Thursday, August 6, 2020

BUAH HATIKU 07

BUAH HATIKU  07

(Tien Kumalasari)


Seruni menatap mata gusar suaminya. Dadanya terasa sesak. Ia mengatakannya dalam keadaan hati gelisah dan asa yang patah.

"Kamu bicara ngelantur Seruni, setan apa yang merasuki kamu sehingga menyuruh suami kamu menikah dengan pembantu?"

"Ma'af mas, aku juga mengucapkannya dengan hati yang berat, jiwa yang resah, aku seperti kehilangan pegangan. Tak tahu harus berbuat apa."

Indra terdiam, wajahnya muram. Ia berdiri dan beranjak keluar dengan wajah masih kusam.

"Mas.." Seruni berlari mengikuti.

"Mas Indra.. mas Indra..."

Indra terus saja melangkah., dan Seruni tetap mengikuti, tersaruk dibelakangnya, dengan air mata bercucuran.

Senja mulai meraba alam sekitar, suasana remang karena hari mulai merambah malam. Hiruk pikuk lalu lintas tak mereka hiraukan, mereka terus saja melangkah dan melangkah. Seruni masih ada dibelakang Indra, tapi ia tak mau berhenti. Indra melangkah tak tentu arah, melewati perempatan demi perempatan, lalu menyeberang jalan. Seruni masih mengikutinya, menyeberang tanpa melihat kekiri dan kekanan, ia hanya menatap suaminya. Tapi tiba-tiba sebuah mobil nyaris menabraknya. Tubuhnya terserempet bagian depan mobil, membuatnya terpelanting.

"Augh! Seruni menjerit, dan jatuh.

Indra terkejut. Membalikkan tubuhnya dan melihat Seruni tergeletak ditengah jalan. Indra memburu ketempat Seruni terjatuh, sambil tangannya melambai kearah kiri dan kanan jalan, memohon agar kendaraan berhenti atau menyimpang.

"Seruni.. sayang.."

Seruni tak bergerak, Indra mengangkat tubuhnya kepinggir. Ia duduk begitu saja diatas trotoar. Beberapa penjual makanan mendekat, ada yang membawakan minum dalam gelas, dan ada yang membawa botol aqua. Tapi Seruni tak bergerak. Indra terus memanggil-manggil namanya dengan gelisah.

"Langsung kerumah sakit saja pak.." kata seseorang.

"Benar, panggil taksi.. panggil taksi.." orang-orang mulai berkerumun. Tak terlihat ada luka ditubuh Seruni, tapi dia diam tak bergerak. Indra melihat pelipisnya membiru.

"Taksiii!!" seseorang memanggil taksi.

***

Indra memukul-mukul kepalanya sendiri, menyesali apa yang dilakukannya. Karena mengikuti dirinya maka kecelakaan itu terjadi.  Gelisah menunggu, batinnya selalu memohon keselamatan untuk isterinya tercinta.

"Seruni... ma'afkan aku... ma'afkan aku.." rintihnya dalam hati. Matanya berkaca-kaca, tak perduli beberapa orang yang juga sedang menunggu, memperhatikannya.

Ketika dokter keluar, Indra memburunya.

"Dokter, bagaimana keadaan isteri saya?"

"Oh, baik, tidak apa-apa, hanya gegar otak ringan, sekarang dia sudah sadar."

"Oh terimakasih dokter, bisakah saya menemuinhya?"

"Silahkan, tapi dia harus beristirahat untuk beberapa hari," kata dokter yang kemudian berlalu.

Indra memburu kedalam. Dilihatnya Seruni tergolek, dengan selang infus dilengannya. Wajahnya pucat, tapi matanya terbuka begitu melihatnya mendekat.

"Seruni, isteriku, kekasihku, cintaku..." Indra memeluknya, mencium sepuasnya.

Seruni tersenyum tipis.

"Ma'afkanlah aku... ma'afkan ya.." bisiknya sendu.

Seruni tak menjawab, menutup mulut Indra dengan jemarinya.

"Aku tidak apa-apa," bisiknya lirih.

"Bagaimana sayang, apa yang kamu rasakan?"

"Hanya sedikit pusing, ayo kita pulang."

"Jangan Seruni, lihat, masih ada infus dilengan kamu, dokter meminta agar kamu beristirahat beberapa hari."

"Tidak, aku tidak mau, aku mau pulang."

"Jangan bandel, kamu harus menurut. Aku akan terus menunggui kamu disini."

"Indra, kamu tidak marah ?"

"Tidak sayang, tenanglah.. bagaimana aku bisa marah sama kamu?"

"Tapi kamu meninggalkan aku.."

"Aku yang salah, aku tidak bisa mengendalikan diri. Sudahlah, jangan bicarakan masalah itu lagi, kamu harus tenang, biar segera sehat, ya?"

"Mas Indra... aku sungguh-sungguh ingin membuatmu bahagia."

"Aku sudah tidak kurang bahagia, aku akan selalu mencintai kamu, sudah, pejamkan matamu dan tidurlah, aku akan minta suster agar mencarikan kamar terbaik untuk kamu."

"Aku tidak apa-apa..."

"Jangan bandel Seruni..."

***

Surti terkejut ketika majikannya pulang sendirian dengan naik taksi, dan mengatakan bahwa isterinya ada dirumah sakit.

"Memangnya bu Indra sakit apa pak?" tanyanya cemas.

"Tidak apa-apa, hanya pusing, siapkan baju-baju ibu dan masukkan dalam tas. Jangan banyak-banyak, hanya beberapa hari."

"Baik, pak. "

Surti menyiapkan apa yang disuruh Indra, mengambil beberapa baju dan ditatanya didalam tas. Penuh tanda tanya dalam hatinya melihat majikan gantengnya duduk dengan wajah sedih.

"Pasti tidak sakit biasa. Jangan-jangan bu Indra ngidam," batin Surti, tapi dia tak berani menanyakannya. Dulu Seruni pernah mengatakan, bahwa tidak sopan menanyakan hal yang bukan urusannya. Tadi sudah dijawab hanya pusing, dan Surti kemudian diam.

"Bapak tidak makan malam dulu?" tanya Surti, karena dia sudah menatanya dimeja.

"Tidak, mana baju-baju itu?"

"Sudah pak, ini."

"Bawakan juga sabun, sikat gigi."

"Oh, iya .." Surti kembali kebelakang, mengambil simpanan sabun dan sikat gigi di almari lalu dimasukkannya kedalam tas.

"Sudah?"

"Sudah pak."

"Aku pergi, kunci semua pintu dan jangan kemana-mana." kata Indra sambil berlalu, mengambil mobilnya dan kembali ke rumah sakit.

Surti mengunci semua pintu karena hari memang sudah malam. Ia masuk kekamar dan menelpon ayahnya.

"Ada apa Sur?" tanya ayahnya dari seberang.

"Surti sendirian dirumah ini pak, bu Indra sakit."

"Sakit apa?"

"Entahlah, pak Indra bilang hanya pusing. Jangan-jangan ngidam ya pak."

"Oh, syukurlah kalau ngidam, itu sakit yang menyenangkan. Sudah berapa bulan?"

"Surti mana tahu pak, tiba-tiba sudah ada dirumah sakit, katanya hanya pusing. Kalau hanya pusing mengapa harus menginap dirumah sakit?"

"Ya sudah kalau tidak sakit yang sebenarnya sakit. Ini tadi sebetulnya bapak mau menelponmu siang, tapi pulsa bapak habis, baru beli, untunglah sudah beli, jadi baru bisa menerima telpon kamu."

"Ya pak, bapak punya uang?"

"Punya, bapak punya."

"Ya sudah, kalau tidak mau Surti kirimin, Surti punya tabungan yang lumayan, karena tidak pernah beli apapun yang tidak perlu. Surti hanya membeli ponsel yang biasa saja, asal bisa menelpon bapak."

"Iya, ponsel bapak ini kan juga kamu yang membelikan. Tidak apa-apa ponsel biasa, yang penting bisa saling mengabarkan keadaan kita."

"Sebetulnya Surti kangen sama bapak, hampir dua tahun baru pulang sekali."

"Tidak apa-apa nduk, yang penting kamu sehat."

"Bapak juga sehat kan?"

"Ya sehat. Pak Pras selalu memberi bapak vitamin-vitamin agar bapak kuat dan tidak capek."

"Ya sudah pak, besok menjelang lebaran saja Surti pulang."

"Jangan pulang kalau memang disini sedang repot."

"Ya pak."

***

Pagi hari itu begitu datang pak Mul segera menemui bu Pras.

"Ada berita baik bu."

"Ada apa?"

"Semalam Surti menelpon, katanya bu Indra masuk rumah sakit. Kata Surti ngidam."

Mendadak wajah bu Surya berbinar, Ia masuk kedalam rumah, menemui suaminya.

"Pak.. pak.."

"Ada apa, kok kelihatan bersemangat begitu?"

"Ada berita baik, kata pak Mul, Seruni ngidam."

"Lho, Mul dengar dari siapa?"

"Dari Surti, katanya Seruni masuk rumah sakit semalam karena ngidam."

"Benarkah? Sekarang juga aku mau menelpon Indra. Kok tidak mengabari kita kalau memang isterinya ngidam. Mana ponselku ?"

"Selamat pagi bapak," jawab Indra ketika ayahnya menelpon.

"Indra, kamu dimana?"

"Saya di.. rumah sakit bapak, Seruni sakit."

"Iya, bapak sudah tahu.. sudah berapa bulan?" tanya pak Pras penuh harap.

"Baru semalam pak."

"Bukan opname nya, hamilnya sudah berapa bulan?"

Indra tertegun. Kok hamil sih?

"Indra, bapak tanya, hamilnya isterimu sudah berapa bulan? Nanti bapak sama ibu mau menengok kemari. Seruni pengin apa?" pak Prastowo semakin berapi-api.

"Bapak, siapa yang hamil?"

"Lho, katanya isterimu ngidam?"

"Tidak bapak, Seruni hanya pusing, kemarin  jatuh dijalan, gegar otak ringan, tapi tidak apa-apa."

Pak Pratowo tertegun. Seperti air panas yang kemasukan es batu, tiba-tiba sikapnya menjadi dingin. Semangat mengala-nyala karena harapan yang memenuhi perasaannya, tiba-tiba padam.

"Bapak.." sapa Indra karena beberapa sa'at lamanya tak ada suara bapaknya.

"Ya sudah.."

"Dari siapa bapak mendengar berita itu?"

"Ya sudah, semoga baik-baik saja." kata pak Pras dingin, kemudian menutup ponselnya sebelum Indra menjawabnya.

"Gimana pak?" tanya bu Prastowo masih dengan bersemangat.

"Siapa bilang Seruni ngidam? Mul itu ngawur, atau Surti yang ngawur."

"Lho..."

"Seruni habis jatuh dijalan, gegar otak ringan, tapi tidak menghawatirkan."

"Bukan ngidam?"

"Bukan."

Dan runtuhlah semua angan-angan yang semula membahagiakan.

***

Indra termangu diatas sofa diruangan dimana Seruni dirawat. Berfikir mengapa ayahnya mengira Seruni hamil. Ia tak ingin mengatakan ini semua kepada Seruni, agar tak lagi masalah hamil itu terungkit dan mengganggu perasaan Seruni.

"Dari siapa mas ?" tanya Seruni dari atas ranjangnya.

"Dari bapak, cuma menanyakan keadaan kita," jawab Indra berbohong.

"Tidak menanyakan masalah aku?"

"Tidak, aku mengatakan bahwa kamu sakit. Bapak dan ibu ikut prihatin."

Seruni terdiam.

"Kata dokter kamu boleh pulang besok, kalau tak ada keluhan lain."

"Ah, mengapa masih besok?"

"Sabar Seruni, dokter harus memastikan bahwa kamu benar-benar sehat."

"Aku kan bisa beristirahat dirumah."

"Iya.. iya. Bersabarlah, aku tak ingin kamu kenapa-kenapa, bawel."

Seruni tersenyum. Bahagia merasakan kasih sayang suaminya, bahagia aroma cinta menyeruak menyusupi relung sanubarinya. Terasa wangi dan menyentuh. Dalam hati Seruni berjanji, tak akan kulepaskan dirimu dari kehidupanku.


***

"Mul... Mul... gimana kamu ini.." pak Prastowo mencari pak Mulyadi di kebun.

"Ada apa pak?

"Informasimu kok nggak tepat. Ngawur !"

"Informasi yang mana pak?

"Kamu bilang Seruni lagi ngidam, opname dirumah sakit?"

"Iya pak, Surti yang mengatakannya."

"Itu bohong Mul. Seruni jatuh di jalan, lalu opname dirumah sakit."

"Lho.. gimana Surti ini, biar nanti saya tegur pak. Tadi malam dia bilang begitu."

"Kalau belum jelas benar itu jangan dulu bilang-bilang. Aku sama ibunya sudah senang, ternyata bohong kabar itu."

"Ma'af pak, nanti Surti akan saya tegur."

Pak Prastowo meninggalkan pak Mul sendiri dengan wajah muram. Pak Mul meraba ponselnya, ingin menegur anaknya, tapi ternyata ponselnya mati, semalam lupa ngecas.

"Berarti nanti sore saja dirumah, hm.. bagaimana anak itu.. aku jadi mendapat teguran dari pak Pras." gumamnya sedikit kesal pada anaknya.

***

Sore hari itu ketika sudah sampai dirumah, pak Mul baru mengambil charger untuk menyalakan ponselnya.

Setelah menjerang air dan membuat kopi untuk dirinya sendiri, barulah dia bisa menelpon Surti.

"Ada apa bapak?" tanya Surti dari seberang.

"Kamu ini bagaimana, memberi berita yang tidak jelas, bapak jadi kena tegur deh."

"Berita pa sih pak?"

"Kamu, bukankah semalam mengabari bapak dan mengatakan bahwa bu Indra lagi ngidam ?"

"Iya pak, Surti pikir begitu."

"Itu baru perkiraan kamu, bukan benar-benar terjadi?"

"Habis Surti takut menanyakannya pada pak Indra, nanti dikira nggak sopan."

"Oo.. gimana kamu itu, lain kali kalau belum jelas jangan buru-buru bilang sama orang."

"Iya pak, memangnya nggak benar?"

"Bapak sudah terlanjur bilang sama pak Pras, dan rupanya  pak Pras menelpon mas Indra, ternyata itu tidak benar."

"Oh, ya ampun.. ma'af ya pak."

"Lain kali jangan begitu ya Sur?"

"Iya pak, ma'af."

"Permisiii..." tiba-tiba terdengar suara orang datang.

"Sudah dulu Sur, sepertinya ada orang datang."

Pak Mul menutup ponselnya, lalu menuju kedepan rumah.

"Selamat sore pak Mul."

"O, mbak Lusi, silahkan masuk."

"Mau minta tolong pak Mul, bisakah ? Tapi sekarang kabarnya pak Mul bekerja dirumah pak Pras?"

"Iya mbak, tapi kalau memang ada perlu kan saya bisa minta ijin. Ada apa mbak?"

"Rumah saya di bagian dapur bocor pak, kemarin kejatuhan dahan besar pohon yang patah karena angin."

"Oh, iya.. kemarin anginnya besar sekali."

"Maka dari itu, bisakah pak Mul membetulkan ?"

"Bisa mbak, besok pagi saya kerumah mbak Lusi, tapi saya minta ijin dulu sama pak Pras."

"Terimakasih pak Mul."

"Saya buatkan kopi mbak, mau?"

"Terimakasih pak Mul, saya harus buru-buru. Ngomong-ngomong tadi baru sibuk ngapain?"
 
"O, baru telponan sama Surti. Belum lama ini saya diberi ponsel sama Surti, katanya biar kalau kangen bisa telpon-telponan. Ponsel murahan mbak, yang penting bisa dipakai omong-omong."

"Jadi Surti juga punya ponsel sendiri?"

"Sudah mbak, sama saja, cuma ponsel murahan."

"Coba pak, saya mau mencatat nomornya Surti. Boleh kan?"

"Oh, boleh mbak, silahkan, sebentar saya ambil ponsel saya."

***

besok lagi ya












31 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Yowa, Petir Milenium (wauuw), Yustikno, Wedeye, Tauchidm, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, RAHF Colection,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah....
      Masih sore
      Yang ditunggu tunggu sdh hadir
      Matur nuwun Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam dari Cilacap.

      Delete
    2. Alhamdulillah...., matur nuwun Mbak Tien yg selalu menyuguhkan cerita2 segar dan selalu membuat penasaran.
      Salam sejahtera dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan para penggemar sehat selalu.
      Lanjut.....

      Delete
    3. Alhamdulillah Buah Hatiku 07 sudah tayang.
      Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, sejahtera dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
      Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete
    4. Halo juga mba. Makasih cerbung nya, lanjuuut. Salam sehat slalu dari yati/ Kuningan.

      Delete
  2. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Yowa, Petir Milenium (wauuw), Yustikno, Wedeye, Tauchidm, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, RAHF Colection,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih Bu Tien.. Makin seru makin penasaran trs.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    2. Hmm...bahaya ni surti..
      Terlalu polos...

      Ngeri ngeri gimanaaa gtu ni bundaa....
      Keseeelll (。•̀แด—-)✧

      Delete
  3. Alhamdulillah..... Buah Hatiku datang gasik menjelang maghrib
    Suwun mbak Tien yg selalu menyapa dan mengabsen penggemarnya
    Salam sehat setia sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun.... Mbak tien.... Smg tahes ulales...

    ReplyDelete
  5. Terima kasih mbak Tien ... sore² sdh bisa menikmati BUAH HATIKU 07.
    Salam kami dari Yogya.

    ReplyDelete
  6. Lusi mau ganggu lagi nih. Lanjut mba Tien. Makasih . Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  7. Waahh Lusi, cari masalah aja kerjaan nya... Hiks2

    ReplyDelete
  8. Mtnuwun Mbk Tien
    Sangat menghibur...
    Salam sehat dan semangat dr Sragen

    ReplyDelete
  9. Halow mbak Tien smg sehat selalu..smg Indra tetep teguh pendirian dan kesetiaan ya. Jangan putus asa Seruni semangat dan berupaya.. salam sehat dr Pejaten, Pasar Minggu

    ReplyDelete
  10. Terima kasih bu tien.. udah ngga penasaran lagi nunggu lanjutan critanya sampai tengah mlm.sehat2 selalu ya bu..dan tetap semangat berkarya.๐Ÿ™๐Ÿ’ช

    ReplyDelete
  11. Cerita yg sangat hidup bunda tien....
    Sragen selalu hadir

    ReplyDelete
  12. Wah ini Lusi punya renc bikin kacau RT Indra via Surti dg teror wa nya .. ditunggu BH 08 nya mb Tien ...slm seroja utk kita semua

    ReplyDelete
  13. Dari pada Lusi lebih baik Surti. Ya to MB Tien? Seruni lebih tenang bermadukan Surti. Lanjut MB Tien๐Ÿ‘, salam dari Jogja๐Ÿ™‹

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan dua duanya..... Hiks... Biar hamil aja sendiri. Gak ikhlas saya mah

      Delete
  14. Trimakasih seri lanjutan sdh terbit ... jiyaaan sangat berbahayanya mulut dan opini yg tercampur dengki ...

    ReplyDelete
  15. Terima kasih Bu tien, tetap salam sehat dari Kediri

    ReplyDelete
  16. Hallo juga Mbak Tien, terims kasih sapaannya.
    Alhamdulillah Buah Hatiku 07 sdh tayang
    Yaa Lusi dm Surti pengacau rt Indra Seruni rupanya..
    Semoga mereka kuat dan seruni mendapat keturunan..
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
    Sslam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  17. Duuuh surti.....surti

    Makasih bu, cerbung nya makin oke..
    Salam sehat tuk ibu dan keluarga.

    ReplyDelete
  18. Selamat pagi mba Tien
    Terima kasih Buah Hatiku 07
    Semoga mba Tien selalu sehat terus berkarya.
    Tuhan memberkati
    Salam sehat &bshagia ๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  19. bisa diomelin surti sama lusi wkwkwkwk...

    ReplyDelete
  20. Selamat pagi Bu Tien , semoga sekel sllu sehat , matur nuwun Buah Hatiku 07 , slmt brkarya sukses sllu. salam.

    ReplyDelete
  21. Alhamndulillah...makasih mbak Tien.
    Sehat dan sll semangat mbak tiwn

    ReplyDelete
  22. Selamat malam Bu Tien , smga sekel sllu sehat2 , matur nuwun Buah Hatiku 07 , slmt ber istrhat. salam.

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...