Thursday, July 21, 2022

KEMBANG CANTIKKU 27

 KEMBANG CANTIKKU 27

(Tien Kumalasari)


Hartati mengerutkan keningnya.

"Pacar kamu?"

"Iya Bu, dia mengira yang sakit itu Heru. Ayo kita keluar, itu bapak dan ibu aku," katanya sambil menarik Qila dari dalam ruangan.

"Iiih, kenceng sekali tanganmu mencengkeram lenganku, sakit, tahu!" keluh Qila yang ditarik begitu saja oleh Heru, kemudian setelah sampai di luar Heru menghempaskan lengan Qila begitu saja.

"Auuuww. Ternyata kamu kuat sekali," katanya sambil mengelus lengannya, tapi matanya terus menatap Heru takjub. Heran juga ya, diperlakukan kasar begitu, Qila masih bisa menatap Heru dengan pandangan menggoda.

Heru melangkah ke arah depan rumah sakit, tapi ketika ia menoleh, Qila tak mengikutinya. Heru dengan kesal kembali mendekat dan menarik lengannya lagi. Qila tertawa penuh kemenangan, memang dia ingin ditarik-tarik sih. Sakit sedikit nggak apa-apa lah, orang kan melihatnya seperti sepasang kekasih yang sedang marahan.

"Heru, mau kamu bawa kemana aku? Kemanapun aku nurut kok, kan aku ini pacar kamu.

"Pergilah, dan jangan mengganggu keluargaku lagi," sentak Heru ketika sudah sampai di luar.

"Aku harus pergi ke mana?"

"Terserah kamu mau pergi kemana, pokoknya jangan di sini."

"Nggak mau, aku nggak mau pergi."

"Apa maksudmu? Aku mengatakan itu tadi karena aku menjaga perasaan ibuku. Kamu telah mengganggu ketenangan rumah tangga orang tuaku, hentikanlah sekarang."

"Mana bisa Heru? Aku sama mas Purnomo itu saling menyukai, saling membutuhkan, saling merindukan _"

"Hentikan!"

"Aku akan berhenti dari ayah kamu, tapi jadilah kekasihku. Bukankah kamu belum punya istri? Jadi aku tak harus berhati-hati setiap kali ingin menelpon atau mendekati kamu," katanya tanpa merasa berdosa.

"Perempuan macam apa kamu ini?"

"Perempuan cantik yang mempesona."

"Pergilah!"

"Nggak mau."

"Apa maksudmu?" kemarahan Heru memuncak.

"Aku hanya mau pergi kalau kamu mau mengantarkan aku."

"Apa kamu sudah gila?"

"Aku tergila-gila sama kamu," jawabnya santai.

Heru kehabisan akal. Ia merasa benar-benar sedang menghadapi perempuan gila. Kalau dia tidak menurutinya, maka dia juga tak akan pergi, dan disitu sedang ada ibunya. Heru sangat menjaga perasaan ibunya. Heru menghentakkan napas kasar, kemudian menarik lagi Qila ke arah parkiran. Tiba-tiba seseorang menyapanya.

"Bu Qila?"

Heru dan Qila berhenti melangkah.

"Pak Nano?" rupanya Heru pun mengenalnya, karena Nano pernah mengantarkan Wisnu ke kantor Purnomo.

"Nano? Kamu di sini? Apa Wahyudi dirawat di rumah sakit ini?"

Nano masih waras. Perempuan dihadapannya adalah pembuat onar yang menyebabkan Wahyudi luka parah karena salah sangka dari suami Qila. Ia tak ingin Qila tahu bahwa Wahyudi dirawat di rumah sakit itu.

"Tidak, dia sudah pulang."

"Oh, sudah sembuh? Sampaikan ya, suatu hari aku ingin ketemu," kata Qila enteng.

"Pak Heru kenal sama bu Qila? Dia kan istri pak Wisnu, majikan saya," kata Nano.

"Oh, begitu rupanya. Lain kali saya akan bicara sama pak Nano, saya sedang ada perlu," kata Heru yang kemudian menarik lagi Qila untuk pergi.

"Mana mobil kamu?"

"Tuh, di depan."

Heru akhirnya mengantarkan Qila ke rumah baru bapaknya. Hanya itu yang bisa dilakukannya, selanjutnya dia belum memikirkannya lagi. Tapi yang jelas dia ingin mengenyahkan perempuan murahan itu dari kehidupan ayahnya.

***

Sementara itu Hartati masih heran dengan kedatangan perempuan cantik yang diakui Heru sebagai pacarnya.

“Sejak kapan Heru punya pacar?” tanyanya sambil mengerutkan keningnya.

Purnomo tak menjawab. Ia baru merasa tenang dari rasa terkejutnya, ketika Qila tiba-tiba datang. Dia bersyukur karena Heru siam-diam menyelamatkannya dari amarah sang istri yang tentu saja tidak pernah menduga tentang perselingkuhannya.

“Selera Heru buruk sekali. Aku tidak suka perempuan itu,” kesalnya.

“Mengapa?”

“Perempuan itu, lihat saja penampilannya. Sangat tidak sopan, memasuki ruangan begitu saja, dan  … aduh, aku juga tidak suka cara dia berpakaian. Apa sih, paha dipamerkan, dada dipamerkan, lalu apa lagi. Aku heran Heru menyukai perempuan semacam itu. Belum lagi matanya. Itu mata yang menurutku sangat liar seperti kucing mencari mangsa,” omel Hartati tak henti-henti.

“Ibu terlalu banyak yang dipikirkan, biarkan saja …”

“Apa maksud Bapak? Aku ini ibunya. Heru itu anakku. Aku ingin kalaupun dia sudah punya pilihan, tapi ya pilihan yang bagus lah, yang cantiknya itu cantik benar-benar cantik, gitu lhoh. Cantik wajahnya, cantik hatinya. Aku melihat banyak teman-teman Heru yang cantik dan penampilannya juga baik, santun. Aduuuh, mengapa Heru tidak memilih saja salah satu diantara mereka? Apa perempuan yang tadi itu juga teman kuliahnya? Rasanya aku belum pernah melihatnya,” masih nyerocos Hartati mengomal.

“Kemana mereka? Semoga Heru segera kembali. Aku ingin segera bilang bahwa wanita itu bukan pasangan yang tepat untuknya. Ia harus segera memutuskan hubungan mereka.”

Purnomo memejamkan matanya. Yang dipikirkannya adalah apakah Heru benar-benar tertarik sama Qila, lalu apa yang dilakukannya sekarang ini bersama Qila, mengapa lama sekali, bagaimana kalau Heru suka sama dia. Aduuh, rupanya Purnomo benar-benar tak ingin kehilangan Qila. Betapapun penilaian Hartati atas Qila yang dianggapnya bukan wanita baik, tapi Purnomo sudah terlanjur suka, atau bahkan cinta, atau lebih dari itu malah, ia ingin menikahinya. Aduhai.

“Mas, apa Mas merasa pusing?”

“Ya, sangat pusing, apalagi mendengar omelan kamu tentang gadis itu,” kata Purnomo terus terang.

“Aku hanya kesal pada pilihan Heru. Aku tidak ingin Heru salah dalam memilih kekasih.”

Purnomo menghela napas.

“Mas, apa aku nanti harus menemani Mas di sini?”

“Tidak, jangan. Aku tidak apa-apa. Kamu pulang saja. Dengan kejadian meninggalnya ibu, pasti di rumah masih banyak tamu. Aku menyesal tidak bisa mendampingimu. Jadi biarkan saja aku sendirian disini. Aku tidak merasakan sakit yang sangat sakit, aku ingin segera pulang.”

“Tapi apa Mas akan sendiri saja di sini?”

“Tidak apa-apa, paling-paling nanti Heru akan menemani aku.”

“Baiklah kalau begitu, aku bisa pulang sekarang, atau menunggu Heru kembali?”

“Pulang sekarang juga tidak apa-apa. Lebih baik segera pulang, lagipula kamu pasti capek kan?”

“Aku akan pulang, kalau ada apa-apa Mas harus segera menghubungi aku ya.”

Purnomo hanya mengangguk. Hatinya sedang gelisah, memikirkan apa yang dilakukan Qila dan Heru.

***

Nano masih berdiri di lobi, menatap kepergian Heru dan Qila yang tampak aneh. Ia melihat Heru dengan wajah keruh, sementara Qila tersenyum-senyum aneh.

“Ada apa dengan mereka?”

“Nano, ngapain kamu?”

Nano terkejut ketika melihat Wisnu tiba-tiba sudah ada didekatnya.

“Eh, pak Wisnu, kaget saya.”

“Kok bisa kaget, kamu lagi mikirin apa, berdiri disini sambil memandang ke arah jalan?”

“Pak Wisnu ketemu bu Qila tidak?”

“Kamu melihatnya? Aku baru mau cerita, tadi seperti melihat mobilku di perempatan sana. Seperti nggak percaya, apa benar itu mobil aku, apakah Qila yang membawanya? Jadi dia dari rumah sakit ini?”

“Iya, bersama mas Heru, anaknya pak Purnomo.”

“Dia tadi bersama Heru?”

“Iya, tapi mas Heru seperti nggak suka, begitu. Ada apa ya … saya heran.”

“Aku belum cerita sama kamu ya. Ketika aku menjemput Mila di kotel, aku melihat pak Purnomo ada di dalam kamar Qila.”

“Benarkah? Apa yang terjadi?”

“Kamu pakai nanya juga. Kalau seorang laki-laki yang bukan apa-apanya, berada di kamar seorang wanita, pastilah karena ada hubungan khusus.”

“Bu Qila? Dengan pak Purnomo?”

Wisnu mengangguk.

“Aku baru menyadari bahwa Qila seperti itu. Itu pula sebabnya maka aku ingin menceraikannya.”

“Saya ikut prihatin Pak.”

“Tidak apa-apa. Tapi kenapa ya mereka ada di sini?”

“Saya juga tidak tahu Pak.”

“Oh ya, bagaimana kabarnya Wahyudi?”

“Sudah lebih baik Pak, tadi saya sudah berusaha mencari keterangan tentang Qila kecil atau orang tuanya, yang kemungkinan pernah memeriksakan kesehatan di rumah sakit ini. Karena sudah dua kali mereka ada di sini. Yang pertama, Wahyudi yang melihatnya, lalu saya sendiri. Lalu saya mencoba mencari keterangan di loket pendaftaran, tentang kemungkinan salah satu diantara mereka yang memeriksakan kesehatannya. Dari situ kan kita bisa melihat alamat mereka. Soalnya Wahyudi hanya ingat nama dan orangnya, tapi belum mengingat rumah mereka dimana, lalu hubungannya dengan dirinya itu apa.”

“Belum dapat ya keterangannya?”

“Kalau pasien bernama Qila, tidak ditemukan. Kalau yang namanya Retno, banyak. Naa, yang dimaksud Wahyudi Retno yang mana? Dia juga lupa nama lengkapnya.”

“Susah juga ya?”

“Pak Wisnu?” sebuah panggilan mengejutkan Wisnu. Ketika menoleh, ternyata Hartati, istri Purnomo datang mendekat.

“Bu Hartati?”

“Iya Pak, siapa yang sakit?”

“Teman, eh, pegawainya ayah saya. Ibu lagi ngapain? Siapa yang sakit?”

“Kamu belum mendengar ya? Mas Purnomo kecelakaan.”

“Kecelakaan?”

“Tadi pagi. Pak Wisnu juga belum mendengar ya, kalau ibu saya meninggal?” kata Hartati sedih.

“Innalillahi. Kapan Bu?”

Lalu Hartati menceritakan perihal ibunya yang sakit, kemudian meninggal. Purnomo yang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit kemudian menemui kecelakaan.

“Pak Purnomo dirawat di sini?”

“Iya, tapi lukanya tidak begitu parah sih, katanya dia tidak merasa apa-apa, kecuali luka-luka ringan, hanya saja besok mau diperiksa secara keseluruhan, kalau memang tidak apa-apa ya bisa segera pulang.”

“Ya ampun Bu, saya mohon maaf baru mendengar. Saya dan keluarga ikut bela sungkawa atas wafatnya ibu ya.”

“Terima kasih Pak Wisnu, ini saya mau pulang dulu, karena di rumah masih banyak tamu.”

“Baiklah Bu, hati-hati di jalan. Kok sendirian sih Bu, Heru mana?”

“Heru tuh tadi lagi nganterin pacarnya. Ya sudah, biarin saja. Yuk, Pak Wisnu, saya harus buru-buru,” kata Hartati sambil berlalu.

Wisnu dan Nano tertegun. Kata Hartati bahwa Heru sedang mengantarkan pacarnya sangat membuat mereka heran.

“Sebenarnya Qila pacaran dengan ayahnya atau anaknya sih?” gumam Wisnu sambil berjalan diiringi Nano, ke arah kamar Wahyudi.

“Lha itu juga membuat saya bingung Pak.”

***

Wahyudi tampak kecewa ketika Nano tidak mendapatkan keterangan mengenai Qila ataupun Retno. Tapi dia memaklumi, karena banyak orang dengan nama Retno. Ia berharap akan mendapatkan ingatan lebih banyak tentang masa lalunya.

 “Kamu tidak usah sedih begitu Yudi, perlahan-lahan pasti kamu akan bisa mengingatnya,” kata Wisnu ketika melihat Wahyudi tampak muram mendengar penjelasan Nano.

“Semoga kamu segera bisa mengingatnya Yud. Yang sakit bukan Qila. Tidak ada nama Qila di poli anak. Kalau sedikit saja kamu mengingat nama Retno secara lengkap, atau alamatnya, barangkali kita bisa menguak tentang dia, alamatnya, dan dari sana kamu pasti akan bisa mengingat lebih banyak.”

“Retno siapa saja yang ada No?”

“Banyak. Retno Wijayani, Retno Arumsari, Retno … aduh banyak sekali.”

“Sabar ya Yud?”

“Pak Wisnu, saya ingin pulang saja, maksud saya … keluar dari rumah sakit ini,” kata Wahyudi setelahnya.

“Tidak Yudi, kamu hanya boleh pulang kalau sudah benar-benar pulih. Luka bekas operasi juga tidak bisa dibuat main-main.

“Saya merasa tidak enak, pak Wisnu sudah mengeluarkan banyak biaya untuk saya.”

“Wahyudi, ijinkan aku berbuat sesuatu untuk kamu. Dosaku sangat besar sama kamu, dan itu tak termaafkan.”

“Mengapa Bapak berkata begitu. Semua hanyalah salah paham. Saya sudah melupakannya.”

“Baiklah, tapi sebaiknya kamu melupakan semuanya. Aku berharap, dengan perawatan karena luka kamu ini, juga akan membawamu pada kesembuhan secara keseluruhan bagi kamu. Terutama tentang ingatanmu. Aku akan bersyukur kalau kamu bisa kembali mengingat siapa dirimu.”

Air mata Wahyudi berlinang. Dengan sebelah tangan dia mengusapnya.

***

Ketika Heru menghentikan mobil Qila dihalaman rumah baru ayahnya, sebuah mobil yang lain berhenti di belakangnya. Qila menoleh kebelakang dengan heran.

“Siapa itu?”

“Mobil aku. Sekarang turunlah.”

“Siapa yang membawa mobil itu?”

“Sopir kantor, aku suruh dia mengikuti kita, supaya aku bisa pulang bersama dia, tidak lagi naik mobil ini,” kata Heru sambil turun dari mobil.

Qila mengikutinya turun, lalu menoleh ke arah belakang, ada orang membawa mobil itu yang katanya sopir kantor. Qila terus masuk sambil menggandeng tangan Heru, tapi kemudian ditepiskannya.

“Aku mau pulang. Dan sebaiknya segera kamu kemasi barang-barang kamu, sebelum ayahku mengusir kamu.”

“Apa maksudmu? Ayah kamu tergila-gila sama aku, tak mungkin dia akan mengusir aku. Tapi baiklah, sebenarnya aku tidak khawatir seandainya ayah kamu membuang aku. Kan ada kamu sebagai gantinya,” kata Qila enteng.

Heru membalikkan badannya, bermaksud pergi, tapi Qila merangkul perutnya.

“Apa-apaan ini? Lepaskaaann!!” kata Heru sambil mengibaskan kedua tangan Qila.

“Jangan pergi dulu, ayo masuklah sebentar saja.”

“Tidak. Ayahku sedang sakit, aku harus segera pergi.”

“Kalau begitu aku akan ikut kamu lagi.”

“Kamu ini gila atau apa?”

“Kalau kamu tidak mau ikut masuk barang sebentar, aku akan mengikuti kamu.”

Heru menggaruk kepalanya. Tapi dia membalikkan tubuhnya, menuju rumah, hanya saja dia tidak mau masuk ke dalam kamar. Dia duduk di sofa, dengan wajah kesal. Qila ikut duduk di depannya, sambil menyilangkan kakinya. Heru memalingkan mukanya. Pemandangan yang tidak pantas dan mengotori perasaannya, membuatnya harus menata debar jantungnya.

Tiba-tiba Heru menemukan akal, bagaimana caranya membuat ayahnya meninggalkan perempuan tak tahu malu yang duduk menantang di depannya.

***

Besok lagi ya.

 




36 comments:

  1. Yesss,..
    Matur nuwun bunda Tien Kumalasari yang baik, KaCe eps 27 sampun dipun tayangaken......
    Sugeng dalu, salam SEROJA.....

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah..

    Mtnuwun mbk Tien....🙏🙏

    ReplyDelete
  3. Mana jeng Iin, jeng Wiwik, heng Iyeng?
    Kok blm klihatan?¿

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ktnya suruh ngalah dulu lah kok msh di cari
      Wkwkwk...

      Delete
  4. Alhamdulilah , salam sehat selalu Bunda

    ReplyDelete
  5. Selamat ya kung Joko juara 1 terusss
    Bsk stop ya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggaklah yao dua episode terakhir (25 & 26) kan jeng Iin Maimun..... Aku mung nyelani, ben ora 3 kali berturut-turut. Sesuk monggo yen arep balapan, aku tak keplok wae memberikan support...hehehehe

      Delete
  6. Alhamdulilah ,Wahyudi hadir matur nuwun bunda Tien

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu
    Mugi mugi tansah sehat

    ReplyDelete
  8. Terima kasih bunda Tien, salam sehat dan nahagia selalu. Qila perempuan ngeyel😀😂

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun mbak Tien-ku, Kembang Cantikku sudah tayang.
    Ruwetttt ruwet...Qila makin menggila. Apa ya akal Heru untuk dapat melepaskan diri dari si gila lelaki itu..
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah KC 27 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  11. Alhamdulilah...
    Terimakasih bunda Tien..
    Semoga sehat selalu..

    ReplyDelete
  12. Mksh bunda Tien sehat selalu doaku

    Hadeeh bikin penisirin bingitz seh
    Qila perempuan gak tau malu murahan bngt seh

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien ... 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 27 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU~27 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  17. Gemes si Qila gitu ya perempuan murahan tak tau malu

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien

    ReplyDelete
  19. Heru jatuh ke pelukan Qila, kemudian Heru menceritakan pada ayahnya sehingga ayahnya benci pada Qila?
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  20. Marno belum berhasil menemukan alamat Retno, paling tidak seperti saran Bu Kartiko sudah dilakukan.
    Wisnu dan Marno bingung ya; sama Heru apa sama Purnomo.


    ADUHAI


    Tahu Purnomo ada di rumkit yang sama dari Hartati.
    Paling Heru ngajak pergi makan Qila alasannya, dan pada Purnomo membuat issue Qila punya pil Wahyudi, lihat cara memandang ringan dan penuh harap akan mendatangi Wahyudi.
    Duh membebani Wahyudi lagi, mobil Qila suruh bawa sopirnya ke rumkit, kasihkan kunci ke Marno, biar Qila nggak bisa pergi kemana-mana, jangan bilang dijemput Wisnu Ru, kelihatan bohongnya.
    Heru tinggal sama mBok dhé apa mBok lik, kok anteng Ru; lihat pemandangan kiwir-kiwir.
    Moga usahamu menjauhkan Qila dan Purnomo berhasil Ru


    Terimakasih Bu Tien,

    Kembang cantikku yang ke dua puluh tujuh sudah tayang,
    sehat-sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  21. Hatur nuhun bunda Tien KC 27 nya..makin seru makin penasaran...slmt mlm dan slm sehat sll..met rehat🌹🥰🙏

    ReplyDelete
  22. Jangan sampai Heru terjebak. Kasihan...
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu. Aduhai

    ReplyDelete
  23. Hahaha Heru nutupi kesalahan dr Purnomo

    ReplyDelete