“Mau Mirah siram pakai air ?”
“Waduh.. lha nanti aku basah kuyup gantengku hilang dong.”
“Hih, siapa bilang ganteng..” gerutu Mirah sambil melanjutkan mencuci piring.
“Lho, semua orang bilang aku ganteng kok kamu enggak?”
Mirah diam, kesal menanggapi Danang yang usil.
“Yu MIraaaah... “ tiba-tiba terdengar teriakan dari arah depan.
Mirah menoleh dan melihat seorang gadis cantik menuju dapur sambil menggendong Bintang.
“Eeeh, ada mbak Widi... hadduhh.. itu mas Bintang sudah besar kok minta gendong tante Widi.”
Bintang merosot turun.
“Aku dapat coklat dari tante Widi,” katanya sambil lari menjauh.
“Kok ada mas Danang disini ?”
“Kamu itu juga, tamu langsung masuk kedapur,” tegur Danang.
“Aku mendengar suara kamu didapur, jadi aku langsung ke dapur. Ternyata benar, kamu lagi nggangguin yu MIrah kan?”
“Kamu itu lho Wid, gitu saja kok cemburu,” goda Danang.
“Hih, enak saja, siapa cemburu?”
“Lha itu, melihat aku lagi nggangguin Mirah kamu langsung cemberut.”
“Cemberut karena nggak suka melihat yu Mirah digangguin. Ya kan yu?”
“Iya mbak.. sudah, duduk didepan sana, Mirah buatin minum,” kata Mirah.
“mBak Lupi mana?”
“Dikamar .. “
“Oo, dikamar sama mas Handoko, jangan diganggu, ayo kita kangen-kangenan diruang tengah saja,” rayu Danang sambil menarik lengan Widi.
“Ogah, siapa kangen sama kamu. Norak !” kata Widi sambil melepaskan tangan Danang yang usil.
Widi duduk dikursi diruang tengah, Danang mengikutinya.
Tiba-tiba Palupi keluar dari kamar.
“Aduuhh.. berisik amat, ternyata ada kamu Nang? Bisa datang berdua sama Widi sih?”
“Iya mbak, Widi nyamperin aku tadi,” goda Danang.
“Enak aja! Nggak mbak, aku barusan datang, pulang kuliah. Apa kabarnya mas Handoko?”
“Itu dikamar, baru tadi pulang dari rumah sakit.”
“Bagaimana keadaannya?”
Yah, begitulah..masuklah.. kamu lihat sendiri sana.”
“Aku juga disuruh ibu melihat keadaan mas Handoko. Kalau baik-baik saja ya sudah, biar Widi saja menemui mas Handoko, aku ketemuan sama mbakyuku yang cantik ini saja.”
“Hiih.. kebiasaan deh..”
“Lama nggak ketemu, mbak Lupi semakin cantik.”
“Kamu itu setiap perempuan kamu bilang cantik..”
“Ya enggak lah mbak, masa nenek-nenek yang sudah peyot juga aku bilang cantik.”
Keduanya bercanda asyik, sementara Widi memasuki kamar Handoko perlahan.
Handoko memang tidak tertidur, ketika pintu kamar terbuka, ia langsung melihat kearah pintu. Bibirnya tersenyum melihat Widi datang.
“Widi, sepupuku yang cantik.. sama siapa?”
“Sendiri mas, tadi bapak menyuruh Widi menengok mas Handoko. Bagaimana keadaanmu mas?”
“Ya seperti inilah, kaki kiri habis dioperasi, masih terasa ngilu. Tadi pusing sekali, tapi sudah minum obat, sudah berkurang. Senang melihat kamu Wid. Lama sekali nggak ketemu.”
“Mas Handoko sibuk bekerja, biasanya Widi mampir kesini, tapi mbak Lupi jarang dirumah, adanya cuma Bintang dan yu Mirah.”
“Iya benar, Lupi sering bepergian.”
“Mas Han nggak bisa bangunkah?”
“Bisa, tadi aku juga makan diruang makan. Tapi ya jalannya masih dibantu kursi roda, ini aku tiduran karena masih agak pusing dan habis operasi masih sedikit ngilu.”
“Sabar ya mas, semoga cepat sembuh. Tadi Widi bawain jeruk, biar dicuci dulu sama yu Mirah.”
“Terimakasih Wid, kamu repot-repot. Nanti kalau kamu pulang, sampaikan sungkem untuk om Tarman ya.”
“Ya mas, nanti aku sampaikan. Sebenarnya aku ingin berkeluh sama mas Handoko.”
“Ada apa ?”
“Besok-besok saja, kalau mas Handoko sudah sehat, nanti mendengar keluh kesah aku mas Handoko bisa tambah pusing.”
“Tentang apa, pacar ya?”
“Besok aja ceritanya.”
“Baiklah. Itu diluar ramai sekali, ada siapa?”
“mBak Lupi sama mas Danang.”
“Oh, kamu datang sama Danang?”
“Tidak mas, aku datang belakangan, habis dari kuliah. Tapi aku pamit dulu sekarang ya mas?”
“Baiklah Widi, terimakasih sudah menengok kakak kamu ini.”
“Sama-sama mas, cepet sehat ya.” Kata Widi sambil berlalu, keluar dari kamar Handoko.
Mereka saudara sepupu, tapi sangat dekat. Kalau ada sesuatu pasti Widi menceritakannya pada Handoko, karena Handoko sangat kebapakan dan bijaksana.
“mBak Lupi, aku pulang dulu ya..”
“Pulang sekarang?”
“Iya mbak, nanti ditungguin bapak.”
“Aku antar ya,” kata Danang. Aku juga mau kembali ke kantor.”
“Aku naik sepeda motor tuh.”
“Tinggalin saja disini.”
“Nggak ah, repot amat. Dah mbak Lupi...”
Danang hanya sebentar menjenguk kakaknya, dan berbincang ala kadarnya.
“Bagaimana keadaan kantor?”
“Baik mas.. mas nggak usah memikirkan dulu.”
“Hati-hati dengan keuangan, itu bukan uang untuk bersenang-senang.”
“Iya..iya.. nggak percaya amat sih.”
“Kalau aku sudah tidak merasa kesakitan, aku langsung mau mulai kerja lagi.”
“Kenapa tergesa-gesa mas, biarkan mas pulih dulu.”
“Kamu senang kan kalau aku nggak ada dikantor?”
“Ah.. ya enggak. Sudah mas, aku langsung kekantor nih.”
***
“Miraaaah....” Palupi berteriak setelah tamu-tamunya pulang.
Mirah bergegas mendekat.
“Ya bu..”
“Tadi aku kan menyuruh kamu mijitin aku..?”
“Iya bu, kan tadi masih ada tamu. Sekarang bu?”
“Bulan depan...” kata Palupi kesal.
“Baik bu, dimana..?”
“Disini saja, kalau di ranjang kan ada bapak tidur dipinggir, apa kamu juga akan melompati majikan kamu?”
Palupi tiduran di sofa, Mirah duduk dibawah lalu mulai memijit kaki Palupi.
“Yu Miraaah, aku mau minum susu..” tiba-tiba Bintang berteriak.
“Ya mas, sebentar ya..”
“Sekarang yu...” Bintang merengek.
“Bintang ! Nanti, yu MIrah sedang memijit ibu, tahu nggak sih?”
“Yuuuuu... mau minum susu...”
Mirah ingin berdiri, tapi mata Palupi melotot, bagaimana mungkin seorang ibu tidak mau mengalah dengan anaknya sendiri?
“Sebentar ya mas Bintang...”
“Sekarang... mau susu.. sekarang...”
Lalu Bintang menangis keras.
Tiba-tiba entah bagaimana caranya, Handoko muncul dari dalam kamar dengan kursi rodanya.
“Ada apa Bintang?”
“Bintang mau susu... mau susu...”
“Mirah, buatkan dulu susu buat Bintang.”
“Anak manja, menunggu sebentar saja kenapa sih?” gerutu Palupi. Tapi Mirah yang sudah mendengar perintah tuannya segera berdiri tanpa ragu. Digendongnya Bintang, diajaknya kebelakang.
“Sayang, sudah jangan menangis, yu Mirah buatkan susunya ya.”
“Anak itu terlalu dimanjakan.” Palupi masih mengomel. Kemarahan Handoko memuncak.
“Kamu itu seorang ibu, sungguh kebangetan tidak mau mengalah dengan anak sendiri. Apa kamu bukan ibunya?” kata Handoko keras.
“Mas, kamu itu sedang sakit, jangan ikutan marah-marah.”
“Kamu yang sakit, jiwa kamu sakit.”
“Jadi mas ingin mengatakan bahwa aku gila?”
“Aku diam sejak tadi, bukan berarti aku tidak memperhatikan semua kelakuan kamu. Kalau dihari-hari biasa aku diamkan kamu melakukan apa yang kamu suka, tapi sebagai seorang isteri yang melihat suaminya sedang sakit, kamu tetap saja tak peduli. Aku menahan kemarahan aku sejak aku dirumah sakit. Apa kamu memperhatikan aku? Apa kamu peduli? Dan tahukan kamu, bahwa aku mengalami kecelakaan karena kamu?”
“Karena aku? Mas yang tidak becus mengendarai sepeda motor, kok aku yang disalahkan?”
“Mengapa kamu memakai mobil disa’at aku mau berangkat kerja? Aku kan tidak biasa naik motor?”
Mirah yang mendengar pertengkaran itu lalu mengajak Bintang masuk kekamar. Tidak baik seorang anak mendengar pertengkaran kedua orang tuanya, apalagi Bintang masih kecil.
“Apakah bapak marah?” tanya Bintang sambil menyedot susu dalam gelasnya.
“Tidak, bapak hanya menasehati ibu. Ayo dihabiskan susunya.”
Bintang menghabiskan susunya, lalu membaringkan tubuhnya. Mirah menepuk-nepuk pantatnya karena tampaknya Bintang mulai mengantuk.
Ketika Bintang sudah tidur, Mirah kembali mendekati ruang tengah, tapi Palupi sudah tak ada. Handoko masih ada diatas kursi rodanya. Mirah menatapnya dengan iba.
Lalu tak lama kemudian Palupi muncul, sudah berganti pakaian rapi.
“Ada apa kamu?” tanya Palupi sambil melihat kearah Mirah.
“Saya kira ibu masih mau dipijitin.”
“Tidak usah. Banyak tempat yang bisa memijit dengan lebih nyaman,” katanya sambil berlalu. Mirah mengelus dada sambil geleng-geleng kepala. Lalu mendekati Handoko.
“Bapak mau didorong masuk kekamar?”
“Tidak, aku sudah bisa sendiri, nanti kalau mau naik ke ranjang dan tidak bisa aku akan minta tolong kamu.”
“Baiklah.”
“Mana Bintang?”
“Sudah tidur bapak.”
“Syukurlah..”
“Saya mau membuat minum dibelakang ..”
“Ya..ya.” kata Handoko dengan masih duduk dikursi roda. Rasa peningnya sudah hilang, nyeri dikakinya juga sudah berkurang. Handoko mendekati sofa, bermaksud duduk disofa supaya merasa lebih nyaman. Tapi tiba-tiba sebelum tangannya menyentuh sofa, Handoko terjatuh.
“Aaughh!”
Mirah berlari kedepan, mendekati majikannya.
“Ya ampun bapak, mengapa tidak memanggil Mirah?” kata Mirah sambil membantu Handoko berdiri dengan sebelah kakinya, lalu mendudukkannya disofa.
Handoko terengah, menatap Mirah dengan penuh rasa terimakasih.
“Saya ambilkan minum bapak..” kata Mirah sambil bergegas kebelakang.
Handoko merasa kakinya nyeri. Tapi yang lebih nyeri lagi adalah batinnya. Mengapa dalam kesulitannya isterinya tak pernah ada didekatnya? Mengapa hanya Mirah.. Mirah.. dan Mirah?
“Ini bapak, silahkan diminum.”
“Terimakasih Mirah.” Handoko menerima cawan berisi teh hangat dengan gemetar. Mirah masih memegangi cawan itu, khawatir tumpah. Ia juga meminumkannya.
“Ma’af Mirah, kamu jadi repot melayani aku.”
“Mengapa bapak berkata begitu? Itu sudah menjadi kewajiban Mirah,” kata Mirah sambil meletakkan cawan kembali ke meja. Ditatapnya lagi wajah majikan gantengnya, lalu lagi-lagi ia merasa iba.
“Orang sebaik ini, mengapa isterinya menyia-nyiakannya?” katanya dalam hati.
“Mengapa kamu menatap aku seperti itu Mirah? Apa kamu kasihan melihat aku?”
“Oh, tidak bapak.. tidak.. Mirah hanya khawatir ketika bapak terjatuh, adakah yang merasa sakit ?” kata Mirah sambil tersenyum. Dan Handoko baru menyadari, alangkah manis senyum pembantunya.
“Aku tidak apa-apa, kakiku sedikit ngilu, terantuk kaki meja, tapi sekarang sudah reda.”
“Lain kali panggillah Mirah kalau bapak memerlukan sesuatu.”
Handoko mengangguk, lalu Mirah beranjak kebelakang melanjutkan pekerjaannya.
***
“Dari mana kamu Lupi? Tanya Dewi temannya ketika Palupi singgah dirumahnya.
“Dari pijat di salon..”
“Wah, kamu tuh.. memangnya pembantu nggak bisa mijitin? Atau suami kamu?”
“Gimana kamu ini, bukankah suami aku baru saja kecelakaan ? Lagian mana mau dia mijitin aku biar tidak sedang sakit sekalipun.”
“Kamu nih kerja apa, kayak yang sedang kerja keras saja, pake minta pijit segala.”
“Lelah aku. Dan dirumah juga sebel, jadi ya lebih baik keluar, cari udara segar.”
“Bukankah suami kamu sedang sakit? Mengapa malah ditinggalin?”
“Aku tuh nggak bisa jadi perawat, lagian ada pembantu dirumah, biar dia melayani suami aku.”
“Aneh kamu nih, melayani suami disuruh pembantu, bagaimana kalau dia juga melayani yang lainnya?”
Palupi tertawa keras.
“Masa sampai segitunya? “
“Banyak lho, kejadian seperti itu, karena terlalu dekat dengan pembantu, lalu terjadilah hubungan yang tidak kita inginkan.”
“Nggak mungkin lah suami aku mau sama pembantu.”
“Coba aja kamu terus-terusan ninggalin suami kamu hanya sama pembantu.”
“Aah.. ada-ada saja. Ngomong tentang piknik hari Minggu aja, jadinya bagaimana.. berangkat jam berapa.. kumpul dimana,”
“Beneran nih, kamu ngajakin kita jalan-jalan?”
“Ya bener lah..”
“Tega ninggalin suami ?”
“Nggak apa-apa.. sebel lah kalau dirumah saja sambil ngliatin orang sakit.”
***
Hari Minggu itu Palupi jadi pergi. Handoko tak menjawab apapun ketika isterinya berpamit.
“Sudah lho mas, pokoknya aku sudah pamit. Nggak enak sama ibu-ibu kalau aku nggak ikut,” kata Palupi sambil memakai sepatu, sedangkan Handoko duduk di sofa sambil menatap kearah televisi. Kursi rodanya terletak disampingnya.
“Miraaah.. “
“Ya bu..” kata Mirah sambil mendekat.
“Bawa tas yang ada diatas meja makan itu. Itu yang mau aku bawa, hanya beberapa camilan dan minum buat dijalan. Hati-hati, ada keripik disitu, kalau kamu banting nanti remuk dia.”
“Baik bu.”
Mirah mengangkat tas besar yang tadinya terletak diatas meja. Lumayan berat, karena juga berisi minuman, yang tentunya tidak sedikit.
“Langsung saya bawa ke mobil bu?”
“Iya lah, masa aku harus membawanya sendiri.”
Tersaruk langkah Mirah yang membawa tas berat itu. Lalu membawanya ke mobil.
“Langsung masuk ke bagasi Miraah !”
Mirah meletakkan dulu tas itu, baru membuka bagasi mobil.
Tapi ketika itu sebuah mobil masuk, lalu berhenti tepat disamping mobil Handoko.
Palupi sudah turun dari teras ketika seorang wanita setengah tua turun dari mobil itu.
“Mau kemana kamu? Kok membawa bekal begitu banyak?”
Palupi bergeming ditempatnya. Sang ibu mertua menatapnya tajam.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah telah hadir sang putri 2..mks mbak Tien...salam sehat bahagia selalu.🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien sayang
Iyeng SS Semarang
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah, ada palupi ada mirah, cerita yg sgt indah.. Semoga kita semua dpt berkah melimpah Aamiin, trimakasih Bu Tien, smoga sehat sllu. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
Delete1. “Yu MIraaaah... “ tiba-tiba terdengar teriakan dari arah depan. #Miraaaah
Delete2. Hih, enak saja, siapa semburu?” #cemburu#
Sugeng Dalu.
3. Handoyo merasa kakinya nyeri. Tapi yang lebih nyeri lagi adalah batinnya
Delete# Handoko #
4. "Orang sebaik ini, megapa isterinya menyia-nyiakannya?”
Delete#mengapa#
Terima kasih Bunda Tien,, selamat malam, sehat terus ya Bunda, tetap semangat,, Aamiin 😍😍😍
DeleteAlhamdulillah.......
DeleteSang Putri 02 sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah Sang PUTRI 02 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Besok lagi yaaa.. .
Alhamdulillah....mtnuwun mbk Tien
DeleteSemoga selalu sehat.
Nah luuuu Palup....nekat berangkat piknik gak ya?
Matu4 nuwun Eyang Uti eh mbak Tien
ReplyDeleteSalam Sehat dati Batang
Terima kasih atas hadirnya SP 02 Mbak Tien.
ReplyDeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Alhamdulillah Sang Putri~02 sudah hadir... maturnuwun bu Tien, semoga tetap sehat...
ReplyDeleteAlhamndulillah....terimakasih mbak tien
ReplyDeleteassalaamu'alaikum bunda tien...alhamdulillah yg di tunggu sudah tayang,semoga bunda selalu sehat dan tetap semangat...wassalaam...dr jmbg
ReplyDeleteMakasih Bu Tien Sang Puteri sdh hadir
ReplyDeleteSemakin seruu...Makasih mba Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteMatursuwun mbk Tien cerita barunya
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien salam dr Magelang
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien salam dari Magelang
ReplyDeleteWanita cantik lupa dirinya bs tetap cantik krn ada biaya perawatan dr siapa lg? Klu bukan dr jerih payah suaminya.. tp knp tdk peduli.. klu nti suami berpaling br terasa...smg Mirah tdk menj org ke-3 krn kesalahan diri Palupi sendiri... Kedatangan ibu mertua sbg pertanda kah?
ReplyDeleteMatur nuwun mbak tien-ku...sudah hadir menghibur kami semua.
ReplyDeleteWah, Palupi terlalu nih...tau rasa klo suaminya berpaling ke lain hati.
Danang Don yuan ...trus Mirah bagian siapa yaa...
Tentu manut dalangnya , gitu tentunya.
Salam sehat dari Sragentina mbak, meet you tomorrow , selamat malam ...
Wah mulai panas ya bu ceritanya. Palupi jadi pergi piknik idak ya..khan ada mertuanya .Jawaban ada di bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah hadir sang Puteri 02
ReplyDeleteEalahh .....PALUPI ...kalo pasang status di FB. Kok bisa ya bilang sebagai.. Wonder women ..🤭.🤣🤣. Jabang bayiiik tenan.
ReplyDeletePalupi adalh anisa jilid 2. Trims bu tien. Smoga tetp seht ditunggu besok ceritanya.
ReplyDeleteWah jan Palupi istri yg gak punya rasa tanggung jawab pada keluarga.. Sdh tahu suami sakit malah gak mau dirumah mau nya senang2 sendiri... Istri model apa ini. Salam sehat selalu buat Bu Tien .
ReplyDeleteSatu geng dgn Anisa menurut sumber berita mblengeri 🤣🤣
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg SP 02 hadir dg cantik.
ReplyDeleteKenapa Palupi g ada empati dikitpun thd suami yg sakit. Semoga ibu mertua bisa menasehati Palupi agar menjadi ibu yg baik.
Yustinhar Priok menunggu eps 03.
Matur nuwun, Berkah Dalem.
Alhamdulillah. Selesai sudah membaca Sang Putri Episode-02. CerBer Bunda Tien memang top banget. Ngangenin dan bikin penasaran.
ReplyDeletePrilaku Palupi dan Danang memang agak spesial. Bikin aku gregetan, tapi karena peran mereka-lah yg bikin cerita ini jadi semakin semarak.
TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. CerBer-nya selalu bisa melemaskan ketegangan otot-otot dikepala setelah menyelesaikan pekerjaan rutin-ku.
Semoga Bunda Tien selalu dan tetap sehat, juga bahagia lahir dan batin.
Nite nite 😙🇦🇺♥️
Terima kasih sudah tayang SP .. salam hangat dan sehat..SS Surabaya
ReplyDeleteSeru....Ide nya banyak banget bu Tien. Mantaff
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 2 sdh datang
ReplyDeleteSuwun mbak Tien yg sll menyenangkan penggemarnya
Salam sehat & bahagia, sll dlm lindungan dan kasih sayang Alloh. Semakin berkah
Matur nuwun Bunda untuk cerbungnya.
ReplyDeleteSehat selalu dan terus berkarya
Hormat kami dari Solo
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteSP~02 ....mulai menggelitik..
Palupi jwb apa ke mertua...suami sakit ditinggal piknik..awas dipecat jd menantu...😀😀
Lanjuut mbak Tien..
Salam sehat dr bandung..buatbak Tien & kelg.
Alhamdulillah sudah tayamg episode 2 Sang Putri
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu kelanjutannya
Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Gregeten sama si Lupi... Terimakasih Bu Tien, salam sehat dari Yogya.😍
ReplyDeleteWah ...Anisa muncul lagi nih he..he trimakasih bu Tien Sang Putri 02 sdh tayang salam sejahtera dari Yayuk Klaten.
ReplyDeleteAlhamdulillah Sang Puteri 02 sudah hadir
ReplyDeleteDuuh Palupi..suami sakit kok mau piknik
Seruu..dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Matur nuwun... Mbak tien...Smg sehat selalu jasmani rohani ekonomi berkreasi menuangkan dlm rangkaian cerita yg menarik pembaca
ReplyDeleteSang Putri cerita nuansa berbeda
Besok lg ya ibu Tien,kutunggu....
ReplyDeleteMaturnuwun,slm sehat penuh semangat
Alhamdulillah, sudah tayang SP2. Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.
ReplyDeletenah lo Paluli ketahuan ibu mertua..
ReplyDeleteTrm kasih bu Toen.. Sehat selalu ya Bu
Kami. Tunggu eps. Selanjutnya
Mksh bu Tien...seru dr awal dah kliatan konfliknya. D tunggu lanjutannya ya bu..Smoga ibu sehat slalu...aamiin
ReplyDeleteMakasih mbak Tien... Semoga tetap sehat dan terus berkarya...
ReplyDeleteYach rasain tuh Palupi... Kepergok mertuanya... Jadi istri kok ya ndak ada perhatian nya sama suami dan anaknya... Kalau beneran si Handoko tertarik sama Mirah baru nyesel tuh...
Mulai rame nih alur ceritanya.
ReplyDeleteMaksih eyang Ti..
Sehat selalu yaa
Terima kasih Mbak Tien.. SP 2 sudah hadir.. makin seru ceritanya. Semakin tak sabar menunggu lanjutannya. Semoga Mbak Tien dan kelg sehat terus. Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteSyukur deh ketauan mertuanya...kelakuan istri g terpuji,..mksh bu tien...sehat selalu njih
ReplyDeleteTerima kasih ... sudah di SANG PUTRI 02. Terima kasih mbak Tien
ReplyDeletePalupi mau diperistri Handoko, krn harta, kaya, mapan...dan ganteng, selebihnya tdk. Tahunya hanya foya-2. Seberapa lama Handoko tahan dgn sikap dan perilaku Palupi, istrinya...
ReplyDeleteSy serahkan pd Bu Tien utk lanjutan ceritanya. Maturnuwun, semoga Bu Tien dikaruniai Allah Swt kesehatan lahir dan batin. Aamiin...Salam dari Pondok Gede..
Alhamdulillah..
ReplyDeleteMtur swun bun....
Mugi2 tansah rahayu...
Haloo Haloo semangat pagi Mabk Tien, salam sehat sejahtera bahagia dari Lembah Tidar, Pakuning Tanah Jawa ... terimakasih kelanjutan cerbungnya .... Mohon Ijin perkenan tandingan emosi jiwa penuh sayang kok bbrp kali dengan peran assisten ya, bukan teman kerja ... hehehe (maaf bukan ngemingke assisten) ... biar lebih heboh gaduh jiwanya ... hehehehehe
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien..SP 02 sdh hadir..., mkn seruuu, ..
ReplyDeleteSalam seroja dr mgl
~rita h
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSalam sehat bu tien trims cerita ke 2 udah hadir...d tunggu cerita selanjutnya...salam dari jogja
ReplyDeletekok sudah mulai mengaduk aduk rasa ya.....salam sehat ibu Tien
ReplyDeleteYg baca sdh mulai semosi..... wkwkwkw.....liat Palupi..... Tks Bu Tien..... Yg sll kutunggu
ReplyDelete..salam sehat dr sby
Hangat
ReplyDeleteNah batal berangkat deh.....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Bu Tien bikin swmua orang penasaran... Semua menduga2
ReplyDeleteSemangat dan sehat bu Tien karya ibu dinanti banyak orang
Salut buat bu Tien semoga sehat selalu dan tetap semangat barakallah
ReplyDeleteSlmt soree mbaqu Tien sayang.. Mkshcerbung sang puteri.. Makingemeees aja tuh sm palupi.. Syukurintuh ibu mertuanya yg dtg.. Smgaja gagal perginya.. Bravoomba Tien sehat sll y mba.. Slmseroja dan kangendari farida sukabumi.. Muuaahh🥰🥰
ReplyDeleteTerimakasih cerbungnya Bu...
ReplyDeleteSemoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah ...
Barakallah fiikum...
Karakter palupi mirip anisa, tanda² bakal hidup melarat. Sok tahu Saya. Maaf.
ReplyDeleteSemoga mbak tien sehat² selalu.
ReplyDeleteBaru episode 02 sdh agak panas....ayo bunda bikin yg rada hot hot dikit.
ReplyDeleteSemoga Bunda sehat sll. Aamiin....
Alhamdulillah sang putri semakin seru dengan kelakuan palupi yg seenaknya, trimakasih bu tien telah mengaduk-aduk perasaan pembaca ..... semoga bu tien n kelg sehat2 selalu
ReplyDeleteSalam dr : arif - mojokerto
Suwun mb Tien SP 02 sdh tayang....
ReplyDeleteSabar menunggu SP 03.....🙏 salam sehat dr blora....
yang saya suka dari cerita mbak tien itu karena sesuai realita,memang begitulah di kehidupan nyata, ga dibuat buat, mengalir enak....makasih mbak Tien selalu ditunggu oleh ibu2 se nogotirto, dan se trah sastroharsayan
ReplyDeleteYuuuukkk ngintip dluuu.....sblm tidur.... Smoga Bu Tien sehat sll .... Salam dr sby
ReplyDeleteIkutan ngintip... tetap belum tayang.. sabar menanti Mbak Tien.. smoga selalu sehat ya Mbak.
ReplyDeleteNgintip aaah ...
ReplyDeleteMbok2 sdg hadir
Eh ternyata...
Belum ada
He he he
Kutunggu
ReplyDeleteDan
Kutunggu
Da ke tiga kali nya ngintip
ReplyDeleteTapi blm juga..
Sehat selalu ya bu..
Alhamdulillah cerbung baru bunda tien sudah tampil......saya jarang coment...tapi selalu mengikuti karya2 bunda....semoga sehat2 selalu bunda.
ReplyDeleteOh iya...."aduahai"nya kok sekarang jarang dimunculkan bunda.....kangen kata2 itu.....he..he..he...
Sdh usia karyanya tdk kalah dng yg muda semoga penuh keberkahan bersama kel.salam dr jogya
ReplyDelete