KEMBANG TITIPAN 13
KEMBANG TITIPAN 13
(Tien Kumalasari)
Timan terus menjalankan mobilnya dengan bingung.
"Ada apa Sri? Itu mobil pak lurah sudah sampai disana, pasti kita ditungguin."
"Jangan mas, aku takut."
"Kenapaa? Sri.. jangan membuat aku bingung. Ada apa?"
"Ada Basuki disana."
"Apa? Dimana ?"
"Lagi ngomong sama pak lurah.."
"Masa sih? Lalu mengapa kamu takut? Kan ada aku. Biar aku temui dia supaya semuanya menjadi jelas."
Tiba-tiba Timan menghentikan mobilnya agak ketepi.
"Ya ampun mas, jangan.."
Sri benar-benar ketakutan, wajahnya pucat pasi.
"Sri, kalau benar dia Basuki, aku justru ingin menemui dia. Nggak apa-apa ada aku, kita kembali kesana ya?"
"Demi Tuhan, aku takut mas.."
"Kan ada aku ?"
"Tidak mas, jangan... sungguh aku takut."
"Aku akan menghadapinya Sri, aku tidak takut."
"Tapi aku takut mas... " suara Sri serak, hampir menangis, lalu Timan merasa kasihan.
"Ya sudah, jangan menangis, aku akan kirim pesan singkat ke pak lurah bahwa kita tidak akan kesana."
Timan sebenarnya ingin ketemu Basuki, kalau perlu bicara langsung dan apapun ingin dihadapinya. Tapi melihat keadaan Sri, ia mengalah. Lalu dikirimnya pesan singkat ke pak lurah.
PAK LURAH, MA'AF, SRI TIDAK JADI MENEMUI BAPAKNYA. ADA KEPERLUAN LAIN.
Dan pak lurah yang membaca pesan itu kemudian bisa mengerti, karena tadi dia sempat melihat mobil Timan melintas tanpa ada tanda-tanda mau berhenti.
***
Basuki mondar mandir didepan kantor polisi itu, lalu kembali kearah pak lurah.
"Mana dia ? Mengapa belum sampai juga?" tanyanya dengan wajah kesal.
"Baru saja dia mengabari, bahwa tak jadi datang kemari."
"Apa? Mengapa nggak jadi?" keras suara Basuki. Seperti kebiasaan dia bicara sama bawahannya, lupa bahwa dihadapannya adalah orang asing, seorang kepala desa pula.
"Saya tidak tau pak. Mungkin ada keperluan lain, atau ...
Lurah Mardi seperti sedang berfikir mencari jawaban yang tepat..
"Atau apa?"
"Waktu dia datang kemari untuk yang pertama kali, pak Darmin sangat marah pada Sri. Dinilainya Sri tidak patuh atau bagaimana, pokoknya kedatangan Sri tidak ditanggapi. Mungkin sekarang Sri takut, lalu mengurungkan niyatnya. Kan pak Darmin itu kalau marah nggak perduli apapun.. walau ada banyak orang tetap saja dia teriak-teriak. tanpa mengenal malu. Nah Sri yang malu."
Tampaknya jawaban pak lurah bisa diterima Basuki. Namun ketika Basuki hendak berlalu, lurah Mardi mencegahnya.
"Tunggu pak, saya ingin bicara, bisakah kita masuk sebentar?"
"Dengan siapa Sri pergi? Saya lupa menanyakan." tanya Basuki mengalihkan pembicaraan.
"Dengan temannya."
"Perempuan, atau laki-laki? Mengapa kalian bisa berpisah? Bukankah tadi pak lurah nyamperin kerumah mbahnya, oh.. itukah mbahnya Sri?" kata Basuki sambil menuding kearah mbah Kliwon.
mBah Kliwon tak menjawab. Sebel banget melihat tingkah orang yang sedikitpun tak menaruh hormat kepada orang lain padahal baru dikenalnya.
"Temannya, perempuan, tadi bertemu dijalan lalu dia minta berhenti, dan bilang mau menyusul kemari, ternyata tidak jadi. Tapi sebentar, saya tadi bilang ingin bicara sama pak Basuki kan?Bisakah kita masuk sambil menemui pak Darmin?"
"Tidak, mau bicara apa, langsung disini saja."
"Nggak enak pak, masa dipinggir jalan begini?"
"Tidak apa-apa, siapa bilang nggak enak, ayo bicaralah, aku sedang tergesa-gesa."
"Baiklah, apa boleh buat kalau pak Basuki ingin kita berbicara disini. Begini, waktu saya datang sebelum ini, saya bilang pada pak Darmin, bahwa ada seorang pemuda yang ingin mengambil isteri anaknya."
"Maksudnya si Sri?"
"Ya, si Sri.."
"Tidak. Tidak mungkin, Sri itu milikku." hardik Basuki dengan wajah merah padam.
"Ya, pak Darmin juga bilang begitu. Dia bilang Sri itu dititipkan oleh pak Basuki, sejak dia masih kecil, dengan imbalan pak Basuki membayar semua hutangnya."
"Itu benar, dan tidak sedikit aku mengeluarkan uang untuk itu."
"Baiklah, bagaimana kalau uang pak Basuki yang telah digunakan untuk membayar hutang pak Darmin itu dikembalikan?"
"Aahaaa... maksudnya dengan begitu Sri harus saya kembalikan?"
"Begitu kira-kira pak."
"Tidak ! Tidak.. dan tidak !!" teriak Basuki sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah wajah pak lurah. Lalu Basuki membalikkan tubuhnya dan pergi menuju ke mobilnya. Terdengar deruman keras ketika Basuki memacu mobilnya dan seperti melayang melintasi mobil pak lurah.
"Ya Tuhan, apa dia manusia?" keluh mbah Kliwon menahan amarah.
Lurah Mardi terpaku ditempatnya, belum pernah seseorang bersikap begitu kasar terhadapnya. Kalau menuruti kemauannya ingin dia mengayunkan bogem kewajah ganteng yang tak punya sopan santun itu. Tapi dia seorang kepala desa yang harus bisa menahan emosinya. Ia hanya mengelus dada, sambil menghela nafas panjang.
"Orang yang begitu mau jadi suami cucuku? Darmin benar-benar sudah gila."
"Jadi gimana ini mbah, jadi ketemu pak Darmin tidak?"
"Atau kita minta Sri kemari saja? Tiba-tiba membatalkan niatnya kemari, pasti karena melihat Basuki."
"Tadi dia bilang apa?"
"Mas Timan yang bilang melalui pesan singkat, katanya Sri nggak jadi kemari karena ada keperluan. Cuma gitu. Tapi saya tadi melihat mobilnya melintas, tidak berhenti. Pasti karena melihat Basuki lalu Sri minta supaya mas Timan tidak berhenti. Coba saya telephone dulu ya."
"Hallo mas Timan," sapa lurah Mardi ketika telephonenya diangkat.
"Hallow pak lurah, disitu masih ada Basuki?"
"Tuh kan, nggak berhenti karena melihat dia ya?"
"Iya, Sri ketakutan sampai menangis tuh."
"Kasihan Sri, tapi dia sudah pergi. Cuma saya tadi sudah sempat bicara sama Basuki."
"So'al uang pengganti itu?"
"Ya, dia menolak mentah-mentah."
"Menolak? Tidak mau seandainya uangnya diganti? Dengan nilai sekarang?"
"Dia marah-marah, maunya bukan uang, tapi Sri."
"Ya ampuun.. lalu bagaimana ini?"
"Mau kesini nggak mas, saya tungguin nih sama mbah Kliwon."
"Ya pak lurah, kalau dia sudah pergi saya mau kesitu, tadi kan Sri ketakutan."
***
Dan tanpa dinyana, sambutan Darmin siang itu begitu menyenangkan. Ia langsung memeluk Sri dengan air mata yang tak terbendung. Sejagad penyesalan merubungi hatinya, membuat sesak dadanya dan yang kemudian ditumpahkannya dalam isak yang berkepanjangan.
"Mengapa bapak menangis ?" tanya Sri yang tentu saja ikut terisak.
"Bapak merasa sakit. Sakit oleh ulah bapak selama berpuluh tahun. Bergelimang dosa dan maksiat, tak pernah merasa jadi pelindung yang baik bagi anak isteri."
"Ya sudah pak, jangan terlalu tenggelam dalam sesal. Bukankah rasa penyesalan itu adalah nikmat menuju kebaikan? Mari kita jalani semua ini bersama-sama."
"Bapak tak mengira kamu bisa mengatakan semua ini. Sri kecil yang teraniaya karena ulah bapaknya. Ma'afkan bapak, ma'afkan bapak ya nduk."
"Sri sudah mema'afkan sebelum bapak memintanya."
"Bapak, ma'afkan juga saya ya pak," kata Darmin sambil mencium tangan bapak mertuanya."
"Sudah.. sudah, bapak sudah mema'afkannya. Bapak senang kamu menyadari semuanya. Ayo sekarang duduklah, akan bapak perkenalkan ini, nak Timan."
Timan mendekat dan meraih tangan Darmin. Kali itu Darmin tak menolaknya. Ia menepuk punggu punggung Timan dengan hangat.
"Pak lurah, ma'afkan saya yang selalu berlaku kasar, dan terimakasih atas perhatiannya kepada saya yang banyak dosa ini." kata Darmin yang juga menyalami pak lurah.
"Tidak apa-apa pak Darmin, banyak orang bisa mengakui kesalahan, tapi tak banyak yang menyadarinya. Saya senang pak Darmin bisa menyadarinya."
"Tapi nasib Sri sungguh buruk. Basuki tak mau uangnya dikembalikan. Ia hanya minta Sri, seperti janji saya pada puluhan tahun lalu, ketika Basuki membayar hutang-hutang saya."
"Nanti kita akan mencari jalan terbaik untuk itu, kita akan memikirkannya bersama. Tadi saya ketemu pak Basuki diluar sana."
"Jadi dia belum pergi ?"
"Tadi sudah kesini?'
"Sudah, saya menemuinya sebentar karena bicaranya ngaco tidak karuan. Lalu dia pergi karena saya bilang sedang nggak enak badan. Ternyata dia masih menunggu diluar?"
"Mungkin dia masih berada disekitar, karena tau bahwa Sri akan datang kemari. Begitu saya datang, dia langsung mendekat dan mencari-cari si Sri. Untunglah Sri belum datang."
"Jadi tadi ketemu Sri juga?"
"Tidak, karena Sri yang bersama nak Timan melihat ada Basuki sedang bicara sama saya, kemudian Sri tidak jadi berhenti. Baru setelah Basuki pergi, saya panggil Sri kemari."
"Pak lurah bicara apa sama dia?"
"Tentang keinginan nak Timan akan mengganti uang yang sudah diberikan Basuki kala itu. Tapi dia menolaknya mentah-mentah."
"Tadi dia sudah mengatakannya. Saya jadi bingung pak lurah. Dia terus menuntut agar Sri segera diserahkan."
"Baiklah, nanti hal itu kita bicarakan lagi. Sekarang ada kabar baik sementara, tentang orang yang pak Darmin pukul waktu itu."
"Matikah dia?" tanya Darmin dengan wajah cemas.
"Tidak, justru kabar baik, dia selamat dan mungkin hari ini sudah pulang. Kabar baiknya lagi dia berjanji tidak akan menuntut."
"Berarti saya tidak akan lama lagi ditahan disini?"
"Mungkin tak lama lagi bisa pulang pak."
"Syukurlah, tapi bagaimana dia bisa bilang tidak akan menuntut?"
"Mas Timan membayar semua biaya selama dia dirumah sakit, dan juga memberinya sejumlah uang."
"Ya Tuhan, nak.. perlakuanku terhadapmu tidak baik, tapi kamu melakukan hal yang luar biasa untuk aku, ma'afkan bapak ya nak." kata Darmin sambil memeluk Timan.
"Jangan hal itu difikirkan pak, yang penting bapak selamat, dan Sri juga segera terbebas dari cengkeraman Basuki. Kami sedang mengusahakannya."
"Apakah nak Timan juga yang mau mengganti uang Basuki ?"
"Ya, tapi sementara ini dia masih belum mau menerima."
"Ya Tuhan, mengapa sejak dulu aku tidak bergaul dengan orang-orang baik ini?" kata Darmin yang kembali berlinangan air mata.
***
"Mas, bagaimana kabarnya Sri ? Mas sudah menelpon kang Mardi tadi kan?"
"Iya, baru saja selesai bicara, bagaimana kamu, masih mual?"
"Sudah agak berkurang. Tadi kang Mardi bilang apa?"
"Kamu itu lagi sakit masih mikir yang macam-macam, istirahat dulu lah Tri."
"Aku sakit apa? Kata mas aku sakit menyenangkan."
"Iya, tapi kamu muntah-muntah terus."
"Enggak mas, sudah enggak. Aku sekarang ingin tau kabarnya Sri bagaimana. Prihatin aku mas."
"Ya belum sepenuhnya selesai. Basuki tidak mau uangnya dikembalikan. Dia tetep minta Sri, tidak yang lainnya."
"Kok gitu ya mas, bukankah yang penting uangnya kembali?"
"Dia orang kaya, uang tak ada artinya. Suka atau tidak dia harus mendapatkan Sri,"
"Kalau Sri nggak mau?"
"Jelas nggak mau lah.. dia kan cintanya sama mas Timan."
"Waduh, bisa kacau ya mas... lalu bagaimana caranya melepaskan Sri dari ikatan yang rumit itu?"
"Kalau aku ya.. larinya ke jalur hukum saja.."
"Bisa ya mas ?"
"Ya bisa lah.."
"Tapi kan perjanjiannya pakai surat.. ditandatangani pula oleh pak Darmin."
"iya, tapi bisalah, itu kan menyangkut tindakan asusila, dan melanggar hak azasi manusia."
"Kalau bisa aku bersyukur mas. Tapi.. aduh mas, aku mau dibeliin rujak dong.."
"Tuh kan.."
"Tapi rujaknya harus yang pakai mangga.."
"Lhah, kan ini lagi nggak musim mangga...?"
"Pokoknya aku mau yang pakai mangga... buruan mas, mau muntah nih..."
Aduh, susah ya ounya isteri ngidam. Bayu baru mengganti bajunya karena sebentar-sebentar memang ia harus ganti baju. Lastri nggak suka bau keringatnya. Kalau berani mendekat dengan tubuh keringatan pasti Lastri mengusirnya. Aduhai..
"Buruan mas.."
"Iya..iya.. aku cari dulu, ini lagi ganti baju nih... Pengin tau deh, kayak apa nakalnya anakku ini nanti.. semoga tidak rewel seperti ibunya," kata Bayu sambil mencium perus isterinya.
"Iih,, aku nggak rewel ya, justru anak mas ini yang rewel," kata Lastri sambil cemberut.
***
Sri dan Timan serta lurah Mardi agak lama ketemuan sama Darmin. Ada bahagia dihati Sri karena bapaknya tak lagi menolak Timan. Mereka malah kelihatan akrab dan cocog satu sama lain.
"Ya sudah, kayaknya sa'atnya pulang ya, sudah kelaman kita disini," ajak lurah Mardi.
"Bapak sabar ya, kami akan mengurus semuanya agar bapak bisa segera pulang," kata Timan sambil menyalami pak Darmin.
"Iya nak, terimakasih banyak atas semuanya, bapak tak akan bisa membalasnya."
"Tak usah difikirkan pak, selalu berdo'a agar semua ini akan segera berakhir baik."
"Ya nak.. ya, terimakasih pak lurah, bapak.. jaga Sri baik-baik ya.."
Darmin melepas kepergian mereka dengan perasaan mengharu biru. Masih ada yang harus difikirkannya, yaitu melepaskan si Sri dari genggaman Basuki.
"Mas Timan langsung mengantar si Sri atau kembali ke Solo?" tanya pak lurah.
"Biar saya antar sampai kerumah pak. Oh ya, mas Bayu tadi telephone akan mencari lawyer .. kayaknya Basuki harus diselesaikan melalui jalur hukum, Tadi saya belum bicara takutnya pak Darmin akan khawatir. Nanti malam saya akan menemui mas Bayu, biar lebih jelas bicaranya." kata Timan sambil menuju kearah mobilnya.
"Ya mas, saya siap membantu apapun dan kapanpun. Ini saya sama mbah Kliwon ya. Mas Timan sama Sri."
"Baik pak lurah, mobil saya pickup, nggak enak kalau berdesakan.""
Ketika Sri sudah naik keatas mobil dan Timan siap membuka pintu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti, tepat dihadapan mobil Timan. Timan terkejut, wajah Sri berubah pucat.
Seorang laki-laki gagah keluar dari mobil mewah yang nyaris menabrak mobil Timan, lalu berjalan kearah Timan. Timan berdiri terpaku, lalu tiba-tiba Timan merasa bahwa dia adalah Basuki. Dengan kepala ditegakkan Timan menunggu. Dua orang laki-laki berhadapan, mata saling memandang dengan sorot mata berapi-api. Masing-masing segera menyadari wahwa yang berdiri dihadapannya adalah lawan yang harus disingkirkan.
***
nesok lagi ya
\
Alhamdulillah, matur nuwun Mbak Tien eps 13 sdh tayang, semoga bisa menghibur pembaca/penggemar yg selalu setia menunggu.
ReplyDeleteMakin maju episode makin tambah geram dan penasaran. Lanjut.... eps 14 dipun tenggo.
Selamat berbuka puasa semoga puasa dan amal ibadah kita hari ini diterima Allah Taala. Aamiin....
Nuwun....
salam hangat dari kota Garut jawabarat. buat emba Tien . lanjut episod selanjutnya
ReplyDeleteSalam dari malang bu Tien ...
ReplyDeleteSelalu dalam Kasih Tuhan .
Terima kasih mba Tien.Saking penasarannya dan merindukan tulisan mba Tien, sedari pagi sebentar2 buka linknya . Begitu deh tiap hari. Sehat selalu mba Tien . Lanjuut.
ReplyDeleteAlhamdulillah seneng sdh tayang .. ada haru syukur .. tpi di akhir episode mbak Tien bikin pembacanya was² deg²an ... selamat berbuka piasa bagi yg puasa
ReplyDeleteBatang(pekalongan) hadir ...
ReplyDeleteAlhamdulillah.... makin seru...
ReplyDeleteHaduuuuh tmbh seru bu Tien.. Trimakasih semoga sehat selalu.. Madiun hadir
ReplyDeleteAlhamdulillah tks bunda Tien eps 13 muncul unt Jogya kayaknya pass adzan magrib..mbatalkan puasa dulu baru share ke group...salam Tahes Ulales bunda ..lanjuuut tunggu eps 14....
ReplyDeleteTerima kasih jeng tien selamat berbuka puasa dan menjalankan sholat tarawih
ReplyDeletejambi hadiiir....
ReplyDeleteterimakasih mba Tien....
Wah seru ini....jadi ikut deg2 an ..
ReplyDeleteGak sabar tunggu besuk ini.. lanjutan nya...
Terimakasih mbak Tien...
Salam dari Surabaya...
Aku selalu mengikuti cerita2 nya...
Terimakasih
ReplyDeleteMakin seru aja...gak sabar nunggu besuk...
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien...
Salam dari Surabaya..
Jadi penasaran....
ReplyDeleteHallow.. Bandung Pangkalpinang Garut Jambi Bekasi Surabaya Jakarta Purwokerto Kuningan Tangerang Malang Jambi Madiun Jogya Magelang Padang
ReplyDeleteMas Ngatno. Ms. Sukarno. Mas Wignyo. Mas Anton. Kakek Habiiiii
Mb. Jum. Mb. Rita. Mb. Dewi. Mas Gilang. Mas Sopo.
Salam hangat dsri Solo. Aamiin atas semua do'a. Terimakasih perhatiannya
Maaf jeng Tien, semalam absen memberi masukan, selesai sholat taraweh langsung tepar. Terimakasih KT eps_13 sdh tayang, InsyaAllah malam ini bisa memberi masukkan.
Delete1. Dalam kamus baku Bahsa Indonesia, penulisan yang benar adalah "PEDULI" bukan "PERDULI"
2.Seperti kebiasaan dia bicara sama bawahannya, lupa bahwa dihadapannya adalah orang asing, seorang kepala desa
# Seperti kebiasaan dia bicara sama bawahannya, dia lupa bahwa yang dihadapannya adalah orang asing, seorang kepala desa
3. Mungkin sekarang Sri takut, lalu mengurungkan niyatnya. Kan pak Darmin itu kalau marah nggak perduli apapun.
# mengurungkan niatnya (asal kata niyyat bhs arab) bhs ind baku "niat"
# peduli bukan perduli.
4. Ia menepuk punggu punggung Timan dengan hangat. (apa maksudnya menepuk-nepuk punggung Timan?)
5. "Tidak, karena Sri yang bersama nak Timan melihat ada Basuki sedang bicara sama saya, kemudian Sri tidak jadi. (bukannya pak lurah jika manggil nama Timan "mas Timan" bukan nak Timan, kalau yang bicara mbah Kliwon, benar manggil nsk Timan)
6. melihat ada Basuki sedang bicara sama saya, kemudian Sri tidak jadi berhenti.
# melihat ada Basuki sedang bicara dengan saya, kemudian Sri tidak jadi berhenti.
7. "Tentang keinginan nak Timan akan mengganti uang yang sudah diberikan Basuki kala itu. # mas Timan ...
8. "Jangan hal itu difikirkan pak, yang penting bapak selamat,
# "Jangan hal itu dipikirkan pak, yang penting bapak selamat,
9. Aduh, susah ya ounya isteri ngidam. # punya isteri ngidam.
10. Bayu sambil mencium perus isterinya. # ...perut isterinya
11. "Tak usah difikirkan pak, selalu berdo'a agar semua ini akan segera berakhir baik." #..dipikirkan pak,
12. "Mas Timan langsung mengantar si Sri atau kembali ke Solo?" tanya pak lurah.
# "Mas Timan mengantar si Sri dulu, atau langsung kembali ke Solo?" tanya pak lurah.
Demikian jeng Tien yang dapat saya berikan (perduli=peduli, niyat=niat, difikirkan=dipikirkan) oh iya dlm penulisan telepon (bahasa indonesia) bukan telephone (bhs inggris) mohon maaf jika kurang berkenan.
Benar, Kakek Habiππ
DeleteHallow.. Bandung Pangkalpinang Garut Jambi Bekasi Surabaya Jakarta Purwokerto Kuningan Tangerang Malang Jambi Madiun Jogya Magelang Padang
ReplyDeleteMas Ngatno. Ms. Sukarno. Mas Wignyo. Mas Anton. Kakek Habiiiii
Mb. Jum. Mb. Rita. Mb. Dewi. Mas Gilang. Mas Sopo.
Salam hangat dsri Solo. Aamiin atas semua do'a. Terimakasih perhatiannya
Hadir buk ☝️
DeleteSya dukung mas Timan aja...πππ
Makin seruuu...ππ
Salam sehat tetap smangat bt bu Tien....ππππ❤❤
Banyumas selalu hadir... Salam hangat ibu Tien...π
ReplyDeleteHalloww.. Banyumas.. salam hangat dari Solo. Banyuwangi.
Delete.Gresik.. haii.. salam hangat juga ya
.
Halloww.. Banyumas.. salam hangat dari Solo. Banyuwangi.
Delete.Gresik.. haii.. salam hangat juga ya
.
Mbk Tien, dari gresik juga selalu hadir...
ReplyDeleteWahhh seruuuww...pertemuan dua laki2 yg memperebutkan si sri...
Ayooo mbk Tien lanjutkan kisahnya sisri dan saya doakan semoga mb Tien selalu diberi kesehatan dan diberi umur yg barokah....Aamiin
Mbk Tien, dari gresik juga selalu hadir...
ReplyDeleteWahhh seruuuww...pertemuan dua laki2 yg memperebutkan si sri...
Ayooo mbk Tien lanjutkan kisahnya sisri dan saya doakan semoga mb Tien selalu diberi kesehatan dan diberi umur yg barokah....Aamiin
Hadeht....ikut bergidik bacanya,basuki bawa tukang pukul...dan memaksa sri ikut dengannya...
ReplyDeleteMana sih ada kata tukang pukul?
DeleteDua laki-laki saling berhadapan itu maksudnya Basuki dan Timan.
Serious amat ya bacanya?????
terimakasih mba tien.
ReplyDeletesdh ditunggu" dr siang lanjutannya...akhirnya muncul juga...
greget aq sm basuki ....huuh
Saya hadir jeng
ReplyDeleteSy tunggu2 ucapan lurah mardi utk lwt jalur hk... Ternyata bayu yg usul
Makin seru lanjutkan mbak tien..
ReplyDeleteAduh ngeriii, takut diapa2in itu
ReplyDeletePenulisnya piawai mengolah kata, insyaAllah si Sri "aman" ada mas Timan.
DeleteAlhamdulillah Pak Darmin sdh menyadari kesalahannya...makin pinisirin euy... Salam sehat dari Yogya, Bu Tien.π
ReplyDeleteAlhamdulillah... bekasi hadir mb Tien
ReplyDeleteHadeuh deg2 plas di akhir episode. Salam sehat selalu buat mb Tien dan seluruh TK Lover's. Selamat berpuasa smg puasa kita mendapatkan rahmat dan ampunan dr Alloh swt. Aamiin
AMIN
DeleteAyugh kak tien lnjuutannya
Deletemakin tegang...lanjut bu Tien.
ReplyDeletePg mb Tien smg td mobil p lurah dan mbah kliwon blm beranjak ya... Takutnya Basuki nekat bw kabur si Sri mas Timan tdk ada yg bantu ...
ReplyDeleteBtw kok sy tdk bc episode 11 ya tahu2 kok sdh eps 12? Sdh berkali2 sy cb buka keluarnya 12...benarkah mmg loncat dr eps 10 ke eps 12?tks
Ada tuh. Gimana sih.loncatnya? Coba dipanggil. Di paling atas yang ada Tienkumalasari... itu diklik.. tulis judul dan seri yang dimaksud. Lalu klik paling nawah yg ada tulisan masuk.
DeleteAda tuh. Gimana sih.loncatnya? Coba dipanggil. Di paling atas yang ada Tienkumalasari... itu diklik.. tulis judul dan seri yang dimaksud. Lalu klik paling nawah yg ada tulisan masuk.
DeleteTerimakasih untuk episode 12 Bu Tien. Semoga Bu Tien tetap sehat.
ReplyDeleteKediri hadir
ReplyDeleteMakin seru ceritanya. Sebenarnya dari awal diketahui Darmin "menjual" anaknya ke Basuki, saya sudah kepikiran bahwa itu sudah termasuk dalam kategori tindak pidana human trafficking (perdagangan orang). Apalagi sekarang kan sudah ada UU Undang Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Semoga saja Basuki bisa terjerat kasus ini...
ReplyDeleteKEMBANG TITIPAN 12, belum ada ya?
ReplyDeleteMedan selwlu hadur mengikuti.
Eh... 14 maksudnya.
ReplyDeleteKEMBANG TITIPAN 14, belum ada ya?
ReplyDeleteMedan selwlu hadur mengikuti.
Dengaren buk Tien , eps 14 dereng dugi....hehehehe π€π€π€
ReplyDeleteWis pada antri,biasanya selesai sholat maghrib,nengok blog bu Tien sdh puanjang. Lha ini kok sepi.
ReplyDeleteSemoga bu Tien sehat wal'afiat, sehingga terus bisa melaporkan petualangan mas Timan,dkk vs Basuki untuk merebut si Sri.
Eps. Berikutnya.... Makin seruu.kuningan juga slalu hadir lho...
ReplyDeleteBunda Tien bibar Taraweh ..dumugi sakniki kok si Sri dereng nongol pun tenggo setunggal kampung...hee salam sabar menanti dari jogya...smg bunda Tahes Ulales...
ReplyDeleteAamiin,tahes ulales π
DeletePembaca setia dari Tg Priok semakin kecanduan...
ReplyDeleteYustinhar.....
ReplyDeletePuji Tuhan cerbung yg alurnya bagus, mempermainkan emosi, bikin penasaran.
Tidak ada kata yg bisa diucapkan selain mencintai setiap novelmu mba Tien.. selalu bikin deg degan.. ππ
ReplyDeleteTidak ada kata yg bisa diucapkan selain mencintai setiap novelmu mba Tien.. selalu bikin deg degan.. ππ
ReplyDelete