SEPENGGAL KISAH 123
SEPENGGAL KISAH 123
(Tien Kumalasari)
Baru saja bu Surya mendapat kabar bahwa Damar ada dirumah sakit jiwa, dan sekarang muncul dihadapannya? Dikuceknya kedua matanya.. tapi itu benar.
"Damar ?" bu Surya menghampiri Damar dan memeluknya.
"Tante, tolonglah Damar tante... "
"Damar, apa yang terjadi nak?" Bu Surya memandangi baju Damar, itu pakaian seragam rumah sakit jiwa. Dipeluknya lagi Damar, ia ingin meyakinkan, benarkah anak angkatnya memang gila?
"Tante, tolong Damar tante.. Damar tidak gila... Damar tidak gila tante..." rintih Damar.
"Ya nak.. tante tau itu.. ayo duduklah disini...duduk nak. Nancy, tolong ambilkan minum untuk Damar." perintah bu Suryo pada cucunya.
Nancy yang sejak tadi melongo menyaksikan adegan itu, kemudian berlari kebelakang, dibelakang dilihatnya mamanya sedang menonton televisi.
"Ada siapa Nancy?" tanya Mimi..
"Ada Damar diluar mama..." sahut Nancy sambil menuang air dingin kedalam gelas, lalu membawanya kedepan.
Mimi masih melongo dikursinya. Benarkah apa yang didengarnya? Damar ada diluar? Mimi bangkit dan berjalan keluar. Dilihatnya Damar sedang duduk dan meneguk minuman yang disodorkan Nancy.
"Damar ?" tegurnya..
"Kasihan Damar Mimi.. ia lari dari rumah sakit jiwa.."
"Whatttt?" Mimi terkejut. Lalu dipandanginya pakaian yang dikenakan Damar. Itu benar, Damar lari dari rumah sakit jiwa.
"Apa yang terjadi Damar?"
"Aku tidak gila, aku tidak gila.." rintihnya.
"Baiklah Damar, kamu memag tidak gila. Tante percaya itu nak.."
Damar merasa sedikit nyaman dipelukan bu Surya, sejak dulu, pelukan bu Surya selalu membuatnya nyaman.. karena Damar tau bahwa bu Surya menyayanginya dengan tulus.
Karena sudah beberapa sa'at Damar belum juga mau berceritera, Bu Surya meminta Damar untuk mandi dan beristirahat.
"Damar, nanti kamu boleh berceritera banyak, sekarang maukah kamu mandi?"
"Ya, mandilah dulu dan ganti pakaianmu. Ada pakaian papa yang belum pernah dipakai, masih baru. "sambung Mimi.
"Tolonglah Damar tante..Sudah tiga hari Damar disekap dirumah sakit jiwa, Damar tidak gila.."
" Tentu Damar, tante akan menolong kamu. Bukankah kamu juga anak tante? Kamu boleh tinggal disini selama kamu mau, tak akan ada yang tau seandainya ada yang mencarimu."
Bu Suryo membimbing Damar kekamar mandi, dan Mimi menyiapkan baju yang tadi ditawarkannya. Lengkap luar dalam dan masih baru.
Malam itu bu Suryo memberi perhatian penuh pada Damar. Kelihatan bahwa Damar sangat terpukul, ia terus menerus mengatakan meminta tolong, dan bahwa dia tidak gila. Setelah mengajaknya makan malam, mereka duduk santai dikamar tamu. Mereka menunggu apakah Damar akan bisa menceriterakan apa yang terjadi pada dirinya.
Namun Damar masih banyak terdiam.
"Baiklah, malam ini kamu istirahatlah dikamar Nancy. Nancy, bersihkan kamarmu biar Damar tidur disana. Kamu boleh tidur sama grandma ya.."
"Baik grandma.." Nancy yang pernah dilukai perasaannya oleh Damar, merasa iba pada keadaan Damar. Sesungguhnya ia menyayanginya, dan merasa bahwa dia adalah ayah kandungnya, sayang ternyata itu tidak benar. Dan ternyata rasa sayang itu masih ada.
Ia mengganti seprei tempat tidurnya dan membersihkan semuanya dengan rapi, supaya Damar merasa nyaman tidur disitu.
Dan Damar benar2 merasa nyaman, tidak seperti malam2 sebelumnya, dimana disekelilingnya yang ada hanyalah tembok putih dan pintu berterali.
Diluar kamar, Mimi dan bu Surya masih berbincang.
"Bagaimana dia bisa tau bahwa disinilah rumah kita?"
"Nancy pernah memberitahu alamat kita ma, Nancy berharap dia mau kemari, tapi ternyata dia tidak mau."
"Dia kelihatan sangat menderita, matanya kuyu seperti tanpa sinar."
"Dia memang menderita Mimi, kasihan sekali, dan sesungguhnya dia telah menjadi korban keserakahan papa kamu."
"Ya mama.." sahut Mimi sedih karena dia juga pernah menyakiti hati Damar.
"Semoga Tuhan mengampuni dosa ayahmu..."
Bowo dan Asri telah kembali serumah, dan selama tiga hari ini keduanya sedang membangun kembali kepercayaan masing2 yang pernah runtuh. Pandu sangat bahagia melihat ayahnya berada dirumah kembali bersama ibunya.
"Mengapa dulu itu Pandu lari meninggalkan nenek?" tanya Bowo pada anaknya.
"Pandu ingin pulang, karena nggak ada bapak sama ibu. "
"Tapi kan kamu nggak bisa pulang sendiri?"
"Ya, akhirnya semua orang kebingungan mencari kamu. Ibu menangis terus selama Pandu belum pulang/" timpal Asri.
"Habis, nenek nggak mau mengantar Pandu pulang kemari.. "
"Lain kali Pandu nggak boleh begitu. Pandu tau.. dijalanan banyak orang jahat. Kalau Pandu kemudian digendong orang jahat, trus disuruh mengemis dijalan jalan, dikasih pakaian kumuh dan kotor.. dikasih makan seadanya.. nggak bisa milih seperti kalau dirumah ...bagaimana? Pandu mau?"
Pandu menggeleng.
"Naa, jadi lain kali nggak boleh Pandu jalan sendiri. Harus sama bapak..sma ibu.. sama kakek.. Ya kan?"
Pandu mengangguk. Mata kecilnya berbinar binar. Alangkah bahagianya kalau ada bapak dan ibu.
"Ya sudah, sekarang Pandu belajar dulu, besok sekolah kan?"
"Baiklah bapak.. Pandu belajar dulu." dan Pandu kecil pun berlari kebelakang menemui kakeknya, yang selalu menemani setiap kali Pandu belajar.
"Bagaimana kabar Dewi?" tanya Asri tiba2..
"Belum tau, yang jelas dia masih hidup."
"Semoga segera pulih."
"Dia melakukan hal yang tidak benar. Dan kebetulan ketahuan sama suaminya, kasihan.."
Bowo kagum pada isterinya, kepada orang yang telah melukai hatinya pun dia merasa kasihan. Seperti tak ada dendam atau kebencian dihatinya."
"Tapi dia itu bukan suaminya. Dewi hanya menjadi simpanan saja."
"Ya Tuhan, mengapa Dewi melakukan itu semua?"
"Dia suka hidup mewah, dan bersedia melakukan apa saja. Tapi sekarang dia tidak punya apa2. Seluruh harta yang pernah diberikan dimintanya kembali, termasuk mobil dan uang simpanan yang masih tersisa. Itu dilakukan Robert sebelum dia tertangkap dan pasti akan masuk penjara."
"Besok pasti mas juga akan menjadi saksi."
"Itulah, padahal aku tidak tau kejadiannya."
"Ini semua menjadi pelajaran bagi kita mas, jangan mudah mempercayai apa yang dikatakan orang, karena akibatnya akan menjadi tidak baik."
"Bukankah kamu tadinya juga mempercayai kata2 Dewi dan menuduhku yang tidak2?" goda Bowo.
"Siapa yang tidak percaya mas, ponsel yang dipakai itu punya mas.. nomornya mas.. ya wajar lah kalau aku cemburu. Kan mas juga cemburu sama aku gara2 dipanasin Dewi dengan foto itu."
"Siapa yang tidak panas kalau isterinya tangannya dipegang pegang sama laki2 lain, ganteng, dan..."
"Stop... Asri nggak mau dengar itu lagi mas."
"Tapi aku juga kasihan pada Damar, sekarang harus masuk rumah sakit jiwa."
Asri menghela nafas panjang.
"Dia juga harus dikasihani, hidupnya penuh derita."
Ponsel Bowo berdering.
"Dari Ongky... "
"Hallo, "suara Ongky dari seberang
"Hallo, ada apa nih, katanya mau kesini agak lama, supaya bisa melihat bunga2 kamu yang sudah segede aku, dan dirawat dengan baik oleh bapak Marsam."
"Jangan dulu bicara so'al bunga, ini berita penting. Bahwa kamu harus berhati hati .. terutama menjaga isterimu, karena Damar lari dari rumah sakit jiwa."
"Damar lari dari rmah sakit jiwa?"
Dan Asri pun ikut terkejut. Ada rasa takut yang tiba2 menerpa batinnya.
#adalanjutannyaya#
Ceritanya bnr2 bkn deg2an... 👍
ReplyDeleteSaat pandemi covid19, berteman dengan Sepenggal Kisah
ReplyDeleteTerimakasih mba Tien Kumalasari