Wednesday, July 13, 2022

KEMBANG CANTIKKU 20

 

KEMBANG CANTIKKU  20

(Tien Kumalasari)

 

Untuk sesaat Wisnu terdiam karena kaget.

“Pak Wisnu …” sapa Purnomo lagi.

“Oh, eh … ya, saya ini sambil bicara dengan orang lain. Bagaimana tadi?”

“Saya ada di hotel Kurnia juga, kalau bisa saya tunggu pak Wisnu di lobi, kita bisa berbincang. Barangkali ada yang bisa kita bicarakan lagi.”

“Tapi saya tidak sedang di situ. Saya sedang ada urusan.”

“Lhoh, jadi bu Qila sendirian?”

“Iya Pak Purnomo, mohon maaf, saya juga sedang ada urusan, jadi nanti saja kita bicara ya Pak. Sekali lagi maaf.”

Wisnu menutup ponselnya dengan gelisah. Ia harus menunggui Wahyudi operasi, tapi informasi yang didengarnya sudah jelas bahwa Qila ada di sebuah hotel di luar kota. Pasti Mila bersamanya, dan itu yang ingin di ambilnya.

“Ada apa Pak?” tanya Nano yang melihat Wisnu tampak gelisah.

“Teman bisnisku melihat Qila di hotel Kurnia. Pasti ada Mila juga di sana.”

“Bapak harus segera ke sana bukan?”

“Bagaimana dengan Wahyudi?”

“Saya akan berada di sini sampai keadaan stabil. Maksud saya sampai Wahyudi selesai di operasi. Bapak pergi saja dan jangan memikirkan apa-apa, disini saya bisa mengurusnya,” kata Nano.

“Baiklah, aku mau pergi dulu. Kabari aku  setiap perkembangan yang ada.”

“Ya, Pak. Tentu. Bapak hati-hati ya.”

“Ya,” jawab Wisnu sambil menjauh.

Nano menghela napas panjang, Kasihan melihat Wisnu yang kebingungan.

“Semoga berhasil membawa Mila kembali,” ucapnya pelan.

Ia melihat ke atas pintu ruang operasi, masih ada tanda bahwa operasi masih berlangsung. Ada rasa miris di hati Nano.

“Semoga operasi itu berhasil, semoga Wahyudi selamat dan segera pulih, Ya Allah,” doanya berkali-kali sambil merangkapkan ke dua tangannya.

***

Qila masih duduk di balkon hotel ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melirik ke arah ponselnya, lalu terpampang wajah tampan yang di kenalnya. Hatinya berdebar.

“Mengapa pak Purnomo menelpon aku? Heran, belum lama aku memikirkannya, lalu tiba-tiba dia menelpon, apakah ini namanya jodoh?”

Senyum Qila mengembang. Purnomo adalah rekan bisnis suaminya yang dia juga mengaguminya. Laki-laki itu walau tidak muda lagi, tapi masih tampak gagah dan tampan. Sudah lama Qila mengaguminya, tapi Wisnu tak pernah memberinya kesempatan untuknya berdekatan dengan rekan bisnisnya itu. Bahkan setiap ada pertamuan dengan Purnomo, Wisnu selalu melarangnya untuk ikut serta. Barangkali Wisnu mencium adanya niat tidak baik dari istrinya maupun rekan bisnisnya tersebut. Sekaranglah saatnya, dan dengan hati berdebar Qila mangangkatnya.

“Hallo mas Purnomo,” haaa … tiba-tiba ada panggilan ‘mas’ yang semula adalah ‘pak’ ?

“Bu Qila, saya ada di lobi, bisakah menemui saya?”

“Lhoh, mas Purnomo ada disini juga? Bagaimana bisa tahu kalau saya ada di sini?”

“Saya ada meeting dengan klient kemarin, harusnya saya chekout siang ini, tapi saya tunda karena melihat bu Qila ketika mau memasuki kamar.”

“Saya sudah dua hari disini. Tapi senang ada mas Purnomo,” katanya riang.

“Baiklah, saya tunggu di lobi ya bu?”

“Jangan ‘bu’ dong pak, kan saya sudah terlanjur memanggil ‘mas’ tadi?”

“Baiklah, jadi saya harus memanggil apa dong? Jeng Qila?”

“Aduh, Qila saja deh.”

“Baiklah Qila, saya tunggu di lobi ya.”

“Segera, Mas.” Jawab Qila dengan penuh semangat.

Kemudian ia merapikan dandanannya, dan melenggang keluar dari kamar setelah yakin bahwa penampilannya sempurna.

Ketika sampai di lobi, dilihatnya Purnomo sudah menunggunya di sofa, yang kemudian berdiri setelah melihatnya, kemudian menyalaminya dengan hangat. Lama sekali Purnomo meremas tangannya, kemudian diakhiri dengan menciumnya lembut.

Qila tersipu dengan perlakuan itu, sekaligus berdebar. Ia merasa seperti anak muda yang baru jatuh cinta ketika seorang pria menyatakan rasa sukanya.

Purnomo masih menggenggam tangan Qila ketika menariknya untuk duduk di sofa, berhadapan dengannya.

“Senang bertemu Qila disini,” katanya sambil menatap Qila tak berkedip.

Sudah lama dia mengagumi istri rekan bisnisnya ini, dan tak pernah kesampaian bisa berbincang berdua karena selalu ada Wisnu di sampingnya. Sekaranglah saatnya.

“Saya juga senang.”

“Mengapa tidak bersama pak Wisnu?”

Qila tersenyum tipis.

“Sedang tidak ingin bersama dia,” katanya dengan wajah tak senang.

“Sedang ada masalah? Maaf.”

“Ya, lumayan parah.”

“Saya tadi menelpon pak Wisnu, saya kira ada pak Wisnu di sini setelah saya melihat Qila, ternyata dia sedang ada urusan.”

Qila terkejut mendengar penuturan Purnomo yang terakhir.

“Mas Purnomo menelpon dia?”

“Ya.”

“Dan mengatakan bahwa saya ada di hotel ini?”

“Ya.”

“Aduh, saya sedang menghindarinya. Sebentar, saya harus segera pergi dari sini,” katanya sambil berdiri.

“Qila, ada apa?” tanyanya bingung, tapi Qila sudah berlalu, dan Purnomo mengejarnya, bahkan sampai ke dalam kamarnya.

“Ada apa?”

“Saya akan memanggil anak saya dulu, mungkin ada di taman,” lalu Qila keluar kamar lagi, membiarkan Purnomo termangu di kamar itu.

“Ada apa dia?” katanya sambil duduk di sofa yang ada di kamar itu.

Tapi tiba-tiba pintu di ketuk dari luar. Purnomo berdiri, mengira Qila telah kembali, tapi dia terkejut, melihat siapa yang ada di depannya.

“Pak Wisnu?”

Yang datang memang Wisnu, dia pergi secepatnya ke hotel yang di maksud dan menemukan kamar dimana Qila menginap. Tertegun melihat Purnomo ada di kamar itu.

“Ouh, jadi Qila bersama pak Purnomo?” tanyanya sinis.

“Tidak, maaf, jangan salah sangka, saya … saya … baru saja masuk dan _”

“Tidak masalah kalau dia bersama siapa, saya tidak peduli, saya hanya akan mengambil anak saya,” kata Wisnu tandas. Tak tampak kemarahan pada wajahnya. Bahwa Purnomo menyukai istrinya, dia sudah lama tahu, tapi dia tak pernah memberi kesempatan  mereka untuk berdekatan. Tapi sekarang dia tak peduli. Mempertahankan istri yang tipis moralnya seperti Qila adalah sebuah kesalahan. Dia sudah mantap untuk melepaskannya.

“Tapi sungguh … saya _”

“Bapaaak.”

Teriakan anak kecil menghentikan percakapan kaku itu. Karmila muncul dengan di gendong Tinah. Wisnu segera mengambilnya dari gendongan, lalu menciumi sepuasnya. Qila tidak ada, barangkali sedang mengurus administrasi di depan, dan itu menguntungkan Wisnu.

“Tinah, berkemas, dan ikut bersamaku, sekarang,” katanya kepada Tinah.

Tinah mengangguk, mengambil barang-barangnya sendiri dan juga milik Karmila.

“Sudah, tak apa kalaupun ada yang ketinggalan, ayo kita pergi,” katanya sambil beranjak keluar tanpa melihat lagi ke arah Purnomo yang kebingungan.

Tapi begitu keluar pintu, dia berpapasan dengan Qila yang baru kembali setelah menyelesaikan administrasi di hotel itu.

“Mas, mau kamu bawa ke mana anakku?” teriaknya.

“Ini anakku, biar dia bersamaku,” katanya tandas.

“Kembalikan, atau aku teriakin Mas sebagai penculik?” ancamnya.

“Percuma, mana ada seorang ayah menculik anaknya? Mila mau ikut bapak atau ibu?” tanyanya kepada Mila.

“Itut bapaaak,” teriaknya sambil memeluk leher ayahnya erat.

“Kamu dengar?” katanya sambil terus melangkah.

Qila mengejarnya, tapi Purnomo memegang lengannya, membuat langkah Qila terhenti.

***

Qila terisak setelah kembali masuk ke dalam kamarnya.

“Membuat keributan di luar, apa tidak malu?”

“Karmila anakku …”

“Tapi kamu mendengar bahwa dia memilih ikut ayahnya bukan? Kalau dipaksa, bisa terjadi keributan, dan itu memalukan.”

Qila terdiam.

“Ada apa sebenarnya?” tanya Purnomo yang tidak mengerti akan semua yang terjadi.

“Dia mau menceraikan aku,” kata Qila pelan.

“Ada masalah?”

“Jangan tanya masalahnya. Aku juga tidak pernah mencintai dia,” katanya sambil memeluk Purnomo, dan itu membuat Purnomo senang.

“Aku ikut prihatin.”

“Aku tadi sudah chekout, aku harus pergi.”

“Mari pergi bersamaku. Kamu naik apa?” tanya Purnomo yang tiba-tiba sudah merasa dekat dengan Qila, lalu saling ber ‘aku’ dan ‘kamu’ begitu saja.

“Ada mobil suamiku. Apakah dia mengambilnya?” dengan gugup Qila melihat ke arah meja, dan kunci mobil masih tergeletak di sana.

“Ah, untunglah, mobilnya masih ada padaku.”

“Biar aku membawanya. Mari kita pergi dari sini, aku tidak membawa mobil, kemarin kemari dengan mobil rekananku.”

“Kita mau ke mana?”

“Ke rumahku. Kamu mau?”

“Bagaimana dengan istri kamu?”

“Aku punya rumah yang lain,” kata Purnomo sambil tersenyum penuh arti.”

Qila menatapnya senang. Rasa kesal karena Mila dibawa suaminya lenyap seketika. Bukankah ia akan bersama pria yang dikaguminya?”

***

Karmila berceloteh senang ketika duduk di mobil dengan dipangku Tinah.

“Baru dua hari kalian pergi. Mila kelihatan agak kurusan,” kata Wisnu.

“Iya Pak, Mila sangat susah makan. Dia agak rewel. Mencari-cari Bapak terus.”

“Oh, kacihan anak bapak. Kamu kangen sama bapak?”

“Mila itut Bapak. Ibu malah-malah…” celoteh Mila seakan mengadu kepada ayahnya.

“Ibu marah?”

“Ibu marah-marah terus. Terkadang Mila nangis karena ketakutan dimarahi," kata Tinah.

“Mau dibawa ke mana kalian?” kata Wisnu sambil sebelah tangannya mengelus kepala Mila, penuh sayang.

“Saya tidak tahu.”

“Kalian pergi dan langsung ke hotel itu?”

“Iya.”

“Ya sudah, untuk sementara kalian akan di rumah nenek, ya Mila?”

“Di lumah nenek? Ada pak Udi?”

Wisnu tersenyum. Rupanya Mila sudah sangat dekat dengan Wahyudi.

“Tapi pak Udi sedang sakit.”

“Pak Udi cakit? Inum obat dong.”

“Iya, nanti minum obat.”

Lalu Wisnu mengangkat ponselnya dan menghubungi Nano.

“Ya Pak,” jawab Nano dari seberang.

“Bagaiman operasinya?”

“Sudah selesai Pak, tapi Wahyudi belum sadar, masih ada di ruang operasi. Kata dokter menunggu kira-kira dua jam, baru akan di bawa ke ruang inap.”

Tapi operasinya berhasil?”

“Sejauh ini, kata dokter berhasil. Semoga semuanya baik-baik saja.”

“Pilihkan kamar terbaik untuk Wahyudi.”

“Baik Pak. Bapak dimana?”

“Aku sudah membawa Mila. Ini dia di mobil aku.”

“Syukurlah, bagaimana dengan bu Qila.”

“Sudah, jangan pikirkan dia, ini aku sudah hampir sampai rumah. Kami akan ke rumah ibu dulu.”

“Syukurlah Pak.”

“Setelahnya aku akan segera ke rumah sakit.”

“Apa Bapak tidak capek?”

“Tidak, aku harus yakin bahwa Wahyudi baik-baik saja.”

***

Bu Kartiko terkejut, melihat Wisnu datang bersama Tinah dan Mila, tapi sekaligus lega, karena semula Qila yang membawanya.

“Neneeeek,” Mila langsung menghambur ke pangkuan neneknya yang sedang duduk di ruang tengah.

“Sayang, kamu dari mana?” tanya bu Kartiko sambil menciumi pipinya.

“Jauuh … ibu malah … malah …” celotehnya lalu merosot dari pangkuan neneknya, lari ke belakang.

“Tinah, ikuti dia, pasti mencari pak Udi,” perintah bu Kartiko kepada Tinah, yang kemudian mengejar Mila ke belakang.

“Bapak di mana?”

“Baru saja tidur, setelah makan dan minum obat. Kamu bisa mengambil Mila?”

“Iya, di sebuah hotel. Qila entah pergi ke mana, ada laki-laki  lain yang membawanya.”

“Ya ampuun.”

“Nanti ceritanya ya Bu, yang penting Wisnu sudah mantap menceraikan Qila, dia bukan istri yang baik. Untunglah Wisnu bisa membawa Mila.”

“Kalau dia tetap minta anaknya, bagaimana?”

“Biar pengadilan yang menentukannya. Sekarang Wisnu mau ke rumah sakit dulu ya Bu.”

“Bagaimana keadaan Wahyudi?”

“Tadi Wisnu meninggalkannya saat operasi masih berlangsung, tapi tadi Nano bilang bahwa operasi sudah selesai, dan keadaannya baik.”

“Syukurlah. Sebenarnya ibu ingin melihatnya, tapi bagaimana?”

“Kalau keadaannya sudah baik-baik saja, Nano pasti bisa mengantarkan ibu. Kalau saya yang mengantar ibu, bapak pasti akan bertanya-tanya.”

“Baiklah, kalau bersama Nano kan bisa dengan alasan belanja. Tapi apakah selamanya kita akan menutupi semua ini pada bapakmu?”

“Kalau semuanya sudah baik-baik saja, kita akan berterus terang pada bapak.”

“Iya, kamu benar.

“Sekarang Wisnu pamit dulu ya Bu. Wisnu ingin tahu keadaan Wahyudi.”

“Iya, pergilah. Semoga segera membaik.”

“Nitip Mila ya Bu.”

“Iya, jangan khawatirkan anakmu.”

***

“Pak Udi nanaaa?” teriak Mila.

“Pak Udi sedang sakit, kamu mandi sana, sama Tinah dulu,” jawab bu Kartiko.

”Akit ya?”

Tiba-tiba pak Kartiko keluar dari dalam kamar dengan kursi rodanya.

“Lho, bapak kok sudah bangun?”

“Seperti mendengar suara Mila.”

“Iya, Mila ada di sini bersama Tinah.”

Mila mendekati kakeknya, lalu mencium tangannya.

“Kamu sama siapa, Mila?”

“Cama bapak. Ibu malah-malah …” celotehnya.

“Ibumu marah-marah?”

“Mila mau cama bapak … nggak mau ibu …”

“Ibumu mana?” tanya pak Kartiko heran.

“Cana … jauuuh … Mila nggak mau ituut.”

Pak Kartiko tertegun.

“Kemana ibunya?” tanyanya sambil menatap istrinya.

***

Besok lagi ya.

46 comments:

  1. Replies
    1. Tumben ijik sore kok wis mak bedunduk, selamet nggih juara 1,

      Matur muwun bunda terus semangat dan semangat terus,
      Salam ADUHAI dari mBandung.

      Delete
  2. Alhamdulillah, gasik mbak Tien, mtrnwn

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Mudah mudahan sesuai mimpi; Qila mulai dengan petualangan barunya, ternyata benar Mila rindu bapaknya dan merasa nyaman bersama kakek dan neneknya, perhatian dan kasih sayang yang tulus terasa kan di diri Mila, anak-anak memang lebih perasa dan tahu mana belai kasih yang tulus dia terima, disitu dia merasa nyaman.
      Mila juga tidak mau ketinggalan menceritakan petualangan yang menurutnya mengerikan, ibunya marah marah melulu, Mila mau bapaknya tapi Qila memperlihatkan wajah angkernya itu menakutkan bagi Mila, sang kakek dibuat bingung ada apa, yang telah terjadi.
      Mulai menelusuri keberadaan Qila kecil, diseputaran rumkit siapa tahu hari ini datang juga kerumah sakit, pas jadwal kontrol dan menemukan, demi mencari informasi siapa sebenarnya Wahyudi itu.


      Terimakasih Bu Tien,
      Kembang cantikku yang ke dua puluh sudah tayang,
      Sehat-sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
      🙏

      Delete
    2. Tks pa Nanang... bisikin dong Retno & Sapto utk dtg lg ke RS bw Qila kecil kembang cantiik.. yg dikuncir 2 spt dlm mimpi" Wahyudi.. hehe.. biar rame

      Delete
  4. Alhamdulillah, gasik, sehat2 njih bunda Tien 🙏🙏
    Salam aduhai ahhhh 😍😍

    ReplyDelete
  5. Terimakasih bunda Tien KC 20 sudah hadir ,semoga bunda sehat selalu ,gemez gimana dengan Wahyudi ,penasaran baca dulu aahh

    ReplyDelete
  6. Alhamdullilah KC Sdh tayang..mksih bundaqu..slm sht sll 🙏🙏🥰🥰

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sdh tayang cerbung terbaru hari ini, smoga,Wahyudi cepet pulih kembali ya, salam aduhaai n kangen dari Lampung

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu selalu sehat dan bahagia, aamiin

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah sudah tayamg episode 2 0

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah yg ditunggu ssh tayang gasik..
    Terimakasih bunda Tien..
    Semoga Wahyudi cepat sembuh..
    Salam sehat dan bahagia selalu utk bunda..
    Selamat malam dan selamat beristirahat..

    ReplyDelete
  11. Hah... lega... mila sdh aman... terima kasih Mbu Tien... sehat² trs... bersma keluarga

    ReplyDelete
  12. Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun mbak Tien-ku, Kembang Cantikku sudah berkunjung.
    Kisah selanjutnya adalah Wahyudi yang sudah sehat kembali. Bagaimana kisah cinta yang selalu kandas di tengah jalan...
    Salam sehat mbak Tien, yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU~20 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah. Mtr nuwun, sehat selalu bunda Tien

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, sehat selalu bund

    ReplyDelete
  17. Matur nuwun Bunda Tien, sugeng ndalu mugi tansah pinaringan sehat terus.

    ReplyDelete
  18. Untung Mila dah ketemu bapaknya.Andai ttp ikut ibunya wah ga kebayang gmn jadinya.
    Apalagi tabiat ibunya yg suka main sosor pada setiap orang ganteng
    Ini juga udah nempel aja sama p.Purnomo
    Baik lepas aja istri macam gitu

    Ada yg bikin penasaran mengapa Wahyudi sll dihantui mimpi ketemu Qila kecil
    Mengapa pula Wahyudi punya ikatan batin dg Qila kecil yg begitu kuat
    Padahal jelas" itu anaknya Retno dan Sapto..
    Ternyata ikatan batin itu tidak harus ada ikatan darah
    Moga keadaan Wahyudi semakin membaik
    Apakah Qila kecil sakit....
    Penasaran ingin tahu jawabannya...
    Yuk kita tunggu episode" selanjutnya.

    Moga bu Tien sekeluarga sehat sll
    Salam dari Bojonegoro

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun, mbak Tien.
    Salam sehat selalu....👍

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien KC20 nya sdh datang
    Salam dan semoga sehat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  21. Terima kasih literasinya mbak Tien, salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 20 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah,, matur nuwun buTien
    Wahyudi,,ayo dang sadar,,,🤭

    Salam sehat wal'afiat untuk semua ya bu Tien 🤗🥰

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah dah baca makin greget tuh ci Qila

    ReplyDelete
  25. Seruu...nih
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  26. Maturnuwun mbak Tien, salam aduhai dan sehat selalu.
    Selamat mbak nani yg juara 1.

    ReplyDelete
  27. Alhandulillah..Qilaaa wah dapat umpan Purnimo

    ReplyDelete
  28. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  29. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete