KEMBANG CANTIKKU
20
(Tien Kumalasari)
Untuk sesaat Wisnu terdiam karena kaget.
“Pak Wisnu …” sapa Purnomo lagi.
“Oh, eh … ya, saya ini sambil bicara dengan orang
lain. Bagaimana tadi?”
“Saya ada di hotel Kurnia juga, kalau bisa saya tunggu
pak Wisnu di lobi, kita bisa berbincang. Barangkali ada yang bisa kita
bicarakan lagi.”
“Tapi saya tidak sedang di situ. Saya sedang ada
urusan.”
“Lhoh, jadi bu Qila sendirian?”
“Iya Pak Purnomo, mohon maaf, saya juga sedang ada
urusan, jadi nanti saja kita bicara ya Pak. Sekali lagi maaf.”
Wisnu menutup ponselnya dengan gelisah. Ia harus
menunggui Wahyudi operasi, tapi informasi yang didengarnya sudah jelas bahwa
Qila ada di sebuah hotel di luar kota. Pasti Mila bersamanya, dan itu yang ingin
di ambilnya.
“Ada apa Pak?” tanya Nano yang melihat Wisnu tampak
gelisah.
“Teman bisnisku melihat Qila di hotel Kurnia. Pasti
ada Mila juga di sana.”
“Bapak harus segera ke sana bukan?”
“Bagaimana dengan Wahyudi?”
“Saya akan berada di sini sampai keadaan stabil.
Maksud saya sampai Wahyudi selesai di operasi. Bapak pergi saja dan jangan
memikirkan apa-apa, disini saya bisa mengurusnya,” kata Nano.
“Baiklah, aku mau pergi dulu. Kabari aku setiap
perkembangan yang ada.”
“Ya, Pak. Tentu. Bapak hati-hati ya.”
“Ya,” jawab Wisnu sambil menjauh.
Nano menghela napas panjang, Kasihan melihat Wisnu
yang kebingungan.
“Semoga berhasil membawa Mila kembali,” ucapnya pelan.
Ia melihat ke atas pintu ruang operasi, masih ada
tanda bahwa operasi masih berlangsung. Ada rasa miris di hati Nano.
“Semoga operasi itu berhasil, semoga Wahyudi selamat
dan segera pulih, Ya Allah,” doanya berkali-kali sambil merangkapkan ke dua
tangannya.
***
Qila masih duduk di balkon hotel ketika tiba-tiba
ponselnya berdering. Ia melirik ke arah ponselnya, lalu terpampang wajah tampan
yang di kenalnya. Hatinya berdebar.
“Mengapa pak Purnomo menelpon aku? Heran, belum lama
aku memikirkannya, lalu tiba-tiba dia menelpon, apakah ini namanya jodoh?”
Senyum Qila mengembang. Purnomo adalah rekan bisnis
suaminya yang dia juga mengaguminya. Laki-laki itu walau tidak muda lagi, tapi
masih tampak gagah dan tampan. Sudah lama Qila mengaguminya, tapi Wisnu tak pernah
memberinya kesempatan untuknya berdekatan dengan rekan bisnisnya itu. Bahkan
setiap ada pertamuan dengan Purnomo, Wisnu selalu melarangnya untuk ikut serta.
Barangkali Wisnu mencium adanya niat tidak baik dari istrinya maupun rekan
bisnisnya tersebut. Sekaranglah saatnya, dan dengan hati berdebar Qila
mangangkatnya.
“Hallo mas Purnomo,” haaa … tiba-tiba ada panggilan ‘mas’
yang semula adalah ‘pak’ ?
“Bu Qila, saya ada di lobi, bisakah menemui saya?”
“Lhoh, mas Purnomo ada disini juga? Bagaimana bisa
tahu kalau saya ada di sini?”
“Saya ada meeting dengan klient kemarin, harusnya saya
chekout siang ini, tapi saya tunda karena melihat bu Qila ketika mau memasuki
kamar.”
“Saya sudah dua hari disini. Tapi senang ada mas
Purnomo,” katanya riang.
“Baiklah, saya tunggu di lobi ya bu?”
“Jangan ‘bu’ dong pak, kan saya sudah terlanjur
memanggil ‘mas’ tadi?”
“Baiklah, jadi saya harus memanggil apa dong? Jeng
Qila?”
“Aduh, Qila saja deh.”
“Baiklah Qila, saya tunggu di lobi ya.”
“Segera, Mas.” Jawab Qila dengan penuh semangat.
Kemudian ia merapikan dandanannya, dan melenggang
keluar dari kamar setelah yakin bahwa penampilannya sempurna.
Ketika sampai di lobi, dilihatnya Purnomo sudah
menunggunya di sofa, yang kemudian berdiri setelah melihatnya, kemudian
menyalaminya dengan hangat. Lama sekali Purnomo meremas tangannya, kemudian
diakhiri dengan menciumnya lembut.
Qila tersipu dengan perlakuan itu, sekaligus berdebar.
Ia merasa seperti anak muda yang baru jatuh cinta ketika seorang pria menyatakan
rasa sukanya.
Purnomo masih menggenggam tangan Qila ketika menariknya untuk duduk di sofa, berhadapan dengannya.
“Senang bertemu Qila disini,” katanya sambil menatap
Qila tak berkedip.
Sudah lama dia mengagumi istri rekan bisnisnya ini,
dan tak pernah kesampaian bisa berbincang berdua karena selalu ada Wisnu di
sampingnya. Sekaranglah saatnya.
“Saya juga senang.”
“Mengapa tidak bersama pak Wisnu?”
Qila tersenyum tipis.
“Sedang tidak ingin bersama dia,” katanya dengan wajah
tak senang.
“Sedang ada masalah? Maaf.”
“Ya, lumayan parah.”
“Saya tadi menelpon pak Wisnu, saya kira ada pak Wisnu
di sini setelah saya melihat Qila, ternyata dia sedang ada urusan.”
Qila terkejut mendengar penuturan Purnomo yang
terakhir.
“Mas Purnomo menelpon dia?”
“Ya.”
“Dan mengatakan bahwa saya ada di hotel ini?”
“Ya.”
“Aduh, saya sedang menghindarinya. Sebentar, saya
harus segera pergi dari sini,” katanya sambil berdiri.
“Qila, ada apa?” tanyanya bingung, tapi Qila sudah
berlalu, dan Purnomo mengejarnya, bahkan sampai ke dalam kamarnya.
“Ada apa?”
“Saya akan memanggil anak saya dulu, mungkin ada di
taman,” lalu Qila keluar kamar lagi, membiarkan Purnomo termangu di kamar itu.
“Ada apa dia?” katanya sambil duduk di sofa yang ada
di kamar itu.
Tapi tiba-tiba pintu di ketuk dari luar. Purnomo
berdiri, mengira Qila telah kembali, tapi dia terkejut, melihat siapa yang ada
di depannya.
“Pak Wisnu?”
Yang datang memang Wisnu, dia pergi secepatnya ke
hotel yang di maksud dan menemukan kamar dimana Qila menginap. Tertegun melihat
Purnomo ada di kamar itu.
“Ouh, jadi Qila bersama pak Purnomo?” tanyanya sinis.
“Tidak, maaf, jangan salah sangka, saya … saya … baru
saja masuk dan _”
“Tidak masalah kalau dia bersama siapa, saya tidak
peduli, saya hanya akan mengambil anak saya,” kata Wisnu tandas. Tak tampak
kemarahan pada wajahnya. Bahwa Purnomo menyukai istrinya, dia sudah lama tahu,
tapi dia tak pernah memberi kesempatan mereka untuk berdekatan. Tapi sekarang dia
tak peduli. Mempertahankan istri yang tipis moralnya seperti Qila adalah sebuah
kesalahan. Dia sudah mantap untuk melepaskannya.
“Tapi sungguh … saya _”
“Bapaaak.”
Teriakan anak kecil menghentikan percakapan kaku itu.
Karmila muncul dengan di gendong Tinah. Wisnu segera mengambilnya dari
gendongan, lalu menciumi sepuasnya. Qila tidak ada, barangkali sedang mengurus
administrasi di depan, dan itu menguntungkan Wisnu.
“Tinah, berkemas, dan ikut bersamaku, sekarang,”
katanya kepada Tinah.
Tinah mengangguk, mengambil barang-barangnya sendiri
dan juga milik Karmila.
“Sudah, tak apa kalaupun ada yang ketinggalan, ayo
kita pergi,” katanya sambil beranjak keluar tanpa melihat lagi ke arah Purnomo
yang kebingungan.
Tapi begitu keluar pintu, dia berpapasan dengan Qila
yang baru kembali setelah menyelesaikan administrasi di hotel itu.
“Mas, mau kamu bawa ke mana anakku?” teriaknya.
“Ini anakku, biar dia bersamaku,” katanya tandas.
“Kembalikan, atau aku teriakin Mas sebagai penculik?”
ancamnya.
“Percuma, mana ada seorang ayah menculik anaknya? Mila
mau ikut bapak atau ibu?” tanyanya kepada Mila.
“Itut bapaaak,” teriaknya sambil memeluk leher ayahnya
erat.
“Kamu dengar?” katanya sambil terus melangkah.
Qila mengejarnya, tapi Purnomo memegang lengannya,
membuat langkah Qila terhenti.
***
Qila terisak setelah kembali masuk ke dalam kamarnya.
“Membuat keributan di luar, apa tidak malu?”
“Karmila anakku …”
“Tapi kamu mendengar bahwa dia memilih ikut ayahnya
bukan? Kalau dipaksa, bisa terjadi keributan, dan itu memalukan.”
Qila terdiam.
“Ada apa sebenarnya?” tanya Purnomo yang tidak
mengerti akan semua yang terjadi.
“Dia mau menceraikan aku,” kata Qila pelan.
“Ada masalah?”
“Jangan tanya masalahnya. Aku juga tidak pernah
mencintai dia,” katanya sambil memeluk Purnomo, dan itu membuat Purnomo senang.
“Aku ikut prihatin.”
“Aku tadi sudah chekout, aku harus pergi.”
“Mari pergi bersamaku. Kamu naik apa?” tanya Purnomo
yang tiba-tiba sudah merasa dekat dengan Qila, lalu saling ber ‘aku’ dan ‘kamu’
begitu saja.
“Ada mobil suamiku. Apakah dia mengambilnya?” dengan
gugup Qila melihat ke arah meja, dan kunci mobil masih tergeletak di sana.
“Ah, untunglah, mobilnya masih ada padaku.”
“Biar aku membawanya. Mari kita pergi dari sini, aku
tidak membawa mobil, kemarin kemari dengan mobil rekananku.”
“Kita mau ke mana?”
“Ke rumahku. Kamu mau?”
“Bagaimana dengan istri kamu?”
“Aku punya rumah yang lain,” kata Purnomo sambil
tersenyum penuh arti.”
Qila menatapnya senang. Rasa kesal karena Mila dibawa
suaminya lenyap seketika. Bukankah ia akan bersama pria yang dikaguminya?”
***
Karmila berceloteh senang ketika duduk di mobil dengan
dipangku Tinah.
“Baru dua hari kalian pergi. Mila kelihatan agak
kurusan,” kata Wisnu.
“Iya Pak, Mila sangat susah makan. Dia agak rewel.
Mencari-cari Bapak terus.”
“Oh, kacihan anak bapak. Kamu kangen sama bapak?”
“Mila itut Bapak. Ibu malah-malah…” celoteh Mila seakan
mengadu kepada ayahnya.
“Ibu marah?”
“Ibu marah-marah terus. Terkadang Mila nangis karena
ketakutan dimarahi," kata Tinah.
“Mau dibawa ke mana kalian?” kata Wisnu sambil sebelah
tangannya mengelus kepala Mila, penuh sayang.
“Saya tidak tahu.”
“Kalian pergi dan langsung ke hotel itu?”
“Iya.”
“Ya sudah, untuk sementara kalian akan di rumah nenek,
ya Mila?”
“Di lumah nenek? Ada pak Udi?”
Wisnu tersenyum. Rupanya Mila sudah sangat dekat
dengan Wahyudi.
“Tapi pak Udi sedang sakit.”
“Pak Udi cakit? Inum obat dong.”
“Iya, nanti minum obat.”
Lalu Wisnu mengangkat ponselnya dan menghubungi Nano.
“Ya Pak,” jawab Nano dari seberang.
“Bagaiman operasinya?”
“Sudah selesai Pak, tapi Wahyudi belum sadar, masih ada
di ruang operasi. Kata dokter menunggu kira-kira dua jam, baru akan di bawa ke
ruang inap.”
Tapi operasinya berhasil?”
“Sejauh ini, kata dokter berhasil. Semoga semuanya
baik-baik saja.”
“Pilihkan kamar terbaik untuk Wahyudi.”
“Baik Pak. Bapak dimana?”
“Aku sudah membawa Mila. Ini dia di mobil aku.”
“Syukurlah, bagaimana dengan bu Qila.”
“Sudah, jangan pikirkan dia, ini aku sudah hampir
sampai rumah. Kami akan ke rumah ibu dulu.”
“Syukurlah Pak.”
“Setelahnya aku akan segera ke rumah sakit.”
“Apa Bapak tidak capek?”
“Tidak, aku harus yakin bahwa Wahyudi baik-baik saja.”
***
Bu Kartiko terkejut, melihat Wisnu datang bersama
Tinah dan Mila, tapi sekaligus lega, karena semula Qila yang membawanya.
“Neneeeek,” Mila langsung menghambur ke pangkuan
neneknya yang sedang duduk di ruang tengah.
“Sayang, kamu dari mana?” tanya bu Kartiko sambil
menciumi pipinya.
“Jauuh … ibu malah … malah …” celotehnya lalu merosot
dari pangkuan neneknya, lari ke belakang.
“Tinah, ikuti dia, pasti mencari pak Udi,” perintah bu
Kartiko kepada Tinah, yang kemudian mengejar Mila ke belakang.
“Bapak di mana?”
“Baru saja tidur, setelah makan dan minum obat. Kamu
bisa mengambil Mila?”
“Iya, di sebuah hotel. Qila entah pergi ke mana, ada
laki-laki lain yang membawanya.”
“Ya ampuun.”
“Nanti ceritanya ya Bu, yang penting Wisnu sudah
mantap menceraikan Qila, dia bukan istri yang baik. Untunglah Wisnu bisa
membawa Mila.”
“Kalau dia tetap minta anaknya, bagaimana?”
“Biar pengadilan yang menentukannya. Sekarang Wisnu
mau ke rumah sakit dulu ya Bu.”
“Bagaimana keadaan Wahyudi?”
“Tadi Wisnu meninggalkannya saat operasi masih
berlangsung, tapi tadi Nano bilang bahwa operasi sudah selesai, dan keadaannya
baik.”
“Syukurlah. Sebenarnya ibu ingin melihatnya, tapi
bagaimana?”
“Kalau keadaannya sudah baik-baik saja, Nano pasti
bisa mengantarkan ibu. Kalau saya yang mengantar ibu, bapak pasti akan bertanya-tanya.”
“Baiklah, kalau bersama Nano kan bisa dengan alasan
belanja. Tapi apakah selamanya kita akan menutupi semua ini pada bapakmu?”
“Kalau semuanya sudah baik-baik saja, kita akan
berterus terang pada bapak.”
“Iya, kamu benar.
“Sekarang Wisnu pamit dulu ya Bu. Wisnu ingin tahu
keadaan Wahyudi.”
“Iya, pergilah. Semoga segera membaik.”
“Nitip Mila ya Bu.”
“Iya, jangan khawatirkan anakmu.”
***
“Pak Udi nanaaa?” teriak Mila.
“Pak Udi sedang sakit, kamu mandi sana, sama Tinah
dulu,” jawab bu Kartiko.
”Akit ya?”
Tiba-tiba pak Kartiko keluar dari dalam kamar dengan
kursi rodanya.
“Lho, bapak kok sudah bangun?”
“Seperti mendengar suara Mila.”
“Iya, Mila ada di sini bersama Tinah.”
Mila mendekati kakeknya, lalu mencium tangannya.
“Kamu sama siapa, Mila?”
“Cama bapak. Ibu malah-malah …” celotehnya.
“Ibumu marah-marah?”
“Mila mau cama bapak … nggak mau ibu …”
“Ibumu mana?” tanya pak Kartiko heran.
“Cana … jauuuh … Mila nggak mau ituut.”
Pak Kartiko tertegun.
“Kemana ibunya?” tanyanya sambil menatap istrinya.
***
Besok lagi ya.
Yesss...
ReplyDeleteYes mb Nani juara 1
DeleteTumben ijik sore kok wis mak bedunduk, selamet nggih juara 1,
DeleteMatur muwun bunda terus semangat dan semangat terus,
Salam ADUHAI dari mBandung.
Alhamdulillah, gasik mbak Tien, mtrnwn
ReplyDeleteAlhamdulillah 🌹🌹🌹🌹🌹
ReplyDeleteHé hé hé thukul
ReplyDeleteMudah mudahan sesuai mimpi; Qila mulai dengan petualangan barunya, ternyata benar Mila rindu bapaknya dan merasa nyaman bersama kakek dan neneknya, perhatian dan kasih sayang yang tulus terasa kan di diri Mila, anak-anak memang lebih perasa dan tahu mana belai kasih yang tulus dia terima, disitu dia merasa nyaman.
DeleteMila juga tidak mau ketinggalan menceritakan petualangan yang menurutnya mengerikan, ibunya marah marah melulu, Mila mau bapaknya tapi Qila memperlihatkan wajah angkernya itu menakutkan bagi Mila, sang kakek dibuat bingung ada apa, yang telah terjadi.
Mulai menelusuri keberadaan Qila kecil, diseputaran rumkit siapa tahu hari ini datang juga kerumah sakit, pas jadwal kontrol dan menemukan, demi mencari informasi siapa sebenarnya Wahyudi itu.
Terimakasih Bu Tien,
Kembang cantikku yang ke dua puluh sudah tayang,
Sehat-sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Tks pa Nanang... bisikin dong Retno & Sapto utk dtg lg ke RS bw Qila kecil kembang cantiik.. yg dikuncir 2 spt dlm mimpi" Wahyudi.. hehe.. biar rame
Delete😊🙏
DeleteAlhamdulillah, gasik, sehat2 njih bunda Tien 🙏🙏
ReplyDeleteSalam aduhai ahhhh 😍😍
Mstur nuwun tampil gasik
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien KC 20 sudah hadir ,semoga bunda sehat selalu ,gemez gimana dengan Wahyudi ,penasaran baca dulu aahh
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdullilah KC Sdh tayang..mksih bundaqu..slm sht sll 🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteMatur nuwun mbakyu Tienkumalasari sdh tayang cerbung terbaru hari ini, smoga,Wahyudi cepet pulih kembali ya, salam aduhaai n kangen dari Lampung
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, semoga Ibu selalu sehat dan bahagia, aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayamg episode 2 0
ReplyDeleteAlhamdulilah yg ditunggu ssh tayang gasik..
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien..
Semoga Wahyudi cepat sembuh..
Salam sehat dan bahagia selalu utk bunda..
Selamat malam dan selamat beristirahat..
Hah... lega... mila sdh aman... terima kasih Mbu Tien... sehat² trs... bersma keluarga
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteMaturnuwun
ReplyDeleteYess, terima kasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Kembang Cantikku sudah berkunjung.
ReplyDeleteKisah selanjutnya adalah Wahyudi yang sudah sehat kembali. Bagaimana kisah cinta yang selalu kandas di tengah jalan...
Salam sehat mbak Tien, yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU~20 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Alhamdulillah. Mtr nuwun, sehat selalu bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, sehat selalu bund
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda Tien, sugeng ndalu mugi tansah pinaringan sehat terus.
ReplyDeleteUntung Mila dah ketemu bapaknya.Andai ttp ikut ibunya wah ga kebayang gmn jadinya.
ReplyDeleteApalagi tabiat ibunya yg suka main sosor pada setiap orang ganteng
Ini juga udah nempel aja sama p.Purnomo
Baik lepas aja istri macam gitu
Ada yg bikin penasaran mengapa Wahyudi sll dihantui mimpi ketemu Qila kecil
Mengapa pula Wahyudi punya ikatan batin dg Qila kecil yg begitu kuat
Padahal jelas" itu anaknya Retno dan Sapto..
Ternyata ikatan batin itu tidak harus ada ikatan darah
Moga keadaan Wahyudi semakin membaik
Apakah Qila kecil sakit....
Penasaran ingin tahu jawabannya...
Yuk kita tunggu episode" selanjutnya.
Moga bu Tien sekeluarga sehat sll
Salam dari Bojonegoro
Matur nuwun, mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu....👍
Matur nuwun bunda Tien...🙏
ReplyDeleteTrims Bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun bu Tien KC20 nya sdh datang
ReplyDeleteSalam dan semoga sehat selalu. Aamiin
Terima kasih literasinya mbak Tien, salam sehat selalu...
ReplyDeleteAlhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 20 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah,, matur nuwun buTien
ReplyDeleteWahyudi,,ayo dang sadar,,,🤭
Salam sehat wal'afiat untuk semua ya bu Tien 🤗🥰
Alhamdulillah dah baca makin greget tuh ci Qila
ReplyDeleteSeruu...nih
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat selalu
Maturnuwun mbak Tien, salam aduhai dan sehat selalu.
ReplyDeleteSelamat mbak nani yg juara 1.
Alhandulillah..Qilaaa wah dapat umpan Purnimo
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien. ..
ReplyDelete