ADA YANG MASIH TERSISA 02
(Tien Kumalasari)
Wajah Miranti pucat pasi, tapi untunglah mereka duduk agak jauh dari tempatnya duduk.
“Ada apa?” tanya Pram heran.
Miranti belum menceritakan semuanya, jadi agak susah mengatakannya. Ia menghirup es beras kencur sambil memikirkan sesuatu, lalu tiba-tiba dilihatnya seorang tukang koran. Miranti melambaikan tangannya dan tukang koran itu mendekat.
“Koran mbak?”
“Ya,” katanya sambil mengulurkan uang sepuluh ribuan.
Tukang koran memberikan selembar koran.
“Tidak usah mencari uang kembalian, ambil saja. Tapi pak, topinya itu aku beli boleh?”
Pram dan tukang koran itu heran.
“Ini mbak? Topi yang saya pakai ini?”
“Ya.. apa ada topi yang lain?”
“Ini, sudah lama dan.. bau apak.” Tukang koran itu tersipu.
“Tidak apa-apa, sini aku beli.”
Tukang koran melepas topinya dan menggenggamnya ragu. Miranti memberikan uang limapuluh ribu, dan menyambar topi itu, langsung dipakainya.
Tukang koran masih terpana.
“Sudah, sana.. beli lagi dengan uang itu,” kata Miranti sambil mengibaskan tangannya, menyuruh tukang koran itu pergi.
“Terimakasih mbak,” katanya kemudian pergi dengan perasaan heran tapi senang. Topi bututnya dibeli dengan harga limapuluh ribu?
“Miranti, kamu apa-apaan sih?” tanya Pram heran sambil mengernyitkan dahinya.
Cepat bayar makanannya dan segera pergi dari sini.
“Tapi..”
“Cepat Pram, aku tunggu diluar,” kata Miranti sambil berdiri dan melangkah keluar.
Pram mengikuti Miranti dengan heran.
Sesampai diluar Pram menarik Miranti kedalam mobilnya.
“Kemana kita?”
“Kemana saja kamu membawaku, terserah.”
“Miranti, mengapa kamu bersikap aneh? Tapi maukah kamu membuang topi itu? Kalau kamu mau nanti aku belikan yang bagus ditoko.
Miranti tersenyum. Diangkatnya topinya, lalu mengernyitkan hidungnya.
“Bau apak.. benar.”
Miranti membuka kaca, lalu mencari cari sampai ditemukannya sebuah tong sampah, kemudian dilemparkannya topi apak itu.
“Ya ampuun, aku butuh segera mengeramasi rambut aku,” katanya sambil tertawa.
“Kamu aneh sekali.”
“Carilah tempat yang nyaman, aku akan menceritakan semuanya.”
Pramadi menemukan sebuah taman, lalu memarkir mobilnya. Keduanya turun dan mencari sebuah bangku taman. Udara panas menyengat, tapi untunglah ditemukannya sebuah bangku yang teduh dibawah sebuah pohon trembesi yang rindang.
Miranti menghela nafas lega.
“Pram.. aku ini orang yang sangat sengsara,” keluh Miranti sedih.
“Apa maksudmu sengsara? Kamu tampak cantik, anggun, dan bukan seperti orang sengsara.”
“Yang sengsara itu hatiku Pram, bukan penampilanku.”
“O, ya Tuhan, bidadariku sedang sengsara?”
“Kamu masih saja suka bercanda.”
“Aku tak akan berubah Mir, seperti perasaanku sama kamu.”
Miranti tiba-tiba menitikkan air mata. Pramadi masih seperti dulu, menyayanginya sepenuh hati, sementara dirinya tak pantas dicintai, karena dia sudah menjadi milik orang lain.
“Miranti, ada apa?”
“Aku sudah menikah Pram,” kata Miranti sambil terisak.
Pramadi terpana. Menatap Miranti tak percaya.
“Kamu bercanda?”
“Aku serius. Itu sebabnya aku tidak memintamu untuk menjemput aku.”
“Mengapa kamu tega Mir? Hanya berapa bulan aku meninggalkan kamu, dan kamu begitu cepat menemukan yang lain,” kata Pram pilu, sambil menatap pohon-pohon tinggi, melihat dedaunan meliuk tertiup angin, dan burung-burung kecil berterbangan dari satu dahan ke dahan yang lain.
“Pram, jangan terlalu kejam menuduh aku. Ini bukan mauku. Itu sebabnya tadi aku bilang bahwa aku sengsara.”
Pram menatap Miranti yang menitikkan air mata semakin deras.
Dengan jari-jarinya, Pram mengusap air mata itu.
Lalu dengan terbata ia menceritakan semuanya. Deritanya ketika menikah dengan seseorang yang tidak dia cintai dan juga tidak mencintainya. Deritanya ketika menyadari suaminya bercumbu dengan perempuan lain.
“Yang datang sebelum kita pergi dari warung itu, adalah dia.”
Dia? Itu sebabnya kamu mengajakku pergi diam-diam setelah menyambar topi butut tukang koran itu?
Miranti mengangguk.
“Kalau kamu mengatakannya sejak tadi, maka sudah aku hajar laki-laki busuk itu.” Kata Pram geram.
“Aku menjalani kehidupan yang penuh derita Pram.”
“Larilah dari dia, menikahlah denganku,” kata Pramadi tandas.
Miranti menatap Pramadi, matanya masih digenangi air mata. Pram mengusapnya lembut.
“Tidak bisa Pram, aku akan melukai orang tuaku.”
“Dan membiarkan diri kamu terluka? Tidak Miranti, kamu harus terlepas dari beban ini. Ayolah, aku akan membahagiakan kamu.”
“Pram, aku bingung Pram.”
“Jangan bingung. Aku mencintaimu dengan tulus, aku tak akan menyengsarakanmu Miranti, ayolah dengar kataku.”
Sampai kemudian mereka berpisah setelah Pram mengantarkannya kerumah, Miranti tak bisa memutuskan apa yang harus dilakukannya.
Meninggalkan suaminya adalah hal mudah. Toh Tejo tidak akan kehilangan dirinya. Tapi bagaimana dengan bapak ibunya?
***
“Bapak memanggil saya?” tanya Tejo ketika sudah bertemu bapaknya.
“Iya, ada yang mau bapak tanyakan sama kamu. Kamu sendirian kemari? Mana isteri kamu?”
“Saya dari kantor langsung kemari, bapak.”
“Oo.. dari kantor? Begini Tejo, bapak mau tanya, apakah isterimu suka rewel?”
“Rewel bagaimana bapak?”
“Ketika kalian menikah, aku sudah memberi pakaian yang cukup, perhiasan yang lebih dari cukup karena itu barang mahal semua. Apakah setelah menjadi isteri kamu dia banyak minta yang lain?”
“Mengapa bapak mengira demikian?”
“Pengeluaran kamu terlalu banyak. Kamu mengambil uang kantor diluar yang harus kamu pergunakan. Apa penghasilan kamu kurang?”
Tejo menundukkan kepala. Bukan untuk Miranti semua itu, tapi kalau Tejo mengatakan memang Miranti sering minta-minta, pasti bapaknya akan menegur Miranti, padahal itu tidak benar.
“Jawab Tejo..”
“Sebenarnya hanya keperluan rutin yang memang lebih banyak, bapak. Bukan untuk apa-apa.”
“Aku peringatkan kamu Tejo, mulai sekarang keuangan dibawah kendali bapak, jadi kamu tidak bisa mempergunakan uang kantor seenaknya.”
Tejo diam dan menundukkan kepalanya.
“Nanti aku akan bertanya kepada isteri kamu, berapa sebetulnya yang dia butuhkan untuk membiayai rumah tangga kalian. Kalau kamu sukanya makan yang enak, berapa kira-kira butuh uang untuk yang enak-enak itu. Jadi aku tidak ingin hidup anakku kekurangan.”
Tejo terkejut, kalau bapaknya benar-benar bertanya kepada Miranti, dan Miranti bilang bahwa dia tak pernah makan dirumah, sementara dirinya mempunyai banyak pengeluaran, celakalah dia.
“Mengapa bapak harus bertanya kepada Miranti? Kami tidak kekurangan bapak, sungguh, mungkin saya yang terlalu boros. Tapi mulai sekarang saya akan lebih berhati-hati.”
***
Tapi esok harinya, pak Kusuma benar-benar menemui Miranti. Agak terkejut Miranti ketika tiba-tiba ayah mertuanya datang kerumah.
“Bapak dari mana ? Mengapa tidak bersama ibu?”
“Tidak, bapak hanya ingin berjalan-jalan sendiri saja. Masak apa kamu hari ini?”
Miranti terkejut, bagaimana kalau ayah mertuanya ingin makan dirumahnya, sementara dia hanya memasak oseng kacang panjang dan.. oh ya.. ada ayam di kulkas.
“Bapak, Miranti hanya masak oseng kacang panjang, tapi ada ayam goreng, bapak mau makan ?”
“Oh, tidak.. tidak, apa suamimu tidak pernah makan dirumah kalau siang?”
Jangankan siang, pagi siang malam pun dia tak pernah makan. Tapi Miranti mencoba menutupi semuanya.
“Makan bapak, hanya saja mas Tejo tidak suka makan yang berlebihan.”
“Apakah suami kamu memberi uang yang cukup?”
“Oh, sangat cukup bapak..”
“Apakah suami kamu sering membelikan kamu baju-baju mahal, perhiasan-perhiasan..”
“Tidak bapak, bukankah semua yang bapak berikan sudah lebih dari cukup?”
“Jadi tidak pernah ya?”
“Tidak bapak, bagi Miranti semuanya sudah cukup.”
“Tapi kalau kadang-kadang kamu menginginkan sesuatu, minta saja. Banyak perhiasan model baru yang pasti disukai banyak wanita.”
“Iya bapak, tapi Miranti tidak ingin semuanya.”
Psk Kusuma mengangguk-angguk.
“Ini sudah sa’atnya makan siang, mengapa suami kamu belum pulang?”
“Oh, mungkin ada sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan bapak, ada tamu, atau meeting belum selesai..”
Ketika bapak mertuanya pergi, Miranti merasa bahwa dia sedang memancing-mancing atau menyelidiki sesuatu. Baju-baju mahal? Perhiasan? Tidak mungkin, Miranti hanya butuh cinta, tapi tidak didapatkannya. Atau, apakah Tejo bilang bahwa telah membelikan perhiasan mahal untuk isterinya. Syukurin kalau bapaknya marah karena Tejo telah berbohong. Miranti sudah menutupi banyak hal dari kelakuan Tejo, makan dirumah tidak pernah, tapi dia jawab sebaliknya. Sa’at makan siang kok belum pulang, dijawabnya barangkali ada meeting. Apalagi kekurangannya?
***
Miranti duduk diteras dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Terngiang kembali ajakan Pram, agar dia pergi lalu menikah dengannya. Begitu mudah diucapkan, tapi alangkah susah melakukannya. Benarkah dia harus pergi dari neraka ini? Tejo tak akan merasa kehilangan, tapi ayah ibunya akan terluka. Dan dia seorang isteri, pantaskah lari dengan laki-laki lain? Tapi bukankah suaminya sama sekali juga tak menganggapnya sebagai isteri?”
Sebuah panggilan WA membuatnya segera mengambil ponselnya. Dari Pramadi.
“Miranti.. aku ada didepan rumah.”
“Ya ampun, Pram.. pasti dia menunggu jawabanku. Apa aku harus menjawab tidak? Atau ya?” gumam Miranti.
“Mir, ayolah, aku menunggu kamu.”
“Sebentar,” akhirnya Miranti menjawab, lalu mengambil tas tangan dan sepatu, kemudian bergegas keluar.
Diluar pagar dilihatnya Pram sudah menunggu dimobilnya. Miranti naik dan Pram segera menjalankan mobilnya.
“Pram, mau kemana kita?”
“Ketempat dimana hanya ada aku dan kamu.”
“Pram.. jangan memaksa aku melakukan hal yang buruk.”
“Tapi kamu diperlakukan dengan buruk, aku tidak terima Mir, aku ingin menghajar suami kamu.”
“Pram.. tolonglah..”
“Aku tidak rela kamu disakiti. Kamu boleh menikah, tapi kamu harus bahagia. Kalau kamu menderita, aku akan sangat kecewa.”
“Iya, aku tahu.”
“Tentukan langkahmu, jangan membiarkan tubuh kamu jadi kering kerontang gara-gara menelan derita berkepanjangan.”
Miranti menghela nafas. Batinnya bergejolak, antara menerima dan menolak.
“Pram, aku seorang isteri, sebenarnya ini tidak pantas aku lakukan. Menemui laki-laki lain.. dan...”
“Apa yang dilakukan suami kamu itu pantas?”
“Iya sih... tapi.. biarkan aku menjadi isteri yang baik.”
“Ya Tuhan, ya Tuhan... kamu ingin menjadi isteri yang baik, lalu membiarkan hati dan jiwamu tercabik-cabik.”
“Aku bingung Pram..”
“Tentukan langkahmu. Hidup ini adalah pilihan Mir, jangan kau bawa menderita..”
“Beri aku waktu untuk berfikir Pram, nanti aku kabari kamu.”
“Baiklah.. aku tunggu kamu.”
“Sekarang antarkan aku pulang ya Pram, tidak baik nanti kalau ada yang mengenali aku, tahunya aku wanita bersuami, tidak pantas pergi dengan laki-laki lain. Kalau kemarin-kemarin aku ingin bertemu denganmu, itu karena aku ingin mengatakan keadaanku yang sebenarnya.”
“Apa kamu tidak mencintai aku Mir?”
“Pram, kamu tidak usah menanyakannya. Kamu ada dihati aku, selamanya. Tapi aku sekarang punya suami Pram.”
Pramadi meraup wajahnya dengan kedua tangan. Separo hatinya menghargai kata-kata Miranti, tapi separonya lagi tidak rela Miranti menderita.
“Baiklah Mir, pikirkan sebaik-baiknya dan kabari aku kalau kamu sudah memutuskan. Ingatlah, aku selalu ada untuk kamu.”
Miranti menitikkan air mata. Alangkah bahagia berada disamping Pram yang selalu menyayangi dan melindunginya. Tapi nasib menggariskan sesuatu yang lain.
***
Siang itu pak Kusuma tidak langsung pulang. Ia masih berputar-putar didalam kota, sambil berfikir tentang Tejo, anaknya. Isterinya tampak tidak suka menghamburkan uang, tidak banyak menuntut beli ini dan itu, tapi Tejo memakai uang kantor begitu banyak.
“Untuk apa anak itu. Makan dirumah disediakan, boros apa? Aku bersyukur punya menantu Miranti, yang sederhana dan tidak merasa mentang-mentang menjadi menantu orang kaya. Lalu apa yang terjadi pada Tejo?” gumamnya disepanjang jalan, sampai kemudian ia merasa lapar dan berhenti disebuah rumah makan.
***
“Aku heran, kita selalu melakukannya, mengapa kamu belum hamil juga?” tanya Tejo ketika makan siang bersama Anisa.
“Aku juga heran, aku sudah selalu menjaganya.”
“Kamu jangan keseringan jalan-jalan,”
“Jalan-jalan kan selalu sama kamu?”
“Belanja-belanja, kamu sering sendirian bukan?”
“Apa itu penyebabnya?”
“Iyalah, kalau seorang ibu keseringan bepergian bisa susah punya anak.”
“Ah, teori siapa itu? Temanku pekerjaannya jalan-jalan sampai keluar negri juga malah, tapi anaknya sudah dua.”
“Tapi keadaan kesehatan tiap-tiap wanita kan berbeda? Kamu termasuk lemah, jadi sebaiknya tidak keseringan jalan-jalan. “
“Hm, sedih dong kalau dirumah saja.”
“Kamu pengin segera punya anak tidak?”
“Iya sih. Supaya segera bisa menjadi isteri kamu.”
Ketika setan menguasai hati manusia, maka perilaku yang baik dan bermoral kemudian dilupakannya. Demi mencapai sesuatu, apapun dilakukannya. Hubungan yang semula pacaran, sudah melompati nilai-nilai susila yang harusnya dipegang teguh. Tapi dosa itu nikmat. Kata iblis ketika membisiki jiwa manusia.
“Bersabarlah mas, nanti kita pasti bisa mewujudkan impian kita.”
“Iya. Semoga saja.”
“Nanti pulangnya aku mampir di butik lengganan ya mas, baju pesananku pastinya sudah jadi. Kan sudah seminggu lebih.”
“Ya, pulangnya naik taksi saja ya, aku sudah kelamaan ninggalin kantor.”
“Uangnya mana? Juga untuk membayar baju di butik itu.”
Tejo mengeluarkan ATM nya, dan mengulurkannya pada Nisa. Nisa mencium kartu kecil itu.
Ketika itu tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya muncul, dan melihat adegan disebuah bangku disudut rumah makan itu.
“Tejo?” desisnya dengan mata marah.
***
Besok lagi ya
Trimakasih bu Tien masih sore cerbung part 2 sudah tayang ...
ReplyDeleteSalam hangat dari malang Ibu ..
Selalu sehat ya bu .....
Seru bu Tin....matur nuwun...gak sabar nunggu lanjutannya
Deletebaru 2 episode sdh seru.. Bu Tien memang oye.. Mksh bu Tien kami tunggu episode selanjutnya
DeleteMatur nuwun... Mbak tien... -
ReplyDeleteAlhamdulillah.... matur nuwum Mbak Tien, cerbungnya yg selalu membuat pembaca penasaran....
DeleteSalam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg budiman selalu sehat dan sukses.
Terima kasih mbak Tien ... Masih sore sdh terbit AYMT 02.
ReplyDeleteSalam kami dari Yk.
Alhamdulillah AYMT 2 sdh datang, suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dan bahagia sll dr Bekasi tuk mbak Tien sklg dan penggemar semua
Wah surprise sore2 udah tayang.Makasih Bunda
ReplyDeleteSehat dan tetap semangat dalam berkarya, sukses buat Bunda.
Alhamdulillah AYMT~02 hadir lebih awal.. maturnuwun Bu Tien.. semoga tetap sehat semangat dan terus berkarya.. Aamiin..
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 02 sudah tayang gasik.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam Hormat dari Karang Tengah, Tangerang.
Alhamdulillah.....
ReplyDeleteMasih sore sudah hadir
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Mtrswn mbak Tien cerbung yg apik...selalu bikin penasaran...
ReplyDeleteSehat selalu..
Salam YulieSleman
Terima kasih Mbak Tien, sore2 sudah tayang ep 2, ditunggu kelanjutannya. Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteterima kasih bunda,cerbungnya begitu menyentuh hati para pembaca,bunda tien benar"top markotop.sungguh luar biasa semangat terus bunda....salam seroja dari jmbg
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam.sehat dari Batang
Makasih mb Tien baru 2 episode sdh membuat penasaran pembaca he..he..salam sehat dr Sukoharjo.
ReplyDeleteTerima kasih bunda...
ReplyDeleteSalam sehat aelalu
Alhamdulillah sdh terbit episode ke 2... Lebih awal...Waduh Tejo kepergok bapaknya saat makan siang... Kita tunggu kira² apa yg akan terjadi... Salam sehat untuk Bu Tien dan Kel.
ReplyDeleteBu Tien mmg top bingit. Trimakasih Bu Tien. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
ReplyDeleteTerima kasih mba Tien..seru nih
ReplyDeleteSalam hangat mba
Mulai rame nih critanya. Top deh bu tien.
ReplyDeleteselalu seru pokonya mah
ReplyDeleteAlhamndulillah....terimakasih mbak tien
ReplyDeleteTrim's Bu Tien..udah penasaran ajah nih qt dengan kelanjutannya π€π€π€
ReplyDeleteSemoga Bu Tien sehat selalu ya..
Salam dari Nias
Alhamdulillah...mks mbak Tien. Selamat malam π. Salam sehat bahagia selalu.
ReplyDeleteSalam sehat senantiasa, mbak Tien.
ReplyDeleteKudus selalu hadir .....
Lgs ada gregetnya niy bu ... slalu setia menanti kelanjutannya...Sehat slalu ya bu Tien... terima ksh...salam dr jkt
ReplyDeleteAlhamdulillah, Terimakasih mba, semoga sehat slalu. Salam dari Kuningan ππ»
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien...
ReplyDeleteNah lo Tejo ketahuan bapaknya
Alhamdulillah AYMT 02 sdh hadir
ReplyDeleteWah Tejo kepergok Bapaknya..
Seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Tejo ke gap sm bpknya...seru
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien,salam sehat dan semoga sukses
Sukurin... aduh... pengen saya krues aja itu si tejo. Jahat banget sih....kesel kesel kesel
ReplyDeletePuji Tuhan, skandal cinta Tejo dan pacar mulai terungkap.
ReplyDeleteSemoga cepat sadar dan bertobat, membina kerukunan, kebahagiaan dg Miranti isterinya.
Yustinhar dkk menunggu eps 3.
Matur nuwun.
Maturnuwun mbak Tien. Siiip...mulai terjalin konfliknya. Pasti seru nih. Selamat berkarya...
ReplyDelete(Iyeng Sri Setiawati - Semarang)
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteCerbung ep 2..sdh mulai seruu..
Lanjuut mbak..
Salam sehat dari bandung..
Akhirnya bpknya menangkap basah abaknya Tejo... Tyt yg menghabiskan uang Tejo wanita selingkuhannya Anisa... Bgmn klu akhirnya Anisa hamil dan Tejo diberhentikan dr pek oleh bpknya sendiri? Masihkah Anisa mm encintai Tejo yg sdh tdk berdaya krn semua fasilitas dicabut sm bpknya? Akankah terjd perceraian atau Miranti tetap bertahan? Jgn2 Anisa minum pil krn 7an hanya utk bersenang2 dg Tejo....
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayamg episode 2 AYMT nya
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga bu Tien dan keluarga selalu sehat dan bahagia aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan semuanya Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semuanya aamiin
Waaa... bikin lbh seruu dan heboh mbk Tien .. πππ
ReplyDeleteBaru eps 2 sdh bikin deg2an...bu Tien emang jago nulisππ€
ReplyDeleteBu Tien emang pintar merangkai kata kata.
ReplyDeleteSalam sehat buat ibu yaa.
Tejooo... π¬ terimakasih, Bu Tien... Salam sehat dari Yogya. π
ReplyDeleteApakah yg datang pak Kusuma ....
ReplyDeleteApa yg akan terjadi.....
Salam sehat selalu mbak Tien
Selamat pagi, terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu,, Aamiin πππ
ReplyDeleteWah selingkuh ketahuan..rame nih..tetap sehat dan semangat ya bu Tien
ReplyDeletePerselingkuhan yg sdh melampaui batas kesusilaan,dirasakan begitu indah dan lalai segalanya....Ceritanya smkn seru...salam sehat untuk Bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien, menyimak terus .....sepandai andai tupai melompat suatu kali akan jatuh.
ReplyDeleteAtau lebih tepat, se rapat²nya menyimpan bangkai, suatu saat tercium juga .....lanjutkan..!
Nuwun ....
Alhamdulillah... Mtur nuwun Bun..
ReplyDeleteSehat slalu...