Wednesday, January 8, 2020

DALAM BENING MATAMU 81

DALAM BENING MATAMU  81

(Tien Kumalasari)

"Pak Kadir !! Adhit berteriak lebih keras, karena ak Kadir terus saja melangkah. Adhit mengejarnya dengan setengah berlari, sambil terus memanggil namanya.

"Pak Kadir !! "

Tapi bukannya menoleh pak Kadir justru menuju ketepi jalan bersiap untuk menyeberang. Ungtunglah jalanan sedikit ramai, sehingga Adhit berhasil mengejarnya.

"Pak Kadir..."

Dan akhirnya pak Kadir menoleh. 

"Oh.. memanggil saya?"

"Ya pak, pak Kadir lupa ya sama saya?"

"Mmm... lupa-lupa ingat sih... mmm..."

"Saya Adhit pak, dulu Mirna bekerja di kantor saya, sebagai sekretaris saya."

"Oh.. ma'af, iya.. saya ingat, maklum, kecuali sudah tua, kita juga hanya beberapa kali ketemu."

"Benar, tapi saya masih selalu ingat bapak."

"Syukurlah, terimakasih nak, ijinkan saya menyeberang, karena ada teman saya menunggu disana. Saya membonceng motornya."

"Nanti bapak saya antar saja sampai kerumah bapak."

"Ti..tidak.. jangan nak..." kata pak Kadir sambil meng goyang-goyngkan tangannya. Ia selalu ingat bahwa Mirna mengajaknya pindah rumah dan keluar dari pekerjaannya karena menghindari Adhit dan Anggi. Ya Tuhan, Anggi? Pak Kadir baru ingat beberapa hari yang lalu bertemu seorang wanita cantik yang hampir pingsan diluar bangunan yang sedang dikerjakannya, dan mengatakan bahwa namanya Anggi. Apakah dia itu isterinya Adhit? 

"Ayolah pak, saya antar saja."

"Tidak nak, jangan.. ada teman saya menunggu disana."

"Biar saya antar ketempat teman bapak, dan mengatakan bahwa bapak akan saya antar. Ya pak?" Adhit memaksa sambil memegangi lengan -pak Kadir, seperti takut kalau pak Kadir lari menjauh.

"Tapi nak, saya akan mampir dulu dirumah Sukir, teman saya itu, ada perlu, dan mungkin agak lama." pak Kadir mencoba memberi alasan untuk menolak.

"Pak.. sesungguhnya saya ingin ketemu Mirna."

Tuh kaan, pak Kadir sudah tau karena Mirna sudah banyak bercerita. Ia merasa bangga karena anaknya menolak dinikahi seorang lelaki beristeri

"Ijinkan pak, ada yang mau saya bicarakan, lagi pula Anggi isteri saya ingin bertemu Mirna."

"Oh, ti.. tidak nak... Mirna tidak ada dirumah saya.."

"Mkssudnya? Pindah atau kost sendiri, begitu?"

"Tidak, dia mengikuti suaminya di kota lain.Sudah lima bulan lebih dia menikah."

Gemetar Adhit mendengar keterangan pak Kadir. Mirna sudah menikah? Serasa ada yang terbang dari jiwanya, sebuah rasa, rasa sakit, kecewa, cemburu, ah.. semua itu membuatnya benci. Mengapa harus ada perasaan itu, mengapa ia harus merasa tersakiti? Bergolak beribu rasa dibatin Adhit, sampai ia tak sadar bahwa pak Kadir udah menyeberang. jalan. Tanpa pamit lagi.

Adhit ingin mengejarnya, tapi jalanan kembali ramai, sampai ia kehilangan bayangan pak Kadir disebuah tikungan.

***

Pak Kadir menoleh kebelakang, tak ada yang mengikutinya. Dilihatnya ditikungan itu Sukir masih menunggu.

"Kelamaan ya Kir?"

"Enggak bos, masih ada yang diurus? Kirain sudah selesai."

"Bukan, sudah mau menyeberang, ketemu sahabat, eh.. maksudku dulu pernah menjadi majikannya Mirna."

"Oh... kok bos kelihatan seperti bingung, menoleh terus kebelakang."

"Iya, takut dia mengikuti aku, ayo cepat kita pergi."

"Memangnya kenapa harus mengikuti bos?"

"Panjang ceritanya, ayo berangkat dulu, aku mau mampir kerumahmu dulu sebentar."

"Baiklah bos."

Dengan masih terkadang menoleh kebelakang, pak Kadir kemudian membonceng  Sukir anak buahnya. 

Ada rasa was-was kalau kalau Adhit mengikutinya, maka pak Kadir memutuskan untuk mampir dulu beberapa sa'at lamanya dirumah Sukir.

"Ada apa sebenarnya bos?"

"Bingung aku, gak bisa membayangkan kalau itu benar-benar terjadi."

"Iya, memangnya ada apa? Bos benar-benar seperti orang ketakutan begitu."

Kemudian Kadir menceriterakan semuanya, bahwa Mirna di kejar-kejar Anggi dan Adhit agar mau menikah dengan Adhit. Itu sebabnya mereka pindah rumah. Tapi tak disangka sore itu ketemu lagi.

"Iya bis, sudah jodoh barangkali, kok bisa-bisanya ketemu lagi."

"Hush. Jodoh bagaimana, orang merek itu sebuah keluarga, bisa=bisanya ada permintaan seperti itu. Anakku juga ketakutan dibuatnya."

"Tapi mengapa ya bos? Ini kejadian yang unik. Seorang isteri mencrikan isteri lagi bagi suaminya."

"Entahlah Kir, aku juga bingung. Ya sudah, kayaknya keadaan aman, aku mau pulang dulu."

"Nanti dulu, aku jadi teringat cerita salah seorang buruh bangunan di tempat kita kerja, itu, si Keman, katanya beberapa hari yang lalu ada seorang wanita canti yang bertanya begini. Apakah disini mandornya punya anak bernama Mirna? Begitu bos, tapi kan Keman tidak tau kalau anak bos namanya Mirna? "

"Ya Tuhan, ada apa ini? Sampai segitunya si Anggi itu. Ya sudah Kir, aku pulang dulu ya, takutnya Mirna khawatir aku nggak segera sampai dirumah."

"Ayo saya antar saja bos."

"Jangan Kir, kamu kan juga capek, biar aku naik ojol saja."

"Nggak apa-apa, kan rumah bos nggak begitu jauh. Ayo biar saya antar saja," kata Sukir sambil berdiri kemudian menytarter sepeda motornya, membuat Kadir tak bisa menolaknya lagi.

"Terimakasih banyak Kir, aku selalu merepotkan kamu."

"Sudahlah bos, jangan anggap aku orang lain lah.."

***

Mirna pucat pasi mendengar cerita bapaknya. 

"Jangan-jangan dia mengikuti bapak sampai kemari." kata Mirna khawatir.

"Nggak mungkin, aku mampir agak lama dirumah Sukir, tak ada mobil disekitar tempat itu, dan aku yang setiap kali menoleh kebelakang juga tak melihat ada yang mengikuti kok."

"Ya sudah pak, semoga bapak nggak akan bertemu lagi sama dia. Untunglah aku setiap kali pulang kerja diantar oleh sopirnya, sehingga kemungkinan bertemu kecil sekali, lagian aku berangkat pagi-pagi sekali ketika belum waktunya orang berangkat ke kantor."

"Aku juga sudah bilang sama nak Adhit bahwa kamu sudah menikah/."

"Oh, begitu? Syukurlah, semoga dia tidak akan mengejar aku lagi ya pak." kata Mirna pelan. Dalam hati ia berfikir, Adhit terlambat mengejarnya. Mengapa setelah di punya isteri? Ber bulan-bulan duduk dalam satu ruangan, dan hatinya sudah terpikat sejak lama, senyumnya, cara dia bicara, cara dia berjalan, semuanya membuatnya ter gila-gila. Mengapa sedikitpun dia tak pernah merasakan itu, dan justru setelah menikah dia jatuh cinta? Ah tapi itu kan kata Anggi, tapi untuk apa Anggi berbohong? Mirna juga teringat, ketika Adhit memaksanya mengantar ke toko ketika Dewi menyuruhnya belanja, lalu ketika berebut membawa barang belanjaang dibelakang bagasi mobil, lalu dia memandangnya dengan... aduuh.. jangan sampai itu terbayang terus. Berlinang air mata Mirna.

"nDuk, ada apa? Apakah sesungguhnya kamu juga suka sama dia?" tanya pak Kadir ketika melihat genangan telaga dimata anaknya.

"Oh, nggak bapak... sudahlah, jangan dibicarakan lagi. Mirna mau menyiapkan makan malam buat bapak ya?" kata Mirna sambil beranjak berdiri. Tapi pak Kadir menatapnya curiga. Pak Kadir menghela nafas, ia tau Mirna menyukai bekas bosnya yang ganteng itu. Ya Tuhan, mengapa ini semua bisa terjadi?

***

 "Mas nggak bohong kan?"

"Apa?"

"Benarkah Mirna sudah menikah?"

"Iya, itu kata bapaknya," jawab Adhit dengan raut muka muram. Anggi menangkap kesedihan dimata suaminya/ Anggi merasa trenyuh. Kecintaannya pasti patah hati.

"Mas tau dimana rumah orang tua itu? Eh.. mas tadi mengatakan siapa namanya? Kadir? Ya Tuhan, aku baru ingat mas, ketika aku hampir pingsan diluar sebuah gedung yang dibangun dan hampir pingsan, aku ditolong oleh seorang laki-laki setengah tua, benar namanya Kadir, aduh.. sampai lupa aku karena berkenalan dalam keadaan pusing berat."

"Aku ingin menemui laki-laki itu lagi mas."

"Untuk apa Anggi, sudahlah."

"Mas nggak sempat tau dimana rumahnya?"

"Aku nggak sempat mengikutinya, dia langsung pergi, dan aku juga harus mengambil mobil dulu, susah waktu itu. Tapi untuk apa mengikutinya, Mirna sudah nggak ada dirumah bapaknya, sudah dibawa suaminya."

"Tapi aku tetap ingin ketemu pak Kadir."

"Anggi, untuk apa lagi. Sudahlah, jangan lagi membebani diri dengan pikiran itu, nanti kamu sakit lagi."

Namun sesungguhnya Anggi tidak percaya. Mungkin juga Kadir berbohong karena anaknya sudah menceritakan semuanya.

***

Tanpa sepengetaahuan suaminya diam-diam Anggi pergi ke tempat bangunan dimana di ketemu pak Kadir, tapi pekerja yang ditanya bilang bahwa Kadir sudah pindah ke proyek lain, dan pekerja itu tak tau dimana. 

"Masa sih, bapak nggak tau temannya pindah dimana?" tanya Anggi mendesak.

"Benar bu, pak Kadir itu kan tangan kanan pemborongnya, jadi bisa dia dipindahkan ke priyek lain tanpa kami harus mengetahuinya."

Anggi pergi dengan rasa kecewa. Harus kemana lagi dia mencarinya? Dan kembali ras penat menderanya. Sungguh Anggi merasa harus mendapat keterangan tentang kebenaran pernikahan Mirna.

***

Berbulan bulan berlalu, Anggi merasa sangat tertekan. Ia sedh menyadari pernikahannya yang tidak bahagia. Itu benar, karena ia mencium ke pura-puraan Anggi yang tampak sangat memperhatikannya. Sesungguhnya ia bersyukur memiliki suami yang masih memperhatikannya dan tak berseda menceraikannya walau rasa cinta itu tak ada. Tapi jauh didalam lubuk hatinya dia sangat sedih. Ia hanya ingin melihat suaminy bahagia. Dan itu terus menerus menghantuinya.

Hari itu Anggi merasa perutnya sangat mual. Perutnya terasa seperti penuh, dan nafsu makannya jauh berkurang. Berhari-hari itu dirasakannya dan ia semakin merasa lemas. Adhit yang khawatir memaksanya membawa kerumah sakit. Dugaan sementara, sakit maag. Lambungnya luka, mungkin karena makannya tidak teratur. Ada beberapa obat lambung yang diberikannya. Hanya mengurangi sedikit rasa sakitnya, sampai obat itu habis. Lalu Adhit membawanya kembali ke rumah sakit. Harus ada pemeriksaan lengkap. Dan kembali segala macam urine, darah, diperiksa dilaboratorium.

"Anggi, kamu haru sehat, jangan memikirkan apapun." kata Adhit ketika menunggu hasil pemeriksaan laborat diluar ruang kerja dokter.

Tiba-tiba Adhit melihat seseorang, jantungnya berdebar lebih kencang. Tanpa mengucapkan apapun ia meremas jari tangan Anggi, dan satu tangannya lagi menunjuk ke satu arah. Anggi menoleh kearah yang ditunjuk suaminya. 

"Dia? mbak Mirna bukan?"

"Anggi sudah ingin berteriak memanggilnya tapi Adhit menahannya. Mirna sedang menggendong seorang bayi, disampingnya seorang laki-laki gagah berjalan sambil membawa tas besar.

"Sepertinya dia habis melahirkan," desis Adhit pelan.

"Masak sih.."

"Lihat saja, disampingnya itu kan suaminya."

Tapi mereka tak memperhatikan, didepan Mirna juga berjalan dua orang wanita, yang satunya setengah tua, menggandeng perempuan cantik dan berjalan pelan. 

"Ayo mas, ikuti dia."

"Anggi..!"

"Mas, aku ingin ketemu dia, ada yang ingin aku bicarakan sama dia."

"Apa lagi Anggi.."

"Tolong mas, ayo.. keburu dia jauh."

"Tapi kita kan sedang menunggu hasil lab kamu."

"Nanti aja kita kembali kemari," kata Anggi sambil bangkit berdiri, lalu berjalan keluar dari rumah sakit itu, dan Adhit dengan terpaksa mengikutinya. 

"Itu mobilnya, cepat mas."

***

besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


17 comments:

  1. Maturnuwun mba Tien cerbungnya smakin bikin penasaran πŸ€—πŸ€—πŸ€©πŸ€©

    ReplyDelete
  2. Mbak tiennnn...duhhh..bikin tambah gemessss...makin oenasaran...jangan lama lama mbak kelanjutannya okease.....

    ReplyDelete
  3. Ya Allah..pinginbaca sampai habis..pinisirin.
    Anggi bail sekali
    Mirna Juga baik. 2 wanita baik2 bwehati Mulia. Semoga happy ending ya Mba Tien

    ReplyDelete
  4. Salah paham lg ...pdhal itu anak majikannya yg hbs melahirkan... bukannya Mirna bekerja sbg baby sitter? Smg happy ending

    ReplyDelete
  5. Wah...makin seru...lanjutannya jangan lama lama ya buTien..penasaran...

    ReplyDelete
  6. Daniar....ini nantinya siapa hayo....?
    Apakah ibunya Mirna....aku tdk tahu...., biar Mbak Tien yg ngasih perannya.... Salut...bikin penasaran pembacanya...he..he..he..

    ReplyDelete
  7. Sepertinya iya, Daniar ibuny mirna ,jd Anggi sepupunya Mirna.. hadeuuhh makin penasaran

    ReplyDelete
  8. Mirnaaaaa, saya pendukung mirnaaaa hehe

    ReplyDelete
  9. Mirna and Anggi, the bestπŸ˜πŸ˜πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  10. Selamat bu Tien ... skrg blog nya lebih cantik dan sdh disambangi iklan. Semoga makin sering bikin cerita yg mengaduk perasaan dan penasaran

    ReplyDelete
  11. Ayoo mba Tien ... Aduuuh dah ga sabar nih .. aq jg fans ny mirna niihh,,smoga Mirna mnikah dg Adith.

    ReplyDelete
  12. Iyaaa semoga nantinya mirna dengan adit

    ReplyDelete
  13. Kok jadi b3da ya tampilannya....dan kata katanya jadi gqk kqruan gak nyambung ...kenapa yaaa

    ReplyDelete
  14. Bu tien makasih bagus cerita nya
    Jgn lama2 sambungan nya
    Jadi penasaran

    ReplyDelete
  15. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  48 (Tien Kumalasari)   Satria tertegun. Tentu saja dia mengenal penjual kain batik itu. Ia hanya heran, ba...