KEMBANG TITIPAN 20
KEMBANG TITIPAAN 20
(Tien Kumalasari)
Mery melangkah kearah bangku dimana berjajar sederet minuman kesukaan Basuki. Kamar yang luas itu dilengkapi dengan semacam bar kecil, dimana ia bisa melepaskan dahaga dengan memilih mana yang disukainya. Tapi Mery tidak hanya menuangkan segelas minuman. Ada sesuatu yang tadi disembunyikan dibalik bajunya yang kemudian dibubuhkan pada minuman itu., Kali ini ia harus berhasil.
Dengan senyum paling manis yang pernah disunggingkan dibibirnya, Mery mendekati Basuki. Basuki menatapnya sambil berbaring.
"Silahkan sayang, bangunlah dulu, jangan seperti bayi dong," kata Mery sambil mengacungkan minumannya.
"Aku suka dilayani seperti bayi," canda Basuki. Mery hanya tersenyum, candaan itu tak terasa lucu karena hatinya sedang berdebar.
Tiba-tiba ponsel Basuki berdering.
"Jangan hiraukan Bas, itu akan mengganggu keasyikan kita. Ayo minumlah dulu," kata Mery sambil mendekatkan gelas diwajah Basuki. Basuki bangkit duduk.
"Jangan-jangan penting," gumamnya.
"Adakah yang lebih penting dari ini?" Mery merayu sambil mendekatkan tubuhnya.
Basuki meneguk minuman yang diberikan Mery. Mery berdebar. Ia yakin usahanya akan berhasil.
"Segar sekali."
"Kamu tampak sangat tampan, Taukah kamu bahwa aku sangat mencintai kamu?"
"Benarkah? " Basuki tersenyum sambil mengelus rambut Mery.
"Kamu saja yang tidak memperdulikan aku," kata Mery sambil berbaring disisi Basuki.
Ponsel itu berdering tak henti-hentinya.
"Ponselku.."
"Biarkan saja, jangan sampai kesenangan kita terganggu , biar aku matikan ya," kata Mery sambil kembali turun untuk mematikan ponsel itu.
Basuki menatapnya dengan pandangan sayu.
"Mery..." bisik Basuki.
"Sebentar..."
Mery mematikan ponsel Basuki. Lalu ia kembali mendekati ranjang.
"Mengapa kepalaku ini.." tiba-tiba Basuki memegangi kepalanya.
"Pusing? Mengapa tiba-tiba pusing?" Mery mengelus kepala Basuki, Basuki meraih tubuh Mery, tapi tiba-tiba Basuki terkulai lemas.
"Bas..."
"Hm..." jawab Basuki pelan, ia mulai memejamkan matanya, tangannya terkulai.
"Apa kamu sudah mampus?"
"Hm..." suara itu semakin lemah. Lalu tubuh tegap itu terdiam.
Mery merasa lega, bergegas ia keluar dari kamar dan menguncinya.
***
Sri terkejut ketika tiba-tiba Mery muncul.
"Ayo kita siap-siap," kata Mery.
"Apa?"
"Atau kamu mau tetap tinggal disini?"
Mery mengambil sebuah bungkusan dibawah bangku sofa.
"Ini, kenakan pakaian ini dan jangan banyak bertanya," katanya sambil melemparkan bungkusan itu.
Sri menangkapnya, lalu membukanya.
"Baju.. seragam pelayan?"
"Pakailah cepat sebelum dia tersadar."
Mery mengenakan jacket, lalu meraih tas yang sejak tadi sudah disiapkannya.
"Dia sudah... "
"Sudah setengah mampus, ayo kita pergi."
"Pri, siapkan mobilku didepan ya," pesannya kepada sopir Basuki.
Lalu Sri dengan tergesa mengenakan baju pelayan. Hanya seperti jas berwarna putih dengan setrip biru. Tak memakan waktu lama untuk mengenakannya. Ada topi berwarna putih yang harus dikenakannya juga.
"Sekarang ?" tanyanya begitu selesai.
"Nggaaak, bulan depan..!" kata Mery sambil melangkah menuju pintu.
Sri bergegas mengikuti.. Sebelum membuka pintu Mery berpesan.
"Bersikaplah biasa sampai menaiki mobilku, seakan akan kamu pelayan yang mengikuti majikan. Jadi jalannya di belakangku dan jangan mengucapkan apapun. Jangan tampak gugup dan jangan menoleh kesana kemari."
Aduuh, banyak banget pesannya. Tapi Sri mencoba mengerti. Ia mengikuti keluar ketika Mery sudah diluar.
"Bawakan tasnya," katanya sambil mengulurkan tasnya. Tas agak besar yang berisi pakaian yang tadi disiapkannya.
Sri mencoba bersikap biasa. Ternyata dari kamar Mery untuk sampai didepan rumah memerlukan waktu cukup lama.Rumah itu lumayan besar, dan beberapa kamar tampak berjajar sebelum sampai ke teras. Entah untuk apa kamar-kamar itu. Diujung teras seorang penjaga mengangguk hormat. Hm, benar-benar seperti pembesar. Dan rasanya baru beberapa sa'at lalu Mery berpesan, mobil Mery sudah siap didepan teras.
Mery membuka pintu samping dan menyuruh Sri masuk kedalamnya, lalu dia sendiri berjalan memutar untuk duduk dibelakang kemudi.
Mobir melaju cepat keluar dari halaman rumah megah yang terletak jauh terpencil dari keramaian.
Tapi Mery sudah biasa melewatinya. Sebelum tampak perkebunan cengkeh didepan, Mery benar-benar melihat palang yang menghalangi jalan. Mery membuka kaca mobil, dan beberapa penjaga mengangguk. Mereka tau siapa Mery, kekasih dan tangan kanan Basuki. Lalu dengan penuh hormat mereka membuka palang itu.
"Hati-hati bu, beberapa jam yang lalu ada dua orang laki-laki mau memasuki daerah kita, untung saya bisa melarangnya, lalu dia kembali,"
Mery urung menjalankan mobilnya.
"Siapa mereka?"
"Dua orang laki-laki muda, mencari rumah tuan Basuki. Mereka mengendarai pickup terbuka."
Sri hampir saja memekikkan nama Timan, tapi Mery memelototinya.
"Ya sudah, hati-hati kalian berjaga ya, jangan sampai ada yang bisa masuk kecuali orang kita sendiri."
"Siap bu."
Mery menjalankan mobilnya. Tak bisa ia memacunya karena jalannya berbatu.
"Ya ampun mbak, itu pasti mas Timan, dia hampir ketemu aku."
"Siapa bilang? Dia nggak akan bisa masuk, kamu tau sendiri kan, banyak orang berjaga disitu?"
"Iya juga sih, lalu kemana dia sekarang ya mbak."
"Kalau kamu tau nomor kontaknya, kita bisa menghubunginya."
"Sayangnya tidak," keluh Sri sedih.
"Ya sudah, toh kita sudah akan bertemu dia kan?"
Mobil Mery terus menyusuri perkebunan cengkeh yang luas. Beberapa orang yang kebetulan lewat, mengangguk hormat begitu melihat mobil Mery.
"mBak Mery seperti ibu pejabat," gumam Sri.
"Hanya seperti, sebentar lagi aku akan menjadi wanita biasa. Mungkin aku akan kembali ke panti dimana dulu aku dibesarkan."
"Bagus mbak, barangkali mbak Mery akan lebih merasa tenang disana."
"Aku ingin kembali mengenal Tuhan, sudah lama aku melupakannya."
"Syukurlah mbak."
"Kamu tau bagaimana menguhungi lurah desamu ?"
"Mestinya di kantor kelurahan mbak."
"Nanti kalau sudah keluar dari area ini aku akan mengabarkan kepada lurah desa agar tau bahwa kamu sudah bebas. Mereka harus segera melapor ke polisi, dan tak perlu takut akan ancaman Basuki."
"Basuki mengancam apa?"
"Ya, dia mengancam akan mencelakai kamu kalau mereka berani lapor polisi."
"Oh, ya Tuhan..."
Mobil melaju, ketika jalanan berbatu sudah lewat, tapi mereka masih berada dilingkungan perkebunan itu.
"Kita sudah bebas?" tanya Sri dengan mata berbinar.
"Hampir. Masih jauh kita berjalan untuk mencapai kota."
Sri bernafas lega.
"Boleh aku lepas pakaian pelayan ini?"
"Lepas saja, sudah nggak ada gunanya.Tapi kita belum aman benar, perkebunan ini milik Basuki, dan orang-orang Basuki ada disekitar sini. Untungnya mereka mengenal aku. Selama Basuki belum sadar, kemudian menginstruksikan agar kita dihentikan, kita aman, karenanya begitu memasuki kota mobil ini akan aku tinggalkan."
"Ditinggalkan?"
"Ya, aku tidak butuh mobil lagi. Dan dengan mobil ini akan gampang Basuki menemukan aku lalu aku dibantainya."
Merinding Sri mendengarnya.
"Tenangkan hatimu, kamu akan segera bertemu calon suami kamu."
"Aku boleh memakai jacketnya? Pakaian ini terlalu terbuka, risih rasanya kalau nanti kita sampai ditempat yang banyak orang."
"Ada jacket didalam tas, ambillah."
***
Timan mengendarai mobilnya dengan perasaan yang mengharu biru. Rasa khawatir akan keselamatan Sri terus menghantui dirinya.
"Sekarang ada sinyal mas.." seru Bayu ketika mereka menyusuri jalanan menuju kota.
"Iya, dari tadi macet."
"Beberapa telephone tak terjawab dari pak lurah. Dan ada pesan singkat nih."
"Apa pesannya mas?" tanya Timan.
BASUKI MELEMPARKAN SURAT ANCAMAN LAGI
"Nah, ini pak lurah memfoto surat ancaman itu. Kurangajar bandit yang satu ini."
Surat ancaman dari Basuki terbaca oleh Bayu dengan geram.
"Kalau kita melapor polisi keselamatan Sri akan terancam. Dia mengingatkannya lagi, atau sudah ada yang melapor bahwa kita mencari-cari dia?"
"Aku curiga pada Herman."
"Benar, dia tampak tak suka melihat kita datang. Dan dia bilang belum pernah bertemu Basuki sementara dia adalah anak buahnya. Percaya mas?"
"Aku nggak percaya."
"Nanti aku akan bicara dengan teman dikepolisian, mungkin plat nomor itu bisa kita pergunakan untuk mencari orangnya kemudian memaksanya untuk mengaku."
"Saya sudah tak sabar mas, takut Sri kenapa-kenapa."
"Sama mas, saya juga prihatin nih."
Tapi tiba-tiba ponsel Bayu berdering.
"Dari pak lurah."
Bayu membuka ponselnya, dan memencet speaker agar Timan juga bisa mendengarnya.
"Hallo pak lurah,"
"Susah menghubungi mas Bayu sama mas Timan."
"Iya, tadi tidak ada sinyal. Baru saja membuka pesan pak lurah."
"Syukurlah, ini tadi saya mendapat pesan dari penjaga piket di kelurahan, katanya ada yang menelpone, dan mengatakan bahwa Sri bisa kabur dari cengkeraman Basuki."
"Alhamdulillah..."
"Siapa mengabarkannya? seru Timan sambil menyetir.
"Sayangnya penjaga itu tidak menanyakan namanya, katanya seorang wanita," kata pak lurah lagi.
"Mungkinkan Sri?" tanya Bayu
"Ya itulah, karena sudah lewat jam kerja jadi saya tidak bisa menerimanya dan menjelaskannya. Penjaga itu juga hanya menerima pesannya. Katanya suruh bilang ke pak lurah bahwa Sri sudah bisa lolos dari cengkeraman Basuki. Cuma itu."
"Lumayan melegakan, tapi sekarang Sri dimana?"
"Itulah mas, informasi nggak jelas, jangan-jangan informasi bohong."
"Begini saja, Kita langsung lapor ke polisi."
"Sebaiknya begitu mas, tidak usah berandai-andai, kelamaan."
***
Basuki membuka matanya, tubuhnya terasa lemas, dengan bingung ia melihat kesekeliling, tak ada siapapun.
"Mery..." panggilnya pelan. Tak ada jawaban.
Basuki bangkit lalu duduk ditepi ranjang.
"Mery.. " dengan heran dia turun, dan terhuyung langkahnya menuju sofa.
Basuki mencoba mengingat ingat apa yang tadi terjadi. Ia merasa sedang bersama Mery, lalu Mery merayunya, lalu memberinya minum, lalu... apa yang dilakukannya? Bajunya masih utuh, tak ada yang terbuka, berarti tak ada yang dilakukannya. Ranjang itu masih rapi tanpa kusut. Apa yang terjadi? Ia melihat kearah jam besar yang tegak disudut ruangan.
"Astaga... jam empat lebih sepuluh menit.. ini sudah sore?"
Basuki memencet sesuatu dibawah meja, lalu muncul seorang pelayan. Dirumah itu setiap kamar memiliki pelayan masing-masing. Mana yang melayani Mery, mana yang melayani Basuki.
"Aku mau kopi panas, perintahnya."
Pelayan membungkuk dan berlalu. Sambil menunggu pelayan membawakan kopi yang dipesannya, Basuki mengingat ingat. Ia meraih ponselnya, ingin memanggil Mery, tapi ponsel itu mati..
"Oh ya, aku ingat, tadi Mery mematikannya karena katanya tak ingin diganggu," gumamnya sambil menyalakan lagi ponselnya.
Ia meneguk dulu kopi panasnya ketika pelayan datang membawakan pesanannya itu.
Ia memencet nomor Mery, tapi jawabannya adalah..'nomor yang anda panggil sedang dialihkan.'
"Gila Mery. Tidurkah dia?"
Lalu pelayan yang hampir menutupkan pintu dipanggilnya.
"Coba panggilkan Mery," perintahnya.
"Tapi bu Mery pergi sejak siang tuan," jawab pelayan itu.
"Pergi?" mata Basuki melotot.
"Sudah siang tadi, sama salah satu pelayan."
"Kemana dia pergi, mengapa tidak bilang?"
Basuki menenggak habis kopinya, lalu berdiri dan bergegas menuju kekamar Mery.
"Mengapa Sri ditinggalkannya? Sangat perlukah ?" gumamnya sambil berjalan.
Namun dengan terkejut didapatinya Sri tidak ada didalam.
"Sriii!!" teriaknya.
Lalu dia masuk kekamar mandi.
"Sriii !" teriaknya kalap, ketika tak didapatinya Sri dikamar mandi.
Basuki kembali menelpon Mery, tetap tak ada jawaban. Ponselnya mati. Basuki pergi kearah depan. Tapi penjaga didepan mengatakan hal yang sama. Mery pergi dengan salah seorang pelayan.
"Apa Mery menghianati aku??" Basuki semakin kalap.
Ditelponnya penjaga palang.
"Bu Mery pergi dengan salah seorang pelayan, sudah sejak siang tadi," jawaban yang sama dan membuat Basuki semakin geram.
"Mery menghianati aku!! Apa salahku? Perempuan laknat !! Yang dikira pelayan itu pastilah Sri.!!" Basuki berteriak-teriak, dan teriakannya menggema diseluruh ruangan, membuat para pelayan bergidik.
Ia kembali memasuki ruangan Mery dan mengobrak abrik hampir seluruh isi ruangan. Mery tak membawa alat-alat make up yang dibelikannya dengan harga mahal. Ia mengacak semua alat make up itu dan membuatnya berserakan dilantai. Gelas diatas meja juga berhamburan, hancur berkeping keping. Basuki membuka almari, masih banyak pakaian bergantung, sepatu masih penuh di rak, apa yang dibawanya? Dan apa maksudnya? Semua pakaian dikeluarkannya, sepatu, tas yang bagus dan semuanya keluaran luar negeri, dihambur-hamburkannya ke lantai.
"Bedebah ! Laknat! Penghianat kamu Mery !! Apa maksudmu !!"
Basuki mencoba menelpone lagi, 'nomor yang anda putar, salah"
"Orang gila!! Perempuan keparatt!!
Basuki bergegas kedepan.
"Prii!! Kejar Mery dan bawa dia kembali!!" perintahnya kepada Supri, orang kepercayaan yang terkadang menjadi sopir pribadinya.
***
Basuki duduk diteras depan. Rambutnya awut-awutan. Kemarahannya sudah sampai di ubun-ubun. Ancaman-ancaman mengerikan terbayang dikepalanya.
"Awas kamu Mery, kalau kamu kembali, akan aku hancurkan wajahmu, aku patahkan kaki tanganmu agar kamu tak bisa melakukan apa-apa."
Seorang pelayan membawakan minuman dingin, tapi dengan sebelah tangan Basuki memendorongnya sehingga nampan itu terjatuh dan gelas pecah berantakan.
Pelayan bergegas kebelakang untuk mencari alat pembersih pecahan kaca.
Basuki tak perduli, ia meninggalkan pelayan itu dan berjalan kembali kekamar.
"Mana ponselku ?" teriaknya.
"Ada disini tuan," kata pelayan yang melihat ponsel majikannya terletak dimeja.
Basuki menghampiri ponselnya, mengambilnya dengan kasar, sehingga ponsel itu justru terpelanting jatuh.
"Setan !! Kamu juga mau aku hancurkan?" matanya mendelik kearah ponsel yang dipungutnya. Basuki hampir benar-benar membanting ponselnya ketika tiba-tiba ponsel itu berdering.
Basuki memelototi ponsel itu dan melihat siapa yang menelpone.
"Herman ? Ada apa? Aku hampir memanggil kamu dan memaki-maki kamu !" hardiknya menjawab telephone itu.
"Ma'af, saya isterinya Herman."
"Kamu ? Mana Herman?"
"Saya ingin memberi tau, baru saja mas Herman ditangkap polisi."
Gemetar tangan Basuki menahan kemarahan yang tak terbendung.
***
besok lagi ya
Alhamdulillah... eps 20 sdh tayang, makin gregetan bacanya, tambah emosi. Lanjut....
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien, semoga selalu sehat dan dimudahkan segala urusan. Aamiin.... salam sejahtera dari Pangkalpinang.
Deg degan bacanya...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Semoga selalu Sehat
alhamdulillah....
ReplyDeletemanteeeb mba tien.... selalu sehat n sukses... butuh stamina luar biasa u mbikin cerbung yg terbit tiap hari... luar biasa manteeb... suksees teras...
Jambi hadir mengikuti ....
Trimakasih bu Tien episode 20 sudah ku baca lanjut ke epidode 21 trimakasih Tuhan selalu menyertai
ReplyDeleteIni udah sampai puncak ketegangan belum ya. Harap-harap cemas
ReplyDelete...makin bikin deg deg'an bund...
ReplyDeleteLanjutt... π
Alhamdulillah .... makasih mbak
ReplyDeleteNah kena lu basuki...terima kasih mbak Tien smg sehat selalu...tetep nunggu kelanjutannya...π€π
ReplyDeleteGemetar tangan Herman..... Maksudnya mungkin Gemetar tangan Basuki. Salam dati kota Tahu Kediri
ReplyDeleteSelamat malam jeng tien terima kasih cerbungnya. Salam sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah tks bunda Tien salam Tahes Ulales dr Jogya ..lanjuut
ReplyDeleteEpisode yang bikin jantung berdebar kencang. Terima kasih Mbak Tien. Sehat selalu ya Mbak? Aamiin. Salam dari Medan.
ReplyDeleteHallow mb Umi mb Sul mb Jum mb Dewi mb Wida mb Cici mas Anton ms Sukarno ms Gianto ms Opa ms Ngatno kakek Habi
ReplyDeleteHallow Surabaya Banyuwangi Bali Malang Madiun Kediri Solo Wonogiri Pati Padang Jambi Pangkalpinang Bekasi Garut Bandung Tangerang Sawahlunto
Salam hangat dari Solo
Sugeng dalu jeng Tien,lagi bar maca, iki mesti sing dimaksud Basuki ya?
ReplyDeleteGemetar tangan Herman menahan kemarahan yang tak terbendung.
Di dua baris terakhir.
Koreksinya besuk ya, sekarang sudah ngantuk berat, mundak sesuk krinan.
Alhamdulillah epsd 20 sdh datang... Bekasi sll hadir mb atien... salam sehat sll
ReplyDeleteMenegangkan...luar biasa cerbungnya,.mksh mb tien
ReplyDeleteSehat selalu
Hallooow....mbak Tien..... salam sayang dr Surabayaπ€πππ
ReplyDeleteHmmm... deg2an akuuu !!!
Semoga Sri bisa segera ketemu mas Timan yaa.... aduuh kasian dia .... gadis desa yg polos, lugu dan menggemaskan.... mbak Tien mmg lihai yaa... bs aja mengillustrasikan dialognya Sri.... kadang sy tertawa sendiri... geli mbaak πππ
Semakin seru mba Tien .Ditunggu lanjutannya. Makasi mba
ReplyDeleteEpisode 20 sdh dtg smg Merry berhsl.membw Sri e hadaoan mm as Timan dan p Mardi... Dan Baduki menyadari akhircdr kekuasaannya dikalahkan kelembutan si Sri.
ReplyDeleteBtw mb Tien bgmn cr nya oesan buku sepenggal kisah
..?
Pesan ke saya saja. Kirim alamat via email atau WA
DeleteBerapa jeng Tien pengganti ongkos cetak novel SEPENGGAL KISAH? Jawaban
Deletenomor rekening dan harganya ke WA 085101776038 ya, nanti sekalian saya kirim alamat saya. Matur nuwun.
Alhmdulillah novel pengantar tidur terimakasih mbak tien
ReplyDeleteWida pati hadiiiiir
Salam sehat untuk kita semua
Trimakasih Bu Tien.. Semakin gemes, semakin penasaran gak sabar nunggu lnjutanya.. Salam sehat dan salam hngat utk Bu Tien.. Dari Madiun yg sllu hadir
ReplyDeleteKeren nich cerita bikin spot jantung, makasih bu...
ReplyDeletemakin degdegan...
ReplyDeletemakin degdegan...
ReplyDeleteAlhamdulillah, semakin seru, Bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat dari Yogya.
Ceritanya makin seruuu....
ReplyDeleteKlo saya berandai2...nanti mery ini di rumah lastri aja, bersama sisri dan mbah kliwon, dg perlindungan pak lurah beserta seluruh warganya....
Jadi mery tidak balik ke panti...
duh bikin jantung empot empotan episode 20 ini.....ayo lari yg jauh mery,sri.....biar basuki masuk penjara.....
ReplyDeleteTrims cerbungny Bu .dg maksd yg sama.mnt no wa nya .n sepenggal kisah tuh siapa z .pelakuny? Trims
ReplyDeleteTokoh Sepenggal Kisah
DeleteAsri Bowo Ongky Mimi
No. WA 082226322364
Silahkan
Tokoh Sepenggal Kisah
DeleteAsri Bowo Ongky Mimi
No. WA 082226322364
Silahkan
Trims cerbungnya, mengobrak abrik emosi
ReplyDeleteDari Koja Tg Priok setia mengikuti...
Semoga ibu Tien selalu sehat dan semangat...
Trims cerbungnya, mengobrak abrik emosi
ReplyDeleteDari Koja Tg Priok setia mengikuti...
Semoga ibu Tien selalu sehat dan semangat...
Hadir buuuk ☝️
ReplyDeleteSemakin panas....
Monggo di lanjut mawon bu Tien.
Slam shat slam hangat bt bu Tien tersayang ππππ
Waah tambah seruu, bikin sport jantung, ... Pokoknya lanjut terus,Kuningan slalu mantengin. Makasih mba
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien ... Sehat selalu.. Sawahlunto SUMBAR ..hadir
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien Kumalasari, cerbungnya bagus, disamping sy baca sendiri, sy share ketemen2 dan pada ketagihan..
ReplyDeleteLembar koreksi KT eps_20 :
ReplyDelete1. "Biarkan saja, jangan sampai kesenangan kita terganggu , biar aku matikan ya," ksts Mery sambil kembali turun untuk mematikan ponsel itu.
# kata Mery sambil.....
2. Untungnya mereka mengenal aku. Selama Basuki belum sadar, kmudian menginstruksikan agar kita dihentikan, kita... # kemudian menginstruksikan,..
3. Dan dia bilang belum ernah bertemu Basuki sementara dia adalah anak buahnya. #...belum pernah bertemu...
4. Apa yang terjadi? Ia melihat kearah jam besar tang tegak disudut ruangan.
# Apa yang terjadi? Ia melihat kearah jam besar yang tegak disudut ruangan.
5. "Awas kamu Mery, kalau kamu kembai, akan aku hancurkan wajahmu,.....
# ...., kalau kamu kembali, akan...
6. tapi dengan sebelah tangan Basuki memendorongnya sehingga nampan itu terjatuh dan gelas pecah berantakan.
# tapi dengan sebelah tangan Basuki mendorongnya sehingga nampan itu terjatuh dan gelas pecah berantakan.
7. matanya mendelik kearah ponel yang dipungutnya. Basuki hampir benar-benar
# mendelik kearah ponsel yang.....
Hanya ini.