ADA YANG MASIH TERSISA 37
(Tien Kumalasari)
Tejo sudah selesai mandi dan berpakaian rapi, tapi ketukan dipintu masih terdengar.
“Hm, perempuan itu sungguh tak tahu malu. Sudah dilarang datang masih saja datang. Aku harus mendampratnya lebih keras. Apalagi dia baru saja menipu Supri dengan meminta uang yang katanya aku yang menyuruhnya.
“Selamat sore...” suara itu lagi, agak sayup bercampur suara televisi yang baru saja disetelnya. Tejo bergegas kedepan, membuka pintu rumah lalu membuka pintu bengkel. Umpatan itu sudah ada diujung mulutnya ketika sebuah bayangan nampak tersenyum lembut kearahnya. Tejo terpaku, dan untuk beberapa sa’at tak mampu membuka mulutnya.
“Tejo ?”
Wanita itu ... pernah sangat dekat dengan dirinya.
“Kk.. kamu? Dari.. dari.. mana kamu tahu kalau.. aku ada disini?”
“Masa aku tidak kamu persilahkan masuk dulu Jo?”
“Oh..eh.. iya.. iya.. masuklah..” kata Tejo sambil beranjak masuk kerumah diikuti oleh tamunya.
“Silahkan duduk. Apa kabar Dina?” tanya Tejo setelah mempersilahkan tamunya duduk.
Dina menatap kesekeliling.
“Benar apa yang dikatakan Supri, Tejo sekarang hidup sangat sederhana,” kata batin Dina.
“Kamu masih tetap cantik seperti dulu,” kata Tejo sambil menatap Dina lekat-lekat.
“Benarkah? Bukankah aku sudah semakin tua?”
“Berapa anak kamu?”
“Anak? Aku belum menikah,” kata Dina sambil tertawa.
“Belum ?”
“Belum ada yang mau sama aku.”
“Masa ?”
“Buktinya aku masih sendiri.”
“Hm...”
“Apa kabarnya Anisa?”
Wajah Tejo langsung muram.
“Jangan sebut nama itu lagi.”
“Kenapa? Dulu kalian sangat dekat, bahkan tak seorangpun berani mengganggu kamu,” kata Dina pura-pura tidak tahu.
“Nasibku buruk. Tapi tunggu, aku ambilkan kamu minum,” kata Tejo sambil berdiri dan membuka kulkas, mengambil dua botol minuman dingin, diletakkannya diatas meja dimana Dina duduk menunggu.
“Terimakasih Tejo, aku memang haus karena kelamaan berdiri didepan pintu. Ada lho setengah jam aku menunggu kamu membukakan pintu.”
“Aduh, ma’af.. ma’af.. aku kira Anisa yang datang, dan ketika aku kemudian membuka pintu, aku sudah siap mendampratnya.”
“Astaga, untung kamu segera melihat bahwa bukan Anisa yang datang. Kalau tiba-tiba kamu mendamprat aku, bisa pingsan aku Jo.”
“Tapi aku heran, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku tinggal disini?”
“Kasih tahu nggak ya.”
“Tak mungkin kamu tiba-tiba tahu.. pasti ada yang memberi tahu.”
“Apa itu penting?”
“Nggak sih, cuma aku heran saja.”
“Kamu kurusan Jo.”
“Iya, kan aku lagi prihatin..”
“Aku juga ikut prihatin atas semua yang terjadi sama kamu.”
“Tapi nada-nadanya kamu sudah banyak tahu tentang aku. Hm.. pasti Supri kan? Kamu tadi ketemu Supri bukan? Siang tadi dia membeli makanan lama sekali, setelah datang dia bilang sudah kenyang karena ditraktir teman. Hayo.. kamu kan?”
“Iya Jo...”
“Kamu mau mengejek kehidupan aku ini?”
“Tidak Jo, mengapa berkata begitu, aku cuma kangen sama kamu,” kata Dina sambil meneguk minuman yang disuguhkan.
“Benarkah ?”
“Benar. Berapa tahun aku tidak ketemu kamu, ya kangenlah.”
“Kamu kerja dimana ?”
“Disebuah toko pakaian, seadanya Jo, kan sekolahku tidak selesai, karena orang tua tidak mampu, jadi ya bekerja seadanya, itupun sudah aku syukuri.”
Tejo mengangguk-angguk, tapi kata ‘kangen’ itu tiba-tiba mengusik batinnya, membuatnya berdebar.
“Kamu tadi naik apa?”
“Naik ojol..”
“Nanti aku antar pulangnya, tapi karena aku nggak punya kendaraan juga, nganternya jalan kaki.”
“Boleh..”
“Sambil jalan-jalan, dan bercerita tentang perjalanan hidup aku.”
“Iya, aku akan mendengarnya. Kalau begitu cepatlah, jangan sampai aku kemalaman.”
***
“Pak.. aku ini sebenarnya kan lagi mikir Tejo..” kata bu Kusumo pada suatu sore.
“Lha kenapa lagi memikirkan Tejo? Menurut bapak dia sudah bisa berdiri tegak, dan itu hebat. Anakku bisa bangkit dari keterpurukannya, biarpun semua adalah karena kesalahannya.”
“Bukan itu pak. Menurut ibu, sebenarnya dia ingin rujuk dengan Miranti.”
“Ibu ada-ada saja..”
“Bapak itu kok tidak percaya. Seorang ibu itu bisa meraba bagaimana perasaan anaknya lho.”
“Biarpun begitu kan ada alasannya. Kalau hanya perasaan saja kan namanya hanya terbawa perasaan, belum tentu benar.”
“Ibu itu mendengar dari Tejo pak. Ya tidak secara langsung begitu. Itu lho pak, kemarin aku kan menelpon dia, bulan depan Miranti mau menikah, terus ibu bilang, supaya Tejo ikut. Katanya nggak mau, takut pingsan disana.”
Pak Kusumo hanya tertawa menanggapi kata-kata isterinya.
“Bapak kok malah tertawa.”
“Lha cuma bilang begitu saja kok dibilang ingin rujuk. Tapi kalaupun benar, ya mungkin saja. Dia menyesali perbuatannya sama Miranti ketika itu, lalu ingin memperbaikinya. Tapi kan semuanya sudah terlambat.”
“Iya sih. Kasihan aku sama Tejo.”
“Mengapa harus dikasihani bu, dia itu laki-laki, bisa saja cari ganti. Tejo itu ganteng seperti bapak. Nggak susah cari gadis cantik.”
“Iih, pasti kalau ganteng bilang seperti bapak deh.”
“Lha masa sih ganteng kok seperti ibu?”
“Hm... bapak nih, bisa saja.”
“Memang iya. Sudahlah bu, Tejo sudah kehilangan kesempatan mendapatkan isteri yang baik, dan itu kesalahannya sendiri. Tapi dia tak akan jatuh hanya karena itu. Percayalah, dia akan mendapatkan wanita lain sebaik Miranti. Paling tidak jangan yang seperti perempuan pengerat itu.”
“Iya, mudah-mudahan ya pak.”
“Sebetulnya bapak juga ingin merayakan pernikahan Miranti dan Pram, tapi karena Pram sudah mau merayakannya ya sudah, nanti pengantinnya kecapekan.”
“Nggak apa-apa pak, yang penting kita menghadirinya sebagai ungkapan rasa syukur kita kan?”
“Iya bu.”
***
“Kok senyum-senyum sendiri sih Pri?” tegur Tejo ketika melihat Supri datang pagi itu.
“Senyum lah, aku kan senang kamu ketemu pacar lama.”
“O.. jadi kamu. Benar dugaanku. Kamu cari makan lama sekali, lalu bilang sudah makan karena ditraktir teman, dan teman itu Dina kan?”
Supri tertawa ngakak.
“Dia bilang ketemu aku?”
“Tidak, aku bisa nebak kok. Darimana dia tahu bahwa aku tinggal disini coba, dari kamu kan?”
“Iya, tapi kamu senang kan?”
“Entahlah, apa dia masih suka sama aku ya?”
“Kok kemarin ketika ketemu nggak ditanya langsung, malah tanya sama aku, mana bisa aku menjawabnya?”
“Masih sungkan. Nanti sore aku mau kerumahnya.”
“Ya sudah, lanjutken..”
“Itu kan gaya pak Harto.. “
“Bagus kan.. lanjutken.. Jangan menangisi yang telah lalu, hadapi dan raih bahagiamu. Hanya kamu sendiri yang bisa melakukannya.”
“Aku kok jadi deg-degan..”
“Seperti ABG saja ta Jo.. pake deg-degan segala. Ayo.,. sa’atnya cari duit. Itu anak-anak sudah datang.”
Tejo tersenyum. Baiklah, raih bahagiamu Jo, jangan menangisi masa lalu yang memang pahit dan menggigit.
***
Sejak sa’at itu Tejo sering menjemput Dina ditempat kerja, dan mengajaknya makan di wedangan yang nyaman, lalu membuatnya semakin dekat. Bahwa cinta tidak datang tiba-tiba, itu benar, tapi ketika benar-benar datang semuanya akan menjadi indah.
“Kamu kan tahu siapa aku sekarang ini Din?”
“Ya tahulah, kamu kan Tejo, teman kuliahku dulu.”
“Bukan itu, hidupku sekarang ini, jauh dari kemewahan dan berlimpahnya harta. Aku miskin Din, apakah kamu mau berdekatan dengan orang miskin?”
“Miskin itu apa Jo? Diriku sendiri tidak dilahirkan sebagai orang berada. Miskin harta itu boleh, asalkan jangan miskin jiwa. Kalau miskin jiwa maka nurani tak akan ada. Bisakah hidup tenang tanpa hati nurani yang bersih dan bermartabat? Tapi miskin harta orang bisa bahagia, tergantung bagaimana kita mensyukurinya.”
Tejo menatap Dina tanpa berkedip. Semakin hari sikap Dina semakin menarik hatinya. Dia tahu bahwa dirinya bukan lagi anak orang berada yang bergelimang harta. Dia hanya seorang tukang bengkel yang terkadang kotor dan penuh coreng moreng. Tapi toh Dina tak pernah menjauhinya. Tejo tahu sejak dulu Dina suka pada dirinya, tapi bukan karena dirinya kaya. Ketika mengetahui keadaannya sekarang, rasa suka itu tak pernah surut. Ia rela membiarkan dirinya tetap sendiri karena setia pada perasaan cintanya.
Dina jauh bedanya dengan Anisa, bagaikan bumi dan langit. Lalu Tejo merasa bahwa dia juga mencintainya. Dina gadis yang luar biasa, penuh semangat dan menggenggam erat apa yang diyakininya.
“Kok menatap aku seperti melihat barang aneh sih Jo?”
“Bukan barang aneh, tapi barang yang luar biasa.”
“Oh ya?”
“Apa kamu juga tahu bahwa aku ini seorang duda?”
“Kan kamu sudah cerita semuanya. Ya tahulah, aku menyimak dengan baik kok.”
“Maukah kamu dilamar seorang duda miskin ?” kata Tejo yang tiba-tiba memiliki sebuah keberanian untuk mengungkapkan isi hati.
“Ini lamaran ?” tanya Dina menahan senyum.
“Ya...”
Dan diantara remang lampu di arena wedangan itu, sebuah wajah membiaskan rona merah. Mata beningnya berkedip-kedip, bak bintang dilangit sana, diantara desir angin malam mengusik dedaunan disamping mereka. Berpacu dengan desir jantung mereka masing-masing.
Tejo meraih tangan Dina yang terletak diatas meja dan menciumnya lembut.
“Jadilah isteriku, seorang duda miskin tapi memiliki sejagad cinta.”
“Sekarang kamu pintar merayu ya Jo,” kata Dina sambil menarik tangannya, sungkan karena berpasang mata memandang kearahnya.
“Demi kamu, aku belajar merayu semalaman.”
Lalu Dina tertawa lirih, tapi rona bahagia tampak pada wajahnya.
Adakah yang lebih indah dari ketika dua hati saling bertaut?
***
Bu Kusumo yang sudah tahu tempat tinggal Tejo, siang hari itu membawa nasi lengkap dengan lauk pauknya.
“Ini, tidak usah beli, sudah ibu bawakan makan siang untuk kalian semuanya,” kata bu Kusumo sambil meletakkan satu tas besar berisi makanan.
“Pri.. ini Pri... “ Tejo berteriak memanggil Supri.
“Ya, waduh ibu membawa banyak makanan, enak-enak lagi.” Kata Pri sambil mendekat.
“Iya Pri, sekali-sekali tidak usah beli, ini ibu yang masak. Ayo, dimakan sama teman-teman kamu.” Kata bu Kusumo.
“Iya bu, terimakasih banyak. Kami selesaikan pekerjaan dulu bu, kurang sedikit, setelah itu kami makan.”
“Baiklah, ibu tata dimeja sini ya.”
Tejo duduk dikursi, membantu ibunya menaruh lauk pauk dipiring.
“Jo, minggu depan ini Miranti menikah lho. Kamu ikut ya?”
“Bolehkah Tejo membawa teman?”
“Supri?”
“Bukan bu.. ini..” kata Tejo sambil membuka ponselnya dan menunjukkan kepada ibunya sebuah foto.
“Ini.. ibu seperti mengenal wajah ini.. siapa ya Jo?
“Teman kuliah Tejo dulu, tapi kuliahnya nggak selesai karena biaya.”
“O, iya.. mungkin ibu melihat ketika rame-rame main kerumah bersama teman kamu yang lain ya Jo.”
“Iya bu.”
“Lalu.. maksudmu.. kamu mau mengajak gadis ini?”
“Namanya Dina bu. Andina.”
“O.. iya.. iya.. ibu ingat, Dina.. cantik lho Jo. Kamu mau mengajak dia ke pernikahan Miranti?”
“Kalau ibu sama bapak mengijinkan.”
“Nanti dulu, dia gadis baik-baik? Jangan seperti Anisa, ibu nggak mau.”
“Dia jauh bedanya dengan Anisa bu. Dia bisa menerima Tejo dengan keadaan Tejo yang seperti ini. Dia sangat baik dan bijaksana.”
“Benarkah?”
“Nanti kalau ketemu ibu bisa menilainya.”
“Hm.. tampaknya baik, sinar matanya lembut, senyumnya manis, matanya teduh.. Coba le, kirimkan fotonya ke ponsel ibu, biar nanti bapak juga melihatnya.”
“Baik bu. Tapi dia juga bukan anak orang kaya. Sa’at ini dia bekerja disebuah toko pakaian,” kata Tejo sambil mengirimkan foto Dina ke ponsel ibunya.
“Baiklah Jo, tapi sesekali bawalah kerumah, biar ibu dan bapak mengenalnya lebih jauh.”
“Besok Minggu Tejo akan mengajaknya kerumah, biar ketemu bapak sama ibu.”
“Iya le. Syukurlah, ibu senang kalau kamu sudah mendapatkan seorang wanita yang baik. Semoga dia setia mendampingi kamu, apapun dan bagaimanapun keadaan kamu.”
“Aamiin.”
“Itu.. Supri dan teman-temannya sudah selesai belum, ayo makan dulu rame-rame nak,” teriak bu Kusumo riang.
***
“Pak.. bapak.. coba pak.. lihat ini,” kata bu Kusumo bersemangat sambil menunjukkan foto Dina yang ada di ponselnya.
“Ini siapa sih bu?”
“Cantik nggak ?”
“Cantik dan manis. Siapa nih bu, apakah dia seorang gadis yang mau ibu jodohkan sama anakmu Tejo?”
“Bukan pak, dia itu gadisnya Tejo.”
“Gadisnya Tejo? Maksud ibu, Tejo sudah mendapatkan gadis yang cocok? Gadis ini?”
“Bagaimana menurut bapak?”
“Cantik, matanya bagus, senyumnya menawan.. darimana Tejo mendapatkan gadis secantik ini? Asal jangan sseperti perempuan pengerat itu ya.”
“Ini kan Dina, teman kuliah Tejo, cuma dia tidak sampai selesai karena tak punya biaya.”
“Oh.. iya, tapi bapak lupa sih, kan teman Tejo lumayan banyak.”
“Dia bilang, akan mengajak Dina ke pernikahan Miranti, apa bapak mengijinkan?”
“Apakah gadis itu baik?”
“Kata Tejo sih baik, dia mau menerima Tejo apa adanya.”
“Coba saja ajak kemari bu, biar bapak lebih mengenalnya.”
“Ibu sudah memintanya, katanya besok Minggu mau diajak kemari.”
***
Hari itu Tejo nyamperin kerumah Dina, mau diajaknya kerumah bapak ibunya. Sebenarnya Dina ragu-ragu, menyadari siapa dirinya.
“Mengapa takut Din? Bapak ibuku itu baik.” Kata Tejo ketika sedang berjalan sebelum mencari taksi.
“Tapi aku ini hanya anak orang biasa.”
“Yang menginginkan kamu itu aku, laki-laki yang juga tak punya apa-apa. Bapak sama ibuku hanya menginginkan calon menantu yang baik.”
“Apakah aku calon menantu yang baik?”
“Kamu sangat baik, sudahlah Din, jangan merasa rendah begitu, aku sendiri juga bukan laki-laki yang sempurna. Ayo kita panggil taksi,” kata Tejo sambil mengambil ponselnya, sementara Dina bergayut dilengan Tejo. Namun tanpa mereka sadari sepasang mata menatapnya dengan penuh kebencian.
***
Besok lagi ya
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam.sehat dari Batang
Horeee......
DeleteBatang juara 1
Horeee .....
DeleteBatang juara 1
Pas buka pas ada itu sesuatu bingit..trimakasih Bu Tien.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien ... AYMT 37 sdh terbit.
ReplyDeleteSalam hangat kami dari Yogya.
wahh anisa nih kayanya
ReplyDeleteAlhamdulillah. Terima kasih mbak. Salam sehat selalu
ReplyDeleteYang diintip muncul. Terima kasih bu Tien sudah memunculkan tokoh baru yang baik untuk Tejo..hati hati ada yang menatap dari jauh dengan kebencian...pasti Anisa.
ReplyDeleteSelamat malam Bunda Tien,, sehat terus ya Bunda,, terima kasih πππ
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien bakalan bisa tidur lelap nih kelanjutannya dah hadir...hloh Annisa muncul lagi?kasihan Dina..semangat ya bu sehat selalu salam dari Ambarawa
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar
Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai...,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Wuaduh....
DeleteSdh banyak mbukak..
Alhamdulillah.......
AYMT 37 sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah AYMT 37 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Terimakasih bu Tien. Sepertinya Anisa akan membuat ulah lagi deh
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayamg episode 37
ReplyDeleteTerimakasih Cerbung nya ibu Tien Kutunggu kelanjutan ceritanya
Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Alhamndulillah.... Terimakasih mbak tien
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Sudah tayang.. Trimakasih bu Tien
ReplyDeleteSalam dari kami keluarga the Yakub dan guru- guru smpn 45 bandung..
Tetap semangat, selalu sehat, bahagia selamanya...
Intip2 pas hadir episud 37 mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteMakasih mbak tien-ku...
ReplyDeleteCuma muncul Tejo doang. Kangen sama Miranti ...he he he.
Salam sehat dari Sragentina ...good nite...have a nice dream.
π΄
Yang jelas Anisa..dia kan selalu memantau Tejo...
ReplyDeleteTerima kasih sudah terbit AYMT 37.
Salam sehat Bunda..
Whaaa, ada pengganggu lagi..
ReplyDeleteJangan menyerah Jo....Dina cocok untuk kamu. Biarkan aja Anisa...tinggal'in aja Jo
Salam sehat mbak Tien, salam Seroja dr Boyolali
Alhamdulillah AYMT 37 sudah hadir
ReplyDeleteYg menatap dari jauh dg penuh kebencian, pasti Anisa..
Ayo Dina raih kebahagiasn bersama Tejo
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Alhamdulillah sudah tayang lebih awal. Jadi bisa tidur lebih cepat, ndak perlu nunggu lama.
ReplyDeleteTERIMA KASIH ya, Bunda Tien.... Semoga Bunda sehat dan bahagia selalu. Selamat beristirahat, dan ditunggu episode berikut-nya ya, Bundaaaa...
Nite nite π¦πΊ π΄πͺπ€π€π€π€
Matur nuwun... Mbak tien... Tejo menemukan pasangannya...mbak tien luar biasa semoga sehat lahir batin sll dlm lindungan Allah SWT
ReplyDeleteAlhamdulillah... terima kasih bu Tien...semoga sehat selalu...
ReplyDeletesemoga tejo lekas mendapat kebahagiaan... dan cerita miranti dan pramadi bahagia.... diunkapkan bu... agarpembaca puas membacanya ...π
Dan wanita pengerat itu dihujam kata2 oleh tejo dan dina ...biar makin seru
Alhamdulilah sdh. Tayang cerbung yg selalu kunanti semoga tambah seru dan tambah semangat. Menantinya
ReplyDeletePuji Tuhan obu Tien sehat, semangat, produktif shg AYMT37 hadir gasik dan cantik.
ReplyDeleteSenang Tejo sdh ketemu jodoh lagi...
Semoga Anisa yg datang dg tatapan kebencian itu tdk bikin ulah.
Semoga Anisapun mulai bertobat dan dpt jodoh orang baik pula.
Yustinhar dkk di Priok menunggu eps 38 yg penuh kebahagiaan...
Matur nuwun Berkah Dalem
Puji Tuhan obu Tien sehat, semangat, produktif shg AYMT37 hadir gasik dan cantik.
ReplyDeleteSenang Tejo sdh ketemu jodoh lagi...
Semoga Anisa yg datang dg tatapan kebencian itu tdk bikin ulah.
Semoga Anisapun mulai bertobat dan dpt jodoh orang baik pula.
Yustinhar dkk di Priok menunggu eps 38 yg penuh kebahagiaan...
Matur nuwun Berkah Dalem
Puji Tuhan obu Tien sehat, semangat, produktif shg AYMT37 hadir gasik dan cantik.
ReplyDeleteSenang Tejo sdh ketemu jodoh lagi...
Semoga Anisa yg datang dg tatapan kebencian itu tdk bikin ulah.
Semoga Anisapun mulai bertobat dan dpt jodoh orang baik pula.
Yustinhar dkk di Priok menunggu eps 38 yg penuh kebahagiaan...
Matur nuwun Berkah Dalem
Matur nuwun Mbak Tien.. sedikit meramal barangkali cocok...π€.# Ada yg masih tersisa.#..maksutnya cintanya Pram ke Miranti...dan cintanya Dina ke Tejo.. ππ. Tembus dua nomeran njih mbak.π.. Maaf Estu mbak Tien ..sering sembrono.
ReplyDeleteRame konde....siiip mbak Tien sayang. Cerita dengan tokoh baru ini bergulir lancar dan indah. Selamat kemut-kemut, anisa.
ReplyDeleteHanya orang yang mau belajar dan berjuang yang bisa bertahan dalam hidup ini.
Maturnuwun mbak Tien sayang..
Iyeng SS Semarang
Matur nuwun bu Toen...AYMT37 sdh hadir...
ReplyDeleteyg menatap itu Anisa ya... biarkan dia mendapat hukiman.atas kelakuannya
biar Tejo mendapat kebahagiaan sebagai pengganti Miranti...dan menikah dg perempuan yang baik seperti Dina
Matur nuwun bu Toen...AYMT37 sdh hadir...
ReplyDeleteyg menatap itu Anisa ya... biarkan dia mendapat hukiman.atas kelakuannya
biar Tejo mendapat kebahagiaan sebagai pengganti Miranti...dan menikah dg perempuan yang baik seperti Dina
Alhamdulillah, suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dr Bekasi
Wuih ada yang bersengit ria, mbok biarkan mereka berdua sebiduk mendendangkan nyanyian bahagia ala India, seneng aku kalau ceritanya hepi ending, terima kasih mbak Tien, sehat sehat selalu, bahagia bersama keluarga tercinta.
ReplyDeleteNanang; sedeku maneh.
Koq pada yakin itu anisa. Smoga bu tien bikin tokoh baru. Laki2 yg gagl mendpt perhatian andina. Biar pd kecele he.. he..
ReplyDeleteSetuju pendapat pembaca klu yg memandang dr jauh itu Anisa... Smg tdk jd penghalang kebahagiaan Tejo dan Dina... Biarlah mereka berdua merajut cinta lama.. dan smg ada jalan menuju kebaikan bagi Anisa... Apa akan jatuh pd lubang yg sama? Belajarlah dr pengalaman.. lhtlah realita.. bhw hidup enak hrs dengan usaha.. tdk menggun org lain utk kesenangan duniawi yg tiada hbsnya.. ditunggu eps selanjutnya mb Tien... Slm seroja selalu..
ReplyDeleteHalow mbak Tien smg sehat selalu..ayo Tejo dan Dina lanjutken..salam sehat dari Pejaten, Pasar Minggu
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien.. salam sukses selalu buat mbak Tien dr Sawahlunto..πππ
ReplyDeleteHore.... bisa tidur nyenyak. Biarin aja anisa mah... makasih bu Tien... sehat selalu...
ReplyDeleteHallo mbak Tien...makin sehat yaa..
ReplyDeleteTrimakasih aymt-37..seruuu..
Tejo lg penuh bunga..eeeh..ada yg liat dgn kebencian..sampe kaget..pasti anisa..nyeseel pastii..tp ya itulah metik buahnya akibat ulah sendiri..moga aja sadar...duuh maaf..jd esmosis sm anisa..π
Semoga tejo jg bahagia..
Calon penganten ga klr ni mbak Tien..lg dipingit yaaa...hehehe..π
Lanjuut mbak Tien..
Salam sehat dari bandung.
Puji Tuhan... AYMT 37 udah hadir. Terima kasih Bu Tien. Sehat dan semangat selalu nggih Bu.
ReplyDeleteJadi senyum² sendiri nih... baca Tejo dan Dina memadu janji kasih.
Ditunggu cerita selanjutnya Bu Tien.
Salam dari Semarang. Berkah Dalem Gusti π
Sugeng dalu bu Tien...
ReplyDeleteMatur nuwun bs menikmati karya indah panjenengan...
Bu Tien sehat2kan?...selalu sehat ya bu, jangan lupa jaga kesehatan, jangan kecapekan dan minum air putih anget sebanyak kebutuhan, sesuai usia kita....
Salam sehat dan bahagia kagem bu Tien serta Amancu...
Selamat beristirahat ❤ππ
Ahaa ...pasti itu sepasang mata Anisa perempuan pengerat kata pak Kusumo π wah bu Tien memang pinter membuat penasaran para pembaca setia. Trimakasih bu Tien semoga sehat selalu dan semangat dlm berkarya Gusti mugi paring berkah ...salam Yayuk Klaten.
ReplyDeleteSemoga Tejo yang sudah bertobat mendapatkan jodohnya yang baik. Salan sehat dan semangat mbak Tien.
ReplyDeleteAkhirnya Tejo yang sudah bertobat menemukan kebahagiaannya, terima kasih bu Tien sudah menghibur kami, semoga senantiasa sehat...π€²π
ReplyDeleteAnisa ya yg menatap mrk? Makasih mba Tien . Salam sehat selalu
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien... pas nglilir ternyata AYMT~37 sudah hadir..π
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien sal dari Magelang
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang. Terimakasih Bu Tien. Salam seroja dari Magelang.
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang...
ReplyDeleteMtrswnb Tien...sehat selalu...
Salam dr YulieSleman Sendowo
Trmksh mb Tien .......salam sehat dr blora....π
ReplyDeleteTrimakasih Bu Tien atas karya indahnya....smg selalu sehat.salam dari Blitar
ReplyDeleteAlhamdulilah yg d tunggu2 udah tayang ....trims bu tieΓ±
ReplyDeleteDan salam sehat dari jogja
Maturnuwun ibu Tien,selalu setia menunggu kelanjutan critanya
ReplyDeleteSalam sehat dan bahagia selalu
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Wilujeng kang sami pinanggih
Alhamdulillah ...... terimakasih bu tien sdh terbit epst 37 yg menghibur, semoga bu tien dan keluarga sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT ..... Salam dari arif - mojokerto
ReplyDeletepas buka pas ada...alhamdulillah...suwun banget mba tien sayaaang.......pasti itu anisa yg sedang memata matai tejo.....puas tah...
ReplyDeleteWaah.. Anisa datang.
ReplyDeleteBu Tien memang pancen oye..
Alur cerita nya okee..
Sehat selalu tuk bu Tien n klg.
Dan pembaca setia karya bu Tien..
Wah, Tejo membangun CLBK dan bersambut...syukur. Maturnwun Bu Tien, ceritanya mengalir bgt indah. Semoga Pak dan Bu Kusumo benar menemukan menantu sprt Miranti. Ditunggu eps berikutnya, teriring do'a, semoga Bu Tien sll sehat wal afiat dlm lindungan dan hidayah Allah Swt. Aamiin. Salam sehat dari Mashudi, Pondok Gede.
ReplyDeleteTejo , bahagia km ....sdh kembali ke jln yg benar . Supri ..km sahabat setia. Dina ayo km menemukan cintamu lg
ReplyDeletePasti anissa...dan pasti bikin ulah lagi...π‘
ReplyDeleteUhhh...jd kebawa alurπ
Alhamdulillah aymt 37 udah tayang...aduh makin ketagihan aja dgn ceritanya rasanya cepat sekali hbs ..tks mbk tien ...ditunggu episode berikutnya pasti lebih greget nya mbk tien
ReplyDeleteAlhamdulillah part 37 sdh tayang. Matur suwun Jeng Tien. Salam sehat dan selamat berkarya terus. Dari Uti di Malang bumi Arema. Salam Satu Jiwa.
ReplyDeleteAlhamdulilah sudah bisa buka dan mengikuti petualangan cinta tejo. Makasih M Tien. Salam sehat dan ceria. Dari perbatasan Dukun, Muntilan n Sawangan Magelang ( lereng Merapi )
ReplyDeleteSelamat siang teman-teman pecinta novel bermutu. Cerbung mbak Tien Kumalasari ada 3 yang sudah dibukukan, yaitu Sepenggal Kisah ( tinggal 3 buku), Sekeping Cinta Menanti Purnama (tinggal 13 buku) dan Saat Hati Bicara (sowy..habis).
ReplyDeleteSekarang sedang naik cetak, Lastri.
Monggo dikoleksi novelnya...
Iyeng Sri Setiawati Semarang
SEkarang SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA TINGGAL 9 buku jeng Iyeng.
DeleteKlo dalang memunculkan Cakil pasti ada perang lagi. Tapi Cakil pasti kalah.
ReplyDeleteHebatnya itu...baca Tejo yg sadar kesalahannya, trs 'diwejang' bapaknya, hati ini ikut trenyuh,tersentuh...dan ketika orang 'baik' mendapat kebahagiaan, ikut gembira juga.
Bravo mbak tien-ku...salam sehat dari Sragentina .
Alhamdulillah sdh punya 3 novel yg sdh dicetak
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeletealhamdulillah,,,legaa akhirnyan tejo sudah mendapatkan pasangan.dan sepasang mata dgn penuh kebencian itu pasti Anisa terima kasih bunda tien semoga bunda senantiasa dlm lindungan-NYA Aamiin salam sehat bahagia dr jmbg
ReplyDeleteAnisa , hrsnya km plg aja bantu ibu .bener kt Rita...biarkm bisa merasakan bagaimana sulitnya mencari uang . Bukan mlh blg ga mau kotor . Inget asalmu dong . Mb Tien saya baca epi 37 berulang ulang . Yg seneng ya gemes .mb Tien pancen oye
ReplyDeleteMalam bu Tien ...
ReplyDeleteSeru banget ceritanya ....
Nanti part 38 sebelum jam 21 yaaaa
Ha ha ha ngarep banget ya bu ....
Soalnya penasaran banget bu ...
Salam hangat dan sehat selalu buat bu Tien tersayang GBU
Tejo... tejo... aku doakan utk kebahagiaanmu ya le... lupakan Anisa dan raih kebahagiaanmu bersama Dina. siiipppp Mbak Tien... alur ceritanya ya bikin deg2an.. ya bikin lego dan senang... slmt berkarya terus Mbak.. smoga selalu diparingi sehat ya Mbak Tien. Salam seroja selalu dari Semarang.
ReplyDeleteKutunggu dan kutunggu lagi
ReplyDeleteepisode 38
bilakah dirimu kan datang
anganku terus melayang
Semoga Mbak selalu sehat... ditunggu lanjutannya Mbak. Matur suwun.. sugeng ndalu.
Inceng inceng, dah mulai ngantuk...
ReplyDeleteBlm muncul....
Siap baca pas kebangun ajalah..
Ngantukkk...met malem mbak Tien.
Semoga sdh hadir
ReplyDeleteLibur nggih mbak?
ReplyDeleteSepertinya njedul tengah malem..
ReplyDeleteSekarang istirahat dulu..
Bisa dibaca besuk pagi"..
Met malem ππ
?????
ReplyDeleteSiapakah yg melihat Tejo dan Dina....
ReplyDeleteTentu Anisa...
Salam sehat selalu mbak Tien
Kirimkan buku Sekeping Cinta Menunggu Purnama telah kami terima....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Episode 38 dst kok tidak ada ya ibu.....ππ
ReplyDelete