Thursday, September 24, 2020

BAGAI REMBULAN 20

 BAGAI REMBULAN 20

(Tien Kumalasari)

Lusi mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Matanya menyala marah menatap kedalam restoran itu.

Ia tidak bersama Anjas, tapi ia mengenal beberapa orang yang bisa membantunya.

“Susan berani menentang aku karena laki-laki itu, siapa dia sebenarnya? Harus aku beri pelajaran samapai kapok,” umpatnya pelan.

Sementara itu Susan dan Naya asyik mencecap es krim yang dipesannya, dan mencecap rasa yang baru saja disadarinya. Apakah itu cinta?”

“Naya, kamu tampak aneh malam ini,” bisik Susan.

“Aku memang sedang merasakan sesuatu yang aneh. Ma’af.. mungkin tidak pantas.. tapi..”

“Apa yang tidak pantas? Bahwa rasa itu datang tiba-tiba, janganlah dinamai tidak pantas selama itu bukan suatu kejahatan. Aku suka melihatmu tampak bingung dan gugup malam ini.  Kamu tampak lucu.”

“Susan...”

“Naya, kamu sangat pemalu, tapi aku akan berterus terang, bahwa aku suka sama kamu,” kata Susan dengan berani sambil menatap lembut wajah Naya yang kemerahan.

“Apakah aku haus minta ma’af karena mengatakan ini Naya?” lanjutnya.

“Oh.. ti..tidak.. tidak.. tak ada yang salah.. selama itu bukan kejahatan..” Naya mengucapkan kata balasan, seperti tadi Susan mengatakannya, sambil menata batinnya. Bagaimana sih kalau seorang gadis menyatakan suka terlebih dulu? Apakah itu salah?

“Karena aku tahu bahwa kamu itu pemalu, aku tak sabar menunggu,” kata Susan berterus terang.

Bukan karena Susan lebih berpengalaman, tapi Susan sudah lebih dewasa dan suka mengatakan apa adanya.

Dan tiba-tiba Naya tersenyum. Senyum itu sangat menawan menurut Susan, sehingga susah sekali berpaling dari wajah kemerahan yang tampak santun dan menggetarkan hatinya itu.

“Susan..”

“Aku juga suka sama kamu,” lanjutnya sedikit malu.

“Kamu sudah tahu orang tuaku bukan? Terutama mamaku? Orang tua kamu tak akan suka kalau mengingat mamaku. Aku sedih, ingin mengubahnya tapi tak bisa. Aku belajar banyak kebaikan justru dari keluarga pak Indra, orang tua kamu yang juga atasanku,” lalu Susan menundukkan kepalanya. Bagaimanapun ketika teringat mamanya, kemudian membuatnya jadi minder.

“Susan, angkat kepalamu, mengapa tiba-tiba menunduk?” Naya mulai berani berkata sedikit lancar..

“Tiba-tiba aku merasa minder.”

“Mengapa?”

“Mengingat mama..”

“Ayolah, ini adalah kamu, bukan mama kamu.”

“Naya, kamu sungguh baik, seperti pak Indra.. aku bahagia menemukan keluarga ini. Aku merasa tak punya keluarga,” kata Susan sedih.

Naya merangkum tangan Susan yang ada diatas meja, meremasnya lembut.

“Jadilah keluarga aku.”

Beberapa sa’at keduanya tenggelam dalam rasa yang tak terungkapkan.

“Sudah malam, ayo aku antar pulang,” kata Naya sambil berdiri, meraih tangan Susan dan mengajaknya keluar.

Tapi sebelum sampai di mobil, sebuah hantaman mengenahi bahu Naya, membuatnya tersungkur. Kepalanya terantuk pinggiran trotoar. Susan menjerit.

“Heiii.. apa-apaan ini?”

Ada orang lain yang ingin menghantam lagi tubuh Naya yang sedang berusaha berdiri, tapi Susan juga sedang menghampiri tubuh Naya, sehingga pukulan itu mengenai tubuh Susan.

“Susan menjerit dan jatuh disamping Naya, begitu kerasnya pukulan itu, membuat Susan tak bergerak. Ada darah meleleh dipelipisnya, dan darah dari kepala Naya membasahi wajah Susan.

Orang lain yang salah memukul, melayangkan kembali pukulannya kearah Naya yang sedang berusaha bangkit, tapi tiba-tiba sebuah tendangan membuatnya terpental.

Ada dua orang lain yang kemudian maju ketika mengetahui ada orng yang melindungi Naya, tapi dengan gerakan memutar, laki-laki gagah itu bisa membuat kedua penyerangnya roboh berguling-guling sambil berteriak ngeri. Ada tiga orang penyerang, satu diantaranya masih tegak berdiri, melotot menatap musuhnya dan berteriak sambil menerkam, tapi dengan sebuah hantaman laki-laki penyerang itupun roboh.

Suasana menjadi gaduh, polisi sudah datang. Naya bangkit dan berusaha menolong Susan.

“Biar aku bawa ke mobil, kita harus segera kerumah sakit,” kata laki-laki gagah itu yang ternyata adalah Aliando. Ia datang bersama Dayu. Dan ketika Aliando mengangkat tubuh Susan, Dayu mendekati Naya dan membantunya bangun.

“Mas Naya... kamu tak apa-apa?”

“Dayu... kamu?”

“Ayo ke mobil, Liando sedang membawanya ke mobil.”

“Dia.. Susan..”

“Oh, baiklah, ayo mas..” kata Dayu sambil menggandeng lengan Naya.

Aliando membuka mobil, sebelum Susan diletakkan diatas jok belakang, Susan membuka matanya, merintih perlahan.

“Tenanglah, kami akan membawa kamu kerumah sakit.”

Susan menatap laki-laki yang menggendongnya, lalu dipejamkannya matanya.

“Dia, laki-laki yang aku benci, laki-laki sombong yang sok ganteng sedunia, tapi ia memiliki tangan hangat yang sangat mulia, ya Tuhan, sangat banyak orang-orang baik didunia ini, bagaimana dengan mamaku?” bisik batin Susan.

“Kamu tiduran saja...”

“Mana.. Naya?”

“Ini aku..” kata Naya yang sudah ada disitu.”

Liando melarikan mobilnya kerumah sakit.

***

“Bodoh !! Bodoh ! Bodoh !!” teriak Lusi setelah sampai dirumah.

“Ada apa sih ma?”

“Ada apa.. ada apa.. mengapa kamu tidak membantu mama?”

“Aku kan tidak tahu apa-apa ma..”

“Aku melihat Susan bersama seorang laki-laki  sedang makan disebuah rumah makan, geram aku, ternyata laki-laki itu yang membuat Susan berani menentang mama. Aku panggil Tomy dan teman-temannya, aku suruh menghajarnya.  Nggak tahu bagaimana.. polisi sudah datang dan ketiganya ditangkap. Lalu aku kabur.”

“Bagaimana kalau mereka bilang mama yang menyuruh mereka?”

“Tidak, aku sudah membayarnya. Pokoknya mereka tidak akan menyebut nama mama dihadapan polisi.”

“Mama bagaimana sih..”

“Aku juga melihat Tomy salah sasaran. Adik kamu dihajarnya sampai pingsan.”

“Orang gila.”

“Mama belum berani kerumah sakit untuk menengok Susan, jangan-jangan masih ada polisi berkeliaran disana untuk mencari keterangan.”

“Ya sudah, mama dirumah saja dan pura-pura tidak tahu.”

***

Naya hanya mendapat perawatan ringan, pelipisnya dan pundak sebelah kiri luka karena hantaman keras. Kecuali itu kepalanya terantuk pinggiran trotoar. Tapi dokter menyarankan untuk dirawat satu atau dua hari.

Sedangkan Susan dahinya luka karena kepalanya juga terantuk pinggiran trotoar. Ia juga harus dirawat.

“Susan, kamu tak apa-apa?”

Susan menatap laki-laki sok ganteng yang semula dibencinya, berdiri dengan senyum ramah, disamping Dayu yang cantik dan lembut.

“Terimakasih banyak..” bisiknya pelan, lalu memejamkan matanya.

“Kata dokter kamu gegar otak ringan.”

“Naya..?”

“Naya juga dirawat, mungkin sama, kalian belum boleh bangun.”

“Apa aku harus mengabari mama kamu?” tanya Liando.

Susan kembali menatap Liando, laki-laki yang memang ganteng itu, dan sekarang membuatnya kagum akan perhatiannya terhadap dirinya.

“Tidak usah.”

“Nanti mama kamu mencari kamu.”

“Tidak akan, mama tak akan peduli.”

“Bagaimana rasanya mbak? Masih pusing?”

“Sedikit Dayu, terimakasih. Untunglah ada kalian.”

“Beristirahatlah dulu disini, dokter akan merawatmu. Kami akan ke mas Naya dulu.”

“Baiklah, katakan bahwa aku tak apa-apa.”

Dayu mengangguk, lalu menggandeng Liando meninggalkan ruang inap Susan.

“Ternyata.. eh ternyata...” gumam Dayu dalam perjalanan kekamar Naya.

“Ternyata apa?”

“Mas Naya dan Susan... pasti ada apa-apa nih..”

“Syukurlah.. “

“Nggak cemburu nih, sama mas Naya?”

“Eiitt.. iya lah, aku cemburu.. cemburu berattt...” Liando tertawa kemudian menjerit kesakitan karena Dayu mencubitnya keras sekali.

“Iih.. ngomong sendiri.. kok jadi marah sih.”

“Penginnya kamu menolak, nggak taunya kesenangan..” kata Dayu cemberut, lalu berjalan cepat meninggalkan Liando. Liando mengejarnya sambil tertawa.

Ketika Liando dan Dayu masuk, disitu sudah ada Indra, Seruni, Yayi dan Adit.

“Waah... sudah banyak tamu rupanya, kata Liando.

“Bagaimana Naya?”

“Nggak apa-apa.. sedikit pusing.”

“Ada pesan dari Susan, suruh bilang ke kamu, bahwa dia baik-baik saja,” kata Liando.

Naya tersenyum malu, tak berani menatap wajah kedua orang tuanya.

“Tidak usah malu-malu.. biasa bukan, anak muda jatuh cinta?” kata Indra, yang disambut tawa semua yang hadir.

Hanya Seruni yang hanya tersenyum, memegangi tangan Naya sambil sesekali diciumnya.

“Ibu, Naya tak apa-apa.”

“Lain kali hati-hati, ibu tak percaya kamu punya musuh nak.”

“Tidak bu, Naya tak punya musuh.”

“Mengapa mas, ini bisa terjadi?” tanya Seruni kepada suaminya.

“Sudahlah .. kamu jangan memikirkan apa-apa, anak kita tak punya musuh, jadi barangkali hanya ada anak nakal yang main tawur saja. Polisi sedang menanganinya.”

“Cepat sembuh ya nak,” kata Seruni pilu.

“Iya ibu.”

Yayi pamit dan mengajak Adit keruangan Susan.

Agak terharu, sementara diruangan Naya banyak keluarga menjenguk, sedangkan diruangan Susan tak seorangpun ada disana.

“mBak Susan, sudah mengabari keluarga?” tanya Yayi sambil meremas tangan Susan.

“Aku tidak punya keluarga, Yayi,” kata Susan sedih.

“Jangan begitu, bu Lusi harus diberi tahu.”

“Tidak usah, mama tidak akan kehilangan.”

“Tapi namanya orang tua kan harus tahu,” kata Adit.

“Tidak, lihat saja nanti, ketika aku tidak pulang, bahkan sampai besok, mamaku mencari atau tidak. Pasti tidak. Jadi sudahlah, biarkan saja aku disini.”

“Aku bawakan baju ganti untuk mbak Susan, ini punyaku, kayaknya besarnya tubuh kita hampir sama deh,” kata Yayi

“Terimakasih banyak Yayi, kamu sangat baik, keluarga kamu juga baik, sahabat-sahabat kamu baik. Aku menemukan orang-orang baik, dan itu membuat aku terharu. Kalianlah keluarga aku, bukan mama.”

Yayi meremas tangan Susan.

“Sudah, kamu jangan memikirkan apa-apa, kamu harus istirahat.

Dan ketika pagi harinya, dengan heran Susan melihat Yayi menungguinya dengan tidur dikamarnya semalaman. Air mata haru menitik, dan itu membuatnya yakin bahwa ketenangan akan didapat dari hati yang baik dan mulia.

***

“Siapa ya kira-kira pelaku penyerangan itu?” tanya Tikno kepada Adit.

“Belum tahu pak, polisi sedang mengusutnya.”

“Ada nggak.. siapa tuh.. anaknya Lusi yang berandal itu..mm... siapa namanya, bapak lupa?”

“Anjas? Sepertinya nggak ada pak, kalau Anjas, masa menyerang adiknya sendiri ?”

“Iya juga sih.”

“Mungkin anak-anak yang sedang mabuk pak. Kalau orang lagi mabuk kan kelakuannya tidak terkendali?”

“Untunglah Liando segera datang dan menghajar mereka.”

“Dan untung juga Adit tidak ada disana waktu itu. Kalau ada, pasti Adit habisi semuanya.”

“Adit, anak bapak kan sudah berkali-kali bapak peringatkan, bahwa mengumbar kemarahan itu tidak baik.”

“Bagaimana kalau kita diserang?”

“Bisa mempertahankan diri itu sudah cukup. Bapak lihat kamu itu suka sekali menghajar orang.”

Adit tertawa.

“Bapak bisa aja, itu kan hanya kata-kata Adit saja. Sebenarnya juga tidak kok.”

“Tapi suaramu itu lho le, bapak sampai merinding.”

“Habisnya, bapak itu lemah lembut seperti ibu.”

“Nggak juga, kalau bapak lemah lembut ya kamu dan adikmu tidak akan lahir.”

“Kok gitu pak?”

“Lha yang lemah lembut itu kan perempuan. Kalau laki-laki gemulai, mana bisa suka sama perempuan?”

Adit tertawa keras sekali.

“Adiit !” tegur Tikno sambil tersenyum.

“Habis bapak lucu sekali,” kata Adit sambil masih tergelak.

“Ada apa ini, para lelaki tertawa terbahak-bahak?” tanya Surti sambil membawa nampan berisi teh hangat.

“Adit itu lho bu.”

“Bukan bu, bapak yang lucu..”

“Lho, sejak kapan bapak pintar melucu?”

“Itu lho bu, masa bapak ini dibilang lemah lembut, terus bapak bilang, kalau bapak lemah lembut nggak bakalan ada Adit dan Dayu, ya kan?”

“Adit bilang lemah lembut, bapak menggantinya dengan gemulai.. beda dong,” bela Adit.

“Kalian ini kalau sudah kumpul ramenya nggak karuan. Oh ya, bagaimana keadaan Naya dan Susan?”

“Ya harus dirawat  bu, kata dokter keduanya gegar otak ringan, kepalanya terantuk trotoar. Tapi tidak apa-apa kok. Nanti Adit mau kesana lagi..”

“Jadi Naya itu sekarang dekat sama Susan?”

“Tampaknya begitu pak, kan Susan bekerja di kantornya pak Indra? Lalu mereka jadi dekat deh.”

“Tidak apa-apa sih, asalkan mamanya Susan tidak membuat keributan saja. Dia itu kan orang aneh.”

“Susan melarang kita memberi tahu mamanya.”

“Kok gitu?”

“Katanya mamanya tidak akan perduli, gitu.”

“Kasihan anak itu. Bu Indra juga pernah cerita kalau Susan sebenarnya baik. Dia suka makan siang dirumah bu Indra lho.”

“Semoga semuanya baik-baik saja. Cinta kan tidak pernah mengenal dia itu siapa?”

“Benar. Saya mau kerumah sakit dulu ya pak, bu.”

“Tunggu, bapak juga mau ikut, aku bonceng kamu saja, bisakah?”

“Bisa pak, ayolah, Adit tungguin., Ibu enggak?”

“Ibu besok saja, kan ibu harus belanja untuk masak besok pagi.”

“Ya sudah, Adit sama bapak saja.”

“Kamu nggak sama Yayi?”

“Yayi semalaman tidur dirumah sakit bu, kasihan katanya, Susan nggak ada yang menemani.”

“Owalah, syukurlah, anak-anak baik, tidak keberatan saling menolong. Ibu suka itu.”

***

Tikno  berboncengan dengan Adit menuju rumah sakit.

“Jangan ngebut le, pelan saja,” pesan Tikno.

“Iya bapak, Adit tahu. Eh, tapi di perempatan itu berhenti sebentar ya.”

“Ada apa?”

“Ada kakek penjual koran, Adit mau beli.”

“Ooh, kakek yang suka menolong kamu itu? Baiklah.”

Adit menghentikan motornya. Ia turun menghampiri kakek penjual koran, lalu mengulurkan uang limapuluh ribuan.

“Beli satu kakek, tapi tidak usah kembaliannya,” kata Adit.

Kakek tua itu menggelengkan kepalanya, mengembalikan uang yang diberikan Adit.

“Tolong kakek, terimalah.”

“Jangan..” lalu kakek itu meninggalkan Adit.

“Selalu begitu,” gumam Adit.

Tiba-tiba Tikno mendekat.

“Bagaimana ? Ada uangnya?” tanya Tikno.

“Kakek itu tak mau menerimanya pak, ini, uangnya dikembalikan.”

Tikno mengambil uang itu, lalu berjalan mendekati sang kakek yang sudah siap menaiki motornya.

“Pak.. sebentar pak.”

Kakek tua itu menatap Tikno.

“Tolong terimalah, agar anak saya tidak kecewa.”

Tikno memasukkan uang itu ke saku si kakek. Tapi ketika menatap wajah kakek itu, Tikno mengingat sesuatu.

***

Besok lagi ya

54 comments:

  1. Terima kasih mbak BR episode 20 sdh hadir.

    Salam kami dari Yogya.

    ReplyDelete
  2. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Haryantu Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi ,
    Sastra, Wo Joyo,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Ema,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Jombang,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah.... matur nuwun Mbak Tien.
      Salam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg budiman sehat dan sukses selalu.

      Delete
    2. Selamat malam saya temukan 3 salsh ketik :

      1. “Susan berani menentang aku karena laki-laki itu, siapa dia sebenarnya? Harus aku beri pelajaran _samapai kapok,”_ umpatnya pelan.
      # *_sampai kapok_*

      2. “Apakah aku _haus_ minta ma’af karena mengatakan ini Naya?” lanjutnya.
      # *_harus_* minta ma'af

      3. Ada dua orang lain yang kemudian maju ketika mengetahui ada _orng yang_ melindungi Naya,....
      # ada *_orang yang_*.....

      Monggo bu Tien ada 3 koreksi.

      Delete
    3. Alhamdulillah....
      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
      .

      Delete
    4. Alhamdulillah BAGAI REMBULAN 20 sudah hadir.
      Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang, juga untuk sahabat-sahabat Kojora Pagi

      Delete
    5. Alhamdulillah, dah hadir nih lanjutannya. Salam sehat slalu mba dari kuningan yang slalu setia menunggu eps berikutnya. 🙏🏻🙏🏻

      Delete
  3. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Haryantu Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi ,
    Sastra, Wo Joyo,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Ema,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Jombang,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
  4. Terima kasih Bunda Tien,,semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

    ReplyDelete
  5. selamat malam bunda tien kumalasari dan para pembaca semuanya semoga Allah selalu melindungi kemanapun dan dimanapun kita berada.dan semoga bunda tien dan semua pembaca selalu sehat dan sukses kedepannya.Amiin...ya rob...semangat terus bunda...

    ReplyDelete
  6. asikkk sdh muncul yg di tunggu...mks bu Tien...semoga sekalu sehat🤗😊

    ReplyDelete
  7. Tks mbak Tien BR 20 sdh muncul,tambah seru akirnya Tikno ketemu dng kakek penolong yg pastinya ayah kandung Adit tambah seru nih kedepan.
    Salam sehat2 mbak Tien dari Tegal.

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun Bu tien.ceritanya makin seru.gmn keadaan Bu lusi ya.srhat2 butiran.penggemar setia
    Hartiwi DS.jkrt.

    ReplyDelete
  9. Pd gak bisa tidur, bu tien. Pembaca setia menunggu tayang. Gak pulas tidur kalo blum baca ha.. ha...

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun mbak Tien
    Salam Sehat dari Batang

    ReplyDelete
  11. Tikno mengenal si kakek...apa bapak biologisnya Adit ya? Makasih mba Tien .
    Salam sehat selalu mba.

    ReplyDelete
  12. Selamat mlam Bu Tien , smga sekel sehat2 , matur nuwun BR 20 nya . salam.

    ReplyDelete
  13. Selamat malam bu Tien setia menunggu BR 20... makin seru..mtr nwn kami tunggu episode selanjutnya
    Salam sehat utk semua

    ReplyDelete
  14. Absen dulu Ambarawa hadir bu..mulai rame lagi nih Tikno kenal dengan kakek penjual koran..sehat semangat bu Tien

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun.... Mbak tien... Smg sehat selalu jasmani rohani ekonomi berinspirasi... BR semakin menarik hati

    ReplyDelete
  16. Terima kasih cerbungnya jeng tien, salam sehat

    ReplyDelete
  17. wah serunya, Tikno mengenali si kakek

    ReplyDelete
  18. Wah, MB Tien pinter buat penasaran pembaca. Lanjut mbak, salam dari Jogja🙋

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, BR 20nya. Suwun mbak Tien
    Bekasi hadir, salam sehat bahagia selalu dalam lindungan Illahi Robbi katur mbak Tien sklg dan penggemar semuanya

    ReplyDelete
  20. Makasih Bunda untuk cerbungnya yg pasti selalu ditunggu oleh para penggemarnya.
    Sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya.

    ReplyDelete
  21. Wah apakah yang akan terjadi....
    Apakah pak Tikno akan ????
    Ataukah bpk tua akan kabuuur...
    Salam sehat selalu mbak Tien ..

    ReplyDelete
  22. Maturnuwun Bu Tien atas kehadiran BR~20.. semoga tetap sehat dan semangat..

    ReplyDelete
  23. Waduh, Bunda Tien paling jago bikin cerita, dan bikin kita penasaran, sehat selalu bunda

    ReplyDelete
  24. Mantaaap bu. Makin seru.
    Bapak biologisnya adit pastinya tu kakek.

    Sehat selalu ya buat ibu..

    ReplyDelete
  25. Matur nuwun ibu Tien, mugi² tansah pinaringan sehat bersama semua pembaca. Aamiin yra.
    Salam dari Mataram.

    ReplyDelete
  26. Ga sabar nunggu episode selanjutnya

    ReplyDelete
  27. Selalu menunggu kelanjutannya,tambah penasaran....
    Semoga sehat selalu utk ibu Tien

    ReplyDelete
  28. Alhamndulillah...
    Terimakasih mbak tien

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah sdh hadir ... mksh bu Tien slalu menghibur dg alur crita yg slaalu bikin penasaran...sehat slalu ya bu

    ReplyDelete
  30. Terima kasih Mbak Tien.. episode 20 sudah hadir.. ditunggu kelanjutannya Mbak.. smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  31. Jadi adit sampai sekarang belum tau ya...

    ReplyDelete
  32. Ga sabar nunggu episode selanjutnya

    Adit masih belum ada merasa bahwa dia memiliki hubungan jiwa dengan kakek.

    Sukur pak Tikno mulai mengingat-ingat sosok si kakek

    Salam hangat untuk mba Tien, semoga senantiasa Afiat

    ReplyDelete
  33. Ga sabar nunggu episode selanjutnya

    Adit masih belum ada merasa bahwa dia memiliki hubungan jiwa dengan kakek.

    Sukur pak Tikno mulai mengingat-ingat sosok si kakek

    Salam hangat untuk mba Tien, semoga senantiasa Afiat

    Soefyandi01@g.mail.com
    Cisauk, Tangerang, Banten

    ReplyDelete
  34. Sardiman yg memperkosa surti...bapaknya adit, mb tien luar biasa...sehat selalu ya mb...

    ReplyDelete
  35. Ceritanya bagus banget, bikin penasaran. Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  36. Klu Tikno pasti tdk salah ingat...dia pasti Sardiman...ayah biologis Aditya... Smg itu tetap menjd rahasia antara Surti, Tikno, Indra dan Seruni sj... Biarlah Sardiman ckp bs melihat dr jauh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebagai ayah yang baik, kelihatannya mas Tikno berterus terang, apapun perbuatannya, Sardiman adalah ayah biologis Aditya. Berat memang, bak makan buah simalakama. Tetapi sebagai pertanggung jawaban kepada Allah sang Maha Pencipta. Aditya terlahir kedunia dengan perantaraan Sardiman, walau caranya tidak dibenarkan menurut kaidah agama dan susila. Tapi semua telah terjadi. Tikno harus jujur kepada dirinya, Aditya yang selama ini diaku sebagai anaknya dan kepada Allah sang Maha Pencipta. Dengan kedewasaan Aditya, ditambah pendidikabnya selama ini yang baik, pastinya dia bisa menempatkan semua sesuai peranan dan posisinya. Yang paling utama tentunya Mbak Tien, saat ini beliau adalah pembuat skenarionya.

      Nuwun mbak Tien, ngapunten bilih lepat.

      Delete
  37. Alhamdulillah bunda Tien...mtur swun
    Sehat slalu...

    ReplyDelete
  38. Selamat sore mbak Tien...

    Maturnuwun BR20 hadir...smlm ngintip ampe jm 11 kok blm ada..

    Duuuh...anak2..susan & naya lg pdkt ibunya gegabah...lusiiiii...coba dikasih pelajajaran tuh ibunya susan biar kapok..😬

    Salam sehat dari bandung.

    ReplyDelete
  39. Waduh enaknya gmn ya
    Tikno menjelasksn sesungguhnya kpd adit gak ya?
    Terus tanggapsn Adit gmn
    Gak percaya, atau percaya malah marah krn telah bikin susah ibunya
    Wah embuhlah
    Terserah bu Tien
    Terus pak Mul itu kemana ya?

    ReplyDelete
  40. ih.. Yg tepat dimana Mbak Tien.....alamatnya si Lusi.. mau aku kirim ulegkan sambel..🤭 kangen.hhaha

    ReplyDelete
  41. Kutunggu selalu lanjutan nya mbak Tien...

    ReplyDelete
  42. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
    - Telkomsel
    - XL axiata
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
    add Whatshapp : +85515373217 x-)

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  48 (Tien Kumalasari)   Satria tertegun. Tentu saja dia mengenal penjual kain batik itu. Ia hanya heran, ba...