Wednesday, November 4, 2020

ADA YANG MASIH TERSISA 23

 

ADA YANG MASIH TERSISA  23

(Tien Kumalasari)

 

Miranti masih terpaku ditempatnya. Kata-kata ‘aku akan menceraikanmu’ adalah sebuah kata perpisahan, dan bagaimanapun sebuah perpisahan akan menggoreskan sebuah luka.

Sungguh Miranti tak ingin bersorak atas kata-kata Tejo itu, walau rumah tangganya bukanlah sebuah rumah tangga yang utuh, bahagia dan saling mencintai. Bahwa kata perpisahan sudah lama difikirkannya tapi Miranti tak menduga akhirnya perpisahan itu benar-benar akan terjadi. Didekapnya Abi dan diciuminya dengan linangan air mata.

Ada sedikit rasa syukur dihati Miranti, bahwa bukan dia yang lebih dulu mengatakan ingin berpisah, walau justru ibu mertuanya sendiri yang menganjurkannya.

Miranti masih terpaku diteras sambil menggendong Abi, ketika mobil yang dikendarai Pram memasuki halaman. Dan Miranti masih terpaku ketika Pram turun dari mobil dan mendekatinya.

“Ada apa?” tanya Pram ketika melihat air mata mengambang disepasang mata bintang yang menghiasi wajah cantik itu.

Miranti duduk dikursi teras, Pram mengikutinya.

“Ada apa?” ulang Pram.

“Semuanya sudah selesai,” jawab Miranti lirih.

“Selesai ? Apanya yang selesai ?”

“Rumah tangga aku..”

“Apa maksudmu ?”

“Tejo sudah mengatakan akan menceraikan aku..”

Pramadi menatap Miranti, mencari apa yang ada didalam benak wanita yang dicintainya itu setelah suaminya akan menceraikannya. Sedihkah Miranti, atau gembirakah, atau tak ada kesan apa-apa yang ditangkapnya.

“Semalam ada kejadian luar biasa,” lanjut Miranti.

“Wouw..”

“Pram, semuanya tak terduga, dan ibu mengetahuinya.”

“Mir, tolong ngomong yang jelas, jangan melompat-lompat begitu dong.”

Miranti menceritakan semuanya, yang didengar Pram dengan pandangan tak percaya.

“Jadi Ana itu Anisa? Kalau begitu yang kita lihat di warung gudeg itu benar Ana dong. Dia melepas tahi lalatnya, melepas ikatan rambutnya. Dan disitu ada suami kamu juga, jadi mereka berdua dong.”

“Benar Pram, aku baru tahu setelah semalam semuanya ketahuan.”

“Kurangajar benar, rumah sendiri dijadikan rumah mesum. Herannya kamu tidak pernah memergokinya.”

“Benar, aku pernah sih mendengar suara aneh dari dalam kamar Ana, tapi aku mengira ketika itu Ana sedang mengigau. Aku sama sekali tidak menduga kalau mas Tejo ada didalam, aku kira dia sudah mendengkur dikamarnya. Dan selamatlah aku karena aku tak ingin membuka pintu Ana waktu itu. Kalau itu terjadi, bisa jadi aku pingsan ditempat.”

“Hebat benar Tejo ya.. bisa menyembunyikan bau busuk selama berbulan-bulan. Tega benar dia mengotori rumah tangganya sendiri dengan perbuatan kotor yang sangat menjijikkan.”

“Malam itu ibu mengusir Ana, lalu mas Tejo mengejarnya dan mengantarnya pergi. Sa’at itu ibu mengatakan bahwa dia bukan anaknya lagi. Bahkan ibu menyuruh aku agar minta cerai dari mas Tejo. Tapi aku tak perlu melakukannya karena mas Tejo akan melakukannya hari ini juga.”

“Ya Tuhan..”

“Lalu mangapa tadi dia kembali kemari?”

“Hanya mengambil barang-barangnya, lalu menggendong Abi, mendekapnya erat, lalu bilang ‘titip anakku, aku akan menceraikan kamu’. Setelah itu dia pergi.”

Miranti mendekap Abi yang tiba-tiba merengak.

“Dan gelang yang hilang waktu itu, ternyata dibawa Ana.”

“Kok kamu tahu?”

“Semuanya Tuhan yang mengaturnya Pram, ketika dia mau keluar dari rumah, kotak perhiasan yang waktu itu digenggamnya, jatuh dan isinya tumpah semua, lalu sebuah gelang tiba-tiba menggelinding, jatuh tepat didepan ibu.”

“Allah hu akbar...”

“Sebuah keanehan ya Pram, dan ibu mengenali bahwa itu adalah gelangku, karena modelnya ibu sendiri yang memilihnya.”

“Semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Semoga ini jalan terbaik untuk langkah kamu selanjutnya.”

“Aamiin.”

Tapi kemudian Pram berfikir akan meninggalkan penyamarannya sebagai sopir pribadi Miranti.

***

“Bu, kok wajahmu tampak berbeda pagi ini ?” tanya pak Kusumo ketika bu Kusumo duduk disebelahnya.

“Masa sih pak? Aku kok biasa-biasa saja.”

“Apa mataku yang salah?”

“Perkiraan bapak yang salah..”

“Mungkin orang kalau lagi sakit pandangannya kelihatan lain ya bu? Menurutku wajahmu seperti pucat, seperti habis menangis.. gitu.”

Bu Kusumo terdiam. Apakah wajahnya kelihatan sembab?

“Jangan sampai suamiku tahu tentang kejadian semalam, setidaknya sampai dia benar-benar sembuh,” kata batin bu Kusumo.

“Bapak ada-ada saja.. mungkin karena semalam banyak cerita sama Miranti sehingga jadi kurang tidur,” akhirnya jawab bu Kusumo.

“Kamu jangan sampai kurang tidur bu, biar aku saja yang sakit, jangan sampai kamu juga sakit. Orang kalau kurang istirahat kan jadi sakit.”

“Iya, ibu tahu..”

“Bagaimana kabar cucuku?”

“Lucu pak, sudah bisa diajak tertawa.. dan ngoceh semaunya..”

“Aku kangen bu..”

“Iya, nanti kalau bapak sudah sembuh, kita kesana, atau biar Miranti yang mengajak kerumah kita.”

“Aku rasanya seperti sudah baik lho bu.”

“Ah, bapak itu.. lihat, masih dipasang infus, berarti bapak belum sehat.”

“Tapi kan aku sudah tidak butuh asupan oksigen lagi.. nafasku sudah normal..”

“Iya pak, sabar sedikit.. nanti kalau sudah benar-benar sehat pasti boleh pulang. Daripada nanti sampai dirumah merasa sakit lagi... jadi bolak balik kerumah sakit dong.”

“Keadaan kantor bagaimana? Apa Tejo bisa melakukan tugasnya selama aku sakit? Anak itu tidak bisa diserahi tanggung jawab.”

“Bapak jangan memikirkan apapun.. pikirkan saja kesehatan bapak, nanti kalau bapak sudah benar-benar sehat baru boleh memikirkan kantor. Biarpun Tejo tidak pintar mengurus usaha kita, tapi kan anak buah bapak sudah bisa melakukannya dengan baik.”

“Katanya hari ini orang-orang kantor akan membezoek..”

“Kalau begitu nanti bapak bisa menanyakan keadaan kantor, atau pesan apa.. gitu kan pak?”

“Semoga Tejo tidak ikut kemari. Bapak masih belum bisa melupakan semua kekecewaan bapak atas anak kamu itu.”

“Ya sudah, nyatanya dari kemarin nggak datang ya berarti dia nggak akan datang.”

“Kalaupun kamu atau Miranti tidak mengatakannya, dia juga pasti mendengar dari orang-orang kantor.”

“Apa bapak sebenarnya ingin supaya Tejo datang?”

“Tidak.. tidak.. semoga tidak usah datang..”

Hampir terucap dibibir bu Kusumo cerita malam ‘mengerikan’ itu kepada suaminya, tapi ditahannya.

***

“Mas, kok lama sekali perginya, darimana saja..?” Tanya Anisa ketika Tejo sudah ada dirumah.

“Mengambil barang-barang aku yang ada di kantor dan dirumah. Aku kan sudah bilang?”

“Mengapa lama sekali? Ada perpisahan mengharukan dengan isteri kamu ?”

“Ada-ada saja .. ya enggak lah, aku sekalian ke pengadilan agama, mengurus perceraian aku sama dia.”

“Benar, kamu mau bercerai?”

“Mau bagaimana lagi.. diteruskan juga nggak ada gunanya. Orang tuaku sudah membuang aku, jadi aku harus hidup sendiri.”

“Hm, mau makan apa kamu? Sudah nggak jadi membelikan aku mobil, apa nanti yang akan kita makan? Apa kamu masih punya uang?”

“Ada sih, tapi nggak seberapa.. Nanti aku akan berusaha. Masalah mobil.. kan mobilku ada.. bisa saja kalau kamu mau memakainya.”

“Benar ?”

“Kan aku ada dirumah kamu..”

“Tapi sebaiknya kita punya rumah sendiri ah mas.. nggak enak kalau aku merepotkan orang tua. Kalau sehari dua hari sih nggak apa-apa, kalau kelamaan malu. Tahunya mereka aku kan isteri pengusaha kaya, masa rumah saja ndompleng orang tua?”

“Kalau beli rumah ya belum mampu, aku harus punya usaha dulu..”

“Ya kelamaan mas.. “

“Kamu harus sabar Ana.. Aku malah berfikir, bagaimana kalau mobil itu dijual.”

“Oh.. tidak.. tidak... Jangan mas, mobil cuma satu-satunya kok dijual?”

“Maksudku, dibelikan mobil yang lebih murah, sisa penjualannya bisa kita buat untuk usaha.”

“Dengar mas, ini tadi usul dari ibuku, tapi ada benarnya juga lho..”

“Apa tuh ?”

“Nanti saja aku beri tahu, aku mau pinjam mobilnya dulu ya mas, kamu istirahat saja dulu.”

“Iya aku capek, kalau bisa kamu sekalian beli makanan lah..”

“Mana uangnya?”

Tejo mengulurkan selembar uang ratusan,  tapi Anisa menerimanya dengan cemberut.

“Kok cuma segini, apa nggak kurang?”

“Kamu itu mau beli makanan apa, masa cuma untuk berdua saja seratus ribu tidak cukup?”

“Tambahin lagi dong mas, siapa tahu nanti aku pengin beli sesuatu.”

Tejo terpaksa memberinya lagi selembar.

“Nis, untuk sementara kita harus berhemat ya, aku akan membuka suatu usaha yang entah apa, untuk menyambung hidup kita.”

“Usaha apa mas, kelamaan..” kata Anisa sambil menyambar kunci mobil yang ada dimeja, lalu pergi begitu saja.

Tiba-tiba Tejo menyadari bahwa Anisa tidak bisa diajak hidup prihatin. Sementara hidup baginya seakan baru saja dimulai. Hingar bingar kisah cinta mereka yang terasa indah tiba-tiba lenyap seketika, berganti rasa mencekam dihati Tejo. Uang yang biasanya mengalir dari hasil kerjanya bersama bapaknya, sekarang tak bisa lagi. Uang tidak begitu saja jatuh dari langit. Harus ada usaha dan tetesan keringat untuk meraihnya. Bagaimana kalau Anisa tak sabar menjalaninya?

Sehari terlepas dari keluarganya, Tejo sudah merasa berjalan dijalan yang berbatu. Bukan dukungan yang didapatkan dari Anisa, tapi tuntutan yang sangat susah diraihnya. Minta rumah? Astaga, berapa harga rumah?

***

Anisa jalan-jalan sendiri berkeliling kota. Singgah kerumah teman yang satu, keteman yang lainnya. Sesungguhnya dia ingin memamerkan kepada mereka bahwa hidupnya berkecukupan, dengan mobil mewah yang membuat decak kagum teman-temannya. Anisa mengatakan bahwa dia adalah isteri seorang pengusaha kaya.

“Hebat Nis, aku kagum sama kamu. Bagaimana kalau kita bekerja sama membuka sebuah usaha?” kata Rita, salah seorang temannya.

“Wouw, kedengarannya menarik. Usaha apa tuh?”

“Bagaimana kalau membuka salon kecantikan?”

“Hm.. bagus juga, berapa kira-kira besarnya uang untuk patungan?”

“Nanti aku perhitungkan dulu, aku yakin kamu bisa, tapi bagusnya kalau sudah ada rumah yang letaknya strategis. Kita bisa menyewa lebih dulu.”

“Oh.. menyewa? No.. no.. aku akan minta kepada suami aku agar dia beli lahan atau rumah yang cocog untuk usaha itu.”

“Bagus, kalau begitu tidak perlu mencari kontrakan.”

“Benar, aku mau pulang dulu, nanti aku bicara sama mas Tejo ya.”

“Segera hubungi aku ya Nis.”

“Oke..”

Baru saja masuk kedalam mobil, ponsel Anisa  berdering.

“Dari siapa nih? Hallo..”

“Hallo.. mbak Nisa, saya Budi..”

Nisa terkejut. Ia lupa pernah menjanjikan kepada Budi agar menjadi sopir pribadinya. Tapi tidak, sekarang dia tidak butuh sopir.

“Ooh, Budi ya? Aduh, ma’af ya Bud, ternyata aku belum bisa memperkerjakan kamu sebagai sopir aku.”

“Lho.. lha kenapa mbak? Saya tunggu-tunggu, katanya hari itu mau mengambil mobil?”

“Nggak jadi Bud, ini sudah ada mobil yang bisa aku pegang sendiri. Tapi nanti kalau usahaku maju, siapa tahu aku butuh kamu.”

“Aduh mbak, padahal aku butuh sekali pekerjaan.”

“Mau bagaimana lagi Bud.. ma’af ya.”

Lalu Anisa menutup ponselnya begitu saja.

“Dulu aku butuh, kan karena aku masih ada dirumah Miranti. Sekarang aku sudah dirumah aku sendiri, dan aku bisa mengendarainya sendiri. Untuk apa sopir?”

***

Seminggu  kemudian pak Kusumo sudah boleh pulang kerumah. Sangat senang ketika Miranti datang bersama Abi.

“Aduuh, cucunya yangkung sudah pintar ngomong ya? Kok ganteng banget, kamu seperti siapa nak? Oh, seperti yangkungmu ini pastinya, ya kan yangti?” kata pak Kusumo sambil memangku Abi.

“Iya benar, ganteng seperti yangkungnya. Masa seperti yangti.. aneh kalau aku dibilang ganteng,” canda bu Kusumo.

“Kamu itu lho bu, cuma mau mengakui suamimu ini ganteng kok ya malu. Coba Mir, menurut kamu, bapakmu ini ganteng apa tidak?”

“Sangat ganteng bapak, itu sebabnya Abi juga ganteng,” jawab Miranti sambil tersenyum.

“Tuh, kan.. menantumu itu saja mengakui, masa kamu nggak mengakui sih bu. Nggak ingat ya, dulu kalau aku nggak datang sehari saja kerumah kamu, lalu kamu ngembeg..?” kata pak Kusumo menggoda isterinya.

“Iih, bapak itu, sudah tua kok masih genit, nggak malu sama cucunya ini. Ya le.. eyangmu itu sudah tua tapi genit kan?”

Dan mereka senang ketika melihat Abi juga tertawa, entah mengerti atau tidak candaan orang-orang tua disampingnya, Abipun tertawa sambil mengangkat-angkat kakinya.

Ketika sa’atnya Abi minum ASI, Miranti membawanya kebelakang.

“Ya sudah, minum dulu sampai kenyang ya le.” Kata pak Kusumo.

“Bu, kamu tahu tidak.. barusan orang kantor menelpon, katanya sudah seminggu lebih Tejo tidak ke kantor. Coba tanyakan ke Miranti, aku tadi kok ya lupa tanya, kemana suaminya kok tidak ke kantor?”

Bu Kusumo mendekati suaminya dan berkata dengan hati-hati.

“Pak, ibu mau ngomong, tapi bapak harus bisa menerima dengan tenang, jangan emosi, jangan marah ya.”

“Ada apa sih bu? Tentang Tejo ? Bikin ulah apa lagi dia?”

“Lho, kok nadanya sudah tinggi begitu, ibu bilang kan bapak nggak boleh emosi, dan nggak boleh marah. Kita berserah saja kepada Yang Maha Kuasa, agar semuanya baik-baik saja.”

“Kamu itu kalau mau ngomong kok pakai muter-muter segala.”

“Janji ya, nggak marah, nggak emosi?”

“Ya, aku janji..”

“Sehari ketika bapak ada dirumah sakit, ibu mengusir Tejo.”

“Bikin ulah apa lagi dia?

“Bapak tahu Ana kan? Ternyata Ana itu Anisa yang menyamar jadi Ana.”

“Apa iya?”

“Iya pak, dia memakai tahi lalat palsu, lalu pura-pura berpakaian dan berdandan sederhana, lalu pura-pura juga melamar menjadi pembantu dirumahnya Tejo.”

“Benar-benar kurangajar dia. Bagaimana ibu bisa tahu?”

“Ketika ibu menginap dirumah Tejo itu, ibu memergoki mereka berdua sedang ada didalam kamar.”

“Hm, aku sudah pernah melihat itu, tapi alasannya Tejo minta dikerokin. Ketika anaknya lahir itu lho bu.”

“Ibu sangat marah, lalu ibu mengusir Ana. Ee.. Tejo ikut pergi bersama dia pak.”

“Benar-benar sudah ‘keblinger’ Tejo itu.”

“Dan ketika Ana keluar dari kamar.. tiba-tiba ada kotak perhiasan jatuh, salah satunya adalah gelang yang entah bagaimana caranya, menggelinding kedekat kaki ibu ini. Dan gelang itu adalah gelang Miranti yang hilang beberapa bulan lalu.”

Pak Kusumo diam, dia tampak mencoba menguasai gejolak kemarahannya. Bu Kusumo mendekat dan mengelus punggungnya.

“Bapak tidak usah sedih, tidak usah marah. Anak seperti Tejo itu memang tidak bisa diharapkan untuk apapun. Rupanya perempuan pengerat itu sudah merusak jiwa Tejo sehingga Tejo tidak pernah peduli kepada keluarga dan orang tuanya.”

“Iya bu, bapak tidak marah. Bapak bersyukur semuanya sudah terkuak. Bapak tidak mengira, mereka benar-benar seperti penjahat licik.”

“Tadi Miranti bilang, Tejo mau menceraikannya. Tejo mengatakan itu ketika esok paginya mengambil semua barang-barangnya yang tertinggal.”

Pak Kusumo menghela nafas.

“Ya sudah bu, kalau memang itu maunya. Kita harus kuat. Miranti akan menjadi anak kita, dan bapak bahagia punya anak sebaik dia.”

“Syukurlah bapak bisa menerimanya. Semoga pada suatu hari nanti ada yang mengingatkan Tejo atas jalan salah yang dilaluinya.”

“Aamiin..”

Tiba-tiba Miranti keluar dari dalam, tampaknya Abi sudah tertidur dan ditidurkannya dikamar bu Kusumo.

“Bapak.. ini kok ada telpon aneh..”

“Aneh bagaimana Mir?”

“Ada orang menanyakan, benarkah rumah itu mau dijual.”

Pak Kusumo dan bu Kusumo terkejut.

***

Besok lagi ya


 

 

78 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Makasar, Klaten,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih Bu Tien, semoga sllu sehat serta berkah bertmbah, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir

      Delete
    2. Hallo juga mba, met malam. Terimakasih untuk episode nya, salam dari kuningan, semoga sehat slalu

      Delete
    3. Hallow juga mbak Tien, met malam. Terimakasih untuk episode nya
      Jangan2 rumahnya mau di jumlah Tejo

      Delete

  2. Alhamdulillah AYMT 23 sudah terbit.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah telah hadir AYMT 23... Matur nuwun mbak Tien..sedoyo lepat nyuwun pangapunten 🙏....salam Sehat bahagia selalu...Aamiin Yra.

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien
    Salam Sehat dari Batang

    ReplyDelete
  5. Puji Tuhan ....
    Part 23 muncul ...
    Trumakasih bu Tien ...
    Selalu sehat dan selalu dalam Kasih Tuhan ...
    Salam hangat dari malang ...

    ReplyDelete
  6. Alhamndulillah....terimakaaih mbak tien

    ReplyDelete
  7. Terimakasih bu Tien. Ceritanya makin menarik. Semoga bu Tien selalu sehat

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, AYMT~23 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  9. Trima kasih bu tien... Sungguh luar biasa ceritanya.. Sehat"yah.. Tetap semangat melanjutkan ceritanya.. Ditunggu lanjutannya.. Salam hangat dr guru-guru smpn 45 bdg

    ReplyDelete
  10. Haduh cobaan apalagi yg harus di hadapi oleh bapak dan ibu kusumo... kasian beliau...semoga beliau kuat

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah AYMT Part 23 sdh muncul mksh mb Tien salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  12. Haduh cobaan apalagi yg harus di hadapi oleh bapak dan ibu kusumo... kasian beliau...semoga beliau kuat

    ReplyDelete
  13. Terimakasih mbak Tien. Lanjutan cerita AYMT eps 23 sudah tayang. Makin tampak kebusukan Anisa dan bisa diduga kengawuran Tejo selanjutnya.
    Ugh..beraninya dia mau jual rumah hadiah dari bapaknya.
    Siap menanti kelanjutan ceritanya. Ayo Tejo...tinggal panen bencana kamu ya.
    Salam sehat dari Bandung..

    Iyeng Sri Setiawati Semarang

    ReplyDelete
  14. Selamat malam Bunda,, terima kasih,, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

    ReplyDelete
  15. alhamdulilah yg di tunggu nongol juga terima kasih bunda

    ReplyDelete
  16. Jadi mulai ngerti judul "Ada yg Masih Tersisa". Akn habis oleh tejo satu satu. Yg tersisa apkah abi? Lanjut bu tien n salm sehat waras. Critanya mulai naik tensinya.

    ReplyDelete
  17. Matur nuwun... Mbak tien ...smg selalu sehat dlm lindungan Allah SWT Aamiin

    ReplyDelete
  18. Wauw semakin seru, tegang mendebarkan 😊...dan Tejo mulai gelisah krn Anisa banyak menuntut, gitu yo enggak sadar2 Jo Jo Paijo, bodo kok dipelihara terus...cinta membutakan mata hati Tejo rupanya.
    Semoga Pram dan Miranti bisa bersatu dan mendapat restu dari mertua dan ortunya, hidup berbahagia...tapi jangan buru2 tamat ya bu Tien 😀😀😀
    Salam sehat utk bu Tien, selamat berkarya dan penuh semangat!

    ReplyDelete
  19. Sptnya yg msh ada tersisa adalah Abi... Buah hati yg lahir krn paksaan bukan krn penyatuan dua hati yg menyatu..bgtupun bukan berarti Abi tdk mempunyai arti bahkan dia akan menjd sandaran hati ketika kakek neneknya merelakan kehilangan anak satu2nya yg telah mengecewakan mereka... Smg Miranti menjd ibu yg baik bagi kusumo yunior sekalipun dg bpk sambung yg berbeda... Semua atas restu ortu Tejo tentunya.... Smg... Slm seroja mb Tien...

    ReplyDelete
  20. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat, produktif, shg eps 23 hadir dg menarik...
    Pram rencana mengakhiri penyamarannya jadi sopir Mir.
    Tejo sdh galau krn merasa Anisa menekan dan tdk bisa diajak hidup berhemat.
    Syukurlah bpk ibu Kusumo sdh iklas dg perginya Tejo.
    Semoga Pram diminta oleh kel Kusumo untuk pendamping/ suami Miranti...
    Yustinhar Tg Priok dg sabar menunggu eps 24.
    Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  21. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat, produktif, shg eps 23 hadir dg menarik...
    Pram rencana mengakhiri penyamarannya jadi sopir Mir.
    Tejo sdh galau krn merasa Anisa menekan dan tdk bisa diajak hidup berhemat.
    Syukurlah bpk ibu Kusumo sdh iklas dg perginya Tejo.
    Semoga Pram diminta oleh kel Kusumo untuk pendamping/ suami Miranti...
    Yustinhar Tg Priok dg sabar menunggu eps 24.
    Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  22. Halo sdr2 sesama pecinta cerbung AYMT, mari coba tebak menurut Anda apa yg masih tersisa?
    1.Aby si buah hati
    2.Cinta murni Pram dan Miranti.
    3.Cinta tulus bpk ibu Kusumo kpd Mir dan sebaliknya...
    4. .....
    5. ....

    Silahkan ditambah. Terima kasih.

    ReplyDelete
  23. Halo sdr2 sesama pecinta cerbung AYMT, mari coba tebak menurut Anda apa yg masih tersisa?
    1.Aby si buah hati
    2.Cinta murni Pram dan Miranti.
    3.Cinta tulus bpk ibu Kusumo kpd Mir dan sebaliknya...
    4. .....
    5. ....

    Silahkan ditambah. Terima kasih.

    ReplyDelete
  24. Wah siapa lagi yg tekpon menanyakan rumah mau dijual jangan2 ulah tejo lagi
    Terima kasih jeng tien salam sehat

    ReplyDelete
  25. Waduh Tejo dan Anisa bikin ulah lagi, pasti mau jual ruamah jangan-jangan nuntut harta gono gini, kita tunggu kelanjutannya, Matur nuwun Bunda Tien

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah AYMT 23 sudah hadir
    Rumah Miranti mau dijual? Ini pasti
    ulah Anisa dan Tejo.
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
    Salam hangat dari Brkasi

    ReplyDelete
  27. Makasih Bunda ceritanya semakin menarik dan bikin penasaran.
    Semoga Bunda selalu sehat dan tetap semangat dalam berkarya.Sukses buat Bunda

    ReplyDelete
  28. Alangkah mantab hati bpk ibu Kusumo setelah Pram mengakhiri penyamarannya dan jujur bahwa ia pimpinan di perusahaannya...
    Pram yg tahu Tejo lontang lantung ditolong kerja di perusahaannya.Pram orang baik tetap baik dan penolong.
    Maaf Yustinhar menghayal...
    Semoga Tejo-Anisa cepat bertobat, hidup baik dan akhirnya juga bahagia...

    ReplyDelete
  29. Alangkah mantab hati bpk ibu Kusumo setelah Pram mengakhiri penyamarannya dan jujur bahwa ia pimpinan di perusahaannya...
    Pram yg tahu Tejo lontang lantung ditolong kerja di perusahaannya.Pram orang baik tetap baik dan penolong.
    Maaf Yustinhar menghayal...
    Semoga Tejo-Anisa cepat bertobat, hidup baik dan akhirnya juga bahagia...

    ReplyDelete
  30. Alangkah mantab hati bpk ibu Kusumo setelah Pram mengakhiri penyamarannya dan jujur bahwa ia pimpinan di perusahaannya...
    Pram yg tahu Tejo lontang lantung ditolong kerja di perusahaannya.Pram orang baik tetap baik dan penolong.
    Maaf Yustinhar menghayal...
    Semoga Tejo-Anisa cepat bertobat, hidup baik dan akhirnya juga bahagia...

    ReplyDelete
  31. Halo mbak Tien..
    trimakasih aymt~23
    Tetep ikut jengkel dgn kelakuan tejo..tp akan menuai perbuatannya..tuntutan anisa yg ga masuk akal mengingat tejo udh dibuang sm kelgnya..
    Semoga yg terbaik buat miranti..

    Salam sehat dari bandung buat mbak Tien & kelg..🙏

    ReplyDelete
  32. Waaduuhh...ulah apalagi si Tejo ini...
    Salam.sehat mb Tien dr YulieSleman Sendowo

    ReplyDelete
  33. Akhirnya tayang juga eps 23...Dan ada pula kejutan juga yaitu orang yg telp mau beli rumah... Salam sehat buat Bu Tien dan Kel.🙏👍

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah sudah tayamg episode 23.
    Akhirnya terbongkar juga penyamaran Anisa
    Yah akan tercium juga ...lega.
    Makasih banyak ibu Tien Kutunggu kelanjutannya ceritanya bu
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah, suwun mbak Tien AYMT 23nya
    Salam sehat sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah sudah tayang. Terimakasih bu Tien. Semoga sehat selalu untuk terus berkarya. Magelang hadir.

    ReplyDelete
  37. Tejo yg mau jual rumah ya? Makasih mba Tien. Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  38. Suatu hari Tejo melamar pekerjaan...eh tak dinyana ternyata itu perusahaan Pram 😊😊😊
    Kaget...marah...malu atau apa yaaa? 😜
    Maaf bu Tien saking serunya, jadi ikut menghayal he he heee
    Semoga karya2 bu Tien semakin digemari, tdk hanya di Indonesia saja tp sampai ke Mancanegara, amin!

    ReplyDelete
  39. Aku kangen sama Ratri, dan tokoh antagonis pak Mino, saat tayang sandiwara bhs jawa di radio PTPN solo..saat itu mbak tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang mana ya. Aku kok lupa.. hehe.. terimakasih masih mengingatnya..

      Delete
  40. Halow mbak Tien smg sehat selalu..akujd sedih krn perceraian miranti dn tejo meskipun mengharap krn tabiat tejo..bagaimanapun perceraian itu menyakitkan.smg miranti ttp bakti pd mantan mertua..salam sehat dari Pejaten Pasar Minggu

    ReplyDelete
  41. Semoga Miranti bahagia , bpk n ibu Kusumo tetap sayang pd Miranti . Pram mengakhiri petualangannya....biarkan Tejo n Anisa memetik hasil kejahatannya. Mgkn malah Anisa meninggalkan Tejo krn sdh tdk kaya lg ...mangga mb Tien panj aduk2 hati kami

    ReplyDelete
  42. Pengen segera malam nih . Yuli Smrg

    ReplyDelete
  43. kok ikut gemes....wah jangan jangan tensiku juga ikut naik spt Pak Kusuma

    ReplyDelete
  44. suwumn mba tien.sdh update ke 23 nya...makin seru dan menggemaskan..geregetan sm anisa... tejonya kok bodo dipiara sih...kasian kan pa kusumo sm bu kusumo....

    ReplyDelete
  45. Rumah, tanah kan ada sertifikatnya... Klo a.n Tejo yaa...jual aja. Klo bukan ya g bisa dong.
    Salam sehat dari Sragen buat mbak tien-ku ...

    ReplyDelete
  46. Mungkin yg msh tersisa itu cinta,kasih sayang, kebahagiaan pak bu Kusumo, Pram,Miranti dan abi....dan mungkin yg msh tersisa Tejo dan Anisa msk penjara, krn berbuat kriminal..Salam sehat Pondok Gede untuk Bu Tien beserta keluarga...

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah .. Bun...
    Mtur swun...
    Mugi2 tansah rahayu..

    ReplyDelete
  48. Satu kata buat Bu Tien " the Best " salam sehat sll ya Buuu.... dr sby

    ReplyDelete
  49. "Semuanya sudah selesai,” jawab Miranti lirih.

    “Selesai ? Apanya yang selesai ?”

    “Rumah tangga aku..”

    “Apa maksudmu ?”

    “Tejo sudah mengatakan akan menceraikan aku..”

    Pramadi menatap Miranti, mencari apa yang ada didalam benak wanita yang dicintainya itu setelah suaminya akan menceraikannya. Sedihkah Miranti, atau gembirakah, atau tak ada kesan apa-apa yang ditangkapnya.

    “Semalam ada kejadian luar biasa,” lanjut Miranti.

    “Wouw..”

    “Pram, semuanya tak terduga, dan ibu mengetahuinya.”

    “Mir, tolong ngomong yang jelas, jangan melompat-lompat begitu dong.”

    Saya suka dialog di atas, mb Tien. Itu sangat wajar terjadi sehari-hari, saat seseorang ingin segera menceritakan peristiwa penting atau seru dengan antusias. Biasanya melompat-lompat atau sepotong-sepotong hingga membingungkan lawan bicaranya. Mbak Tien memang piawai merangkai cerita...
    Maturnuwun mbakyu...

    Iyeng Sri Setiawati Semarang

    ReplyDelete
  50. Rupanya Tejo mau menjual rumahnya...
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  51. pusing kepala Tejo..pusing kepala Tejo uang menipis kebutuhan dengan Anisa tidak berkurang..cari cara jual rumah..ditunggu bu Tien kelanjutannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kelihatannya rumah itu atas nama Miranti sbg hadiah perkawinan dr p. Kusumo
      Makin ruwed dan mumed Tejo

      Delete
  52. Bravo bu Tien, ceritanya mengalir sgt apik & membuat pembaca terbawa emosi. Alur kata2nya mengalir secara sopan & tertata.
    Saya tunggu cerita berikutnya bu, mestinya akan lbh menghentak dada ini.
    Mtr nwn

    ReplyDelete
  53. Malam bu Tuen cantik ....
    AYMT part 24 di tunggu ya bu ...
    Cerbung ibu sangat kami harapkan dan kami nanti" kan ...
    Apa lagi di PANDEMI begini ibu ...
    Sangat menghibur buat saya ...
    Salam hangat dari malang ....
    Sehat selalu buat ibu ...

    ReplyDelete
  54. Ngintip dulu ah....eh blm juga muncul 😛
    Smg tdk terlalu malam ya bu Tien...yg menanti sdh pada antri bu Tien 😀😀😀
    Sehat selalu kagem bu Tien dan Amancu.
    Selamat berkarya 👍

    ReplyDelete
  55. Mulai deh...penggemar setia mulai mengintip dan berkicau...hihi

    Iyeng SS-sedang di Bandung-

    ReplyDelete
  56. Ngikut antri ngintip ah
    Nglihat nasibnya Tejo gimana

    ReplyDelete
  57. Mugo mugo ndang metu episode 24...

    ReplyDelete
  58. Sekedar info aja.. Temanggung hujan deras. Dan pasti menambah dinginya malam..semakin mengharukan lagi..bila menunggu sesuatu..🤣🤣.. sekian n Trm kasih 🙏. Salam sehat bahagia u semuanya.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sdh 2 malam ini gak bisa buka blog. Apa episode 24 sdh.keluar?

      Delete
    2. Sama.... sy jg gak bisa
      Bagaimana dgn tenen2 yg lain?

      Delete
  59. Selalu setiap dengan tiap haail karya ibu tien ...sangat kagum ..alur cerira selalu menarik ..
    Salam ta"dim dari situbondo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu setia dengan tiap hasil karya ibu tien...sangat kagum ...alur cerita selalu menarik
      Salam ta'dim dari situbondo

      Delete
  60. Ngintip2 eps 24 blm bisa,smg bu Tien K sht sll

    ReplyDelete
  61. Semoga selalu sehat Bu Tien, semua menunggu lanjutannya .

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  48 (Tien Kumalasari)   Satria tertegun. Tentu saja dia mengenal penjual kain batik itu. Ia hanya heran, ba...