HANYA BAYANG-BAYANG 19
(Tien Kumalasari)
Puspa memasuki rumah, langsung ke arah belakang, menemui bibik yang sedang bersih-bersih dapur.
“Bibik,” sapanya langsung duduk di kursi.
“Eh, non Puspa sudah pulang. Bibik tata dulu makan siangnya. Bibik tidak tahu kalau Non pulang secepat ini, soalnya nyonya bilang tidak usah menyiapkan makan siang.”
“Tunggu dulu Bik.”
“Ya Non?”
“Ibu ke mana?”
“Nyonya pergi dari pagi. Tidak lama setelah tuan berangkat ke kantor.”
“Sendiri?”
“Tidak. Maksud saya, setelah Priyadi pulang dari mengantarkan tuan ke kantor.”
“Jadi ibu perginya dengan Priyadi?”
“Iya Non, lha itu mobil Nyonya masih di garasi.”
Wajah Puspa langsung pucat pasi. Berarti tadi Priyadi tidak sendiri, tapi bersama ibunya? Apa yang dilakukannya di rumah itu? Mengapa Priyadi memasukkan mobil ke garasi rumah orang, kemudian menutupnya dari dalam? Rumah siapa itu? Apa sang ibu ada di dalam?
“Ada apa Non? Mengapa Non kelihatan seperti bingung? Atau apa? Apa yang Non pikirkan?”
“Apa tadi ibu mengatakan akan pergi ke mana?”
“Tidak Non, hanya mengatakan kalau tidak usah menyiapkan makan siang, karena nyonya akan pulang sore. Memangnya kenapa Non? Kan sudah sering Nyonya pergi seharian?”
“Apa saja yang dikerjakan ibu dengan pergi seharian? Apa pak Priyadi tidak punya pekerjaan di kantor?”
“Lha saya mana tahu Non. Sebentar saya siapkan makan untuk Non,” kata bik Supi sambil pergi ke ruang makan dengan membawa piring-piring kosong.
Puspa hanya diam. Apakah ada sesuatu yang diperbuat ibu dan sopirnya? Mengapa mobilnya masuk ke dalam rumah yang entah rumah siapa. Jangan jangan ibunya ada di dalam. Lalu mengapa? Kalau bertamu, mengapa mobilnya masuk ke dalam garasi lalu ditutup rapat.
Puspa mengambil ponselnya, lalu menelpon sang ayah, berharap sang ayah mengetahui sesuatu.
“Puspa, ada apa? Tumben menelpon bapak siang-siang begini?”
“Pak, apakah … pak Pri ada di kantor?”
“Tidak. Begitu mengantarkan bapak sampai ke ruangan bapak, dia langsung kembali. Ibumu yang minta karena mau bepergian dan minta Pri mengantarnya.”
“Oh, memangnya di kantor tidak ada pekerjaan?”
“Tidak, kebetulan ada sopir lain yang bisa mengatasinya. Hei, ada apa kamu menanyakan Priyadi? Mobilmu mogok?”
“Mm, iya sih Pak, tidak … sebenarnya Puspa sudah menelpon bengkel.”
“Belum datang juga?”
“Agak lama sih, tapi ini hanya bannya kempes. Ya sudah … tidak apa-apa, paling-paling sebentar lagi kelar.”
“Ya sudah, kamu di mana sih Puspa, dekat kampus, atau di mana?”
“Ya, dekat kampus.”
“Apa perlu bapak menelpon Priyadi?”
“Tidak usah Pak, ini bengkel sudah datang. Terima kasih Pak, selamat bekerja.”
Puspa menutup ponselnya, ia merasa bersalah telah membohongi sang ayah. Ia tak ingin mengatakan yang sebenarnya. Jangan sampai hal itu membuat ayahnya terganggu.
“Non, makan sudah siap.”
Puspa bangkit, menuju ruang makan, hanya tak ingin membuat bibik kecewa. Padahal sebenarnya sama sekali ia kehilangan nafsu makannya.
“Non, mengapa tadi Non berbohong pada tuan?”
Puspa terkejut. Rupanya bibik mendengarkan dia bertelpon.
Puspa hanya tersenyum.
“Bibik mendengar semuanya?”
“Maaf Non, bibik tidak bermaksud menguping. Bibik mau memberi tahu Non bahwa makan siang telah siap. Lalu bibik menunggu Non selesai menelpon.”
“Tidak apa-apa Bik,” katanya sambil meraih piringnya dan mengisinya dengan sedikit nasi.
Bibik menatapnya heran. Ada dugaan-dugaan tentang apa yang dipikirkan nona majikannya. Apakah sang nona majikan sedang mencurigai sesuatu? Ia mencium perbuatan tak wajar antara ibu dan sopirnya?
Kalau saja pantas, bibik ingin mengatakan semuanya. Semua hal yang sudah diketahuinya sejak bertahun-tahun yang lalu, ketika Puspa masih belum dewasa. Hubungan tak lazim itu entah sejak kapan mereka lakukan. Bibik melihatnya ketika itu dan yakin bahwa hal itu sudah lama terjadi. Hanya saja bibik tidak tahu, bahwa Puspa terlahir dari hubungan kotor itu. Ketika bibik mulai bekerja, Puspa sudah ada dan sudah sekolah.
“Makan yang banyak Non.”
‘Perutku terasa mual Bik.”
“Lhaah, kenapa Non? Tadi di kampus makan apa?”
“Cuma makan ayam goreng yang Bibik bawakan. Tapi masih enak kok.”
“Iya pastinya masih enak, bibik panasin tadi.”
“Aku mau tiduran dulu ya Bik, maaf makanannya nggak habis.”
“Ya sudah, Non tidur saja dulu. Bibik bersihkan ini dulu, nanti Non bibik pijitin. Apa perlu minum obat Non?”
“Tidak usah Bik, nanti juga sembuh sendiri,” kata Puspa sambil berlalu.
Bibik menatapnya iba. Pasti sangat terpukul ketika seorang anak mengetahui kelakuan tidak pantas orang tuanya.
***
Puspa berusaha tidur dengan memejamkan matanya, hanya saja tetap ia tak bisa tidur. Tapi Puspa masih punya harapan baik. Barangkali Supri sudah mengantarkan ibunya entah ke mana, lalu Supri meninggalkannya. Tapi mengapa mobil ayahnya dimasukkan ke rumah orang, seperti ke rumahnya sendiri?
Puspa meraih ponselnya. Tadi dia sudah berusaha menghubungi sang ibu, tapi tidak diangkat, sekarang ia mencobanya lagi. Semoga ibunya sedang bersama temannya di suatu tempat, ada pertemuan, reuni atau arisan, atau entah apa. Tapi tidak bisa tersambung. Kalau tadi masih ada nada sambung, sekarang ponsel sang ibu mati.
Puspa melemparkan ponselnya dengan kesal, dan terkejut ketika tiba-tiba bibik berteriak.
“Ya ampun Non, untung mengenai badan bibik.”
Puspa terkejut, ternyata bibik sedang ada di dekatnya.
“Kalau ponsel Non jatuh ke lantai, pasti hancur tadi.”
“Maaf Bik, sakit?”
“Tidak Non. Non sepertinya sedang kesal.”
Bibik mendekat, lalu Puspa agak beringsut sehingga bik Supi bisa duduk di sampingnya. Tanpa disuruh ia memijit-mijit kakinya.
“Enakan bukan Non?”
“Iya Bik.”
“Bukannya Non mau ujian? Seperti anak bibik yang katanya mau mengerjakan sekripsi?”
“Iya Bik.”
“Kalau begitu Non jangan banyak pikiran. Supaya kuliahnya cepat selesai.”
Puspa tersenyum, tapi bibik melihat genangan telaga bening di mata nona majikannya. Bibik ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak berani. Ia hanya pembantu, mana pantas membicarakan hal buruk tentang majikannya?
Ia terus memijit kaki nona majikannya, yang kemudian sang nona benar-benar tertidur. Lalu bibik keluar, menyelesaikan tugasnya.
***
Sore hari itu Srikanti pulang. Bik Supi hanya melihatnya sekilas. Rambutnya tidak serapi ketika berangkat, terkesan disisir sekenanya. Ketika ke belakang, bibik pura-pura sibuk membersihkan dapur.
“Bik, tidak dengar aku pulang?”
“Oh, maaf Nyonya, saya sibuk membersihkan dapur.”
“Buatkan minuman hangat untuk aku.”
“Baik Nyonya.”
Ketika Srikanti merasa bibik menatapnya, Srikanti merapikan rambutnya.
“Tadi aku berenang bersama teman-temanku,” katanya tanpa ditanya.
Bik Supi tak menjawab, bergegas melakukan perintah sang nyonya majikan, membuatkan minuman hangat.
***
Ketika kemudian Srikanti keluar dari kamar, ia sudah rapi dan wangi, siap menyambut kedatangan sang suami yang sudah dijemput Priyadi.
Ia menghirup kopi panasnya, dan berteriak memanggil Puspa.
“Non Puspa kelihatannya agak masuk angin, Nyonya, dari tadi tidur di kamar,” yang menjawab adalah bibik.
“Masuk angin?” katanya sambil berdiri, kemudian bergegas masuk ke kamar Puspa. Tapi Puspa tidur membelakangi pintu, bergeming ketika sang ibu memanggil namanya.
“Puspa, kamu kenapa?”
Puspa tak menjawab. Srikanti memegang keningnya.
“Tidak panas, kamu hanya masuk angin. Udara sedang tidak enak ini. Oh ya, kamu tadi menelpon ibu? Pasti hanya untuk mengeluh bahwa kamu masuk angin. Sudah minum obat? Tadi ibu sedang berenang bersama teman-teman ibu, jadi tidak mendengar panggilan kamu. Sekarang bagaimana rasanya?” pertanyaan dan perkataan panjang Srikanti tak membuat Puspa terbangun. Ia masih tampak tertidur, atau pura-pura tidur.
“Ya sudah kalau sudah bisa tidur,” katanya sambil keluar dari kamar.
Begitu dia keluar, ia melihat tuan Sanjoyo sudah masuk ke rumah dengan kursi rodanya.
“Tadi Puspa menelpon aku di kantor.”
“Ada apa?”
“Tadinya mencari Priyadi. Sepertinya akan menyuruh Priyadi untuk menjemputnya, mobilnya mogok di jalan, bannya kempes. Tapi kemudian dia sudah memanggil tukang bengkel dan sudah langsung ditangani.”
“O, tadi dia juga menelpon aku Mas, tapi aku sedang berenang bersama teman-temanku, jadi tidak mendengar panggilannya.”
“Mana dia?”
“Masih tidur, kata bibik badannya tidak enak, masuk angin kelihatannya. Tapi aku pegang biasa saja, tidak panas.”
“Suruh minum obat kalau masuk angin, kalau belum berkurang ya ke dokter.”
“Kelihatannya tidak apa-apa. Barangkali kecapekan.”
***
Pagi hari itu Puspa tidak ikut sarapan. Hari masih pagi, ia sudah beranjak pergi. Ketika pamit, sang ayah menegurnya.
“Katanya kamu tidak ada kuliah lagi.”
“Iya Pak, ada yang ketinggalan.”
“Tidak sarapan dulu?” tanya sang ibu.
“Tidak, aku harus buru-buru,” katanya sambil menjauh.
“Semalam katanya kamu mengeluh masuk angin, sebaiknya sarapan dulu,” kata tuan Sanjoyo.
“Nanti saja Pak,” katanya sambil mencium tangan ayahnya. Ia ingin berlalu tapi sang ayah mengingatkannya.
“Tidak pamit sama ibumu?”
Puspa membalikkan tubuhnya, lalu meraih tangan sang ibu, menciumnya dengan perasaan enggan.
“Tumben masih pagi sudah mau berangkat.”
“Biarkan saja, dia harus mengerjakan skripsi dan pastinya sudah tahu apa yang harus dilakukannya.”
“Sejak semalam susah diajak bicara.”
“Mungkin badannya sedang tidak enak.”
***
Puspa tidak ke kampus. Ia pergi ke rumah Sekar, karenanya ia buru-buru berangkat pagi. Takutnya sang kakak sudah berangkat ke kantor.
Ketika memasuki rumah, sang kakak sedang di dapur, membuat mie. Sekar tersenyum.
“Nih,aku sedang membuat mie, kesukaanmu kan? Tapi aku ingatkan, jangan terlalu banyak mie instan. Aku makan mie hanya kadang-kadang, kalau lagi kepengin atau sedang tergesa-gesa.”
“Mbak Sekar sedang tergesa-gesa?”
“Tidak, hari ini aku berangkat agak siang. Ayo, ini sudah mateng, ayuk dimakan berdua,” katanya setelah Puspa beberapa saat menunggu.
Keduanya duduk di ruang makan, tapi Puspa tidak segera menyantap mienya.
“Mengapa tidak segera dimakan?”
Sekar heran, Puspa tidak menjawab. Ia melihat air mata meleleh di pipi sang adik.
“Puspa, ada apa?”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Hanya Bayang-Bayang telah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah ….
ReplyDeleteMatur suwun bu Tien... Salam sehat utk keluarga.
ReplyDeleteMstursuwun mb Tien π
ReplyDeleteAlhamdulillah HANYA BAYANG-BAYANG ~19 telah hadir.
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien π
Semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga, serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin YRA..π€²
Alhamdulilah. Tayang
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Tien.
Sehat slalu beserta keluarga. Terus berkarya.
Alhamdullulah bunda terima ksih HBB nya..salam sht sll unk bunda bersm kelππ₯°πΉ❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah HaBeBe _19 sudah tayang
ReplyDeleteMatur sembah nuwun Mbak Tien
Sehat selalu
Alhamdulillah "Hanya Bayang-Bayang 19" sdh tayang. Matur nuwun Bu Tien, sugeng dalu π
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
ππͺΈππͺΈππͺΈππͺΈ
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ¦
Cerbung HaBeBe_19
telah hadir.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien dan
keluarga sehat terus,
banyak berkah dan
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiinπ€².Salam seroja π
ππͺΈππͺΈππͺΈππͺΈ
Alhamdulilah Cerbung HBB 19 sampun tayang .... maturnuwun bu Tien, semoga ibu sekeluarga selalu sehat dan bahagia .. salam hangat dan aduhai aduhai bun ππ©·πΉπΉ
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *HANYA BAYANG BAYANG 19* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia
bersama keluarga
Aamiin...
Hamdallah sdh tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah Puspa sudah hadir, maturnuwun Bu Tien cerbung HBB ke 19 ,semoga Bu Tien tetap sehat semangat bahagia dng Kel tercintaπ
ReplyDeleteTerima kasih Bunda, serial cerbung : Hanya Bayang Bayang 19 sampun tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin
Puspa mulai curiga thd ibu nya. Hati nya jadi sedih, klu benar ibu kandung nya berbuat tak pantas yang memalukan nama kel Sanjoyo.
Mks bun HBB 19 sdh tayang....selamat malam ...selamat hari ibu, smg bunda sll sehat n tetap semangat
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat...
ReplyDeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " HANYA BAYANG BAYANG ~ 19 " ππΉ
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Alhamdulillah, HANYA BAYANG-BAYANG (HBB) 19 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteMatur nuwun, Bu Tien. Sehat selalu
ReplyDeleteNamanya Puspa Gundah Gulana, ya seperti itu...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...